Wednesday 27 February 2019

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN KAKAP MERAH

Usaha budidaya ikan kakap merupakan salah satu usaha yang penting. Hal ini disebabkan karena usaha ini selain untuk memenuhi kebutuhan protein hewani secara nasional masih kurang, juga sebagai salah satu sumber pendapatan. Namun, usaha ini dibatasi oleh tingginya mortalitas. Tingginya mortalitas ini sering dihubungkan dengan masalah penyakit.

Penyakit adalah gangguan terhadap fungsi sebagian atau seluruh organ tubuh dikarenakan adanya faktor-faktor abiotik (kwalitas air dan makanan) dan faktor biotik (organisme penyebab penyakit atau patogen). Patogen adalah suatu organisme penyebab penyakit.

Ikan kakap putih dan ikan kakap merah di Indonesia biasa hanya disebut ikan kakap, menurut taksonominya kedua jenis ini jelas berbeda; kakap putih berasal dari famili Centropomidae dan kakap merah termasuk famili Lutjanidae. Sifat hidupnya pun diantaranya berbeda bila dibandingkan, ikan kakap merah hanya hidup dilaut, sedangkan kakap putih selain dapat hidup dilaut juga diair tawar. Pada beberapa daerah di Indonesia ikan kakap dikenal dengan beberapa nama, seperti pelak, petakan, cabek, cabik (Jawa Tengah dan Jawa Timur), dubit tekong (Madura), talungsur, pica-pica, Kaca-kaca (Indonesia bagian timur).

Taksonomi

 Philum : Chordata

 Sub Philum : Vertebrata

 Klas : Pisces

 Sub Klas : Teleostei

 Ordo : Percomorphi

 Familia : Lutjanidae

 Genus : Lutjanus

 Species : Lutjanus sanguineus

Tanda-tanda Khusus

a. Badan memanjang, gepeng dan batang sirip ekor lebar

b. Mata warna merah cemerlang

c. Mulut lebar, sedikit serong dengan geligi halus

d. Bagian atas penutup insang terdapat lubang kupin‰g bergerigi

e. Sirip punggung berjari-jari keras sebanyak 7-9 dan jari-jari lemah 10-11. Sirip dubur berjari-jari keras 3 dan jari-jari lemah 7-8, sedangkan bentuk sirip ekor bulat

f. Pada waktu masih burayak (umur 1-3 bulan warnanya gelap), dan setelah menjadi gelondongan (umur 3-5 bulan) warnanya terang dengan bagian punggung berwarna coklat kebiru-biruan yang selanjutnya berubah menjadi keabu-abuan dengan sirip berwarna abu-abu gelap.

Distribusi / Penyebaran

Kakap merah menyebar di daerah tropis dan sub tropis daerah pasifik barat dan samudra india. Yang meliputi : Australia, Papua New Guinea, Indonesia, Philipina, Jepang, China, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Bangladesh, India, Srilangka, Pakistan, Iran, Oman, dan negara-negara disekitar laut Arab. Penyebarab ikan kakap putih di indonesia terutama terdapat dipantai utara Jawa, disepanjang perairan pantai Sumatera bagian timur, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Arafuru.

Ikan kakap merah mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap variasi kadar garam (euryhaline) Ikan kakap merah betina mulai menjadi dewasa setelah mencapai berat 4-6 kg. Sedangkan yang jantan mencapai berat 3 kg. Jumlah telur bervariasi mengikuti berat badan. Induk ikan seberat 5-11 kg dapat menghasilkan telur sebanyak 2-7 juta butir. Ukuran telur antara 0,4-0,5 mm. Dalam waktu 18 jam setelah pembuahan telur menetas menjadi larva dengan ukuran rata-rata 1,49 mm. Dalam waktu sekitar 30 hari maka larva akan tumbuh menjadi burayak yang berukuran antaran 1,3-1,7 cm.

Kakap tergolong ikan buas dan pertumbuhannya sangat cepat. Pakan kegemaranya terdiri dari plankton hewani, udang-udangan dan ikan-ikan kecil lainnya.

Persyaratan Lokasi

a) Terlindung dari angin dan arus yang kuat.

b) Memiliki sirkulasi air yang cukup, kisaran fluktuasi pasang surut 2 – 3 m.

c) Memiliki kedalaman 5 – 20 m.

d) Suhu 260C - 310C, salinitas 13 - 31 ‰, pH 7,8-8,5

Pemeliharaan

Benih kakap yang sudah berukuran gelondongan dipindahkan ke jaring apung yang berukuran 3 x 3 x 3 m atau 5 x 5 x 5 m. Pengelolaan di jaring apung relatif lebih mudah dibandingkan pengelolaan yang dilakukakan di tambak.

Pakan yang diberikan adalah ikan rucah segar dengan perbandingan 4 % dari berat tubuhnya, diberikan satu kali dalam satu hari. Setelah dipelihara selama 2 bulan ikan kakap sudah dapat dipanen dengan ukuran konsumsi seberat 0,5-0,6 kg.

PENYAKIT DAN PENGOBATANNYA

Yang harus diperhatikan dalam budidaya kakap merah adalah penyakit yang menyerang pada ikan. Hal yang menyebabkan ikan terserang penyakit antara lain :

a) Serangan jasad yang bersifat parasiter (Virus, Jamur, Bakteri dll)

b) Perubahan faktor lingkungan misalnya : suhu, oksigen, pH, salinitas yang terjadi secara mendadak

c) Polusi dan gas-gas beracun

d) Kerusakan atau pun luka akibat perlakuan pengangkutan, terbelit jaring dan akibat mekanis lainnya

Kakap merah yang terserang penyakit umumnya menunjukkan gejala-gejala sbb

a) Gerakkan ikan menjadi lamban dan sering naik kepermukaan air

b) Napsu makan berkurang atau hilang sama sekali

c) Terlihat kelainan tubuh secara fisik seperti luka, perubahan bentuk tubuh akibat parasit dll.

Penyakit Parasiter

Penyakit parasiter pada ikan kakap antara lain terdiri dari : virus, bakteri, protozoa, bangsa cacing renik dan bangsa udang renik.

Virus

Selama ini memang belum ada kasus adanya penyakit virus pada ikan-ikan kakap yang sedang dibudidaya. Namun kita harus tetap waspada, karena penyakit ini disinyalir telah menyerang bangsa kerang-kerangan dan bangsa udang-udangan. Malah telah diketemukan penyakit Lymphocytis dan Cauliflower pada ikan sidat dan jenis-jenis ikan anadroma.

Bakteri

Infeksi bakteri biasanya timbul karena ikannya menderita stress. Kematian ikan setelah terjadinya stress sering kali disebabkan oleh infeksi bakteri.

Faktor-faktor stress ini macam-macam, baik karena faktor kimiawi, lingkungan fisik maupun biologis. Strees kimia termasuk rendahnya kadar oksigen, tingginya kadar CO2, amonia dan nitrit. Tingkat sublethal dari pestisida dapat juga mengakibatkan stress. Biasanya pengaruh stress adalah kompleks, tidak berdiri sendiri, tetapi kombinasi beberapa faktor diatas.

Pada umumnya ikan kakap yang terinfeksi oleh berbagai jenis bakteri menunjukkan gejala yang berbeda-beda. Tanda-tanda seperti pendarahan, finrat, mata menonjol, kerusakan pada kulit seperti kena luka bakar atau seperti kena cacar, dan perubahan warna.

Bakteri mempunyai banyak jenis, diantaranya yang diketumukan pada usaha budidaya ikan kakap adalah jenis Aeromonas dan Vibrio.

Protozoa

Protozoa termasuk jenis penyakit ikan yang sangat merugikan dan menyebabkan kematian massal terhadap ikan-ikan kakap yang sedang dipelihara. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit inin antara lain karena pengaruh lingkungan yang tidak bagi ikan, konsentrasi O2 dan suhu, padat penebaran yang sangat berlebihan, bentuk badan ikan yang abnormal, dll.

Adapun tanda-tanda klinis terserangnya ikan oleh penyakit ini antara lain : perubahan pada gaya renangnya seperti kehilangan keseimbangan dan ciri-ciri lainnya seperti : kurang napsu makan, warna menjadi tidak normal, produksi lendir berlebihan, pendarahan, tubuh bengkak dan mata membengkak.

Cacing parasit

Cacing-cacing parasit yang sering ditemukan menyerang ikan kakap nerah adalah dari golongan Nematoda dari marga Cucullanus terdapat pada perut ikan-ikan kakap yang sudah dewasa.

Crustacea

Beberapa jenis crustacea sudah lama dikenal sebagai parasit ikan, diantaranya dari golongan Copepoda dan Isopoda. Yang banyak dijumpai dalam usaha budidaya ikan kakap dengan sistim keramba adalah dari golongan Isopoda. Hampir semua ikan kakap dapat diserang oleh parasit ini, tetapi yang paling banyak kena infeksi adalah ikan-ikan kakap yang masih muda.

Tanda-tanda ikan yang terinfeksi adalah nafsu makan berkurang, dan tingkat pertumbuhannya rendah. Kematian akan terjad

4.2 Pengobatan dan Penanggulangan

DAFTAR PUSTAKA

Asikin,1996. Budidaya Kakap. PEnebar Swadaya. Jakarta.

Murtidjo A, Bambang. 1997. Budidaya Kakap dalamTambak dan Keramba. Kanusius. Yogjakarta.

Direktorat Jendral Perikanan. 1998. Penanggulangan Penyakit pada Ikan Kakap.

Daud H. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kakap Merah Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Monday 25 February 2019

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT IKAN KAKAP PUTIH

Krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah membuktikan bahwa sector perikanan mempunyai daya tahan yang relatif lebih tinggi dibanding sektor lain, Kenyataan lain menunjukan bahwa permintaan dunia terhadap produk – produk perikanan dan hasil olahannya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Sebagai upaya mendukung keberhasilan dimaksud, pengembangan teknologi pembenihan merupakan kegiatan strategis mengingat besarnya target yang dibebankan pada usaha budidaya. Teknologi budidaya komoditas perikanan laut yang bernilai ekonomi tinggi sejak tahun 1996 dan, sejak tahun 1988 telah berhasil melakukan pembenihan ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) secara massal. Rangkaian teknologi yang telah dihasilkan dan siap di masyarakatkan meliputy teknologi pemeliharaan induk dan pematangan gonad, pemijahan dan pemeliharaan larva sampai menjadi benih, serta teknologi - teknologi pendukungnya meliputi kultur pakan alami dan teknologi penanggulangan hama dan penyakit.Dalam buku ini disajikan berbagai macam informasi yang berkaitan dengan teknologi penanggulangan hama dan penyakit.

Klasifikasi

Klasifikasi dari ikan Kakap Putih secara rinci adalah sebagai berikut :

• Fillum : Chordata

• Sub Fillum : Vertebrata

• Kelas Pisces

• Sub Kelas : Teleostomi

• Ordo : Percomorphi

• Famili : centropomidae

• Genus : Lates

• Species : Lates calcarifer, Bloch

Morfologi

Adapun beberapa ciri-ciri khusus yang dapat kita lihat secara kasat mata yang terdapat pada ikan Kakap Putih adalah :

• Badan memajang , gepeng, batang sirip ekor lebar, kepala lancip dengan bagian atas cekung i cembung didepan sirip punggung. • Mulut lebar, gigi halus dan bagian bawah preoporculum berduri kuat. Operculum mempunyai duri kecil, cuping bergerigi diatas pangkal gurat sisi.. • Sirip punggung berjari- jari keras 7 – 9 dan 10 – 11 jari jari lemah. • Sirip dada pendek dan membulat. Sirip punggung dan sirip dubur mempunyai lapisan bersisik. Sirip dubur bullat,berjari keras 3dan berjari lemah 7 – 8. • Sirip ekor bulat. Sisik bertype sisir besar. Tubuh berwarna dua tingkatan yaitu kecoklatan dengan bagian sisik dan perut berwarna keperakan untuk ikan yang hidup dilaut dan coklat keemasan pada ikan yang ada dilingkungan tawar. Ikan dewasa berwarna kehijauan atau keabu – abuan pada bagian atas dan keperakan pada bagian bawah.

Daur Hidup dan Penyebarannya

Ikan Kakap putih selama kurang lebih 2-3 tahun.hidup diperairan tawar seperti sungai dan danau yang berhubungan dengan laut dengan ukuran 3 – 5 kg. Ikan dewasa yang berumur 3 – 4 tahun beruaya kemuara sungai, danau atau laguna yang mempunyai salinitas 30 – 32 permil untuk pematangan kelamin, kemudian memijah ( Grey, 1987 ). Pergerakan kearea pemijahan biasanya terjadi pada akhir musim panas dan pemijahan terjadi pada awal musim penghujan. Pemijahan pada musim penghujan terjadi karena salinitas dan suhu merupakan salah satu factor penting yang mempengaruhi siklus pemijahan. Bila musim hujan terlambat kemungkinan musim pemijahan juga terlambat. Biasanya ikan Kakap Putih memijah pada permulaan bulan gelap atau bulan penuh mulai pukul enam sore sampai delapan malam bersamaan dengan datangnya air pasang.

Penyedian Induk

Keberhasilan dalam pembiakan ikan terutama tergantung pada ketersediaan induk matang telur dengan mutu yang baik, yang mampuh menghasilkan ikan yang cepat tumbuh dengan tingkat kelulushidupan yang tinggi. Biasanya dibutuhkan 3 – 4 tahun bagi unit pembenihan untuk mempunyai stock dalam jumlah yang cukup untuk pengoperasiannya. Induk – induk dapat diperoleh baik dengan cara menangkapnya dari alam atau memeliharanya dari ukuran benih tebar didalam kolam atau Karamba Jaring Apung.

Pemijahan

Induk ikan kakap putih dapat dirangsang untuk memijah dilingkungan pemeliharaan dengan rangsangan hormon, manipulasi lingkungan atau mijah secara alami.Sebulan sebelum musim pemijahan induk – induk ikan dipindahkan kedalam bak pemijahan dengan kepadatan 2 – 5 kg / m3 dan perbandingan jantan betina 1 : 1 ( kg ).

Induk – induk yang akan dipijahkan biasanya dipilih dengan Kriteria :

- Aktif bergerak

- Sirip dan sisik lengkap

- Tubuh tidak cacat

- Bebas dari penyakit /parasit.

- Lebih disukai ukuran jantan dan betina yang sama

- Berat : 3,5 – 7 kg betina 2,5 – 7 kg jantan .

Untuk menjaga mutu air di bak pemijahan, perlu dilakukan pergantian air. Biasanya 200 % volume air diganti setiap hari.Salinitas air dijaga pada kisaran 30 – 32 0/00. Namun demikian untuk menjamin agar air dibak pemijahan tetap bermutu baik , akan lebih baik bila dilakukan pengailiran air terus menerus sehingga selam satu hari total pergantian mencapai 200 – 300 %.

Panen dan Perawatan Telur

Panen telur dilakukan dengan sistim air mengalir, telur yang dibawah oleh air disaring dengan jarring halus atau plankton net yang berukuran mata jarring 200 mikron yang dipasang pada bak panen telur. Telur yang sudah ditampung di bak panen dipindahkan kedalam akuarium, kemudian kotoran dan telur yang telur tidak dibuahi yang mengendap didasar akuarium dibuang dengan cara menyipon kotoran tersebut dengan selang plastik.

Telur yang dibuahi dan telah dibersihkan kemudian diteteskan kedalam bak penetesan dengan kepadatan 200 telur /L atau langsung diteteskan dalam bak pemeliharaan larva dengan kepadatan 80 – 100 telur/L.Pada suhu 26 – 280C telur akan menetas dalam waktu 11 – 18 jam.

Jenis-Jenis Penyakit

Penyakit yang sering menyerang ikan Kakap Putih beserta penanggulangannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Jenis Penyakit dan Penyebabnya

Tabel 2. Jenis Penyakit dan Gejala Serangan

Cara Pengobatan

Untuk mengetahui cara pengobatan ikan Kakap Putih yang terserang penyakit lihat pada Tabel dibawah :

Tabel 3. Pengobatan Penyakit dengan Bahan Kimia

Tabel 4. Pengobatan Penyakit dengan Bahan Alami

DAFTAR PUSTAKA

Kurniastutydan julinasari Dewi. 1999. Hama dan Penyakit Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) di Karamba Jaring Apung.

Notowinarto dan Hanum Santoso. Teknik Pemijahan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) Dengan Rangsangan Hormonal. Infish Manual Seri No. 26. 1991.Dirjenkan.

Lingga, Pinus dan Heru Susanto. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta : 2001

Susanti, P. dan A. Rukyani , 1989. Pengendalian Penyakit Dalam Kurungan Apung Di Laut. Makalah Temu Tugas Pemanfaatan Sumber Daya Hayati Lautan Bagi Budidaya. Serang 23 – 24 Mei 1989.

Saturday 23 February 2019

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA KEPITING BAKAU

Kepiting bakau (Scylla serrata) yang dikenal juga kepiting lumpur banyak juga dijumpai diperairan Indonesia, terutama perairan payau yang banyak ditumbuhi oleh tanaman bakau. Jenis kepiting ini disenangi masyarakat mengingat rasanya yang lezat dengan kendungan nutrisi sejajar dengan crustacea lain seperti halnya udang, Oleh karena itu kepiting ini banyak diminati baik dipasaran dalam negeri maupun luar negeri.

Berkembangnya pangsa kepiting bakau (Scylla serrata) baik di dalam maupun di luar negeri adalah suatu tantangan untuk meningkatkan produksi secara berkesinambungan. Dengan mengandalkan produksi semata dari alam/tangkapan, jelas tidak sepenuhnya dapat diharapkan kesinambungan produksinya. Untuk itu perlu adanya usaha budidaya bagi jenis crustacea yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Di sisi lain produksi kepiting selama ini secara keseluruhan masih mengandalkan dari penangkapan di alam, yang kesinambungan prodsuksinya tidak dapat dipertahankan. Oleh karena itu sudah saatnya dilakukan usaha yang lebih rasional yaitu melalui sistem budidayanya.

Klasifikasi Kepiting Bakau

Penggolongan kepiting bakau secara lengkap berdasarkan ilmu taksonomi hewan (system pengelompokan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya) dapat dipaparkan sebagai berkut :

Phyllum : Arthopoda

Class : Crustacea

Ordo : Decapoda

Familia : Portunidae

Genus : Scylla

Species : Scylla serrata

Morfologi Kepiting Bakau

Ukuran kepiting yang ada di alam bervariasi tergantung wilayah dan musim. Misalnya diperairan bakau Ujung Alang, terdapat kepiting bakau dengan kisaran panjang karapas (kerangka luar) 18,80 mm-142,40 mm. Sedangkan diperairan bakau Segara Anakan didapatkan kepiting bakau dengan kisaran panjang karapas 19,20 mm-116,70 mm.

Berdasarkan lebar karapasnya, tingkat perkembangan kepiting dapat di bagi menjadi tiga kelompok :

 Kepiting juwana, lebar karapas 20 mm-80 mm

 Kepiting menjelang dewasa, lebar karapas 70 mm-150 m

m  Kepiting dewasa, lebar karapas 150 mm-200 mm

Tingkah Laku dan Kebiasaan Kepiting Bakau

Secara umum tingkah laku dan kebiasaan kepiting bakau yang dapat diamati adalah sebagai berikut :

 Suka berendam dalam lumpur sering berada didasar (bentic) dan membuat lubang pada dinding atau pematang tambak pemeliharaan. Dengan mengetahui kebiasaan ini, maka kita dapat merencanakan atau mendesain tempat pemeliharaan sedekimian rupa agar kemungkinan lolosnya kepiting yang dipelihara sekecil mungkin merugikan usaha penanganan hidup dan budidayanya. Karena sifatnya yang saling menyerang ini akan menyebabkan kelulusan hidup rendah dan menurunkan produktifitas tambak. Sifat kanibalisme yang paling dominan ada pada kepiting jantan, oleh karena itu budidaya monokultur pada produksi kepiting akan memberikan kelangsungan hidup lebih baik.

 Moulting atau berganti kulit. Sebagaiman jenis crustacea, maka kepiting juga mempunyai sifat seperti crustacean yang lain, yaitu moulting atau berganti kulit. Setiap berganti kulit kepitig akan mengalami pertumbuhan besar karapas maupun beratnya. Umumnya pergantian kulit akan terjadi sekitar 18 kali mulai dari stadia awal sampai dewasa. Selama proses ganti kulit, kepiting memerlukan energi dan gerakan yang cukup kuat, maka bagi kepiting dewasa yang mengalami perlu tempat yang cukup luas.

 Pertumbuhan akan terlihat lebih pesat pada saat masih muda, hal ini berkaitan dengan frekuensi pergantian kulit pada saat stadia awal tersebut.Periode dan tipe ganti kulit penting artinya dalam melakukan pola usaha budidaya yang terkait dengan desain dan kontruksi wadah, tipe budidaya dan pengelolaannya.

 Kepekaan terhadap polutan. Kualitas air sangat berpengaruh terhadap ketahanan hidup kepiting. Penurunan mutu air dapat terjadi karena kelebihan sisa pakan yang membusuk, bahan pencemar, serta adanya bahan-bahan logam berat, dll. Bila kondisi kepiting lemah, misalnya tidak cepat memberikan reaksi bila dipegang dan perutnya kosong bila dibelah, kemungkinan ini akibat dari menurunya mutu air. Untuk menghindari akibat yang lebih buruk lagi, selekasnya pindahkan kepiting ke tempat pemeliharaan lain yang kondisi airnya masih segar.

Daerah Penyebaran

Daerah penyebaran kepiting bakau sangat luas, dari barat daya samudra fasifik hingga samudera hindia. Sebagai mana dijelaskan diatas bahwa negara yang terkenal sebagai pembudidaya kepiting bakau adalah Malaysia, Taiwan, Hawai , Australia dan Filipina.

Lokasi Budidaya

Pemilihan lokasi merupakan salah satu unsur penting dalam usaha budidaya kepiting bakau. Lokasi yang sesuai merupakan salah satu penenentu keberhasilan usaha budidaya kepiting. Hal ini tidak hanya memeberikan produksi yang maksimal, tetapi juga memberikan kemudahan dalam pengelolaannya.

Fakrtor utama yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi budidaya kepiting yaitu tersedianya sumber air baik syarat maupun jumlahnya, tipe dan struktur tanah yang baik, tersedianya pakan yang cukup, dekat dengan sarana dan prasarana produksi, pasar yang baik, dan tersedianya tenaga lapang yang terampil.

Tambak pemeliharaan kepiting diusahakan mempunyai kedalaman 0,8-1,0 meter. Sumber air yang cocok adalah air payau atau air asin, karena kepiting merupakan penghuni daerah pantai. Kadar garam yang dapat memberikan produksi tinggi yaitu berkisar antara 15-30 promil. Kisaran salinitas yang rentannya (15 point) memudahkan bagi petani dalam menemukan daerah yang sesuai.

Tanah yang cocok untuk budidaya kepiting adalah tanah yang memiliki fungsi terutama untuk penahan air, karena fungsi ini berhubungan dengan fungsi tanah dasar dan tanah pematang tambak. Tanah yang baik untuk penahan air adalah tanah berlumpur dengan tekstur liat berpasir (sandy clay) atau lempung berliat (silty loam). Selain sebagai penahan air tanah tambak juga berfungsi sebagai tempat hidup dan sumber unsur hara bagi banyak organisme yang menjadi sumber pakan bagi kepiting.

Disain dan Kontruksi Tambak

Apabila perlakuan terhadap kepiting selama masa pemeliharaan kurang baik, seperti mutu air kurang diperhatikan, makanan tidak mencukupi maka pada saat kepiting tersebut mencapai kondisi biologis matang telur akan berusaha meloloskan diri, dengan jalan memanjat dinding/pagar atau dengan cara membuat lubang pada pematang. Untuk menggindari hal tersebut, maka konstruksi pematang dan pintun air pelu diperhatikan secermat mungkin. Pada pematang dapat dipasang pagar kere bambu atau dari waring, hal ini mengurangi kemungkinan lolosnya kepiting.

Pemasangan pagar kere bambu atau waring pematang yang kokoh (lebar 2-4 meter) dilakukan diatas pematang bagian pinggir dengan ketinggian sekitar 60 cm.

Pada tambak yang pematang tidak kokoh, pemasangan pagar dilakukan pada kaki dasar pematang dengan tinggi menimal 1 meter.

Penebaran Benih Kepiting Bakau

Pada lokasi penghasil kepiting tangkapan dari alam, pada musim benih untuk budidaya tradisisonalpetani hanya mengandalakn benih kepiting yang masuk secara alami pada saat pasang surut air. Setelah beberapan bulan mulai dilakukan panen selektif dengan memungut kepiting yang siap jual.

Pada budidaya polikultur dengan ikan bandeng, ukuran benih kepiting dengan berat 20-50 gram dapat ditebar dengan kepadatan 1000-2000 e kor/Ha, dan ikan bandeng gelondongan yang berukuran berat 2-5 gram ditebar dengan kepadatan 2000-3000 ekor/Ha. Pada budidaya system monokultur benih kepiting dengan ukuran seperti tersebut diatas ditebar dengan kepadatan 5000-15000 ekor/Ha.

Metode yang digunakan untuk tujuan produksi kepiting bertelur ada dua macam yakni : dengan sistem kurungan dan sistem karamba apung.

A. Sistem Kurungan

Kurungan dapat dibuat dari bahan bambu yang dibuat menjadi rangkaian. Lebar bilah bambu 1-2 cm dengan panjang 1,7 meter. Bilah-bilah bambu dirangkai secara teratur sehingga membentuk kere atau semacam pagar. Kere ini kemudian dipasang pada saluran tambak memanjang pada bagian pinggirnya, bila dipasang dalam tambak agar ditempatkan paada bagian yang relatip dalam dan mendapat pergantian air yang cukup.

Kere atau pagar bambu ditancapkan sedalam 30 meter dengan bagian bawah dibuat lebih rapat yang bertjuan agar kepiting tidak lolos. Untuk penempatan kurungan pada saluran tambak ukurannya disesuaiakan dengan lebar saluran tersebut agar tidak menggangu kelancaran aliran saluran tambak ytersebut. Untuk skala yang lebih besar dapat menggunakan petakan tambak dengan luasan antara 0,25-0,50 Ha dengan pagar keliling darin kere bambu ataupun waring.

B. Keramba apung

Selain menggunakan kerungan, untuk budidaya kepiting betelur dapat juga menggunakan keramba apung. Karamba apung dibuat dari rangkain bilah bamboo seperti pada pembuatan kere,kemudian kere yang sudah jadi dirangkai menjadi kotak yang ukurannya disesuaikan dengan lokasi dimana karamba apung akan ditempatkan.

Selanjutnya pada sisi panjang yang berlawanan dipasang pelampung yang dibuat dari potongan bambu yang masih utuh atau dari bahan lainnya. Penempatan karamba apung ini pada temapt bergantian airnya, seperti pada saluran, tepi sungai dan tempat lainnya yang memenuhi syarat diatas.

Proses produksi kepiting bertelur paling lama berlangsung sekitar 5-14 hari atau tergantung ukuran awal penebaran. Singkatnya masa pemeliharaan ini juga dimungkinkan karena kepiting betina yang ditebar dengan berat sekitar 150 gram biasanya sudah mengandung telur.

Pakan

Pakan yang baik adalah pakan yang sesuai dengan perkembangan kepiting. Masing-masing tahp perkembangan (stadia) kepiting, memerlukan jenis pakan yang berbeda. Untuk lebih mudahnya dalam penyediaan pakan kepiting dibagi menjadi dua tahap perkembangan hidup. Pertama larva seperti benih, kedua benih sampai ukuran konsumsi/induk

Pada stadium larva kepiting cenderung sebagai pamakan plankton. Semakin besar ukurannya, kepiting manjadi omnivora atau pemakan segala. Sesuai dengan kebiasaan makannya di alam, jenis pakan yang disukai antara lain chlorella, ikan kecil ataupun anak ikan dan udang-udangan seperti rotifera (Brachianus plicatilis) dan artemia.

Berbagai jenis pakan seperti : ikan rucah, usus ayam, kulit sapi, kulit kambing, bekicot, keong sawah, dan lain-lain. Dari jenis pakan tersebut, ikan rucah segar lebih baik ditinjau dari fisik maupun kimiawi dan peluang untuk segera dimakan lebih cepat karena begitu ditebar akan tenggelam. Hal ini berkaitan erat dengan kebiasaan kepiting yang biasa makan didasar.

Pemberian pakan pada usaha pembesaran hanya bersipat suplemen dengan dosis sekitar 5 %. Lain halnya pada usaha kepiting bertelur dan usaha penggemukan, pemberian pakan harus diperhatikan dengan dosis antara 5-10 % dari berat kepiting yang dipelihara. Kemauan makan kepiting muda lebih besar, karena pada periode ini dibutuhkan sejumlah makanan yang cukup banyak untuk pertumbuhan dan proses ganti kulit.

Pakan buatan atau pakan yang diramu sendiri juga bisa digunakan untuk pembesaraan kepiting. Kelebihan pakan buatan dibanding pakan segar, yakni dapat dibuat dan digunakan setiap waktu sehingga ketersediaannya lebih terjamin. Selain itu kandungan gizinya dapat diatur sendiri dan biayanya bisa disesuaikan dengan keadaan modal.

Pemanenan

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa pemanenan kepiting dapat dilakukan secara selektif, dimana pemanenan ini dilakukan dengan jalan memilih kepiting yang ukurannya telah mencapai ukuran konsumsi. Selain itu pemanenan jug dapat dilakukan dengan jalan pemanenan sekaligus yaitu kepiting dipanen secara sekaligus (dilakukan pengeringan air tambak/wadah budidaya) kepiting.

PENYAKIT KEPITING BAKAU

Penyakit yang sering menyerang kepiting bakau selama ini diketahui bahwa denagn kematian yang tinggi terjadi pada stadium yang ebrbedfa terutama pada tingkat-tingkat zoea awal, akhir, dan megalopa, salah satu factor penyebabnya adalah jamur.

Adapun timbulnya jamur tersebut akibat kondisi lingkungan media pemeliharaan yang tidak stabil, misalnya temperatur naik cuup tinggi pada siang hari dan turun dastis pada malam hari dan kadar oksigen terlarut yang rendah sehingga menyebabkan kepiting tersebut menjadi stress serta memudahkan patogen untuk menyerang.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. 2003 “Budidaya Udang Windu Secara Intensif (Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis)”, Agromedia Pustaka. Jakarta

Dahuri. 2002 ”Koran Waspada Februari 2004”.

Nur, Syaripah. 2004 “Progam Pengembangan Udang Windu di Kabupaten Lampung Timur”, STPP Bogor

Ichsan M. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kepiting Bakau Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Thursday 21 February 2019

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN KERAPU LUMPUR

Budidaya laut merupakan usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kelestarian populasi maupun peningkatan produksi perikanan dalam upaya mengantisipasi permintaan yang semakin meningkat.

Beberapa jenis ikan laut yang mempunyai nilai ekonomis penting telah banyak di budidayakan dalam kurungan apung di perairan Riau,Pantai Utara Jawa, Sulawesi Selatan dan daerah lainnya. Salah satu jenis ikan yang di budidayakan adalah ikan kerapu lumpur (Ephinephelus tauvina).Umumnya benih ikan kerapu lumpur yang di budidayakan masih berasal dari alam, diperoleh dengan alat tangkap bubu. Praktis kegiatan budidaya sangat tergantung dari kuantitas maupun kualitas benih alam serta musiman.

Dengan semakin banyaknya permintaan ikan kerapu untuk pasar domestik maupun pasar internasional, maka benih sebagai sumber produksi akan sulit dipenuhi dari alam serta penyediaanya tidak dapat kontinyu. Berdasarkan kenyataan itu maka kita tidak boleh berharap akan pemenuhan benih dari alam, tetapi harus mulai mengalihkan perhatian ke usaha pembenihan buatan.

Jumlah jenis ikan kerapu ada 46 species yang hidup di berbagai tipe habitat dari jumlah tersebut ternyata berasal dari 7 genus, yaitu Aethaloperca, Anyperodon, Cephalophilis, Cromileptes, Epinephelus, Plectropomos,dan Epinephelus yang sekarang digolongkan ikan komersial dan mulai di budidayakan. lebih lengkapnya sistematika ikan kerapu adalah sebagai berikut:

Class : Telestomi/ Teleostei

Sub class : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Sub- ordo : Percoide

Familia : Serranidae

Sub familia : Epinephelinae

Genus : Epinephelus

Species : Epinephelus suillus

Jenis Kerapu Lumpur/ balong/ estuary grouper (Epinephelus spp)

Bentuknya memanjang dan gilik. Warna dasarnya abu-abu muda dengan bintik-bintik. Jenis Epinephellus suillis berbintik cokelat dengan 5 pita vertical berwarna gelap. Jenis kerapu ini dulunya dikenal sebagai E. tauvina, E. malabaricus mempunyai bentuk yang hampir sama dengan E. suillus, tetapi bintiknya lebih kecil dan berwarna hitam. Kerapu E. suillus banyak terdapat di teluk Banten, segara Anakan, Kep. Seribu, lampung, dan kawasan daerah muara sungai.di daerah tersebut umumnya terdapat banyak lumpur sehingga ikan ini disebut kerapu Lumpur. Ikan ini sudah banyak di budidayakan karena pertumbuhannya paling cepat dibanding kerapu lain serta benihnya tersedia paling banyak.

Benih yang berukuran kecil mudah ditangkap dengan alat sodo/sudu, dan bubu. Sedangkan yang berukuran besar ditangkap dengan pancing, bagan, sero dan bubu. Di Indonesia ikan ini berhasil dipijahkan di dalam bak yang terkontrol, tetapi pemeliharaan larvanya masih merupakan masalah yang belum terpecahkan.

.

BUDIDAYA

Bahan dan Metode

 Induk Jantan sebanyak 4 ekor, berukuran berat 9,5-11kg/ ekor, panjang 83-86cm.

 Induk betina sebanyak 6 ekor, berukuran berat 6-8kg/ekor, panjang 72-80 cm.

 Pakan induk berupa ikan segar dari jenis selar, japuh dan tanjan yang kandungan proteinnya tinggi dan kandungan lemaknya rendah.

 Kurungan apung untuk pemeliharaan induk berukuran 3 x 3 x 3 m. Bak pemijahan kapasitas 100 ton

Metoda

Untuk merangsang terjadinya perkawinan antara induk jantan daqn betina matang kelamin digunakan metode manipulasi lingkungan terkontrol.

Langkah kerja :

1. Seleksi induk di rakit pemeliharaan untuk mendapatkan induk jantan dan betina yang sudah matang kelamin.

2. Induk dipindahkan ke bak pemijahan yang sudah di isi air laut bersih setinggi 1,5m dan salinitas ±32 ppt.

3. Dilakukan manipulasi lingkungan dengan cara menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari.permukaan air diturunkan sampai kedalaman 30 cm dari dasar bak mulai jam 9.00 sampai 14.00. Setelah jam permukaan air di kembalikan ke posisi semula (tinggi air 1,5 m).

4. Pengamatan pemijahan ikan di lakukan setiap hari setelah senja sampai malam hari.

5. Bila diketahui ikan telah terjadi pemijahan, telur segera di panen dan di pindahkan ke bak penetasan.

Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan

Menurut Akbar (2000), bahwa ikan kerapu tergolong buas (carnivora) yang rakus, sifat kanibalnya akan muncul apabila kekurangan pakan, hidupnya menyendiri dan banyak ditemui pada daerah terumbu karang. Pengamatan menunjukan bahwa kerapu mempunyai kebiasaan makan pada pagi hari sebelum matahari terbit dan sore hari menjelang terbenam (Tampubolon dalam Ditjenkan, 1999).

Di alam kerapu mencari makan sambil berenang diantara batu karang, lubang atau celah-celah karang yang merupakan tempat persembunyiannya dan hanya kepalanya saja yang kelihatan, dari tempat itulah kerapu menunggu mangsanya, bila mangsa tampak dari jauh kerapu melesat dengan cepat untuk menangkap dan menelan mangsanya kemudian segera kembali ke tempat persembunyiannya. Kerapu yang dipelihara di dalam Karamba Jaring Apung (KJA) atau dalam bak terkontrol mempunyai kebiasaan menyergap pakan yang diberikan satu persatu sebelum pakan itu sampai ke dasar. Kerapu yang dalam keadaan lapar terlihat siaga dan selalu menghadap ke permukaan dengan mata bergerak-gerak mengintai dan siap untuk memangsa pakan.

Jenis pakan yang disukai adalah udang krosok, belanak, jenaha, cumi-cumi yang berukuran 10-25% dari ukuran tubuhnya (Akbar, 2000). Perbandingan jumlah pakan dengan berat ikan akan menurun sesuai dengan pertumbuhan berat tubuhnya.

PENYAKIT

Di lingkungan alam, ikan dapat diserang penyakit berbagai macam penyakit atau parasit. Demikian juga dalam pembudidayaan, bahkan penyakit atau parasit dapat menyerang dalam jumlah yang lebih besar dan dapat menyebabkan kematian pada ikan.

Penyakit di definisikan sebagai gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh. Penyakit dapat menyebabkan kematian, kekerdilan, periode pemeliharaan lebih lama, tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang lebih rendah,dan hilangnya/ menurunya produksi.

Penyebab-penyebab penyakit antara lain strs, organisme patogen (seperti protozoa,bakteri,dan virus), perubahan lingkungan (sepertimadanyan blooming yang berkembang dalam jumlah yang banyak misalnya alga).faktor racun (seperti dosis obat yang berlenihan),dan kekurangan nutrisi. Penyebab yang berbeda akan menyebabkan pula perbedaan tanda-tanda eksternal ikan yang sakit, misalnya kematian mendadak, perubahan tingkah laku,tidak mau makan,dan sisik terlepas.

Pengontrolan penyakit pada ikan kerapu

Penyakit yang sering menyerang ikan kerapu adalah kutu kulit (skin flukes) seperti Neobendenia spp, dan Bendenia spp. Parasit ini bisa dihilangkan dari ikan yang terserang dengan cara merendam ikan di air tawar selama 15 menit, parasit tersebut tidak berwarna (transparan) tetapi akan berubah menjadi putih di dalam air tawar.

Penyakit lain yang sering terjadi pada budidaya ikan kerapu adalah sirip busuk dan kulit keabu-abuan dengan luka kemerahan. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, terutama Flexibacter spp dan Vibrio spp. Pemberian Oxytetracycline (OTC) sebanyak 50 mg atau Oxolinic acid (10- 30 mg) per kg berat badan ikan secara oral cukup efektif untuk mengatasi infeksi tersebut.

Dua jenis penyakit virus yaitu, Viral Nervous Necrosis (VNN) dan Iridovirus jika menyerang pada ikan budidaya dapat menyebabkan kematian, karena penyakit ini belum ada obatnya. Untuk mencegah agar tidak berkelanjutan dilakukan dengan cara mengurangi stress pada ikan.

Beberapa organisme yang dapat menyebabkan penyakit ikan ialah dari golongan crustacea, cacing, protozoa, jamur, bakteri dan virus. Dari berbagai organisme tersebut yang sering menyerang ikan kerapu budidaya antara lain :

Pengobatan secara alami

Untuk pengobatan alami pada penyakit ikan kerapu lumpur digunakan yang terserang penyakit karena luka bisa digunakan bahan-bahan obat alami yang bahan kandungannya hampir sama dengan pengobatan kimia

1.Kikisan kayu jati/kayu cendana 1 sendok makan, ditaburkan pada luka yang sudah membusuk. 2.Daun sri kaya 10 lembar, di cuci lalu di tumbuk halus bubuhi air kapur seperlunya kemudian urapkan padaluka yang berdarah dan di balut 3.Daun murbei 8 lembar, buah 1 biji gula enau 1jari,bahan ini di giling halus lalu di beri air kapur sirih seperlunya.

Jenis-jenis parasit yang menyerang Kerapu Lumpur.

1. Protozoa

Protozoa merupakan kelompok penyebab penyakit yang paling penting karena dapat menyebabkan patogen pada ikan budidaya. Protozoa adalah hewan bersel satu, berukuran 10-500 um, dan dapat dilihat dengan bantuan nmikroskop. Jenis protozoa yang sering menyerang ikan kerapu yaitu Cryptocayon sp. Penyakitnya disebut cryptocaryoniosis atau bintik putih (white spot) Organisme ini menyerang ikan pada bagian kulit dan insang. Tanda-tanda ikan yang diserang penyakit ini yaitu hilangnya selera makan, lesu, mata menjadi buta, sisik terkupas, kadang–kadang ada pendarahan, dan kerusakan sirip serta insang mengalami kerusakan dan terlihat banyak lendir yang menempel. Cara penanggulagan penyakit dengan obat kimia yaitu: perendaman dengan Acrivalin konsentrasi 5-10 g selama 3 hari berturut-turut.

2. Infeksi Trichodina

Jenis Cilliata, menyerang insang dan permukaan kulit. Parasit ini tidak terlalu berbahaya tetapi jika serangannya berat dapat merangsang produksi lendir atau dapat pula menimbulkan peradangan. Penanganan parasit ini sama dengan penanganan pada parasit insang yaitu dengan perendaman formalin 30 ppm selama 24 jam.cara penangulangan dengan bahan kimia yaitu : Infestasi monogenia perendaman dengan H2O2 150 ppm selama 30 menit. Pengobatan dengan obat alami dengan menggunakan daun sambiloto dengan dosis 1

3. Nerocila sp

Nerocila sp termasuk golongan crutacea (hewan yang beruas-ruas) dan bersifat vivipar, yaitu telur-telur di inkubasi di bagian sisi bawah perut, setelah menetas baru di lepaskan agar berenang bebas dan menyerang ikan lain.hewan ini merupakan parasit yang menyerang ikan berukuran lebih 50 g. Ukuran tubuh nerocila yang dewasa sekitar 2-3 cm dan mudah dilihat dengan mata biasanya nerocila menyerang bagian insang ikan sehingga pernapasan ikan terganggu. Namun, kadang-kadang ditemukan juga di rongga hidung ikan yang berukuran besar. Parasit ini ditanggulangi dengan cara sebagai berikut. Keramba diangkat dan ikan dimasukkan dalam bak, kemudian keramba tersebut disemprot dengan larutan formalin, sedangkan ikan-ikan yang ada di dalam bak direndam dalam formalin 200 ppm beberapa menit sampai nerocila rontok sendiri dan bisa di buang.

4. Cacing

Cacing yang menjadi perasit ikan kerapu budidaya biasanya jenis Diplectanum. Cacing ini berukuran 0,5-1,9 mm dan mempunyai ciri khusus, pada ujung depan terdapat 2 pasang mata. Cacing menyerang insang. Ikan sehingga warna insang menjadi pucat dan kelihatan berlendir. Penyerangan penyakit ini sering di barengi dengan penyakit lain, seperti vibnriosis (bakteri vibrio)

Beberapa cara penanggulangan ikan yang diserang parasit Diplectanum sebagai berikut:

o Ikan- ikan yang terserang direndam dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm selama 0,5 -1 jam dan diulang setelah 3 hari.

o Ikan kerapu yang diserang direndam dalam air tawar selama 1 jam atau dalam air yang mengandung acrivlavin 100 ppm selama 1 menit atau 10 ppm selama 1jam.

5. Oodiniasis

Oodiniasis disebabkan oleh protozoa Amyloodium ocellatum. Biasanya menyerang pada lamella insang sehingga insang yang terserang berwarna pucat. Pengendalian parasit ini dapat dilakukan dengan perendaman 200 ppm formalin selama 1jam.

6. Skin Monogenic Trematode/ Cacing Kulit

Skin Monogenic Trematoda sering disebut juga dengan Skin Flukes. Spesies yang sering menyerang ikan kerapu adalah Benedenia sp. dan Neobenedenia sp. Parasit ini menyerang pada mata sehingga mata menjadi opaque, berwarna putih keruh dan dapat menyebabkan kebutaan. Apabila parasit ini menyerang permukaan tubuh ikan maka kulit ikan menjadi luka sehingga memudahkan serangan sekunder bakteri menyerang ikan. Pengendalian parasit ini adalah dengan perendaman 150 ppm

H2O2 30 % selama 30 menit atau dengan air tawar selama 5 - 10 menit. Treatment ini diulangi 7 hari kemudian. pengobatan dengan obat alami yaitu dengan menggunankan daun murbei karena fungsinya megobati radang mata merah. Dosis 5-10g

7. Gill Monogenic Trematode/ Cacing Insang

Gill monogenic trematode disebut juga gill flukes, spesifik menyerang insang. Ikan yang terserang kehilangan nafsu makan dan berenang di permukaan air, warna tubuh menjadi pucat. Ada 3 golongan yang sering menyerang insang yaitu Haliotrema, Pseudorhabdosynochus dan Diplectanum. Gyrodactylus sp dan Dactylogyrus sp banyak menyerang pada ikan kakap putih dan kerapu. Insang yang terserang lamellanya akan mengalami hiperplasia jika diamati secara histologi. Penanganan parasit ini yaitu dengan perendaman 30 ppm formalin dalam air laut selama 24 jam dilakukan 2 – 3 kali dengan interval waktu 7 hari. Jenis-jenis Bakteri yang menyerang Kerapu Lumpur.

Ada 3 jenis golongan bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada ikan laut, yaitu bakteri perusak sirip (bakterial fin rot), bakteri vibrio, dan Streptococcus sp.

1. Bakteri perusak sirip (Bactarial fin rot)

Biasanya sirip-sirip ikan mengalami kerusakan, terutama pada ujung-ujungnya. Pada bagian sirip ekor rusak sehingga hanya tersisa bagian peduncle (dekat pangkal ekor). Ikan

yang sakit ini biasanya diserang juga oleh bakteri Myxobacter,Vibrio, Pseudomonas, dan bakteri cocus gram negatif. Penyerangan oleh bakteri ini biasanya terjadi pada waktu

penanganan hasil (pasca panen), mulanya ikan-ikan saling menggigit dan lukanya kemudian terinfeksi oleh bakteri tersebut.

Banyak jenis antibiotik dipasar yang digunanakan untuk penanggulangan bakteri ini. Antibiotik tersebut antara lain nitrofurazone 15 ppm atau sulphonamid 50 ppm selama 2 jam, chlorampenicol 50 ppm selama 2 jam,dan acriflavin 100 ppm selama 1 menit.

2. Bakteri Vibrio sp

Bakteri ini merupakan gram negatif yang berbentuk batang dan menyebabkan penyakit vibriosis. Dua species bakteri vibrio yang biasa menyerang ikan kerapu, yaitu Vibrio alginolyticus dan V. Parahaemolyticus. Ikan yang terserang oleh bakteri ini tampak berwarna gelap. Penanggulangan dapat dengan memberi Oxytetracyclin sebanyak 0,5 g per kg pakan selama 7 hari atau chloramphenicol 0,2 g per kg pakan selama 4 hari (untuk ikan yang masih mau makan atau dengan perendaman nitrofurazone 15 ppm paling sedikitnya 4 jam

3. Bakteri Streptococcus sp

Bakteri ini menyebabkan penyakit streptococcus dengan tanda- tanda ikan kelihatan kelelahan, berenang tidak teratur, dan terjadi pendarahan pada mata. Bakteri streptococcus tahan terhadap sejumlah anti biotik yang biasa digunakan untuk penanggulangan sebagai saran untuk pengobatan penyakit ini yaitu dengan pemberian ampixillin 0,5 per kg pakan selama 5 hari atau erythromycin estolat 1g per pakan selama 5 hari. Bila tidak mau makan, dapat diberikan suntikan dengan penicillin 3.000 unit per kg pakan ikan.

Tabel1. jenis penyakit yang menyerang ikan kerapu lumpur

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. III No. 4 Tahub 1997

Koran pak Oles Edisi 72, minggu Ke-1Januari 2005.

Sunyoto, P. 1994, Pembesaran kerapu dengan keramba jaring apung, Penebar Swadaya, Jakarta.

Purwono dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kerapu Lumpur Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Tuesday 19 February 2019

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN JAMBAL SIAM

Penyakit merupakan salah satu factor penyebab kegagalan usaha budidaya ikan jambal siam. Usaha budidaya yang dilakukan secara intensif dapat dicirikan dengan semakin tingginya padat penebaran dan semakin banyaknya pakan yang diberikan. Masalahnya, air yang digunakan sebagai media hidup ikan jambal siam akan mengalami pengotoran akibat metabolisme . Keadaan seperti itulah yang akan membuka peluang bagi tumbuh dan berkembangnya penyakit ikan.

Untuk itu, sebelum memulai suatu usaha budidaya ikan jambal siam, peternak ikan perlu membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang penanggulangan hama dasn penyakit ikan. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guna mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit pada ikan jambal siam , yaitu dengan mengetahui penyebab sakitnya ikan jambal siam, tanda – tanda ikan sakit, cara mencegah agar ikan tidak sakit, sertacara mengobati jika ikan tersebut telah terserang penyakit.

Klasifikasi Ikan Jambal Siam

Klasifikasi ikan jambal siam menurut saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Ordo : Ostariophysi

Sub Ordo : Siluroidea

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius hypophthalmus sauvage

NamaInggris : Catfish

NamaLokal : Jambal siam dan Lele Bangkok

Patin siam (Pangasius hypophthalmus) adalah ikan budidaya dan akuarium populer. Ia dikenal pula sebagai jambal siam, lele bangkok, dan hiu bangkok. Dalam bahasa perdagangan internasional dikenal sebagai siamese shark, sutchi catfish, atau pangasius.

Secara taksonomi, ia dan patin raksasa Mekong (P. gigas), dimasukkan ke dalam anakmarga Pangasianodon. Pangasianodon dapat pula dianggap sebagai marga tersendiri, sehingga penyebutan Pangasianodon hypophthalmus juga diterima.

Ikan ini di alam ditemukan di beberapa sungai besar Indocina, seperti DAS Mekong dan Chao Phraya, tetapi sekarang telah dibudidayakan di mana-mana untuk dikonsumsi. Perdagangan filet ikan ini cukup tinggi kuantitasnya. Mereka dikenal sebagai omnivora, dengan memakan krustasea kecil, ikan lain, dan sisa-sisa tanaman.

Morfologi

Ikan ini mempunyai ciri-ciri berbadan pipih dan memanjang, mulut subterminal dengan 4 kumis, sirip punggung mempunyai duri yang bergerigi, bersirif tambahan . terdapat garis lengkung mulai dari kepala sampai pangkal ekor. Sirip ekor bercagak dengan tepi berwarna putih. Warna badan kelabu kehitaman, sirip anal putih dengan garis hitam ditengah.

PEMBESARAN

Kolam yang digunakan untuk pembesaran ikan jambal siam dikeringkan 3 – 5 hari sampai tanah dasar retak – retak. Maksud pengeringan adalah untuk membunuh bibit penyakit yang ada dikolam tersebut,serta untuk memudahkan pekerjaan pemupukan, perbaikan pematang yang bocor, dan pengolahan tanah dasar kolam.

Untuk menumbuhkan pakan alami berupa plankton yang dibutuhkan ikan jambal siam saat ditebarkan, kolam harus dipupuk dengan menggunakan pupuk kandang. Jenis pupuk kandang serta dosis yang digunakan untuk kolam pembesaran yaitu sama dengan kolam pendederan.

Selanjutnya kolam diisi air secara bertahap. Pada hari pertama ketinggian air 20 cm selanjutnya ditambah hingga mencapai ketinggian minimal 100 cm. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan agar pupuk dapat bereaksi dengan sempurna, hingga plankton dapat tumbuh sesuai dengan yang diharapkan.

Penebaran benih baru dapat dilakukan setelah persiapan kolam dilakukan dasn plankton dipastikan telah tumbuh. Penebaran benih dil;akukan secara hati – hati dengan cara aklimatisasi suhu air di wadah pengangkutan dengan kolam pembesaran. Jumlah benih jambl siam yang ditebarkan sebanyak 5 ekor/m dengan ukuran 5 – 8 cm per ekor.

Pemijahan

Sebelum dipijahkan induk diberok selama 1 malam

Pemijahan dilakukan secara buatan dengan menyuntik induk betina dengan hormon kelenjar hipofisa dan HCG

Penyuntikan dalakukan 2 kali:

Penyuntikan pertama : dengan 1 dosis kelenjar hipofisa donor ikan mas

Penyuntikan kedua : dengan 2 dosis kelenjar hipofisa + HCG dosis 500 Iu/kg

Selang penyuntikan antara pertama dan kedua adalah 1 jam, bagian yang disuntik adalah pangkal sirip punggung bagian belakang

Ovulasi terjadi 12 jam setelah penyuntikankedua

Pembuahan dilakukan dengan pengurutan baik sperma maupun telur

Penetasan Telur

Telur yang sudah dibuahi diteteskan dalam akuarium ukuran 60 x 40 x 40 cm dengan ketinggian air 30 cm, dengan kepadatan 8.000-9.000 butir/akuarium secara merata didasar akuarium.

Dengan suhu air 25-29 derajat C telur akan menetas dalam waktu 18-24 jam stelah pembuahan

Setelah menetas larva dipindah kedalam akuarium yang diaerasi terus menerus dengan ketinggian air 30 cm

Pemeliharaan Larva

Larva dipelihara dengan kepadatan 50-75 ekor/1 selama 10-14 hari

Pakan berupa naupli artemiasebanyak 1 sendok teh dengan frekwensi 3-5 kali/hari

Panen dengan cara penyedotan dengan selang plastik atau ditangkap dengan scopnet

Pendederan di Kolam

Persiapan kolam meliputi:

– pengeringan 2-3 hari

– perbaikan pematang

– pemupukan engan dosis 500-750 gr/m2

– setelah diisi air selama 3 hari kolam siap digunakan

Padat tebar 30-5 ekor/m2 untuk ukuran 0,8-1,1 cm

Pakan tambahan brupa pelet remah sebanyak 10% berat biomas per hari dengan frekwensi 3 kali /hari

Lama peeliharaan selama 3-4 minggu, kemudian dipanen dengan mengeringkan kolan dan benih ditangkap dengan waring nilon dimana benih sudah mencapai ukuran 5-8 cm

HAMA DAN PENYAKIT IKAN JAMBAL SIAM

Penyakit merupakan salah satu faktor penyebab kegagalan usaha budidaya ikan jambal siam. Masalahnya, air yang digunakan sebagai media hidup ikan akan mengalami pengotoran, khususnya akibat metabolisme. Keadaan seperti inilah yang akan membuka peluang bagi tumbuh dan berkembangnya penyakit ikan.

Hama

Hama biasanya berukuran lebih besar daripada ikan dan bersifat memangsa. Pada usaha budidaya ikan jambal siam, kemungkinan terjadinya serangan hama lebih banyak dialami pada usaha pendederan atau pembesaran sebab kedua usaha tersebut dilakukan dialam terbuka, seperti dijaring, kolam,atau keramba, sedangkan usaha pembenihan dilakukan diruang tertutup.

Jenis- jenis hama yang dapat menyerang ikan jambal siam adalah linsang (sero), ular air, dan burung. Cara pemberantasan yang paling efektif adalah secara mekanis atau membunuhnya langsung jika hama tersebut ditemukan dilokasi budidaya.

Penyakit

Secara umum, penyakit yang menyerang ikan jambal siam digolongkan kedalam dua golongan. Pertama, penyakit non – infeksi, yaitu penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang bukan fatogen. Penyakit ini tidak menular. Kedua, penyakit akibat infeksi yang timbul karena gangguan organisme patogen.

A. Penyakit non - infeksi

Keracunan dan kekurangan gizi adalah contoh penyakit non – infeksi yang dapat ditemukan pada budidaya ikan jambal siam. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan jambal siam keracunan, yaitu pemberian pakan yang kualitasnya kurang baik atau terjadinya pencemaran air media budidaya akibat tumpukan bahan organik atau sampah yang membusuk. Kekurangan gizi umumnya disebabkan pemberian pakan tambahan yang kurang bermutu.

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan jika ikan jambal siam keracunan adalah dengan memberikan pakan yang sesuai dengan anjuran. Juga lingkungan budidaya harus tetap dijaga kebersihannya. Sementara itu, agar ikan jambal siam tidak kekurangan gizi, pakan harus diberikan dalam jumlah cukup serta berkandungan protein tinggi dan dilengkapi dengan vitamin dan mineral.

B. Penyakit Akibat Infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Daelani, Deden, Agar Ikan Sehat, Jakarta: Penebar Swadaya. 2001.

Harmanto, Ning, Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan Dengan Mahkota Dewa, Jakarta, Penebar Swadaya. 2004

Ikan Patin Jambal Andalan Indonesia” dalam warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian,Volume 22 No.3 Tahun 2000

Nuraeni,Neni,Kegiatan Produksi Benih Patin (Pangasius Hypophthalmus) di Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Air tawar Program Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Institut Pertanian Bogor, 2001

Susanto Heru dan Khairul Amri, Budidaya Ikan Patin,Jakarta : Penebar Swadaya,1997

Supriatna R.O. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Jambal Siam Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Monday 18 February 2019

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA UDANG WINDU

Pembenihan udang windu umumnya dilakukan untuk menutup kebutuhan benih ditambak yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah benih yang tersedia di alam. Berbagai masalah timbul dalam usaha pembenihan, meningkatkan daya pikir dan semangat para pengelola untuk menghadapi segala resiko yang ada.

Salah satu masalah yang penting adalah serangkaian penyakit, baik dalam proses pembenihan maupun proses pembesaran di tambak. Masalah penyakit ini sebagaian besar terjadi dan mempengaruhi produksi udang pada tingkat pembenihan. Beberapa cara pengobatan dilakukan, tetapi perlu diketahui bahwa tindakan pengobatan pada dasarnya merupakan suatu usaha yang tidak diutamakan untuk diterapkan dalam pembenihan atau pembesaran udang. Tindakan yang paling tepat dalam menangani masalah penyakit adalah tindkan pencegahan.

Agar dapat dipahami lebih dalam berbagai usaha pencegahan hama dan penyakit udang baik dalam pembenihan maupun dalam pembesaran, kiranya perlu diketahui asal – usul penyakit udang tersebut. Buku ini hanya membahas khusus mengenai Hama dan Penyakit udang di tambak serta Cara pencegahan yang efektif untuk dilakukan.

Taksonomi Udang Windu

Menurut Soetomo (1990), klasifikasi udang windu (Penaeus monodon) adalah sebagai berikut :

Phylum : Arthropoda

Kelas : Crustaceae

Sub Kelas : Malascrotasca

Ordo : Decapoda

Sub Ordo : Natantia

Famili : Penaeidae

Sub Famili : Penaeidae

Genus : Penaeus

Species : Penaeus monodon

Morfologi Udang Windu

Udang Penaeid seperti halnya udang lainnya, yaitu hewan air yang beruas dimana tiap ruasnya terdapat sepasang anggota badan. Anggota badan ini umumnya bercabang dua atau biramus (Mujiman, 1989). Secara morfologi tubuh udang windu dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu cephalothorax (kepala dan dada), dan abdomen (perut). Bagian cephalothorax tertutup oleh carapace atau segmentasinya tidak terlihat jelas dari luar. Ruas – ruas pada udang penaeid secara keseluruhan berjumlah 20 buah, termasuk bagian badan dimana terletak mata bertangkai. Pada tiap-tiap ruas terdapat anggota badan yang fungsinya bermacam – macam.

Pada ruas kepala pertama terdapat mata majemuk yang bertangkai. Antena (Antenules) mempunyai dua buah flagella pendek yang berguna sebagai alat peraba dan pelindung. Antena II (Antenae) mempunyai dua cabang pula yaitu cabang pertama (Eksopodite) disebut prosartema berbentuk pipih dan tidak beruas, sedang cabang kedua berupa cambuk panjang yang berfungsi sebagai alat perasa dan peraba.

Anggota badan yang terletak pada tiga ruas terakhir berfungsi sebagai alat bantu mulut. Alat ini berupa mandibula yang bertugas menghancurkan makanan yang keras dan dua pasang mandibula berfungsi membawa makanan ke mandibula.

Dada terdiri dari delapan ruas, masing – masing ruas mempunyai sepasang anggota badan yang disebut thoracopoda. Thoracopoda pertama sampai ketiga memegang makanan. Thoracopoda keempat sampai keenam berfungsi sebagai kaki jalan yang disebut periopoda. Ciri khas udang penaeide adalah periopoda satu sampai tiga memiliki capit kecil.

Bagian perut (abdomen) mempunyai enam ruas. Ruas pertama sampai kelima memiliki anggota badan yang disebut pleopoda. Pleopoda berfungsi sebagai alat untuk berenang, oleh karena itu bentuknya pendek, kedua ujungnya pipih dan berbulu (setae). Ruas keenam pleopoda berubah bentuk menjadi pipih dan melebar yang disebut uropoda yang bersama telson berfungsi sebagai kemudi.

Sifat dan Kelakuan

a. Sifat Noktunal

Sifat Noktunal adalah sifat binatang yang aktif mencari makan pada waktu malam. Pada waktu siang mereka lebih suka beristirahat. Apabila didalam suatu tambak udang aktif bergerak pada waktu siang, ini bertanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Mungkin karena makanannya kurang, kadar garam meningkat, suhu naik, ogsigen kurang ataupun karena timbul senyawa-senyawa beracun seperti asam sulfide (H2S), zat asam arang (CO2), amoniak (N2H3).

b. Sifat Kanibalisme Sifat kanibalisme yaitu suatu sifat suka memangsa sejenisnya sendiri. Sifat ini sering timbul pada udang yang sehat. Dalam keadaan yang kekurangan makanan , sifat kanibalisme akan tampak lebih nyata. Sifat demikian ini sudah nampak pada waktu udang masih burayak, yaitu mulai tingkat mysis.

c. Ganti Kulit

Udang mempunyai kerangka luar yang keras. Oleh karena itu untuk tumbuh menjadi besar mereka perlu membuang lulit lama, dan mengantinya dengan kulit yang baru. Udang muda lebih sering berganti kulit dari pada udang dewasa

Pengetahuan mengenai sumber penyakit yang sering menyerang udang windu, selain sangat membantu dalam upaya pengobatan juga bermanfaat dalam menentukan tindakan yang harus dilakukan petani untuk mencegah serangan suatu penyakit yang mungkin akan dialami oleh udang atau ikan yang dibudidayakan.

Sumber penyakit yang sering menyerang udang ditambak dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian:

Hama Udang di Tambak

Hama adalah hewan yang berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan ganguan pada udang. Hama dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

a. Golongan Hama Predator (Pemangsa)

Golongan hama pemagsa (Predator) merupakan golongan yang sangat merugikan karena memagsa udang secara langsung, yang termasuk golongan ini adalah :

 Golongan Ikan Buas

Golongan ikan buas yaitu : kakap (Lates Colcalifer), payus atau bandeng lelaki (Elops hawaiensis), kuro (Polynemus Sp), kerong-kerong (therapon Spp), mayung atau keting (Arius maculates), belut (Synbranchus bengalensis).

. Ketam-ketaman

Golongan predator ketam – ketaman yakni kepiting, (Scyla serata ), ketam bulum (sesarma SP)

• . Ular

Ular yang antara lain adalah: ular kadut (cereberns rhynchops).

• . Bangsa burung

Bangsa burung antar lain adalah: Burung blekok (Ardeola rallloides speciosa ), cagak (Ardea cinerea rectirostris), Pecuk gagakan (Phalocrocoray corbo simensis), Pucuk ulo (Anhinga rufa melanogaster).

b. Golongan Hama Penyaing (Kompetitor)

Golongan hama penyaing merupakan hama yang dapat menyaingi udang dalam hidupnya, baik mengenai makanan maupun tersedianya oksigen di dalam tambak. Yang termasuk golongan ini adalah : Ikan liar yaitu Mujair (Tilapia mossambica), Belanak (Bugil Spp), Pernet (Aplocheilus javanicus), Rekret (Ambassis gynocephalus), dan Siput yaitu Trisipan (Cerithidea alata), Cerithidea djariensis dan Cerithidea autodorata, Larva nyamuk Cyronomas longilobus, jenis udang yaitu udang kecil kecil Cardina dentaculata, jenis ketam yaitu seasorina SP.

c. Golongan Hama Pengganggu

Hama jenis ini merupakan hama yang suka merusak lingkungan tambak yaitu merusak pematang tanah dasar dan pintu air, yang termasuk golongan ini adalah:

 Bangsa udang yang suka membuat lubang – lubang di pematang sehingga dapat mengakibatkan bocoran.

 Udang tanah (Thallasina anomala), udang kecil - kecil (Cardina dentaculata), ini juga suka membuat lubang – lubang di pematang.

 Hewan – hewan pengerek kayu pintu air seperti remis pengerek (Teredo navalis) dll.

 Tritip (Belanus SP), dan tiram (Crossostrea Sp) yang suka menempel pada bangunan – bangunan pintu air.

Cara penanggulangannya dan upaya pemberantasan hama tambak dikenal dengan dua cara yaitu:

A. Cara Mekanis

B. Cara Kimiawi

a.1. Pemberantasan Secara Mekanis

Pemberantasan cara mekanis yaitu cara pemberantasan yang dilakukan pada saat pengeringan rehabilitasi tambak, dengan cara mencari, menangakap, dan mematikannya, namun untuk tambak yang sukar dikeringakan maka alterantif lain adalah dengan cara kimiawi.

b.2. Pemberantasan Secara Kimiawi

Pemberantasan secara kimiawi yaitu suatu cara pemberantasan yang umum dilakukan yaitu dengan bantuan racun nabati dan pestisida yang dianjurkan. Penggunaan racun nabati untuk pemberantasan hama tambak biasanya berupa perasan (ekstrak), sebagai contoh adalah rotenon (C23H22 O6) dan saponim, yang merupakan pestisida yang bersifat selektif yang pada dosis tertentu bahan tersebut mematikan ikan tetapi tidak mematikan udang yang dibudidyakan.

Rotenone yang terdapat di dalam akar tuba (Dierrisellipica) di anggap yang paling efektif untuk memeberantas benih ikan buas. dan ikan buas yang memangsa udang daya racunnya lebih sempurna apabila salinitas (kadar garam) air tambak rendah, sehingga diperlukan dosis yang lebih rendah.

Cara penggunaan untuk diolah sendiri adalah :

 Akar tuba yang kering yang telah di timbang sesuai dengan kebutuhan dipotong kecil-kecil, direndam dalam air selama sehari semalam.

 Kemudian ditumbuk apabila sudah hancur kemudian direndam dalam air dan diperas sampai air perasan menjadi putih.

 Kemudian saring ampasnya, dan diambil air yang berwarna putih seperti susu dan berbau tajam (ekstrak) yang kemudian langsung dapatlangsung digunakan.

Cara Pemberantasannya

 Setelah selesai tahap reklamasi, maka tambak diisi dengan air dengan ketinggian 30-40 cm.

 Dipercikan secara merata ke seluruh air dengan dosis 10 kg/Ha.

 Aplikasi yang tepat adalah pada waktu pagi hari

 Pengaruh akar tuba akan hilang setelah 2-5 hari.

 Setelah satu minggu sudah siap untuk ditaburi benur

Saponim yang terdapat dalam bungkil biji teh (Camellia cinensis) sangat efektif untuk memberantas ikan buas siput dan ketam, ampas yang terdapat di dalam biji teh setelah diekstrsaksi mengandung 10-13%.

Cara penggunaan untuk pengolahan sendiri adalah:

• Biji teh dikeringkan kemudian ditumbuk sampai halus ,

• Kemudianj direndam dalam air dan diperas-peras agar saponimnya melarut (ekstrak).

• Larutan saponim sudah bisa digunakan untuk pemberantasan hama tambak.

Saponim yang terdapat dalam bentuk bungkil biji teh dosis pemakaiannya adalah 15-18 kg per hektar., dengan kedalaman air 10-15 cm. sedangkan dalam bentuk tepung biji teh dosis pemakainnya adalah 150 kg – 180 kg perhektar dengan kedalaman air rata - rata 30 cm. Pemakaian pestisida yang sudah bi asa digunakan pada tambak udang adalah CHEMFISH 5 EC dan Brestan 60 WP. Pestisida CHEMIFISH 5 EC (emulsi fiableconcentrate) merupakan pestisida dengan bahan aktif rotenonen (C23H22O6) = 5 % yang berasal dari akar tuba (Derris elliptica). Efektif unutk membasmi ikan buas dan ikan liar.

Cara penggunaannya adalah:

 Tambak diisi dengan air dengan ketinggian kurang lebih 10 cm.

 Kemudian CHEMIFISH 5 EC yang sudah diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:10 liter air, disemprotkan dengan sprayer secara merata di atas permukaan air.

 Dosis yang dianjurkan adalah 3 liter CHEMIFISH 5 EC perhektar.

Pestisida BRESTAN 60 WP (wettable powder) adalah jenis pestisida organotion yang dalam lingkungan perairan akan terhidrolisis manjadi fentin hidroksida. Yang sangat efektif untuk membasmi hewan moluska, trispan dan siput.Dosis yang diperkenankan sebelum penebaran benur adalah 0,5 - 2,5 ppm dan sangat beracun pada salinitas yang tinggi (28-40 promil) dan suhu tinggi. Konsentrasi lethal (LC 50) BRESTAN 60 WP adalah 0,96 ppm sedangkan untuk konsentarasi yang lebih aman adalah 0,36 ppm.

Penyakit Udang di Tambak

Penyakit menurut beberapa ahli didefinisikan sebagai gangguan beberapa fungsi sebagian atau seluruh organ tubuh dikarenakan adanya factor abiotik (Kualitas air, makanan dan lainnya) dan factor biotk (organisme penyebab penyakit atau pathogen). Masalah utama yang merupakan kendala yang utama dalam budidaya udang adalah masalah manajemen, pakan dan penyakit.

Di dalam budidaya udang windu penyakit dapat menyebabakan kerugian ekonomis. Kerugian yang ditimbulkan tergantung kepada:

1. Persentase populasi udang yang terserang penyakit

2. Umur udang yang terinfeksi penyakit

3. Parahnya penyakit

4. Adanya infeksi sekunder.

Penyakit kebanyakan bersifat infektif tetapi tidak dilupakan bahwa factor - factor non-infektif juga sangat berperan dalam kesehatan udang. Peran ini berhubungan dengan :

1. Lingkungan tempat hidup udang : udang terkungkung oleh air beserta semua jenis organisme dan polusi.

2. Sifat udang yang nonkturnal yaitu, sifat yang aktif mencari makan pada waktu malam hari dan kanibal ( sifat yang suka memangsa jenisnya sendiri ). Sifat ini dapat mengakibatkan rendahnya tingkat metabolisme apabila terjadi difensiesi makanan, intoksidasi oleh asam sulfide ( H2S ), Amoniak ( NH3) dan steress akibat kurangnya kandungan oksigen terlarut dalam air.

Penyebab penyakit pada udang dapat dibagi menyadi dua kelompok :

Non-infeksi : - Stres

- Intoksikasi (keracunan)

- Defisiensi (kekurangan makanan )

Infeksi : - virus

- Bakteri

- Jamur

- Protozoa

- Metazoa

Pada umunya intoksikasi (keracunan) dan infesi virus terjadi secara mendadak dan mengakibatkan kematian udang secara tajam. IIntoksikasi dan infeksi virus yang terjadi hanya beberapa jam atau beberapa hari dan sebagian besar populasi udang yang dibudidayakan bisa musnah. Infeksi bakteri lamanya berlangsung dari beberapa hari sampai baberapa minggu dan masih bisa memberikan informasi yang di perlukan tentang penyebabnya

Pemberian pakan yang berlebihan dapat mengkibatkan tinggihnya kadar Amoniak karena terjadi akumulasi ( penimbunan) sisa makanan dan kotoran udang yang mengandung nitrogen amoniak yang terlarut dalam air terdapat dalam bentuk ion ( NH4+) dalam bentuk union (NH3) dan selalu dalam persenyawaan equilibrium. Amoniak (NH3) adalah senyawa union yang bersifat racun terhadap udang keseimbangan kadar NH3 dan NH4 tergantung pada suhu, pH, salinitas, alkalinitas, dan oksigen terlarut.

1. Penyakit Disebabakan Oleh Virus

Sampai dengan saat sekarang ada 3 jenis penyakit yang disebabkan oleh virus pada udang windu yang dibudidayakan yaitu, Monodon Baculo Virus (MBV), Infection Hypodermal and Hematopoietic Necrosi Virus (IHHNV) dan Hepantopancreatic Parvo- like virus (HPP).

Jenis virus yang sering di isolasi dari tubuh larva udang penaeid adalah kelompok Baculo virus yang terdapat pada sel- sel epithel hepatopankreas dan usus pada udang yang terserang penyakit sekresi rendi (mucus) mengalami peningkatan, permukaan kulit dan ingsang di tempeli oleh kotoran (lumpur) sehingga permukaan tubuh menjadi kasar.Tanda-tanda kerusakan pada hati (hepatopankreas) adalah terjadi pembengkakan berwarna pucat disertai dengan lubang- lubang kecil dibagian usus tengah (midgut) dalam jumlah banyak, padat dan berwarna hitam (melamin).

Penyakit yang disebabkan oleh Monodon Baculo Virus (MBV) yang dapat mengakibatkan kematian yang cukup tinggi yaitu memusnahkan 90 % udang pada stadia pasca larva hanya dalam lebih kurang dua minnggu pemeliharaan. Penyakit ini sering diketemukan menyerang pada PL 20 ke atas.

Namun ada dua jenis penyakit yang ganas disebabkan oleh virus yaitu:

a. Penyakit Kepala kuning (Yellow Head disease) yang disebabkan oleh virus YHV (Yellow Head Baculo Virus) Gejala: mula – mula nafsu makan meningkat dalam beberapa hari kemudian berhenti sama aekali. Kepala dan insang berwarna kuning.

b. Penyakit Bercak Putih (White Spot Diseas). Disebabakan oleh virus SEMBV (Systim Ektodermal and Mesodermal Baculo Virus).

Udang yang sakit tampak lemah dan berenang ke pinggir tambak, usus kosong, Tubuh pucat dan kemerah – merahan dan kadang ditempeli organisme penempel. Gejala khas berupa bercak putih dengan diameter 1-2 mm, mula-mula terlihat di karapas dibagian kepala dan bila sudah parah bercak putih menyebar keseluruh tubuh.

Sampai denga sekarang ini belum diketemukan cara untuk memberantas penyakit Virus maupun jenis obat yang efektif untuk penyakit ini, oleh karena itu tindak pencegahan adalah langkah yang paling tepat, upaya penanggulangan dapat dilakukan antara lain dengan jalan mengganti air secara rutin setiap hari minimal 5 % dari total volume air tambak, penggunanaan pakan harus dipantau secara ketat agar tidak menimbulkan penimbunana sisa pakan yang menyebabkan pembusukan, mengeluarkan tanah dasar tambak berwarna hitam dan berbau busuk, mengiosolasi daerah yang terserang penyakit dalam keadaan parah perlu segera dilakukan tindakan pemusnahan dengan jalan pembakaran dan penguburan.

2. Penyakit Disebabkan Oleh Bakteri

Meskipun bakteri sangat umum menyerang udang namun infeksinya bersifat “ oportunis’’ yang mana bakteri tersebut bukan merupakan penyebab utama timbulnya penyakit pada udang. Dalam kondisi dimana udang mengalami stress maka bakteri tersebut akan menimbulkan gerjala-gejala sakit. Hampir semua jenis bakteri yang menyerang udang bersifat motil, oxidase positif dan berbentuk silindir atau batang ( rods) dengan ukuran 0,5-3,0 µm dan negative.

Bakteri yang bersifat pathogen terhadap udang terbagi dalam dua kelompok yaitu bakteri non-filamen dan bakteri berfilamen ( Leucothrix mucor). Bakteri yang non - filamen antara lain adalah genera Vibrio, Aeromonas Sp, Pseudomonas Sp, Beneckea Sp dan Flavobacterium Sp. Bakteri yang berfilamen adalah bakteri yang berbentuk benag ( filament) dan menyerang tubuh bagian luar terutama insang.

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain adalah :

a. Penyakit Bercak – Merah ( Red Discoloration Disease)

Ciri – ciri udang yang terserang penyakit ini antara lain kondisi badan lemah, berenag lambat, tidak mempunyai nafsu makanan dan badan berwarna bercak – bercak kemerahan (red discoloration)

Udang yang terserang adalah mulai dari stadia mysis dan penyebabnya adalah bakteri yang termasuk genera vibria yang sensitif terhadap choloramphenicol 20 ppm, furazolidona 10 ppm dan prefuran 1,0 ppm.

Pencegahanya adalah dengan menyaring air yang masuk, pengatian air secara teratur dan mengadakan desinfeksi air dan ozonisasi pada bak kolam pemeliharaan dan mereduksi kadar amoniak atau bahan organik.

b. Penyakit bercak Cokelat – putih pada cangkang ( Brown white dicolaration of carapace disease)

Berdasarkan pengamatan menyerang udang dewasa dengan ciri- ciri pada cangkang ( carapace) dijumpai bercak- bercak cokelat berbentuk bulat yang pada infeksi berat terdapat pada batas warnah disekeliling becak cokelat yang dapat menimbulkan luka pada jaringan di bawahnya. Luka yang memberi peluang bagi pathogen yang lainya untuk menginfeksi.

Berdasarkan penelitian penyakit ini deisebabkan oleh bakteri penghambat kitin ( chitine) yang berasosiasi antara lain: Beneckea, Vibrio Spp,Flavobacterium sp, dan pseudomonas sp, Cara menanggulanginya dapat dilakukan dengan jalan memperbaikai mutu air, pengaturan pakan, dan pengaturan padat penebaran, yang sesuai dengan kondisi lahan. Atau dengan jalan dapat memberikan antibiotika, Antibiotik merupakan bahan organic yang berasal dari mikroba yang merupakan racun untuk menghambat pertumbuhan organisme lain, yang sasaran utamanya adalah menghambat sintesa unsure pokok peptidoglikan dinding sel bakteri bersatu dengan seterol di dalam membrane sel sehingga mempengaruhi permeabilitas dan menghambat sintesa protein. Khususnya menghambat fungsi ribosom. Anti biotika ini dapat diberikan melalui percampuran dengan telur ayam atau telur bebek mentah denngan perbandingan 1 butir telur untuk 10 kg pakan. Campuran telur dengan antibiotika disemprotkan pada pakan yang dikeringkan di tempat yang teduh lalu ditebar ke dalam tambak. Dosis yang di anjurkan unutk penggunaan antibiotika adalah: Teramycin 30 mg/kg pakan, Erytromycin 40 mg / kg pakan, furanance /Tilocion 100 mg / kg pakan. Pemberian biotika dalam makanan dilakukan terus menerus 3 hingga 5 hari, kecuali bagi Furanance / Tylocin selama 14 hari

c. Penyakit Insang Hitam (Black Gill Disease)

Penyakit ini sering di jumpai di tambak yang sukar untuk mengadakan pergantian air, dengan ciri – ciri pada insang berwarna kehitaman seperti luka yang terbakar. Insang hitam tersebut oleh bakteri benang dari jenis Leucothrix sp. Penanggulangannya dilakukan dengan cara pergantian air sesering mungkin. Pengendalianpertumbuhan bakteri tersebut dengan menggunakan Cuprisulfat 1ppm atau Cutrine plus 0,05 ppm bersamaan dengan penggantian air terus menerus selama 24 jam. Pengobatan untuk udangnya dapat diberikan Kalium Permanganat (PK) 5-10 ppm selama 1 jam atau Furance 1 ppm.

3. Penyakit Disebabkan Oleh Protozoa

Protozoa merupakan salah satu penyebaba penyakit pada udang yang dinamakan organisme ektokomensal yang biasa menempel pada bagian luar tubuh udang namun tidak menimbulkan kerusakan jaringan tubuh di mana ia menempel. Parasit ini sangat berbahaya jika terdapat dalam jumlah banyak menempel dan menutupi seluruh permukaan tubuh yang meliputi insang, kaki renang dan kaki jalan sehingga mengakibatkan kesulitan dalam pergerakan, pernafasan, makan, dan proses pergantian kulit.

Penyakit ini terdiri dari:

a. Penyakit udang kapas atau penyakit udang susu

penyakit ini disebabkan oleh Protozoa yang meliputi 3 generasi 20aitu: Nosema, Thelohania, dan Pleistophora. Penyakit ini menyerang pada tubuh udang sehingga tubuh udang tersebut berwarna putih buram, putih susu, dan lembek. Umumnya menyerang udang yang dipelihara pada perairan dengan kandungan bahan organik cukup tinggi (lebih besar dari 70 %). Cara Pencegahan yang paling efektif sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun demikian upaya yang dilakukan antara lain dengan melakukan penggantian air untuk mengurangi bahan organik dalam tambak serta menumbuhkan pakan alami. Atau dengan menggunakan obat CuSO4 0, 1 – 0,5 ppm.

b. Penyakit Lumutan atau penyakit udang bersepatu.

Penyakit ini biasa menempel bagian luar tubuh yaitu pada insang, karapas, kaki renang, kaki jalan, ekor kipas, dan terkadang di mata. Pada infeksi berat memperlihatkan pergerakan lemah berenang lambat dan otot abdomen terlihat pucat, jenis penyakit ini sering dijumpai pada tambak yang airnya tidak dikelola dengan baik. Penyebabnya adalah jenis Zoothamnium sp, Epistylis Sp, Verticella Sp, dan Acineta Sp.

Penanggulangannya dapat dilakukan pergantian secar teratur,mengurangi pemasukan bahan organik, pemberian bahan stabilisator air seperti Zeolit (3-5 ppm), Dolomit atau Kaptan (2-3 ppm). Menambah jumlah kincir air agar kandungan oksigen perairan meningkat serta pemberian formalin 25 ppm, Choramine T.5 ppm, dan uinnineBisulfate 5.

4. Penyakit Defisiensi (Kekurangan Makanan)

Dalam pertumbuhan udang memerlukan unsure – unsur nutrient yang penting untuk pertumbhan dan kelangsungan hidupnuya baik protein, lemak, karbohidrat, maupun Vitamin. Beberapa unsure ini harus disuplai terus menerus agar udang bisa tumbuh, berkembang dan bereproduksi. Apabila salah satu atau beberapa unsur ini kekurangan bisa mengakibatkan penyakit. Misal saja kekurangan Vitamin dapat menyebabkan penyakit seperti:

Penyakit Hitam Mematikan

Penyakit ini sering terjadi pada udang yang kekurangan Vitamin C (Ascorbic acid) dan umumnya dijumpai pada perairan tambak yang miskin makanan alami (Alga Plankton).

Penanggulanganya adalah menambah vitamin C. sebanyak 2.000 mg perkilogram pakan yang diberikan serta penumbuhan pakan alami.

PENANGULANGAN PENYAKIT

Secara ringkas Upaya penanggulangan penyakit dapat dilkaukan Melalui:

 Peningkatan Kesehatasn Udang

 Imunisasi pada udang baik dengan pemberian Vaksin maupun Imunostimulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh udang sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit dan kelangsungan hidup udang.

 Suplemen Vitamin C dan astaxanthin dalam pakan untuk meningkatkan daya tahan udang terhadap serangan penyakit.

 Penggunaan bakteri Probiotik antara lain: Lactobacillus sp strain non-patogen, Bacillus Spp.

 Peningkatan Kualitas Budidaya

Perbaikan kualitas air dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip bioromediasi yaitu penguraian limbah dengan menggunakan mikroba seperti Nitrosomonas, Nitrobacter, dan spirulina.

 Cara penaggulangan penyakit yang utama adalah mencegah terjadinya infeksi dan kontaminasi pathogen penyebab penyakit antaralain:

Pencucian dasar tambak dilakkukan 2 kali yaitu, dengan cara menggelontorkan atau dengan cara mengisi tambak sampai ketinggian 30 cm, kemudian dibiarkan sehari semalam setelah itu dibuang sampai habis. Pencucian kedua dimaksudkan :

 unutk membuang sisa – sisa penggelontoran pertama yang belum terbuang

 Menggunakan sistim tertutup. (closed system), semi- tetutup (semi – closed system). dan resirkulasi untuk mencegah pemasukan penyakit dari luar

Adapun penyakit yang menyerang pada pembesaran udang windu adalah :

DAFTAR PUSTAKA

Adiwidjaya, Darmawan, dkk. 1997. Budidaya udang windu dengan pengendalian mutu air secara biologis. BBPBAP : Jepara.

Adiwidjaya, Darmawan, dkk. 1997. Sistem semi resirkulasi dan biofilter pada petak tandon air dapat mengantisifasi kegiatan budidaya udang windu. BBPBAP : Jepara.

Adiwidjaya, Darmawan, dkk. 2003. Budidaya udang putih lokal (P. Merguiensis dan P. Indicus) sistem tertutup. Dept. Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya BBPBAP : Jepara

Buwono, Ibnudwi. 1993. Tambak udang windu sistem pengelolaan berpola intensif. Kanisius : Yogyakarta

Dahuri, Rokhmin. 2003. Keaneka ragaman hayati laut. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Dept. Kelautan dan Perikanan. 2004. Media Budidaya Air Payau. Dept. Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya BBPBAP : Jepara

Hardanu, Warih, dkk. 2004. Petunjuk teknis peningkatan produktivitas tambak udang windu sederhana sistem tertutup. Dept. Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya BBPBAP : Jepara

Mudjiman, A., Suyanto, R. 1989. Budidaya udang windu. Penebar swadaya : Jakarta

Ohama Indonesia. 2002. Budidaya rumput laut Glacilaria sp di tambak. Ditjen Perikanan Budidaya Dept. Kelautan dan Perikanan : Surabaya

Wiyono T. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Udang windu Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Sunday 17 February 2019

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN MAS

Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, ikan mas ini mempunyai badan memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di China. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara pada tahun 1920 yang merupakan ikan yang dibawa dari China, Eropa, Taiwan dan Jepang. Sedang ikanmas yang hasil seleksi di Indonesia adalah ika mas punten dan majalaya.

Budidaya ikan mas ini telah berkembang pesat dikolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras, bahkan dipelihara di karamba di perairan umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta.

Klasifikasi

Dalam ilmu taksonomi hewan, ikan mas mempunyai klarifikasi sebagai berikut:

• Kelas : Osteichthyes

• Anak bangsa : Actinopterygii

• Bangsa : Cypriniformes

• Suku : Cyprinidae

• Marga : Cyprinus

• Jenis : Cyprinus carpio L

Morfologi Ikan Mas

Saat ini ikan mas mempunyai banyak strain dan jenis perbedaan cirri dan ras ini di akibatkan adanya interaksi antara genotif dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya

Adapun morfologi dari ikan mas dari beberapa strain adalah sebagai berikut :

a. Ikan mas punten : sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek; bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakan lincah; perbandingan antara tinggi badan dengan panjang badan antara 2,3:1.

b. Ikan mas sinyonya : sisik berwarna kuning muda ; badan relatif panjang matra pada ikan muda tidak terlalu sipit sedangkan ikan dewasa bermata sipit ; gerakannya lamban ; lebih suka di permukaan air ; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6 :1.

c. Ikan mas majalaya : sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap ; punggung tinggi ; badan relatif pendek ; gerakan lamban apabila diberi pakan akan muncul kepermukaan air ; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2 :1.

d. Ikan mas taiwan : sisik berwarna hijau kekuning-kuningan ;badan relatif panjang ; penampang punggung mambulat ; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan 3,6 :1.

2.1. Habitat dan kebiasaan hidup

Adapun habitat dan kebiasaan hidup ikan mas adalah sebagai berikut :

a Tanah untuk pemeliharaan adalah tanah liat berlempung, tidak porous.

b Kemiringan tanah berkisar 3-5% memudahkan pengairan kolam secara garvitasi.

c Hidup pada ketinggian 150-1000 m dpl.

d PH yang baik adalah antara 7-8

e Suhu air berkisar 20 25 °C.

f Akualitas air harus bersih tidak keruh dan tidak tercemar.

Persiapan Sarana Pemijahan

Hal yang harus diperhatikan dalam pemijahan ikan masadalah sebagai berikut:

o Kolam pemijahan tidak berlumpur dan bercadas

o Induk ikan harus matang gonad

o Media penyimpan telur (kakaban) harus bersih o Pemberian pakan

Pemilihan Induk

Induk yang baik dan yang sudah matang kelamin sebaiknya :

o Berumur 1,5 – 3 tahun.

o Badan sehat tidak cacat dan berenang normal.

o Bentuk kepala relatif lebih kecil dari badannya.

o Gerakan harus tangkas dan gesit, terutama induk jantan

Proses Pemijahan

Untuk keberhasilan pemeliharaan ikan mas harus dipenuhi beberapa syarat yang penting yang sesuai dengan kebiasaan berkembangbiaknya. Ikan mas biasanya menghendaki air yan baru untuk merangsang pemijahannya. Oleh karenanya dalam pemijahan ikan mas sirkulasi air harus lancar.

Selain itu sifat telur ikan mas yang menempel, harus selalu disediakan alat berupa kakaban sebagai tempat untuk tempat menempel telur. Setelah kolam pemijahan siap, kemudian tebarkan induk yang telah diseleksi dimasukkan kedalam kolam pemijahan dengan perbandingan jantan dan betina biasanya menggunakan berat badan 1 : 1, jika induk betina beratnya 3 kg, maka jantannya juga memiliki berat yang sama. Dan apabila semua persiapan lancar, maka proses pemijahan akan berlangsung sekitar jam 24.00. Hal ini akan ditandai dengan aktifitas ikan jantan mengejar – ngejar induk betina. Dan pada pagi hari telur – telur akan terlihatan menempel dikakaban dan warna telur kuning cerah.

Penetasan Telur

Setelah induk dikeluarkan, maka kondisi air harus dijaga dengan cara air terus alirkan dan jangan sampai berhenti, karena telur – telur membutuhkan air yang kaya oksigen dan suhunya stabil. Kurang lebih 2 hari kemudian telur akan menetas. Penetasan ini biasanya tidak berlangsung sekaligus melainkan secara bertahap sesuai dengan pengeluaran telurnya. Larva yang baru menetas belum membutuhkan makan tambahan dari luar karena masih menyimpan makanan dalam tubuhnya berupa kuning telur (yolk egg).

Pendederan

Setelah benih berumur 5 – 7 hari sejak telur menetas, segara dipindahkan ke kolam pendederan. Pemindahan benih ini gampang – gampang susah, karena harus dilakukan dengan hati – hati. Pemindahan ini sebaiknya dilakukan pada saat suhu air masih rendah yaitu pagi hari atau sore hari. Pemasukan benih ke dalam kolam jangan dilakukan dengan tergesa – gesa, tetapi sebaiknya dilakukan penyusuai suhu terlebih dahulu agar benih tidak mengalami stress akibat perubahan suhu. Tinggi air di kolam pendederan sebaiknya tidak lebih dari 40 cm karena benih yang masih lemah tidak tahan jika terlalu banyak.

Pembesaran

Benih hasil pendederan ( ukuran 5 –8 cm ) baru bisa dinikmati sebagai ikan konsumsi setelah berumur 4 – 6 bulan yang dipelihara di kolam pembesaran. Sebelum benih dipindahkan ke kolam pembesaran sebaiknya kolam dipersiapkan terlebih dahulu.

HAMA PENYAKIT DAN PENCEGAHANNYA

Dalam usaha pemeliharaan ikan, hama dan penyakit merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan kerugian dan kematian bagi ikan yang dipelihara. Umumnya penyakit ikan timbul karena kondisi lingkungan kolam yang buruk. Keadaan ini dapat terjadi karena persiapan dan perawatan kolam yang kurang baik. Selain itu tingginya kadar bahan organik dan anorganik serta banyaknya sisa pakan yang yang tidak habis dimakan oleh ikan sehingga mengakibatkan pembusukan didasar kolam.

Adapun penyakit ikan mas yang sering menyerang pada umumnya gejala dan cara pengobatannya adalah sebagai berikut :

1. white spot (bintik putih)

a. gejala : pada bagian tubuh (kepala, insang, sirip) terdapat bintik-bintik putih, pada infeksi berat terdapat lapisan putih yang jelas, megosok-gosokan badannya pada benda yang ada disekitarnya. pengobatan kimia : direndam dalam larutan methylene blue 1% (1 gram/100 cc air) larutan ini diambil 2-4 cc kedalam 4 liter air selama 24 jam dan direndam dalam garam dapur NaCl selama 10 menit dengan dosis 1-3 gram/100 cc air. pengobatan alami : direndam dalam ekstrak sambiloto atau ektrak pare.

2. bengkak insang dan badan (myxosporesis)

a. gejala : bagian punggung terjadi pendarahan tutup insang terbuka dan terdapat titik merah.

b. pengobatan kimia : pengeringan total lalu tabur kapur tohor 200 gram/m², biarkan selama 1-2 minggu.

c. pengobatan alami : dilakukan perendaman dalam ekstrak daun sirih

3. cacing insang, sirip dan badan (dactypogyrus dan girodactylogyrus)

a. gejala : ikan tampak kurus, warna kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok, ikan sering mengosok-gosokan badannya ke benda-benda yang keras. b. pengobatan kimia : direndam dalam larutan formalin dengan dosis 250 gram/m³ selama 15 menit, dan direndam dalam larutan methylene blue 3 gram/m³ selama 24 jam.

c. pengobatan alami : rendam selama 1 minggu dalam larutan daun miana dengan dosis 50 lembar/100 liter air.

4. argulasis (kutu air)

a. gejala : benih dan induk menjadi kurus karena dihisap darahnya, pada kulit insang terdapat bercak merah.

d. pengobatan kimia : direndam dalam garam dapur dengan dosis 20 gram/ liter air selama 15 menit dan direndamdalam larutan PK 10 ppm (10 ml/m³) selama 30 menit.

e. pengobatan alami : direndam dalam larutan ekstrak kunyit selama 1 minggu dengan dosis 1 gram/L air

5.jamur (saprolegniasis)

a. gejala : menyerang kepala, tutup insang, sirip dan lain sebagainya, tubuh ikan seperti kapas, telur ikan mas seperti berbenang halus seperti kapas.

b. pengobatan kimia : direndam dalam cairan malactile gren oxalat (MGO) dosis 3 gram/m³ selama 30 menit apabila telur yang tersaerang direndam dalam larutan MGO 2-3 gram/m³ selama 1 jam.

c. pengobatan alami : rendam dalam larutan ekstrak kunyit

6. gatal (trichodina) • gejala : suka menggosok-goskan badan pada sisi kolam, bak atau aquarium. Gerakan lamban

• pengobatan kimia : rendam selama 15 menit dalam larutan formalin 150-200 ppm

• pengobatan alami : ektrak kunyit dengan dosis 2-4 gram/50 liter air selama 1 minggu 7. bakteri psedomonas flurescens

a. gejala : pendarahan dan bobok pada kulit, sirirp ekor terkikis

b. pengobatan kimia : pemberian pakan yang dcampur oxytetracycline 25-30 mg/kg ikan atau sulafa merazine 200 mg/kg ikan selama 7 haru berturut-turut.

c. pengobatan alami : rendam dalam ekstrak daun miana 10 lembar/100 liter airselama 1 minggu 8. bakteri aeromonas punctata

a. gejala : warna badan suram, tidak cerah, kulit kesat dan melepuh, cara bernapas megap-megap, kantong empedu gembung, pendarahan dalam organ hati dan ginjal

b. pengobatan kimia :penyuntikan chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau streptomycin 80-100 mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.

c. pengobatan alami : pakan dicampur dengan parut kunyit dengan dosis 4-5 gram/kg pakan berikan selama 7 hari berturut-turut.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto,E dan Evi Liviawati” Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan”. Kanasius. Yogyakarta 2000.

Daelami, Deden A.S ” Agar Ikan Sehat”. Penebar Swadaya. Jakarta 2001.

http://dunia-perairan.blogspot.com/2012/07/ikan-mas.html

Lingga, P dan Heru Susanto” Ikan Hias Air Tawar”. Penebar Swadaya. Jakarta 1989.

Wijayakusuma, Hembing. H.M, Setiawan Dalimarta dan A.S. Wrian” Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia”. Pustaka Kartini. Jakarta.

www.kkp.go.id. ” Penyakit Ikan”. 2005.

www.iptek.net.id.” Budidaya ikan mas” 2005.

Argasasmita G.M. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Mas Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Friday 15 February 2019

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT IKAN SUMATERA

Sebagai ikan yang terancam punah, ikan sumatera dilindungi dan diawasi oleh pemerintah. di perairan alami. Namun sekarang ikan sumatera masih dicari dan diburu orang secara illegal untuk diperdagangkan. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pemeliharaan ikan sumatera adalah serangan penyakit. Secara alami, ikan sumatera sudah memiliki sistem pertahanan tubuh untuk mencegah masuknya patogen, yaitu :

• Gabungan kulit, sisik, dan lendir yang berfungsi untuk menahan masuknya bahan yang bersifat toksik (racun).

• Sistem sel darah putih dan organ tubuh ikan, seperti hati yang mampu menetralisir bahan-bahan yang bersifat toksik.

• Vaksinasi untuk membentuk sistem kekebalan tubuh, sehingga dapat menghambat masuknya penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan protozoa.

Pemicu munculnya penyakit pada ikan sumatera ada tiga, faktor yakni menurunnya kualitas lingkungan pemeliharaan, adanya jasad patogen, dan kondisi aikan yang lemah. Bila ikan terserang penyakit, dapat dipastikan ditimbulkan oleh beberapa faktor tersebut. Untuk mencegah dan mengobatinya maka harus diketahui faktor penyebabnya.

Sistematika

Sistematika ikan Sumatera menurut Pinus Lingga dan Heru Susanto adalah sebagai berikut :

• Kelas : Pisces

• Ordo : Malacopterygii

• Famili : Cyprinidae

• Genus : Puntius

• Species : Puntius tetrazona

• Asal : Sumatera

• Nama Inggris : Tiger Barb

Morfologi Adapun beberapa ciri-ciri khusus yang dapat kita lihat secara kasat mata yang terdapat pada ikan Sumatera: • Bentuk bada memanjang, pipih kesamping • Warna dasar tubuhnya tampak putih keperakan • Pada bagian atas tubuhnya terlihat warna agak sawo matang dengan corak hijau

• Pada bagian sisi badanya berwarna kemerah-kemerahan

• Terdapat empat garis berwarna hitam kebiruan yang memotong badanya

• Sirip punggung mempunyai garis yang berwarna hitam sama halnya dengan sirip-sirip yang terdapat pada bagisn yang lainya.

Habitat dan Penyebaran

Dihabitat aslinya sumatera hidup diperairan tawar. ikan menyukai sungai yang berarus lambat atau sedang dan rawa atau danau yang berkedalaman 2-3 meter. Ikan sumatera lebih menyukai danau yang dasarnya berlumpur, banyak ditumbuhi tanaman air, dan ber-pH agak asam.

Daerah penyebaran ikan sumatera yaitu perairan Riau, Jambi, Medan, dan Kalimantan.

Pemilihan Induk

Sebelum ikan Sumatera dipijahkan sebaiknya calon induk diseleksi terlebih dahulu. ikan yang akan dijadikan induk harus benar-benar berkualitas. Calon induk arwana hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut :

• Ikan jantan memiliki tubuh yang lebih langsing dan warna yang agak tua

• Sedagkan pada induk betina memilki tubuh yang lebih montok dengan warna yang tidak menyolok

• Induk jantan memiliki warna hidung yang merah cherry

• Pada induk betina lebih kelihatan perut yang membulat dengan terisi telur yang padat

• Induk-induk yang dipilih harus sudah mencapai ukuran cukup besar, kurang lebih 4-6 cm, dan sudah meiliki umur yang cukup yaitu berkisar antara 5-6 bulan

Teknik Pemijahan

Bak atau akuarium pemijahan dibersihkan dan di isi air setinggi 30 cm, tanaman air dibersihkan dan disusun pada tempat pemijahan setelah dipasangi pemberat berupa pecahan genteng. Setelah bak pemijahan siap, induk yang telah diseleksi dimasukan pelan-pelan dan hati-hati usahakan pagi hari. Dengan luas bak 2m2 dapat dikawinkan sebanyak 40 pasang, dengan perbandingan jumlah jantan 1:1 jika menggunakan akuarium sebaiknya tidak lebih dari 4 pasang

Biasanya ikan Sumatera akan memijah pada siang hari, jika pada waktu memilih induk benar-benar dapat yang bagus, kalaupun meleset pada hari berikutnya akan memijah. Telur-telur akan dikeluarkan berserakan tampa ada usaha dari induk untuk menempatkanya ditempat yang pantas, sebagian telur akan melekat pada tanaman air dan sebagiaa terjatuh kedasar pada tempat pemijahan. Setelah proses pemijahan selesai maka induk dapat dipindahkan ketempat perawatan induk, dan telurnya dapat ditetaskan pada tempat pemijahan

Telur-telur yang telah dibuahi kalau ada yang tidak sempat kena sperma maka akan mati. Dua hari kemudian maka benih-benih ikan ini akan berenag bebas dan mulai harus disediakan makanan setelah umur 4 hari, makanan pertama yang pantas jadi santapanya adalah Infusoria. Kemudian meningkat kutu air yang disaring sebelum akhirnya diberi ktu air yang kasar dang cacing sutera, pemberian makan diberikan rutin.

Pembesaran

Pembesaran benih dilakukan ditempat benih tersebut di tetaskan, setelah 4 hari terhitung setelah memijah maka binih sudah harus diberi makanan tambahan yang cocok dengan kondisinya. Dan pergantian air sebaiknya dilakukan secara rutin setiap 3-4 hari sekali dengan menyipon ½ atau 2/3 air yang dipakai untuk menggantinya dan tidak boleh air langsung dari sumur, air harus di diamkan paling tidak sehari semalam pergantian ini sudak dilakukan pada saat benih berumur dua minggu sampai pada akhirnya benih dipindahkan ditempat yang lebih besar atau dikurangi kepadatannya.

Jenis-Jenis Penyakit Yang Menyerang Ikan Sumatera

Penyakit yang biasa menyerang ikan sumatera adalah sebagai berikut :

a. Penyakit Bintik Putih

• Penyebab

Penyebab penyakit bintik putih adalah protozoa Ichthiopthirius multifiliis. Faktor pendukung penyebab pemyakit ini adalah kualitas air yang buruk, suhu yang terlalu rendah, pakan yang buruk, dan kontaminasi ikan lain yang sudah terkena penyakit bintik putih. Penularan penyakit ini dapat melalui air dan kontak langsung antar ikan.

• Gejala

Bagian tubuh ikan yang diserang adalah sel lendir, sisik, dan lapisan insang. Ikan yang terserang penyakit ini tampak sulit bernafas, sering menggosok-gosokkan tubuhnya kedinding wadah, munculnya bintik putih pada insang dan sirip, lapisan lendir rusak, dan terjadi pendarahan pada sirip dan insang.

b. Penyakit Penducle

• Penyebab

Penyakit ini sering disebut dengan penyakit air dingin (cold water descareases) yang bisa terjadi pada suhu 160 C. penyebabnya adalah bakteri Flexbacter psychropahila yang berukuran sekitar 6 mikron.

• Gejala

Ikan hias Sumatera yang terserang penyakit penducle tampak lemah, tidak mempunyai nafsu makan, muncul borok atau nekrosa pada kulit secara perlahan.

C. Penyakit Edward Siella

• Penyebab

Penyebabnya adalah bakteri Edward siella terda yang berukuran sekitar 0,5-0,75 mikron.

• Gejala

Jika sudah terinfeksi penyakit ini, akan muncul luka kecil pada kulit dan daging ikan, disertai dengan pendarahan. Luka tersebut akan menjadi bisul dan mengeluarkan nanah. Serangan lebih lanjut dapat menyebabkan luka pada hati dan ginjal.

D. Penyakit Gatal

• Penyebab

Penyakit yang sering menyerang benih arwana ini disebabkan oleh Trichodina sp. bagian tubuh yang diserang adalah kulit, sirip, dan insang.

• Gejala

Serangan penyakit gatal ditandai dengan gerakan ikan yang lemah dan sering menggosok-gosokkan tubuhnya kebenda keras dan dinding wadah pemeliharaan.

Cara Pengobatan dengan Bahan Kimia

Untuk mengetahui cara pengobatan iakn hias sumatera yang terserang penyakit dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 1. Penyakit yang disebabkan oleh parasite

Tabel 2. penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Cara Pengobatan dengan Bahan Alami

Seperti kita ketahui, bahwa telah banyak ditemukan obat-obatan kimia untuk mengobati ikan yang sakit. Namun, obat-obatan kimia tersebut akan menimbulkan efek samping dikemudian hari. Tapi untuk ikan hias tidak terlalu berpengaruh, tetapi utnuk ikan konsumsi sangat berpengaruh. Untuk mengobati ikan yang sakit dapat digunakan bahan alami, karena efek sampingnya tidak terlalu berbahaya dan harganya relatif murah.

Dalam bahasan ini akan dicoba menggunakan bahan alami untuk mengobati penyakit iakn hias Sumatera. Bahan alami yang dapat digunakan yaitu :

• Sambang darah (Excoecaria cochinnensis Lour) untuk penyakit yang disebabkan oleh parasit.

• Kunyit (Curcuma domestica Val) untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri.

Uraian Tanaman

• Sambang darah (Excoecaria cochinnensis Lour)

Sambang darah umumnya ditanam sebagai tanaman hias atau tumbuh liar dihutan dan ditanam dipekarangan sebagai pagar hidup atau tanaman obat. Tumbuhan ini merupakan tanaman perdu yang tumbuh tegak dengan tinggi 0,5-1,5 meter dan bercabang banyak. Tumbuhan ini dapat diperbanyak dengan stek batang atau cangkokan. Tumbuhan ini berkhasiat membunuh parasit (parasitisid), menghilangkan gatal (antipuritik), dan menghentikan pendarahan (hemostatis). Sifatnya hangat dan rasanya pedas.

Kandungan kimia

Sambang darah mengandung tanin, asam behenat, triterpenoid eksokarol, silosterol. Dan getahnya mengandung resin dan senyawa beracun.

Bagian yang dapat digunakan untuk obat

Bagian yang dapat digunakan sebagai obat adalah daun, batang dan akarnya.

• Kunyit (Curcuma domestica Val)

Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semua, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Bunga majemuk yang berambut dan besisik dari pucuk batang semua, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih kekuningan atau kekuningan. Ujung dan daun pangkal runcing,

tetapi daunnya yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.

Kunyit bersifat mendinginka. Zat dalam rimpang kunyit berkhasiat untuk menghambat atau membunuh mikroba.

Bagian yang dapat digunakan untuk obat

Bagian kunyit yang digunakan sebagi obat adalah umbi akar. Cara pembuatan ekstrak

Sambang darah :

Sebelum dibuat menjadi ekstrak, daun sambang darah harus dicuci bersih terlebih dahulu. Daun tersebut dihaluskan sebanyak 250 gram dan ditambah air sebanyak 50 ml. Setelah dihaluskan airnya diambil dengan cara menyaring. Air yang telah diambil merupakan ekstrak sambang darah.

Kunyit :

Sebelum dibuat menjadi ekstrak, rimpang kunyit dibersihkan terlebih dahulu. Rimpang yang sudah dibersihkan diparut sebanyak 250 gram dan ditambah air bersih sebanyak 50 ml. Setelah diparut kunyit diambil ektraknya dengan cara menyaring.

Cara pengobatan

Untuk pengobatan dengan bahan alami, ikan Sumatera yang sakit di rendam didalam larutan kunyit atau sambang darah yang telah dibuat ekstrak.

Ikan Sumatera yang terserang penyakit yang disebabkan oleh parasit dapat diberikan ekstrak sambang darah. Dosis yang digunakan yaitu 0,5 ml ekstrak sambang darah untuk 5 liter air. ikan yang terserang penyakit didipping setiap hari selama 30-60 menit, sampai ikan benar-benar sembuh. Dosis yang diberikan dapat berubah apabila dilakukan penelitian yang lebih akurat.

Cara pengobatan ikan yang terserang penyakit yang disebabkan oleh bakteri hampir sama dengan penyakit yang disebabkan oleh parasit. Namun dalam pengobatannya menggunakan ekstrak kunyit.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997. Budidaya Ikan Air Tawa. Departemen Pertanian Jakarta.

http://gendulet.blogspot.com/2012/06/cara-pemijahan-ikan-sumatra-sob.html

Ridwan Teuku. 2004, Laporan KIPA Pengembangan Agribisnis Ikan Sumatera. Bogor.

Shaleh T.M. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Sumatera Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Susanto Heru dan Lingga Pinus. 1987, Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...