Thursday 19 March 2015

PERANAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG



Terumbu karang merupakan komunitas yang khas dan tumbuh terbatas di daerah tropika.  Struktur dasar terumbu adalah bangunan kalsium karbonat (kapur) yang sangat banyak, yang sebagian besar dibentuk oleh binatang karang (polip).  Hewan karang ini termasuk kelas Anthozoa, filum Coelenterata, yang hidup berkoloni dan masing-masing menempati semacam mangkuk kecil dari bahan kapur yang keras tadi.



Gambar  1. Aneka warna dan bentuk karang keras (Foto: Wikipedia Commons)


Sebetulnya jenis-jenis binatang karang hidup di lautan di seluruh dunia, termasuk di wilayah kutub dan ugahari (temperate, bermusim empat).  Akan tetapi hanya hewan karang hermatipik yang bisa menghasilkan terumbu, dan karang ini hidup terbatas di wilayah tropis.  Salah satu sebabnya ialah karena karang hermatipik hidup bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan (dinoflagellata) di dalam sel-sel tubuhnya.  Kehidupan simbiotik yang dikenal sebagai zooxanthellae ini memerlukan sinar matahari yang cukup sepanjang tahun untuk berfotosintesis, dan lingkungan yang relatif hangat dengan suhu optimal perairan sekitar 23-25ºC. 

Berkurangnya laju fotosintesis akan mempengaruhi kemampuan karang membentuk terumbu.  Sehingga kedalaman laut yang optimal untuk membentuk terumbu berada kurang dari 25 m, di mana cahaya matahari masih memadai untuk fotosintesis.  Umumnya terumbu karang tidak dapat terbentuk pada kedalaman lebih dari 50-70 m.

KEANEKARAGAMAN ANGGOTA KOMUNITAS

Komunitas terumbu karang merupakan salah satu komunitas yang paling kaya jenis di lautan dan bahkan juga di dunia.  Seperti telah disebutkan, penyusun utama komunitas ini adalah hewan-hewan karang yang membentuk aneka rupa karang keras (ordo Madreporaria).  Di samping itu juga terdapat aneka jenis karang lunak (Octocorallia), gorgonia, kipas laut, cambuk laut serta berbagai jenis alga.  Beberapa macam alga juga memproduksi kalsium karbonat, bahkan kelompok alga yang disebut alga koralin menghasilkan endapan kalsium karbonat di substrat yang ditumbuhinya dan merekatkan bagian-bagian yang lepas, seperti pecahan karang, menjadi satu.

Gambar 2. Bintang Laut Biru dan Berbagai Organisme Laut di Terumbu Karang  (Foto: Wikipedia Commons) 


Keberadaan bongkah-bongkah karang otak, rumpun karang tanduk rusa, kepingan karang meja dan lain-lain menyediakan banyak relung (niche) untuk kehidupan organisme lainnya.  Aneka jenis teripang, bintang laut, bulu babi, siput laut, kerang dan tiram, hingga ke ratusan spesies ikan, udang dan kepiting, penyu serta ular laut, bisa ditemukan di terumbu karang.

Terumbu karang tumbuh di semua perairan tropis, kecuali di beberapa tempat seperti di pantai barat Afrika bagian selatan dan pantai barat Amerika Selatan, di mana secara berkala terjadi arus dingin dan upwelling air dingin yang membatasi pertumbuhan terumbu karang.

Kekayaan jenis karang yang terbesar berada di wilayah Indo-Pasifik, khususnya Asia Tenggara.  Dari sekitar 800 jenis karang pembentuk terumbu di dunia, lebih dari 600 jenis ditemukan di perairan Asia Tenggara (Burke dkk., 2002).  Sementara Wells (1957, dalam Nybakken 1988) mencatat sekurangnya terdapat 50 genera dan 700 spesies karang di wilayah Indo-Pasifik, yang mencakup perairan-perairan di Kepulauan Nusantara, Filipina, Papua hingga Australia.

TIPE TERUMBU

Telah dijelaskan bahwa terumbu karang membutuhkan perairan yang hangat dan sinar matahari yang kuat untuk tumbuh baik.  Kondisi demikian banyak ditemukan di perairan dangkal yang tak jauh dari pantai, terutama di sekitar pulau-pulau yang memiliki perairan jernih.  Sementara itu sebagai hewan laut sejati, terumbu karang memerlukan kadar garam air laut yang normal antara 32-35‰ atau yang lebih tinggi.  Di bagian laut yang berkadar garam lebih rendah, misalnya dekat muara sungai-sungai besar, terumbu karang akan terhalang pertumbuhannya.
Di samping itu aliran sungai juga membawa serta endapan tanah dan bahan organik lainnya.  Bahan-bahan ini akan memperkeruh air laut, mengurangi penetrasi sinar matahari, dan endapannya dapat menutupi karang serta mematikan hewan-hewan karang.  Oleh sebab itu karang lebih berkembang pada wilayah-wilayah perairan dengan gelombang besar.  Gelombang laut yang kuat tidak banyak merusak karang yang masif.  Sementara itu, gelombang justru menghalangi pengendapan, memberikan air yang segar dan memperkaya kandungan oksigen dalam air laut.

Dari segi letaknya dikenal setidaknya tiga tipe terumbu karang, yakni terumbu tepi, terumbu penghalang dan atol.  Terumbu karang tepi (fringing reef) adalah terumbu yang tumbuh relatif tidak jauh dari garis pantai.  Sedangkan terumbu karang penghalang (barrier reef) terletak agak jauh dari pantai, diantarai oleh laut yang cukup dalam.  Contoh terumbu penghalang yang terkenal adalah The Great Barrier Reef, yang membentang hampir sepanjang 2000 km di timur Australia.

Atol adalah terumbu karang berbentuk cincin yang biasanya terdapat di laut dalam.  Di tengah-tengahnya terdapat semacam danau air asin dangkal yang dikenal sebagai gobah atau laguna (lagoon).  Para ahli menduga bahwa atol berasal dari terumbu karang tepi yang tumbuh di sekeliling suatu pulau vulkanik.  Suatu ketika, karena sebab tertentu pulau vulkanik itu tenggelam.  Apabila pulau itu tenggelam dengan perlahan-lahan, terumbu yang terus tumbuh itu dapat mengimbangi kecepatan tenggelamnya pulau dan bertahan tumbuh di permukaan laut menjadi atol.  Akan tetapi ada pula yang pulaunya tenggelam dengan cepat dan terumbu karangnya turut mati bersama tenggelamnya pulau tersebut.

ANCAMAN KELESTARIAN

Terumbu karang merupakan ekosistem yang kaya jenis namun rentan oleh kerusakan, terutama yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.  Banyak aktivitas manusia, yang secara langsung maupun tidak langsung, yang bisa mengancam kelestarian terumbu karang.




Gambar  3. Terumbu Karang Tepi di Sekeliling Sebuah Pulau di Kepulauan Palau 
(Foto: FL Colin/ www.coralreefresearchfoundation.org)


Kegiatan penangkapan ikan, terutama di dekat pesisir, yang dilakukan secara tidak hati-hati dapat mengancam kehidupan terumbu karang.  Banyak penangkapan yang telah dilakukan secara berlebihan, sehingga populasi ikan-ikan karang terancam.  Penggunaan jaring dasar seperti pukat harimau, misalnya, dapat pula merusak dan membongkar terumbu.  Apalagi penggunaan bahan-bahan yang merusak seperti bahan peledak dan racun potasium untuk memanen ikan-ikan karang.

Kegiatan-kegiatan pembangunan pesisir seperti penambangan pasir laut, pengerukan dan reklamasi pantai, serta pembangunan fasilitas-fasilitas transportasi dan wisata laut sangat mempengaruhi kehidupan terumbu yang berdekatan.  Selain sedimentasi dan pencemaran laut yang diakibatkannya, kegiatan-kegiatan pembangunan ini bisa mengubah pola-pola arus laut lokal dan mengancam kelestarian terumbu karang.


Ancaman besar datang dari meningkatnya aktifitas manusia di daratan.  Aktifitas ini, terutama terkait dengan kegiatan pembangunan wilayah, telah meningkatkan sedimentasi dan bahan organik dalam air sungai, yang pada gilirannya terbawa ke laut.  Meningkatnya endapan ini telah membunuh karang di banyak tempat dan sebaliknya, ketersediaan nutrisi mendorong pertumbuhan alga sehingga mendominasi terumbu.



Gambar 4. Terumbu Karang Membentuk Relung yang Beraneka untuk Kehidupan Laut yang Beragam 
(Foto: www.divethereef.com)


Di samping itu pencemaran laut pun turut meningkat.  Aneka bahan pencemar yang berasal dari industri dan limbah domestik perkotaan mengalir ke laut bersama aliran sungai yang melewati kota-kota itu.  Bahan pencemar lain datang dari lalu lintas transportasi laut, serta tumpahan minyak atau limbah pengeboran minyak lepas pantai.  Semua ini memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatan terumbu karang.

Secara totalitas, Burke dkk. (2002) memperkirakan sekitar 88% terumbu karang di Asia Tenggara terancam oleh aktifitas manusia.  Dan kurang lebih 50% terumbu yang terancam itu berada pada tingkat keterancaman yang tinggi atau sangat tinggi.

SUMBER:
http://student.ut.ac.id/
Burke, L., E. Selig and M. Spalding.  2002.  Reefs at Risk in Southeast Asia.  World Resources Institute.
Nybakken, J.W.  1988.  Biologi Laut: suatu pendekatan ekologis.  Alih bahasa  H. Muh. Eidman dkk.  Penerbit Gramedia.  Jakarta.

No comments:

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...