Wednesday, 18 March 2015

MEMAHAMI KONSEP DAN PRINSIP PENGELOLAAN YANG EFEKTIF PADA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

1.  Mengapa kita melakukan pemantauan?

Program pemantauan jangka panjang menggunakan indikator yang sesuai, dan diperlukan untuk menentukan apakah hasil yang diharapkan telah dicapai. Kesehatan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta kesejahteraan masyarakat lokal tergantung pada KKP yang harus dipantau, demikian pula dengan proses pengelolaan. Sebagai contoh, bila tujuan sebuah KKP adalah untuk memelihara kesehatan terumbu karang, lalu apa yang harus dipantau untuk melihat adanya perubahan pada ekosistem tersebut? Bila kondisi terumbu karang ternyata memburuk, hal ini menunjukkan telah terjadi penurunan kesehatan terumbu karang yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
(a)   faktor alamiah, dalam hal ini pengelola KKP tidak dapat melakukan tindakan mitigasi,
(b)   strategi pengelolaan yang tidak efektif, dalam hal ini pengelolaan akan perlu melakukan adaptasi dan perbaikan strategi, atau
(c)    penyebab yang berasal dari luar KKP, misalnya, dengan kawasan yang persis bersebelahan, dalam hal ini manajer KKP perlu berkonsultasi dengan mereka yang bertanggung jawab untuk mencoba dan menemukan jalan keluarnya. 
Demikian pula bila pengelolaan bertujuan memperbaiki mata pencaharian masyarakat lokal, diperlukan sebuah program pemantauan untuk melihat apakah pendapatan keluarga meningkat dengan adanya KKP, misalnya tangkapan ikan meningkat, pemasukan dari pariwisata atau peluang mata pencaharian lain yang ditawarkan oleh KKP; atau bahkan ada penurunan, misalnya akibat penangkapan ikan yang semakin dibatasi.  Sebuah kajian mengenai keefektifan pengelolaan akan membantu menunjukkan di mana perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan pada program pemantauan yang ada sekarang, atau apakah diperlukan program yang baru.

Kegiatan pemantauan di dalam KKP biasanya meliputi:
(1)   Pemantauan jangka panjang pada parameter lingkungan dan sosial ekonomi;
(2)   Pemeriksaan becara berkala terhadap implementasi rencana melalui jadwalyang direncanakan dan pelaporan;
(3)   Evaluasi dan tinjauan pada proyek-proyek yang dibiayai penyandang dana;
(4)   Peninjauan ulang rencana pengelolaan;
(5)   Kajian keefektifan pengelolaan.

Bila memungkinkan, masyarakat lokal harus dilibatkan dalam kegiatan pemantauan karena akan membantu meningkatkan rasa keterlibatan mereka dengan KKP.  Partisipasi relawan dapat menurunkan biaya dalam melaksanakan kegiatan pemantauan. 

2.  Cara menyusun program pemantauan dan evaluasi untuk kawasan konservasi perairan

Penyusunan program pemantauan dan evaluasi (P&E) dapat dibagi dalam dua jenis pekerjaan, yaitu pertama adalah menentukan apa yang perlu dipantau; dan kedua adalah merancang dan merencanakan program pemantauan dan evaluasi.
Penentuan apa yang perlu dipantau mencakup kegiatan:
(1)   Penentuan cakupan dari keseluruhan program P&E
(2)   Identifikasi tujuan akhir dan tujuan KKP
(3)   Pemilihan indikator yang relevan dengan setiap tujuan akhir dan/atau tujuan
(4)   Peninjauan dan pembuatan prioritas indkator
Perancangan dan perencanaan program pemantauan dan evaluasi mencakup kegiatan:
(1)   Identifikasi dan/atau rancanglah metode pemantauan
(2)   Pengkajian sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan program pemantauan
(3)   Pengembangan suatu rencana kerja dan tata waktu P&E yang komprehensif

Kiat Kiat  Pemantauan dan Evaluasi (P&E)
(1)   Bila dananya memungkinkan, tunjuklah seseorang untuk mengawasi seluruh komponen dalam rencana P&E.
(2)   Kegiatan pemantauan harus dibentuk segera setelah KKP ditetapkan, diikuti dengan survei dasar dan pengkajian.
(3)   Mengembangkan sebuah rencana P&E keseluruhan yang mencakup seluruh komponen – pastikan bahwa program pemantauan dapat dilakukan untuk seluruh tujuan KKP.
(4)   Bila memungkinkan, libatkan pemangku kepentingan di seluruh komponen P&E.
(5)   Pastikan bahwa data dari semua program pemantauan dan alat pemeriksaan dikumpulkan, dianalisis, diinterpretasikan dan juga tersedia.

Melalui proses dengan tahapan di bawah ini,  Anda akan menghasilkan sebuah rencana kerja kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap kawasan konservasi perairan.  Rencana kerja P&E ini kemudian dapat digabungkan kedalam dokumen rencana pengelolaan sehingga implementasi rencana pengelolaan dapat dengan mudah dikawal dan diketahui perkembangannya.  Sebuah rencana pengelolaan KKP yang dilengkapi dengan rencana pemantauan merupakan sebuah rencana pengelolaan yang dirancang untuk efektif menangani permasalahan yang dialami kawasan konservasi perairan.
Pekerjaan tersebut akan dijelaskan lebih rinci di bawah ini. Dalam P&E, istilah metode dan pendekatan dapat membingungkan, demikian juga dengan istilah pemantauan dan evaluasi.

2.1        Menentukan cakupan keseluruhan program P&E

Langkah pertama adalah menentukan ruang lingkup sumber daya dan kapasitas KKP dalam mengukur keefektifan pengelola yang mungkin juga terbatas. Kebutuhan P&E yang spesifik (misal untuk proyek yang dibiayai badan penyandang dana) harus dipertimbangkan dandimasukkan dalam keseluruhan program. Diperlukan keseimbangan yang seksama antara investasi sumber daya dalam pengelolaan itu sendir dan dalam mengkaji dampaknya. Banyak KKP yang menginvestasikan waktu dan sumber dayanya untuk mengumpulkan data yang tak pernah mereka gunakan. Sebaliknya, selama evaluasi seringkali dijumpai bahwa informasi kunci malahan tidak dikumpulkan.  Memantau variabel lingkungan tunggal (misal, kesehatan terumbu karang) atau memeriksa pelaksanaan melalui mekanisme laporan tahunan, peninjauan akuntansi keuangan dan proyek, itu penting tetapi tidak dapat secara sendiri menunjukkan bahwa tujuan KKP telah terpenuhi. Diperlukan suatu pendekatan analitis dan terpadu, dengan data dari setiap komponen pemantauan yang dikumpulkan dan dianalisis.

2.2        Mengidentifikasi tujuan akhir dan tujuan KKP

Langkah kedua adalah mendaftarkan seluruh tujuan akhir dan tujuan antara.  Pernyataan tujuan-tujuan tersebut mungkin sudah ada (misal, di dalam rencana pengelolaan, deklarasi atau legislasi untuk KKP) dan tepat, namun bisa juga tujuan yang ada perlu diperbaiki.  Pada KKP yang baru, tujuan-tujuan ini mungkin masih perlu dikembangkan.
Tujuan dalam kategori cakupan yang lebih luas yang disebut tujuan akhir, walaupun beberapa rencana pengelolaan KKP menggunakan pernyataan "misi" dan "maksud", yang serupa dengan tujuan akhir dan tujuan antara.  Kebanyakan KKPmemiliki tujuan-tujuan ganda yang mencakup aspek-aspek biofisik, sosial ekonomi dan tata kelola dari kawasan konservasi.
Tujuan merupakan pernyataan yang spesifik yang menggambarkan hasil yang diinginkan dari KKP, dan apa yang ingin dicapai oleh pengelola. Suatu tujuan yang baik harus SMARTSpecific/spesifik, Measurable/terukur, Achievable/dapat dicapai, Realistic/realistis, Time-bound/dibatasi waktu:
·         Specific/spesifik – jelas sehingga dapat dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan.
·         Measurable/terukur – didefinisikan menurut skala standar (misalnya persentase, angka), dan dapat diukur pada tiap titik waktu.
·         Achievable/dapat dicapai – seharusnya cukup jelas ketika tujuan telah tercapai
·         Realistic/realistis – praktis dan tepat dalam konteks lokal.Sebagai contoh, akan tidak praktis memiliki tujuan yang tidak mencakup penggunaan sumber daya jika masyarakat lokal bergantung pada sumber daya pada KKP untuk beberapa aspek dalam kehidupan mereka.
·         Time-bound/dibatasi waktu – dapat dicapai dengan skala waktu yang wajar. Secara umum, tujuan tidak lebih dari 10 tahun, walaupun skala waktu yang lebih panjang (bahkan 50 tahun) mungkin diperlukan untuk kegiatan konservasi berumur panjang, seperti untuk jenis yang lambat berbiak (misalnya penyu dan dugong), atau habitat yang rusak dengan pemulihan yang lambat (misalnya terumbu karang). Walaupun skala waktu perlu dipertimbangkan, tapi tidak penting untuk menyertakan batas waktu dalam pencapaian suatu tujuandalam pembuatan kalimat tujuan itu sendiri dan seringkali lebih baik untuk tidak melakukannya.

2.3        Bagaimana menentukan apa yang akan dimonitor?

2.3.1         Pilihlah indikator yang relevan dengan setiap jenis tujuan

Indikator yang tepat harus dipilih - misal unit yang mewakili ciri-ciri atau parameter yang lebih luas. Tidak mungkin kita memantau setiap spesies biota atau proses. Seringkali indikator yang tidak realistis terlalu sulit untuk diukur secara berkala dengan keterampilan dan kapasitas yang tersedia, atau kita akan gagal untuk mengukur dampak atau keberhasilan yang telah dipilih pada awalnya dan akhirnya programP&E harus disesuaikan.  Kajian dasar merupakan dokumen deskriptif yang mengidentifikasi ancaman dan ciri-ciri ekologi dan sosial ekonomi, dan statusnya saat KKP dibentuk.  Kadang-kadang kajian dasar mengidentifikasi nilai-nilai dan target KKP yang dapat dipantau dalam jangka panjang.  Pengelolaan Efektif’ adalah penilaian berbagai dimensi yang mempertimbangkan masalah-masalah biofisik, sosial ekonomi dan tata kelola.  Sejumlah indikator yang berbeda biasanya akan dibutuhkan untuk menentukan apakah tujuan akhir dan tujuan KKP sudah dicapai.  Berbagai faktor dapat menyebabkan setiap KKP memiliki karakteristik yang berbeda-beda setiap KKP cenderung memerlukan indikator-indikator yang berbeda untuk program monitoringnya.
Mengingat terbatasnya sumber daya manusia dan keuangan pada KKP, indikator yang dipilih harus yang sederhana dan dapat langsung diukur.  Untuk menghindari pemilihan indikator yang tidak sesuai berdasarkan pilihan Anda lakukan analisis yang cermat pada:
(1)   Tujuan dan jenis perubahan yang diinginkan, demikian juga bagaimana kemajuan tersebut akan diukur.
(2)   Ketersediaan sumber daya manusia, teknikal dan keuangan.
Ada dua jenis indikator yang diperlukan:
(1)   indikator dampakyang mengukur adanya perubahan dalam sistem (misalnya, kepadatan koral sebagai ukuran dari kesehatan koral), dan
(2)   indikator prosesatau ‘standar kinerja’yang mengukur sampai di mana suatu kegiatan telah dilaksanakan (misalnya, jumlah patroli yang sudah dilakukan). 
Indikator yang tepat harus mendekati tujuan yang diinginkan untuk diukur. Sebagai contoh, kelimpahan dan keragaman terumbu karang merupakan indikator yang baik bila tujuan pengelolaan adalah memelihara kesehatan terumbu karang. Pemilihan indikator juga harus berdasarkan pada pemahaman kita terhadap ancaman yang ada. Sebagai contoh, bila peristiwa El Nino merupakan ancaman yang berpotensi maka indikatornya juga harus mencakup suhu permukaan laut dan pemutihan koral. Harap dicatat bahwa mungkin akan sulit untuk mencirikan suatu perubahan, atau efeknya, hanya untuk satu penyebab tertentu saja. Sebagai contoh, adanya peningkatan pada jumlah penyu yang meletakkan telur dapat terjadi karena adanya pengelolaan pantai yang baik atau adanya penurunan penangkapan penyu di luar KKP.
Indikator yang baik harus tepat dan jelas sehingga setiap orang yang berbeda dapat mengukurnya dan mendapatkan hasil yang serupa. Setiap indikator harus memperhatikan hanya satu jenis data (misalnya, jumlah penyu yang meletakkan telur , bukan jumlah keseluruhan penyu).Indikator berupa benda-benda yang mudah ditemukan atau dilihat (misal, pemasangan tambat apung, jumlah survei terumbu karang yang telah dilakukan) akan lebih mudah diperoleh dari pada tujuan yang mengharapkan terjadinya perubahan perilaku (misalnya, penyadartahuan terangkat, pemberdayaan perempuan meningkat).

2.4        Meninjau dan membuat indikator prioritas

Langkah ini diperlukan karena sepertinya sangat tidak mungkin KKP memiliki sumber daya untuk memantau seluruh indikator yang telah teridentifikasi. Beberapa indikator yang baik biasanya lebih baik daripada banyak indikator yang lemah.  Bahkan bila hal ini dikompromikan, kita tidak dapat menentukan kesehatan seluruh jenis biota yang membangun keanekaragaman hayati. Sebuah indikator yang baik harus memenuhi kriteria berikut, dan ini akan membantu dalam pemilihan akhir dan pembuatan prioritas:
1)      Didefinisikan dengan jelas dan dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan. 
2)      Mudah diukur dan ditafsirkan, biayanya efektif, dan dapat dikumpulkan, dianalisis serta dilaporkan secara tepat sesuai persyaratan kualitatif dan kuantitatif.
3)      Konsisten, sehingga selalu dapar mengukur hal yang sama, dan tidak berubah dari waktu ke waktu; harus tepat dan jelas sehingga orang yang berbeda dapat mengumpulkan data dengan kualitas yang sama.
4)      Mencerminkan perubahan dalam parameter yang terukur dalam skala ruang dan waktu.
5)      Mencerminkan ketersediaan kapasitas manusia; misalnya keragaman jenis koral dapat merupakan indikator yang tidak tepat bila tidak ada identifikasi jenis koral sampai ke tingkat jenis
6)      Wilayah yang dijadikan lokasi pengambilan sampel sebaiknya sering didatangi agar data yang dikumpulkan dapat memiliki arti; misalnya, suatu jenis atau peristiwa yang sangat langka biasanya bukan merupakan indikator yang baik, karena akan banyak pengamatan yang tidak dilakukan dan akan sulit menentukan kecenderungannya.

2.5        Merancang metode pemantauan

Hal ini terkait dengan protokol pengambilan sampel dan tata waktunya. Ada banyak sekali informasi dan panduan tentang metode pemantauan. Kebanyakan KKP telah memiliki program pemantauan yang sedang berlangsung dan akan memberikan dasar yang baik bagi pengembangan program P&E secara menyeluruh.  Beberapa hal yang perlu dimasukkan adalah sebagai berikut:
(1)   Pengukuran kuantitatif (yang hasilnya berupa angka) adalah yang paling obyektif, namun demikian hasil pengukuran tersebut akan bernilai jika data kualitatifnya (misal, data berdasarkan penilaian individual sesuai dengan seperangkat kriteria yang telah ditentukan sebelumnya) tersedia.
(2)   Pada saat program pemantauan dimulai, waktu atau musim (misalnya berapa kali per tahun) dan frekuensi (misal, mingguan, bulanan, dua bulanan, tahunan, musiman) pengambilan data sebanyak mungkin harus tetap.  Perubahan waktu atau frekuensi pengambilan sampel dapat menurunkan kekuatan (‘kekuatan statistik’) uji tersebut, dan membatasi kesimpulan yang akan dibuat. Frekuensi pengambilan sampel yang tepat akan tergantung pada parameter yang akan dipantau. Sebagai contoh, pemantauan tahunan untuk pertumbuhan pohon mungkin mencukupi, tetapi memantau tingkat pengendapan pada muara sungai mungkin perlu dilakukan setiap minggu. 
(3)   Menentukan ukuran pengambilan sampel yang tepat(misal, jumlah transek, jumlah lokasi pengambilan sampel).  Secara umum, semakin besar ukuran pengambilan sampel, maka penafsirannya akan semakin meyakinkan.  Namun, ukuran sampel perlu diseimbangkan dengan sumber daya manusia dan keuangan yang tersedia untuk melaksanakan pemantauan.
(4)   Menyetujui persyaratan, format dan singkatan sebelum pengumpulan data (misalnya, membuat kamus data), dan membentuk progam pelatihan agar hal di atas digunakan secara konsisten; selalu menunjuk unit pengukuran, jelas bagaimana data akan dicatat. Memelihara buku catatan sebagai cadangan pencatatan pada komputer. Pencatatan langsung dengan mengisi semua kolom pada lembar data untuk menunjukkan bahwa tidak ada data yang hilang dan mencatat bila ada masalah atau penyimpangan.Bila memungkinkan, pindahkan data pada lembar data yang bersih setelah kembali dari lapangan, dan buatlah salinan/fotokopi sehingga dokumen aslinya dapat disimpan.
(5)   Pemantauan yang terbaik dilakukan oleh, atau dengan keterlibatan penuh dari, petugas KKP dan pemangku kepentingan yang relevan. Mungkin juga perlu, dan seringkali menguntungkan, untuk menggunakan peneliti atau konsultan dari luar untuk merancang penelitian, mengumpulkan data dan menafsirkan hasilnya. Dalam hal di atas, penting untuk menyampaikan hasilnya kembali kepada petugas KKP dan digunakan untuk keputusan pengelolaan ke depannya. Keterlibatan para pemangku kepentingan seperti masyarakat lokal dan operator pariwisata dapat meningkatkan penyadartahuan mengenai KKP dan dapat memberikan masukan dan umpan balik yang berguna.
(6)   Karena kegiatan pemantauan tidak sepenting isu-isu pengelolaan sehari-hari, tanggung jawab P&E harus lebih ditentukan dalam hal staf yang terkait dan waktu yang tersedia untuk membuat analisis dan penafsiran. Kepatuhan terhadap tugas-tugas yang terdapat dalam rencana P&E harus dipantau dan dibuat penyesuaian seperlunya.

Kiat menyusun metode pemantauan
(1)   Literatur yang luas mengenai bagaimana merancang progam pemantauan harus dikonsultasikan. 
(2)   Dapatkan nasihat teknis, terutama selama tahap awal perancangan program pemantauan untuk memastikan penggunaan sumber daya manusia dan keuangan yang optimal. 
(3)   Pengalaman dan keterampilan lokal harus digunakan bila sesuai.
(4)   Membuat kaitan antara program pemantauan jangka panjang melalui organisasi-organisasi nasional atau regional.
Menyetujui persyaratan, format dan singkatan sebelum pengumpulan data (misalnya, membuat kamus data), dan membentuk progam pelatihan agar hal di atas digunakan secara konsisten; selalu menunjukkan unit pengukuran, jelas bagaimana data akan dicatat. Memelihara buku catatan sebagai cadangan pencatatan pada komputer. Pencatatan langsung dengan mengisi semua kolom pada lembar data untuk menunjukkan bahwa tidak ada data yang hilang dan mencatat bila ada masalah atau penyimpangan. Bila memungkinkan, pindahkan data pada lembar data yang bersih setelah kembali dari lapangan, dan buatlah salinan/fotokopi sehingga dokumen aslinya dapat disimpanà perlu dicek lagi versi bahasa inggrisnya apakah memang diperlukan, karena merupakan pengulangan dari butir 4 di atas.

2.6        Mengkaji kebutuhan sumber daya untuk menjalankan program pemantauan

Sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan program pemantauan termasuk partisipasi petugas, peralatan dan pendanaan.  Susunan rencana dapat dimulai dengan:
1)      Mengidentifikasi jumlah orang yang dibutuhkan, sampai ke petugas KKP mana yang dapat digunakan dan apakah diperlukan bantuan dari luar untuk mengumpulkan data.
2)      Bila diperlukan sebuah pelatihan, identifikasi bagaimana pelatihan ini akan dilaksanakan
3)      Bila memerlukan bantuan dari luar, tentukan sumber yang berpotensi untuk membantu (misalnyalembaga pendidikan lokal dan insitusi teknis, lembaga swadaya masyarakat (LSM), karyawan pemerintah, relawan lokal dan/atau dari luar negeri, konsultan)
4)      Tentukan peralatan yang diperlukan dan tunjukkan apakah peralatan tersebut telah tersedia atau masih harus dicari
5)      Menyiapkan perkiraan anggaran

2.7.        Mengembangkan rencana kerja dan jadwal P&Eyang komprehensif

Mengingat kompleksitas dalam P&E, sebuah perencanaan yang menyeluruh untuk KKP perlu dikembangkan sebagai berikut:
1)      Mungkin diperlukan rencana yang terpisah untuk setiap komponen tertentu (misalnya untuk pemantauan terumbu karang, yang akan melibatkan metode, jadwal dan petugas tertentu). Berbagai komponen sektoral ini harus terintegrasi dalam rencana P&E yang komprehensif.
2)      Tata waktu untuk berbagai kegiatan dan komponen utama;
3)      Indikator dan gambaran metode;
4)      Penyimpanan data dan proses analisis
5)      Tanggung jawab untuk setiap komponen;
6)      Kebutuhan pelaporan (misalnya format, frekuensi) untuk badan kawasan konservasi, penyandang dana,dan/atau pengelola yang berwenang;
7)  Anggaran (catat bahwa pendanaan untuk komponen yang berbeda mungkin berasal dari sumber yang berbeda).

SUMBER:
PUSLATKP, 2014. MODUL A.033102.001.01. Membuat Konsep Rencana Pemantauan Kawasan Konservasi Perairan pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

No comments:

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...