1. Beberapa pertimbangan penting ketika bekerja dengan masyarakat lokal
Di banyak lokasi di seluruh dunia, ada
masyarakat yang tinggal di dalam atau bersebelahan dengan KKP. Menentukan hubungan antara KKP dengan
masyarakat di awal proses perencanaan pengelolaan adalah penting sekali. Akankah
masyarakat bekerja bersama dengan pengelola KKP yang berwenang? Akankah ada
pengaturan pengelolaan kolaborasi formal antara masyarakat dengan pengelola KKP
yang berwenang? Atau, apakah masyarakat memiliki hak kepemilikan atau kuasa
terhadap lingkungan laut dan pesisir dan akankah hal tersebut diakui oleh
pengelola yang berwenang?
Dalam kedua kasus di atas, hubungan kerja
yang terbuka dan saling percaya harus dibangun dengan masyarakat. Hal ini akan
membutuhkan waktu. Akan berguna bila pada permulaan proses, melibatkan beberapa
anggota masyarakat yang menunjukkan ketertarikannya pada KKP daripada membuka
proses perencanaan kepada seluruh pemangku kepentingan. Melibatkan sejumlah
anggota masyarakat yang dapat dikelola pada awal proses akan mendapatkan kesempatan
untuk mengetahui pandangan mereka dan bias saat melanjutkan proses perencanaan
tersebut. Bila terlalu banyak anggota masyarakat yang dilibatkan di awal,
proses tersebut mungkin akan terjebak dalam masalah logistik sebelum
perencanaan tersebut dimulai. Jumlah yang sedikit juga memberikan kesempatan
untuk memahami dinamika masyarakat dan siapa pemimpin yang benar-benar mewakili
masyarakat secara keseluruhan, atau sub-kelompok dalam masyarakat (nelayan,
perempuan, jemaat gereja, dll.).
Mempertimbangkan penempatan kembali staf KKP
untuk membantu mereka menjalin hubungan dengan masyarakat. Memberi pelatihan
staf KKP dalam ketrampilan fasilitasi dan resolusi konflik, juga teknik
pemantauan sosio-ekonomi dapat membantu melaksanakan penelitian sosio-ekonomi yang
dapat digunakan untuk meningkatkan hubungan antara staf dan anggota masyarakat.
Dalam belajar dari dan bersama anggota masyarakat, staf KKP harus membangun
rasa hormat atas pengetahuan dan kebijaksanaan masyarakat lokal, yang pada
gilirannya mereka akan termotivasi bahwa staf pengelolaan mendengar dan belajar
dari mereka.
Landasan yang baik bagi keterlibatan
masyarakat adalah melalui pengkajian sumber daya dan sosio ekonomi partisipatif
di awal proses perencanaan pengelolaan. Ini membantu untuk memperjelas isu-isu
penting dan prioritas dari perspektif masyarakat.
Saat mulai terlibat dengan masyarakat,
sadarilah perbedaan “dominasi sosial” pada tiap pertemuan, karena mereka dapat
menutupi kebutuhan dan prioritas kelompok atau pribadi yang kurang menonjol
dalam kelompok masyarakat. Struktur keanggotaan masyarakat apapun mungkin akan
sangat kompleks dan ditutupi oleh mereka yang penghidupannya lebih aman karena
memiliki lebih banyak waktu untuk berpartisipasi dalam pertemuan; akses yang
lebih mudah dalam metode komunikasi semacam surel (e-mail), telepon dan bahkan transportasi ke lokasi pertemuan; atau
bahkan lebih berani untuk bicara. Perhatian yang cermat terhadap profil
kekayaan dan kemiskinan dalam kelompok masyarakat dapat membantu
mengidentifikasi mereka yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap
sumber daya alam dan prioritas.
Kajian sosio ekonomi dan sumber daya juga
harus sensitif terhadap gender. Ada
perbedaan penggunaan sumber daya dan kegiatan antara lelaki dan perempuan, juga
akses dan kendali mereka terhadap sumber daya, serta kemampuan dan kerentanan
mereka. Pengkajian harus menggambarkan perbedaan ini. Data survei harus selalu
mengidentifikasi responden gender;
hal ini akan membuat identifikasi opini dan dampak tindakan KKP yang berbeda
terhadap perempuan dan laki-laki.
Ketika menggunakan teknik penilaian
komunitas, cobalah untuk memvalidasi temuan dengan triangulasi atau pengecekan
silang—dengan kata lain, mengggunakan beberapa metode berbeda untuk membenarkan
temuan. Sumber sekunder terhadap informasi, statistik, dan observasi langsung
adalah sumber informasi berharga yang independen dari pandangan pemangku
kepentingan atau anggota masyarakat.
Tata batas masyarakat terkadang berkaitan
dengan batasan penggunaan sumber daya. Karenanya, konflik dengan tata batas
masyarakat harus diselesaikan di awal ketika mengusahakan tanggung jawab
pengelolaan kawasan lindung. Pertemuan pemetaan masyarakat di awal proses dapat
membantu mengidentifikasi batasan-batasan ini.
Menariknya, isu pengelolaan yang
diidentifikasi di pertemuan komunitas biasanya tidak berbeda dari yang
diidentifikasi oleh para manajerKKP. Ini adalah refleksi kenyataan bahwa
penduduk lokal biasanya punya pengetahuan cukup mengenai kondisi di dalam dan
di sekitar lingkungan KKP dan tindakan penduduk serta kesehatan ekosistem KKP
terjalin sangat erat. Walhasil, isu yang diterima masyarakat, dan penyebab
serta solusinya, dapat digunakan untuk mendefinisikan tujuan keseluruhan, hasil
dan kegiatan untuk perencanaan pengelolaan.
Membangun kepercayaan adalah hal yang paling
penting. Peran kunci dapat dimainkan oleh fasilitator atau masyarakat yang
berinteraksi dengan pemangku kepentingan di tahap-tahap awal pengumpulan
informasi. Bersabarlah; kepercayaan mungkin tumbuh setelah bertahun-tahun.
Buatlah pertemuan komunitas dan kegiatan
partisipatif lain seterbuka mungkin dan mudah diakses. Penjadwalan, baik yang
sesuai musim maupun harian, dapat mendorong dan menjauhkan sektor-sektor
tertentu untuk dapat hadir. Mengelola ketertarikan komunitas adalah hal
penting. Ketertarikan cenderung memudar setelah beberapa waktu yang lama saat
antusiasme awal telah memudar.
STUDI KASUS
Masyarakat Lokal sebagai Mitra Pengelolaan KKP
Dari semua pemangku kepentingan yang telah kita bicarakan, anggota
masyarakat lokal sangatlah penting. Pengalaman pendekatan top-down yang dikendalikan secara terpusat terhadap pengelolaan
wilayah terlindung menunjukkan jika penduduk lokal tidak dilibatkan maka mereka
akan mengacaukan upaya konservasi. Contohnya, orang-orang Maasai yang menombak
binatang liar di Taman Nasional Amboseli di Kenya sebagai protes terhadap
penghapusan hak pengairan dan penjenggutan. Di Taman Nasional Galapagos nelayan
lokal berulangkali menduduki stasiun penelitian sebagai protes atas pembatasan
hak menangkap ikan yang dikenakan pada mereka. Dengan kata lain, ketika
masyarakat lokal atau pemangku kepentingan berbagi tanggung jawab, secara
otentik dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan memahami manfaat pengelolaanKKP
bertanggung jawab, mereka adalah mitra bagi kesuksesan KKP. Contohnya, mereka
akan menggunakan metode penangkapan ikan yang kurang tingkat merusaknya, hanya
memanen apa yang mereka perlukan, dan bahkan membantu membuat peraturan bagi
para sesama anggota masyarakat untuk mendukung tujuan akhirKKP. Apalagi
keterlibatan masyarakat lokal selama proses perencanaan pengelolaan akan
membantu memastikan bahwa rencana tersebut terintegrasi ke dalam struktur
institusional lokal, mempertimbangkan faktor sosial dan budaya, dan manfaat
pengetahuan lokal.
Penting untuk bekerja sama dalam
menentukan peranan dan tanggung jawab yang berbeda dari para pemangku
kepentingan yang terlibat. Contohnya, tingkatan pemerintahan tertentu mungkin
diberi kewenangan sebagai pengelolaan legal yang berwenang, yang kemudian dilaksanakan
di tingkatan lokal menggunakan pendekatan bottom-up
dimana keputusan dan kegiatan pengelolaan dibuat bersama masyarakat. Jika
struktur legal meminta pengelolaan atas ke bawah, pengelolaan bawah ke atas,
maupun pengelolaan kolaboratif, pemangku kepentingan harus selalu
diikutsertakan.
3. Cara mengidentifikasi peranan pemangku kepentingan dalam proses perencanaan
Pada saat mengidentifikasi dan menentukan pera pemangku kepentingan yang akan terlibat didalam proses pembetukan KKP tentunya kita sudah berpikir peranan masing-masing pemangku kepentingan dalam mendukung terbentuknya KKP yang ideal. Untuk menentukan peran masing-masing tertunya anda harus mengetahui tugas dan fungsinya didalam organisasi/institusi maupun potensi yang dimiliki bagi masyarakat yang terlibat.
SUMBER:
PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.003.01 Melakukan Kegiatan Persiapan Awal
Perencanaan pada Pelatihan Perencanaan
Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan,
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload
dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.
No comments:
Post a Comment