Friday 28 February 2014

PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)


I.  PENDAHULUAN
Salah  satu  komoditas  perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah lele dumbo (clarias gariepinus).  Ikan ini  berasal  dari   benua  Afrika  dan   pertama kali didatangkan  ke  Indonesia  pada  tahun 1984. Karena memiliki berbagai kelebihan menyebabkan, lele dumbo termasuk ikan yang paling  mudah  diterima  masyarakat Kelebihan   tersebut   diantamya   adalah pertumbuhannya      cepat,      memiliki kemampuan    beradaptasi    terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan kandungan giz.inya cukup tinggi. Maka tak heran,  apabila  minat  masyarakat  untuk membudidayakan lele dumbo sangat besar.

II.  SISTEMATIKA
Philum Chordata, Kelas Pisces, Anak Kelas Teleostei, Bangsa Ostariophysi, Anak Bangsa Siluridae, Suku Claridae, Marga Clarias dan Jenis Clarias gariepinus
Bentuk  tubuh  memanjang, agak bulat,   kepala   gepeng,   tidak   bersisik mempunyai 4 pasang kumis, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Lele dumbo banyak ditemukan di rawa-rawa dan sungai di  Afrika,   terutama  di  dataran  rendah sampai sedikit payau. Ikan ini mempunyai alat  pernapasan  tambahan  yang  disebut aborescent, sehingga mampu hidup dalam air yang oksigennya rendah.
Lele    dumbo    termasuk     ikan karnivora,  narr.un  pada  usia  benih  lebih bersifat omnivora.  Induk lele dumbo sudah dapat dipijahkan  setelah  berumur 2 tahun dan dapat memijah  sepanjang  tahun.  Ciri-ciri    induk      lele      dumbo       betina      dan      jantan adalah sebagai berikut :
-        Induk  betina : tubuh  lebih  pendek, mempunyai dua buah lubang kelamin yang bentuknya bulat.
-        Induk jantan : tubuh  lebih  panjang, mempunyai satu buah lubang kelamin yang bentuknya memanjang.




III.  PEMBENIHAN
Saat  ini  lele  dumbo  dapat dipijahkan    secara    alami.    Namun demikian  banyak  orang  lebih  suka memijahkan   dengan   cara   buatan (disuntik) karena penjadwalan produksi dapat dilakukan lebih tepat.

A.  Pematangan Gonad
Pematangan gonad dilakukan di kolam seluas 50 s/d 200 m2 dengan kepadatan 2 s/d 4kg/ m2. Setiap hari diberi  pakan  tambahan  berupa  pellet sebanyak  3%  per  hari  dari  berat tubuhnya.

B.  Seleksi Induk
-        Seleksi  bertujuan  untuk  mengetahui tingkat kematangan induk yang akan dipijahkan.
-        Induk betina ditandai dengan perutnya yang  buncit  dan  kadang-kadang apabila dipijit ke arah lubang kelamin, keluar  telur  yang  warnanya  kuning tua.
-        Induk jantan  ditandai  dengan  warna tubuh   dan    alat   kelaminnya    agak kemerahan.

C.  Pemberokan
-        Pemberokan  dilakukan  dalam  bak seluas  4 s/d 6 m2   dan   tinggi  1  m, selama    1 s/d 2 hari.
-        Pemberokan     bertujuan     untuk membuang kotoran dan mengurangi kandungan lemak dalam gonad.
-        Setelah  diberok,  kematangan  induk diperiksa kembali.

D.  Penyuntikan
-        Induk  betina  disuntik  dengan larutan    hipofisa    ikan    mas sebanyak 2 dosis (1 kg induk membutuhkan 2 kg ikan mas) dan jantan  ½   dosis  atau  ovaprim 0,3 ml/kg.
-        Penyuntikan   dilakukan   pada bagian punggung.


E.  Pemijahan/Pengurutan
-        Apabila akan dipijahkan secara alami,  induk jantan  dan  betina yang  sudah disuntik disatukan dalam bak yang telah diberi ijuk dan dibiarkan memijah sendiri.
-        Apabila   akan   diurut,   maka pengurutan dilakukan 8 s/d 1 jari setelah penyuntikan.
-        Langkah    pertama    adalah menyiapkan  sperma  :  ambil kantong sperma dari induk jantan dengan   membedah   bagian Perutnya,    gunting    kantong sperma dan keluarkan. Cairan sperma ditampung dafam gelas yang sudah diisi NaCI sebanyak ½  bagiannya. Aduk hingga rata Bila  terlalu  pekat,  tambahkan NaCI sampai larutan berwarna putih susu agak encer.
-        Ambil induk betina yang akan dikeluarkan telurnya. Pijit bagian Perut  kearah  lubang  kelamin sampai telurnya keluar. Telur ditampung   dalam   mangkuk Plastik yang bersih dan kering Masukan larutan sperma sedikit demi sedikit dan aduk sampai merata.   Tambahkan   larutan NaCl agar sperma lebih merata Agar terjadi    Pembuahan, tambahkan  air  bersih  dan aduklah agar merata sehingga Pembenihan dapat berlangsung dengan baik, untuk mencuci telur dari darah dan kotoran lainnya, tambahkan   lagi   air   bersih kemudian dibuang. Lakukan 2 s/d 3 kali agar bersih.
-        Telur   yang    sudah    bersih dimasukan   ke   dalam  hapa penetasan yang sudah dipasang di  bak.  Bak  dan  hapa  tersebut ukuran 2 X 1 X 0,4 m dan sudah diisi  air 30 cm. Cara memasukan, telur diambil dengan bulu  ayam,  lalu  sebarkan ke seluruh permukaan hapa sampai merata.  Dafam 2 s/d 3 hari telur akan  menetas  dan  larvanya dibiarkan selama 4 s/d 5 hari atau sampai berwarna hitam.

F.  Pendederan
-        Persiapan  kolam  pendederan dilakukan  seminggu  sebelum penebaran larva, yang meliputi : pengeringan, perbaikan, pematang,  pengolahan  tanah dasar dan pembuatan kemalir.
-        Pengapuran dilakukan dengan melarutkan kapur tohor ke dalam tong,  kemudian  disebarkan ke seluruh  pematang  dan  dasar kolam.  Dosisnya 250 s/d 500 g/m2.
-        Pemupukan     menggunakan kotoran ayam dengan dosis 500 s/d 1.000 gr/m2. Kolam diisi air setinggi 40 cm dan setelah 3 hari,       disemprot       dengan organophosphat  4  ppm  dan dibiarkan selama 4 hari.
-        Benih  ditebar  pada  pagi  hari dengan kepadatan 100 s/d 200 ekor/m2.
-        Pendederan dilakukan selama 21 hari.  Pakan  tambahan  diberikan setiap hari berupa tepung pellet sebanyak  0,75 gr/1.000 ekor.

IV.  PENYAKIT
Penyakit yang sering menyerang lele dumbo adalah Ichthyopthirius multifilis atau lebih  dikenal  dengan  white  spot  (bintik putih).    Pencegahan,    dapat   dilakukan dengan  persiapan  kolam  yang  baik, terutama  pengeringan  dan  pengapuran. Pengobatan dilakukan dengan menebarkan garam dapur sebanyak 200 gr/m3 setiap 10 hari selama pemeliharaan atau merendam ikan   yang   sakit   ke   dalam   larutan Oxytetracyclin 2 mg/liter.

Artikel disusun oleh: Fahrur Razi, S.ST (Penyuluh Perikanan pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan)

Thursday 27 February 2014

BUDIDAYA KODOK LEMBU ("BULLFROG") (Rana catesbeiana Shaw)


l.  PENDAHULUAN
Kodok lembu atau bullfrog (Rana catesbeiana Shaw) adalah salah satu dari sekian  banyak  komoditas  perikanan  air tawar  yang   menjanjikan   devisa   bagi negara.  Kodok  ini  berasal  dari  Amerika Utara. Sejak tahun  1983 telah  dilakukan upaya   pengembangannya    di    Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Dibandingkan dengan kodok  lokal, kodok lembu sifatnya lebih jinak, lebih mudah dibudidayakan dan dapat mencapai ukuran  besar  (500  s/d  600  gr/ekor). Menurunnya populasi kodok hijau di alam sebagai  akibat dari  penangkapan yang berlebihan, akan memberikan prospek yang baik  terhadap  pengembangan  budidaya kodok lembu, untuk mencukupi kebutuhan baik dalam negeri maupun ekspor tanpa merusak keseimbangan lingkungan.

II.  BIOLOGI
Klasifikasi   kodok   lembu   sebagai berikut :
Kingdom          : Animal
Phylum            : Chordata
Sub.Phylum    : Vertebrata
Class               : Amphibi
Sub.Class        : Anuromorpha
Super ordo      : Salientia
Ordo                : Anuras
                          (Anura/Salientia)
Sub. Ordo       : Displasiooela
Family             : Ranidae
Sub.Family      : Raninae (True Frog)
Genus             : Rana (True Frog)
Species           : Rana catesbeiana Shaw

v  Siklus hidupnya terdiri atas fase telur, berudu (kecebong), percil dan dewasa. Perubahan bentuk dari berudu menjadi percil disebut proses metamorfosa.
v  Stadia   berudu   bersifat   "omnivora" termasuk plankton feeder dan pemakan detritus (Scavenger).
v  Stadia percil sampai dewasa banyak memakan  makanan  yang  bergerak (serangga, cacing tanah, belatung, ulat dan ikan kecil) atau pakan buatan (pellet).

III.  PEMBENIHAN
A.  Pemeliharaan Induk
Perbedaan induk jantan dan betina sebagai berikut :
SPESIFIK
JANTAN
BETINA
-   Ukuran gendang telinga
-   Warna kulit disekitar kerongkongan
-     2 kali lingkaran mata
-     Hitam kekuningan
-     relative rendah
-     putih dengan bintik hitam
-   Ibu jari kaki bagian depan
-     Lebih besar
-     Lebih kecil
-   Kantong suara
-     Punya, terletak diantara selaput gendang dan pangkal kaki depan
-     tidak punya

-   Induk matang kelamin :
Ø  Umur
Ø  Berat
-   Ciri Khusus

Ø 1,5 – 2 tahun
Ø 300 – 400 gr
-     bunyi/suara yang dikeluarkan

Ø 1,5 – 2 tahun
Ø 400 – 800 gr
-     perut membesar

B.  Wadah  Pemijahan
v  Bak pemijahan dapat dibuat dari bahan semen, fibreglass, plastik    dan sebagainya.
v  Ukuran bak minimal 1 X 1 X 1 m .
v  Bak pemijahan  dapat berbentuk segi empat, lingkaran atau bujur sangkar.

C.  Pemijahan
v  Persiapan pemijahan : pengeringan (1 s/d  2   hari),   pencucian   bak,   untuk memberi  kesan  alami  diberi  eceng gondok atau tanaman air lainnya.
v  Pengisian air dilakukan hingga 30 cm dan   dibiarkan    mengalir    selama pemijahan (seperti pancuran).
v  Pemasukan  induk  matang  kelamin jantan      dan       betina       dengan perbandingan jantan : betina =1:1.
v  Pada kondisi baik, kodok memijah dalam waktu 3 s/d 5 hari dan bila lebih dari tujuh  hari tidak memijah induk harus diangkat.
v  Lingkungan tempat memijah harus sunyi.

D.  Penetasan dan Pemeliharaan Berudu
v  Proses penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara:
a.    Di bak pemijahan, dengan cara induk dipindahkan.
b.    Pemindahan     telur    ke    tempat penetasan.
v  Bak penetasan dapat berupa semen, fibreglass, dan lain-lain.
v  Telur kodok akan menetas dalam waktu 36 s/d 48 jam pada suhu 28 s/d 30° C.
v  Berudu dipelihara selama 3 s/d 4 bulan dengan kepadatan 1 s/d 3 ekor/liter air.
v  Pakan tambahan berupa pellet yang dihaluskan  diberikan  selama  masa pemeliharaan.
v  Bila   berudu   sudah   tumbuh   kaki belakang,   diberikan   tempat  untuk bertengger (eceng gondok, bambu).

IV.  PEMBESARAN
A.  Wadah Pembesaran
v  Bak semen, fibreglass atau plastik yang ukurannya bervariasi minimal 1X1X1m3.
v  Untuk  menghindari  sinar  matahari langsung, sebaiknya diberi atap.

B.  Pemeliharaan Percil
v  Persiapan    meliputi    pengeringan, pembersihan dan pengisian air.
v  Padat penebaran percil 50 s/d 100 ekor/m2 , ukurandiusahakan seragam.
v  Pemberian pakan  tambahan  dengan kadar  protein  30 %  berupa  pellet terapung sebanyak 3 % biomas per hari dan frekuensi pemberian 3 s/d 5 kali per hari.                                
v  Lama pemeliharaan 2 s/d 3 bulan dari s/d 15 gr/ekor mencapai 100 s/d 150 gr/ekor.
v  Produksi   kodok   ukuran   konsumsi mencapai 8 kg/m2 , dalam waktu 4 bulan ukuran kodok 4 s/d 5 ekor/kg.
C.  Pemeliharaan Calon Induk
v  Padat penebaran kodok yang berukuran 200 gr/ekor adalah 20 ekor/m .
v  Pemberian  pakan  tambahan  berupa pellet terapung yang mengandung 30% protein sebanyak 3 s/d 5% biomas per tiari  dan   frekuensi    pemberian    pakan   3 s/d 5 kali perhari.
v  lama  pemeliharaan   4   s/d   6   bulan mencapai ukuran 400 s/d 600 gr/ekor.

V.  PENYAKIT DAN PREDATOR
v  Pada  fase   berudu   terdapat   sejenis bakteri pada ekor yang  luka  berwarna temerahan.    Pencegahan    dilakukan tengan  melakukan   perendaman   PK atau KMn 02 10 s/d 20 ppm selama 15 menit.
v  Pada   fase    percil     sampai     dewasa penyakitnya    borok,    ambeien    dan kelumpuhan akibat gigitan kodok lain.
v  Pencegahan      dengan      menjaga lingkungan  yang  baik  dan  makanan yang cukup.
v  Predator       berudu       atau       percil       di       alam adalah ular, kepiting, belut, ikan liar dan burung.
Pada fase dewasa sampai calon induk penyakitnya   adalah   kaki   merah, kelumpuhan,      perut     kembung. Pencegahannya    dengan    sanitasi lingkungan dan pemberian makan yang bervariasi (buatan dan alami).

Artikel disusun oleh: Fahrur Razi, S.ST (Penyuluh Perikanan pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan)

Wednesday 26 February 2014

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN GRASS CARP (Ctenopharyngodon idella)


I.  PENDAHULUAN
Grass  Carp  (Ctenopharyngodon idella) berasal dari China bagian timur dan USSR didatangkan  ke  Indonesia  pada tahun 1915 di Sumatera dan pada tahun 1949 didatangkan ke Jawa dengan tujuan untuk dibudidayakan.
Ikan Grass Carp atau dikenal juga dengan nama ikan Koan merupakan ikan herbivora yang hidup di air tawar. Ikan jenis ini pemakan tumbuhan air seperti Hydrilla sp, Salvinia,  rumput-rumputan    dan tumbuhan air lainnya, sehingga jenis ini dapat dipakai  sebagai  ikan  pengendali gulma air baik di kolam maupun di perairan umum.

II.  BIOLOGI
v  Secara  sistematis  ikan  Grass  Carp termasuk  dalam  kelas  Osteichthyes, ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae.
v  Ikan Grass Carp dapat mencapai ukuran maksimal : panjang 120 cm dan bobot tubuh 20 kg.
v  Ciri-ciri   fisik   ikan    ini   adalah   warna   abu-abu gelap kekuningan dengan campuran perak  kemilau,  badan  memanjang, kepala  lebar dengan moncong bulai pendek, gigi paringeal dalam deretan ganda dengan bentuk seperti sisir.
v  Induk Grass Carp sudah dapat memijah pada umur 3 s/d 4 tahun dengan berat betina mencapai 3 kg dan jantan 2 kg, pemijahan biasanya terjadi pada musim penghujan.

III.  PEMBENIHAN
A.  Pemeliharaan Induk     
Induk-induk  dipelihara  di  kolam dengan kepadatan 0,2 s/d 0,3 kg/m2 setiap hari selain diberi pakan tumbuhan air atau rumput-rumputan  juga  diberi     pakan buatan berupa pellet sebanyak 3% dari berat  total  populasi   dengan  frekuensi pemberian sebanyak tiga kali per hari.
Tanda tanda induk matang gonad :
v  Betina : Perut bagian bawah membesar bila  ditekan  terasa   lembek,   lubang kelamin    kemerahan    dan    agak menyembul keluar serta gerakan relatif lamban.
v  Jantan : Dibandingkan dengan betina sirip dada bagian atas lebih kasar dan bila bagian perut diurut ke arah lubang kelamin akan keluar cairan berwarna putih.

B.  Pemijahan
Cara pemijahan. ikan Grass Carp dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :
a.    Induced breeding
v  Pemijahan   secara   "induced breeding"      yaitu      dengan menyuntikan      hormon perangsang yang berasal dari kelenjar hipofisa ikan donor atau menggunakan ovaprim.
v  Induk betina disuntik dua kali dengan selang waktu 4 s/d 6 jam,   apabila    menggunakan kelenjar hipofisa 2 dosis tetapi bila    menggunakan    ovaprim dengan   dosis   0,5   ml/kg. Penyuntikan pertama 1/3 bagian dan  penyuntikan  kedua  2/3 bagian.
v  Induk jantan disuntik sekali bila menggunakan kelenjar hipofisa 1 dosis,     bila     menggunakan ovaprim   0,15   cc/kg   dan dilakukan  bersamaan  dengan penyuntikan kedua pada induk betina.
v  Kedua  induk  ikan  setelah disuntik dimasukkan  ke dalam bak pemijahan yang dilengkapi dengan hapa, enam jam setelah penyuntikan  pertama  diperiksa kesiapan ovu/as/hya setiap satu jam sekali.
v  Ikan yang akan memijah biasanya dicirikan  dengan  saling  kejac, perut  besar dan  lunak,  keluar cairan kuning dari lubang kelamin atau lubang kelaminnya berwarna kemerah-merahan   dan   agak menyembul keluar.
v  Setelah   tanda-tanda   tersebut  terlihat,  induk jantan dan betina diangkat untuk dilakukan striping yaitu  dengan  mengurut  bagian perut ke arah lubang kelamin. Telurnya    ditampung    dalam wadah/baki plastik dan pada saat bersamaan induk jantan disthping dan   spermanya    ditampung dalam   wadah   yang    lain kemudian  diencerkan  dengan lamtan  fisiologis  (NaCI  0,9%) atau   cairan    infus    Sodium Klonda.
v  Sperma yang telah diencerkan dimasukkan  ke dalam wadah telur    secara    perlahan-lahan serta        diaduk        dengan menggunakan   bulu   ayam. Tambahkan  air  bersih  dan aduklah secara merata sehingga pembuahan dapat berlangsung dengan  baik.  Untuk  mencuci telur  dari  darah  dan  kotoran serta  sisa  sperma,  tambahkan lagi air bersih  kemudian  airnya dibuang. Lakukan beberapa kali sampai bersih,  setelah  bersih telur dipindahkan ke dalam wadah yang lebih besar dan berisi air serta   diberi   aerasi,   biarkan selama kurang lebih sa.tu jam sampai   mengembang   secara maksimal.

b.  Induced spawning
v  Pemijahan    secara    "induced spawning"  perlakuannya  sama seperti pada pemijahan induced breeding,  hanya  setelah  induk jantan   dan   betina   disuntik, dimasukkan   ke   dalam   bak pemijahan dan dibiarkan sampai terjadi pemijahan secara alami.
v  Setelah  memijah  maka  induk jantan dan betina dikeluarkan dari bak pemijahan dan telur yang sudah dibuahi ditampung dalam wadah  yang  berisi  air serta diaerasi  dan  dibiarkan  sampai mengembang secara maksimal.

C.  Penetasan Telur
Penetasan dilakukan di dalam hapa corong berdiameter 40 cm dan tinggi 40 cm dengan mengalirkan  air dari  bawah sebagai  aerasi  dan  untuk  memutar  air. Padat     penebaran      telur      10.000 butir/corong.  Telur  akan  menetas  dalam waktu ± 24 jam pada suhu 26 ° C.
Selain  di  dalam  hapa  corong, penetasan   juga   dapat   dilakukan   di akuarium  (40  X  60  X  40)  cm  yang dilengkapi aerasi.  Padat penebaran telur 5.000 butir/akuarium  pada  suhu  27  s/d 29° C, telur akan menetas dalam waktu ± 20 jam.

D.  Pemeliharaan Larva
Setelah  menetas  larva  dipelihara pada   corong   yang   sama,   namun sebelumnya telur-telur yang tidak menetas dibuang dahulu. Lama pemeliharaan dalam corong empat hari. Apabila telur ditetaskan di dalam akuarium, setelah menetas larva bisa dipelihara pada akuarium yang sama namun  sebelumnya  telur  yang  tidak menetas dan % bagian airnya dibuang terlebih dahulu dan diisi dengan air yang baru. Larva yang sudah berumur empat hari diberi pakan alami berupa nauplii Artemia, Brachionus atau Moina. Pemeliharaan larva selama 10 hari dan selama pemeliharaan air harus diganti setiap hari sebanyak 2/3 bagian.

E.  Pendederan
a.  Pendederan pertama
v  Persiapan  kolam  pendederan dilakukan  seminggu  sebelum penebaran larva yang meliputi : pengeringan, perbaikan, pematang,  pengolahan  tanah dasar dan pembuatan kemalir. Kolam yang digunakan luasnya 500 s/d 1.000 m2.
v  Kolam kemudian dikapur dengan kapur tohor. Dosis pengapuran 50 s/d 100 gr/m2, caranya kapur tohor dilarutkan terlebih dahulu kemudian  disebarkan  secara merata ke seluruh pematang dan dasar kolam.
v  Pemupukan dengan menggunakan  kotoran  ayam. Dosis pemupukan 500 s/d 700 gr/m , kemudian diisi air setinggi 40 cm dan setelah 3 hari kolam disemprot         menggunakan organophosphat 4 ppm.
v  Selang  4  s/d  6  hari  setelah penyemprotan benih Grass Carp sudah dapat ditebar,  sebaiknya pada pagi hari. Padat penebaran 300 s/d 400 ekor/m2.
v  Pemeliharaan     di     kolam pendederan pertama selama 21 hari.  Pakan  tambahan  diberikan setiap hari berupa pellet halus sebanyak 75 gr/1.000 ekor larva dengan   frekuensi   pemberian pakan 3 kali per hari.

b.  Pendederan kedua
v  Persiapan      kolam      pada pendederan   kedua   dilakukan sama seperti pada pendederan pertama.
v  Padat penebaran larva 50 s/d 100 ekor/m2. Larva setiap hari diberi pakan tambahan berupa pellet    sebanyak    10%    dari biomass   dengan   frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari.
v  Lama   pemeliharaan   pada pendederan   kedua   selama 28 hari.


IV.  PENYAKIT
Penyakit yang  sering  menyerang benih Grass Carp adalah parasit, yaitu : Tfichodina,     Gyrodactylus,     Glosatella, Scypidia,   Chillodonella,   yang   biasanya menyerang bagian permukaan tubuh dan insang.    Cara   mengatasinya   dengan pemberian formalin 25 ppm.

Artikel disusun oleh: Fahrur Razi, S.ST (Penyuluh Perikanan pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan)

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...