Pendinginan ikan merupakan salah satu proses yang umum digunakan untuk
mengatasi masalah pembusukan ikan, baik selama penangkapan, pengangkutan maupun
penyimpanan sementara sebelum diolah menjadi produk lain. Dengan mendinginkan
ikan sampai sekitar 0°C kita dapat memperpanjang
masa kesegaran (daya simpan, shelf-life) ikan sampai 12-18 hari sejak
saat ikan ditangkap dan mati, tergantung pada jenis ikan dan cara penanganan.
Pengaruh pendinginan terhadap mutu ikan dapat dilihat pada table 1 di bawah
ini.
Tabel 1. Daya
simpan ikan pada berbagai suhu
Kelebihan cara pendinginan adalah sifat asli ikan masih dapat dipertahankan.
Ikan dengan sifat asli (tekstur, rasa, bau, dsb) terutama jenis-jenis ikan
tuna, tenggiri, bawal, kakap dan lemuru, dsb dapat dipasarkan dengan harga yang
cukup tinggi. Selain itu pendinginan adalah cara yang murah, cepat, dan
efektif.
Efisiensi pendinginan sangat bergantung pada tingkat kesegaran ikan sesaat
sebelum didinginkan. Pendinginan dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi
dari cara-cara berikut
1. Pendinginan
dengan es
2. Pendinginan
dengan es kering
3. Pendinginan
dengan air dingin
4. Pendinginan
dengan udara dingin
Bentuk es ada lima
kelompok yaitu:
a)
Es balok (block ice), berupa balok berukuran 12-60 kg per balok. Sebelum
dipakai, es balok harus dipecahkan.
b)
Es tabung ( tube ice), berupa tabung kecil-kecil yang siap pakai
c)
Es keping tebal (plate ice), berupa lempengan besar dan tebal (8-15 mm),
kemudian dipecahkan menjadi potongan kecil (diameter 5 cm)
d)
Es keping tipis (flake ice), berupa lempengan tipis (5 mm, diameter 3 cm),
merupakan hasil pengerukan dari lapisan es yang terbentuk di atas permukaan
pembeku yang berbentuk silinder.
e)
Es halus (slush ice), berupa butiran yang sangat halus (diameter 2 mm)
dan lembek, umumnya berair.
Cara pendinginan
dengan es batu ada 2, yaitu:
a.
Tumpukan, es batu ditebarkan ke dasar wadah peyimpanan ikan hingga
membentuk lapisan es setebal 5 cm. Kemudian ikan dicampurkan ke dalam wadah
tersebut. Pada lapisan ikan yang paling atas ditutupi dengan hancuran es
setebal 7 cm, lalu wadah ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara
disekitarnya.
b.
Berlapis, es batu ditebarkan di dasar wadah penyimpanan hingga membentuk
lapisan stebal 5 cm. Selanjutnya di atas lapisan es batu tersebut disusun ikan
secara teratur dengan bagian perut menghadap ke bawah agar cairan es batu yang
meleleh tidak tergenang di bagian perut ikan. Pada bagian atas ditaburkan
kembali es batu sehingga membentuk lapisan setebal 7 cm, selanjutnya wadah
ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara luar.
Cara penyusunan ikan ada 3 sebagai berikut :
1. Bulking
Bulking diartikan bahwa ikan dan es disusun
selapis demi selapis dalam sebuah wadah. Dasar wadah diberi lapisan es setebal
5 cm. Tebal antara lapisan ikan dan lapisan es sebaiknya sama dan usahakan agar
setiap tubuh ikan terbungkus oleh es sehingga lebih cepat dingin. Bila jumlah
ikan yang didinginkan sangat banyak sebaiknya wadah dilengkapi dengan sekat
hidup (sekat yang mudah dibongkar pasang) terbuat dari kayu. Pada setiap dasar
sekat sebaiknya diberi lapisan plastik agar cairan es batu tidak jatuh ke
lapisan ikan di bawahya tetapi mengalir ke dasar melalui sisi wadah.
2. Shelfing
Prinsip kerja ini sama dengan bulking yang
dilengkapi dengan sekat hidup. Jarak antar sekat sekitar 20 cm dan setiap sekat
hanya menampung 1 lapis ikan. Cara ini hanya digunakan untuk ikan berukuran
besar karena dianggap menghabiskan banyak waktu,tenaga, dan tempat. Namu mutu
ikan dapat lebih baik karena kehilangan berat akibat tekanan lebih sedikit jika
dibandingkan dengan cara bulking.
3. Boxing
Penyusunan ikanmenggunakan kotak atau boks
yang terbuat dari kayu, aluminium, atau plastik. Ikan disusun di dalam kotak
kemudian dicampur dengan es batu secukupnya. Keuntungan cara ini jika
dibandingkan dengan dua cara penyusunan ikan lain yaitu ikan tidak banyak mengalami
luka, tingkat kesegaran ikan tidak banyak mengalami perubahan, penyususnan dan
pembongkaran ikan dari dalam kotak dapat dilakukan dengan lebih mudah dan
cepat.
SUMBER:
Masyamsir, 2001. Modul Penanganan
Hasil Perikanan. Departemen Pendidikan Nasional, Proyek Pengembangan Sistem dan
Standar Pengelolaan SMK, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.
REFERENSI:
Afrianto, E. dan Evi Liviawati. 1991. Pengawetan dan Pengolahan
Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 123 hal.
Burgess, G.H.O., C.L. Cutting, J.A. Lovern dan J.J. Waterman.
1965. Fish Handling and Processing. Her majesty’s Stationary Office. Edinburg.
390 hal.
Djariah AS. 1995. Ikan Asin. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 56
hal.
Murniyati AS dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan
Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 220 hal.
Nitibaskara, R. 1981. Laporan Studi Pengembangan Industri Kecil Pengolahan
Ikan. Laporan Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 98 hal.
Purwaningsih S. 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta. 73 hal.
Rahardi F, Regina Kristiawati dan Nazaruddin. 2001. Agribisnis Perikanan.
Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal.
Soekarto, S.T. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan.
Penerbit IPB Press. Bogor. 357 hal.
Zaitsev, V., I. Kizevetter, L. Lagunov, T. Makarova, L. Munder dan
V. Podsevalow. 1969 Fish Curing and Processing. Terjemahan A. De Marindol. M.R.
Publisher, Moskow.
No comments:
Post a Comment