Tuesday 12 February 2019

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN TAWES

Ikan Tawes (Puntius javanicus) adalah ikan peliharaan yang berasal dari sungai, tergolong dalam marga Cyprinidae seperti ikan mas dan nilem. Bentuk tubuh ikan tawes mirip dengan ikan mas, tetapi badannya lebih memanjang dengan sirip punggung relatif lebih panjang. Pada mulutnya terdapat dua kumis dan bibirnya berkeruk-keruk sebagai tanda pemakan jasad penempel.

Ciri-ciri ikan tawes yaitu bentuk badannya memanjang dan kecil, sedangkan sisiknya berwarna putih keperak-perakan. Panjang batang ekor ikan tawes dan tinggi badannya yang terenda adalah sama. Ikan tawes mempunyai tanda hitam pada pangkal ekor.

Di perairan umum ikan tawes berkembang biak pada akhir musim penghujan, sedangkan di kolam berkembang biak sepanjang tahun jaka terdapat cukup air jernih. Kematangana kelamin dicapai pada akhir musim pertama berukuran 15-20 cm, telur transparan demersal. Fekunditas bervariasi antara 50.000-94.000 butir dari induk beratnya 130-255 gr. Untuk ketinggian tempat yang cocok dalam pemeliharaan 800 m di atas permukaan laut, suhu 18-28oC.

Sistematika

Sistematika ikan tawes adalah sebagai berikut:

Species : Puntius javanicus

Gernus : Puntius

Sub famili : Ciprininae

Famili : Cyprinedae

Sub ordo : Cyprinoidea

Ordo : Ostariophysi

Macam-macam Ikan Tawes

Sedikitnya ada empat macam ikan tawes yang biasa ditemukan yaitu:

• Tawes biasa : sisik berwarna putih kelabu

• Tawes bule : sisik albino, mulai terdapat pada tahun 1936

• Tawes silap : sisik berwarna putih kelabu bercampur dengan sisik keperak- perakkan.

• Tawes kunpay : sisik berwarna kelabu, ekornya terutama sirip dada dan ekor panjang.

Sifat-sifat Ikan Tawes

Ikan tawes merupakan ikan sungai, dapat hidup pada salinitas 7 ppm. Jenis ikan ini sangat cocok dipelihara dikolam-kolam, waduk dan sawah. Ikan tawes digolongkan termasuk sebagai herbivore. Pemijahan di kolam terjadi sepanjang tahun, tidak ada musim. Di sungai atau di perairan umum pemijahan terjadi pada permulaan musim penghujan.

PROSES BUDIDAYA

Pemeliharaan ikan tawes biasanya dilauan secara tradisional, penanaman dilakukan baik dikolam ataupun di sawah. Pada umumnya pemeliharaan ikan tawes dilakukan secara poliultur dengan jenis-jenis ikan lainnya, yaitu dengan jenis ikan yang mempunyai sifrat maan yang berlainan seperti ikan mas yang memaan jasad-jasad dasar, tambakan pemakan plankton, nilem pemakan jasad-jasad penempel (periphiton). Susunan campuran pemeliharaan bervariasi bergantung kepada ian utama yang diehendaki dan esuburan kolam.

Penyakit pada ikan tawes adalah Icthyophirius, Dacthylogyrus dan gyrodctylus, penyakit ini tidak berbahaya dan belum pernah di amati terjadi ematian masal. Dacthylogyrus dapat menyebabkan kerusakan pada ujung-ujung filament insang. Pada benih-benih yang di berok sering dijumpai Cyclochaeta. Pada ikan yang terserang ini pada insang umimnya merana menyebabkan ikan menjadi kurus. Myxobolus merupakan penyakit yang berbahaya yang dapat menyebabkan kematian masal. Lernaea jarang menyerang benih dan ikan dewasa.

Penyediaan benih yang bermutu dalam jumlah cukup dan kontinyu merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan budidaya ikan konsumsi. Usaha pembenihan banyak dilakukan di Kabupaten Magelang, seperti di Desa Paremono Kecamatan Mungkid oleh karena didukung ketersediaan air cukup baik musim kemarau maupun penghujan. Disamping itu usaha pembenihan dirasa lebih rnenguntungkan karena waktu yang digunakan relatif singkat kurang lebih 3 minggu – 1 bulan, serta pemasarannya pun mudah.

PENANGANAN PENYAKIT

Penyakit yang menyerang Ikan Tawes antara lain Gyrodactylus dan Mixobolus spp yang kerap menyerang pada benih sampai ikan dewasa.

GYRODACTYLIASIS

Penyebab :Parasit ini termasuk monogenia; Menyerang pada bagian tubuh dan sirip ikan.

Jenis dan ukuran :Hampir semua jenis ikan air tawar,terutama ukuran benih.

Gejala klinis :Ikan menjadi lemah, nafsu makan berkurang, frekuensi pernapasan meningkat dan produksi lendir meningkat.

Faktor pendukung :Kualitas air yang menurun, kekurangan pakan, padat tebar tinggi dan fluktuasi suhu air selalu berubah.

Penularan :Melalui air dan kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi.

Verifikasi :Pengamatan melalui microkopis.

Pencegahan : - Meningkatkan kualitas air

- Pemberian pakan tepat mutu dan jumlah yang diperlukan

- Pengendapan aira dan pemasangan saringan pada pintu pemasukan

Pemberantasan : - Perendaman dengan larutan larutan garam dapur, dosis 12,5-13 gr/m2 selam 24-36 jam

- Perendaman dengan larutan formalin 40 ppmselama 24 jam

MYXOSPOREASIS

Penyebeb : Mixobolus spp, parasit ini; termasuk kelompok myxosporea

Jenis dan ukuran :Myxobolus spp biasanya; menyerang pada bagian insang saat benih, mulai berumur 1 bulan

Gejala klinis :Adanya benjolan menyerupai tumor pada insang ikan, bahkan sering disebut penyakit amandel

Faktor pendukung : Kualitas air menurun dan padat tebar yang tinggi

Penularan : Melalui air dan ikan yang mudah terinfiksi.

Verifikasi : Pengamatan mikroskopis

Pencegahan : - Pengendapan air dan pemasangan saringan pada pintu pemasukan - Dilakukan pengapuran dan pengeringan kolam

DAFTAR PUSTAKA

Daelani Deden A.S. Agar Ikan Sehat, Penebar Swadaya Cianjur, 2001.

Dinata Sumanta, K. Pengembang biakan Ikan-ikan Peliharaan di Indonesia. PT Sastra Hudaya, Bogor 1983.

Harja, M.A. Budidaya Ikan Nilem untuk SUPM Budidaya Bogor. Departemen Pertanian Badan Pendidikan dan Latihan Penyuluh Pertanian. Bogor 1978.

Rohmat C. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Tawes Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Sachlan, M. Parasit ,Penyakit dan Hama Buraya Ikan SUPM (Jurusan Budidiya) Bogor, Juni 1975.

No comments:

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...