a. Alat :
Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan bakso ini terdiri dari pisau,
telanan, food processor, blender, baskom, timbangan digital, meja kerja,
sendok, wadah perebusan, freezer dan kompor gas.
b. Bahan
Adapun bahan yang diperlukan dalam membuat bakso ikan adalah : Ikan
Lele, Tepung Tapioka, Garam, Gula dan Sorbitol, Bawang Merah, Bawang Putih,
Lada, dan Telur.
c. Cara pengolahan
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara membuang kepala dan isi perut, sebelum
daging dipisahkan, karena kepala dan isi perut mengandung lemak dan enzim
protease yang dapat menurukan kemampuan gel, disamping itu isi perut banyak
mengandung bakteri dan juga dapat menggelapkan warna dagingnya. Pada tahap
penyiangan, kepala, kulit dan isi perut dibersihkan untuk mengurangi
kontaminasi oleh bakteri. Penyiangan ikan merupakan cara untuk mempertahankan
kesegaran ikan, karena insang, isi perut dan sisik, ini merupakan sumber
bakteri pembusuk (Hadiwiyoto, 1993).
1. Pencucian
Proses selanjutnya adalah pencucian. Ikan dicuci dalam air mengalir agar
sisa kotoran yang masih menempel pada daging ikan terbuang. Tujuan pencucian
untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan pencucian menggunakan air bersih, juga
dapat mengurangi jumlah bakteri yang ada dikulit ikan (Murniati dan Sunarman,
2000) dan pencucian dilakukan dengan air mengalir (Ilyas, 1983).
2. Pemfilletan
Ikan yang telah disiangi dan dicuci kemudian difillet yaitu mengambil
dan memisahkan daging dari kulit tulang ikan. Pemfilletan ini dilakukan dengan
cara ikan diletakan diatas wadah, kemudian disayat memanjang dengan pisau pada
ekor hingga kearah kepala, daging fillet diletakkan didalam wadah diberi es
curai untuk mencegah peningkatan suhu dan menghambat pertumbuhan bakteri. Cara
yang paling penting dan mudah untuk mendinginkan ikan adalah dengan menggunakan
es. Es harus dicampur dengan ikan dengan perbandingan bahan baku ikan 1: 2
sehingga permukaan ikan bersinggungan dengan es.
3. Pengerikan Daging
Tujuan dari pengerikan daging lele yaitu untuk menghasilkan daging ikan
tanpa tulang dan kulit yang nantinya akan memudahkan dalam proses penggilingan.
Pengerikan dilakukan dengan menggunakan sendok makan, agar semua daging dapat
diambil. Pengerikan lumatan daging diletakkan diwadah yang dialasi dengan es,
untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
4. Penggilingan daging ikan
Daging lele yang sudah terpisah dari tulang dan kulit dimasukan kedalam
food prossesor untuk digiling sehingga berbentuk pasta. Daging ikan kemudian
dilumatkan dengan menggunakan gilingan (Food processor), ± 10 menit,
selanjutnya daging digiling. Pada saat penggilingan harus diberikan garam
secukupnya, garam diberikan pada awal penggilingan berguna untuk meningkatkan
pembentukan gel pasta ikan.
5. Pencucian daging (leaching)
Proses pencucian meliputi pencucian daging ikan yang dilumatkan dengan
air es (air dingin). Dan diberi garam ( ± 0,3 %). Perbandingan ikan dengan air
dingin 1: 3 dan perendaman dilakukan selama 15 menit sambil diaduk-aduk. Tujuan
dari pencucian ini adalah untuk memperbaiki warna daging. Hasil pencucian
daging menjadi membentuk gel (kenyal), proses pencucian ini akan dapat
memperbaiki gel dan juga memperbaiki warna daging.
Pencucian akan menghilangkan kandungan protein sakroplasma yang dapat
larut dalam air yang tidak bisa membentuk gel, enzim protease, darah atau warna
yang dapat merusak penangkapan lemak komponen utama yang menyebabkan oksidasi
lemak dan denaturasi protein (Hall dan Ahmad, 1992).
Leaching adalah suatu proses yang terjadi pada saat pencucian daging lumat yaitu
proses terekstraknya actin dan myosin yang teksturnya seperti jala, masa ini di
sebut sol yang sifatnya lengket.
Pencucian dengan air sangat diperlukan dalam pembuatan surimi, karena
dapat menunjang kemampuan untuk pembentukan gel, dan menghambat denaturasi
protein akibat pembekuan. Selama pencucian daging ikan dibersihkan dari darah,
lemak, lendir dan protein yang larut dalam air, dengan cara ini warna dan bau
daging menjadi lebih baik disamping kandungannya aktomiosinnya meningkat yang
dibuat dengan proses pencucian sehingga secara nyata dapat memperbaiki sifat
elastisitas produk (Fardiaz, 1985).
Pencucian dengan air es merupakan tahap yang paling penting dalam
pembuatan surimi, karena dalam proses pencucian ini komponen nitrogen terlarut,
darah dan juga lemak yang ada pada daging lumat akan terbuang, sedangkan
protein myofibliar menjadi pekat, sehingga kemampuan membentuk gel meningkat.
Air yang digunakan untuk pencucian haruslah air dingin. Pencucian dengan
air kran dapat merusak tekstur dan mempercepat degradasi lemak, sedangkan
pencucian dengan air laut dapat meningkatkan kehilangan protein. Pencucian
berulang dilakukan dengan penambahan hancuran es pada saat pencucian agar suhu
tetap stabil sekitar 10 oC (Suzuki, 1981).
Gel berbentuk rekat hasil pencucian mengubah daging bewarna putih, tidak
berbau, tidak berlemak dan kenyal, adanya asam amino actin dan myosin yang
banyak terkandung dalam protein daging ikan. Apabila protein daging ikan yang
sedang dilumatkan ditambah dengan garam (NaCl), maka actin dan myosin ini akan
terekstrak dalam bentuk actomyosin yang teksturnya seperti jala. Masa ini disebut
sol, yang sifatnya lengket dan adesing, apabila masa sol ini dipanaskan maka
akan terbentuk gel, yang memberikan elastisitas (Dacker, 1980).
7. Pengadonan
Daging yang sudah berbentuk pasta dimasukkan kedalam food processor untuk
dilakukan pengadonan dengan penambahan bahan baku lainnya seperti tepung
terigu, maizena, susu dan telor yang berguna untuk menjaga kualitas kekenyalan
kaki naga. Bumbu-bumbu dimasukkan bumbu berupa garam, bawang merah, bawang
putih, merica yang sebelum sudah dihancurkan. Ditambahkannya telur pada adonan
akan membuat adonan menjadi lembut. Telur mempunyai sifat sebagai pengikat
komponen-komponen, pengikat udara, membuat kokoh adonan, mengembangkan adonan.
Waktu pengadonan dilakukan kurang lebih selama 20 menit.
8. Pencetakan
Pencetakan adonan digunakan menggunakan tangan dan sendok atau garpu.
Proses pencetakan harus dilakukan dengan cepat, adonan yang telah dicetak
langsung dimasukkan kedalam pengukusan untuk dimasak.
9. Pengukusan
Kaki naga, kemudian dikukus lebih kurang 10-15 menit sampai adonan
tersebut kenyal dan berbentuk keras. Kaki naga didinginkan dengan cara
diangi-anginkan kemudian dilanjutkan dengan penusukan stik dan pencelupan
kedalam tepung roti. Kaki naga yang telah dikukus akan terlihat mengembang. Hal
ini disebabkan terjadinya proses koagulasi pada protein yang terdapat pada
daging dan telur. Telur mengandung sebagian besar protein dan lemak.Sebagai
emulsefier bahan yang digunakan untuk menstabilkan emulsi, yang berfungsi
menjaga agar butir lemak, minyak tetap tersupensi didalam air dan kolestrol
dapat memberikan struktur berongga yang lebih tinggi karena mempunyai kemampuan
mengikat udara yang lebih besar. Telur juga meningkatkan volume, memperbaiki
kenampakan pada produk (Muchtadi dan Ayustaningwarno, 2010).
Proses pemanasan akan memperluas gelembung udara, mengkaogulasi protein
dalam telur dan membuat kokoh adonan (Back, 2000).
10. Pelumuran dengan tepung roti
Tahap pelumuran dilakukan secara manual, sebelum dilumuri dengan tepung
roti, kaki naga terlebih dahulu dicelupkan kedalam telur, hal ini bertujuan
untuk meningkatkan daya rekat kaki naga terhadap tepung roti. Pelumuran dengan
tepung roti juga berfungsi untuk memberikan kerenyahan produk sehingga membuat
produk tersebut lebih enak dan lezat.
11. Pembekuan
Pembekuan merupakan salah satu cara memperlambat terjadinya proses
penurunan mutu baik secara autolitis, bakteriologis atau oksidasi dengan suhu
dingin (Purwaningsih, 2000). Pembekuan dimaksudkan untuk mengawet sifat-sifat
alami dari ikan. Prinsip-prinsip dasar dari pembekuan adalah mengenyahkan panas
dari ikan dengan kelajuan tinggi artinya waktu yang lebih singkat, sehingga
ikan tidak mengalami perubahan mutu, yang berarti dalam mencapai suhu rendah
penyimpanan dan dapat mengawet ikan dalam waktu panjang selama penyimpanan beku
dan distribusi (Ilyas, 1993). Alat pembekuan yang digunakan untuk pembekuan
produk olahan ini adalah frezzer dengan suhu berkisar -20°C.
12. Penggorengan
Untuk
menggoreng kaki naga: panaskan minyak goreng (suhu 170oC), goreng kaki naga
selama 4 – 5 menit. Bisa juga dimasak dengan oven atau microwave, sajikan
panas-panas dengan saus tomat atau sambal.
SUMBER:
Siregar R.R., 2011. Modul Pengolahan Ikan Lele. Materi
Penyuluhan Kelautan dan Perikanan: Kelompok Modul Pengolahan Ikan. Pusat
Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
No comments:
Post a Comment