Monday, 23 February 2015

STRUKTUR DAN DINAMIKA WILAYAH PESISIR DAN LAUT



Suhu dan Stratifikasi Vertikal
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi secara horisontal sesuai dengan garis lintang, dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital, yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi di dalam kisaran suhu yang relatif sempit, biasanya antara 0-40°C. Ada juga organisme yang mampu mentolerir suhu sedikit di atas dan sedikit di bawah batas-batas tersebut, misalnya ganggang hijau-biru yang hidup pada suhu 85°C di sumber air panas. Di dalam kisaran suhu di mana proses-proses kehidupan berlangsung, metabolisme bergantung pada suhu. Pada umumnya, organisme-organisme yang tidak dapat mengatur suhu tubuhnya, proses metabolismenya meningkat dua kali untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10°C.
Semua organisme laut, kecuali burung-burung dan mamalia laut, bersifat poikilotermik atau ektotermik, artinya suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu massa air di sekitarnya. Burung dan mamalia laut bersifat homiotermik atau endotermik, artinya mempunyai kemampuan mengatur sendiri suhu tubuhnya tanpa dipengaruhi oleh suhu massa air. Kebanyakan organisme laut telah mengalami adaptasi untuk hidup dan berkembang biak dalam kisaran suhu yang lebih sempit daripada kisaran total 0-40°C. Karena sebagain besar organisme laut juga bersifat poikilotermik dan suhu air laut bervariasi menurut garis lintang, maka penyebaran organisme laut sangat mengikuti perbedaan suhu lautan secara geografik.
Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan, dapat dibedakan empat zona biogeografik utama: kutub, tropik, beriklim sedang-panas, dan beriklim sedang-dingin. Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak mutlak karena pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan musim.
Suhu dalam lautan juga bervariasi sesuai dengan kedalaman. Massa air permukaan di wilayah tropik, panas sepanjang tahun, yaitu 20-30°C, sedangkan massa air permukaan pada zona beriklim sedang, hangat di musim panas.
Di bawah air permukaan yang hangat, suhu mulai menurun, dan mengalami penurunan yang sangat cepat pada kisaran kedalaman yang sempit yaitu antara 50-300 m. Zona kedalaman di mana terjadi penurunan suhu yang paling cepat disebut termoklin. Di bawah termoklin, suhu terus turun dengan bertambahnya kedalaman, tetapi penurunannya jauh lebih lambat, sehingga massa air di bawah termoklin hampir isotermal seterusnya sampai ke dasar perairan. Termoklin adalah suatu gambaran yang terjadi sepanjang tahun di perairan tropik, sedangkan di daerah beriklim sedang hanya terjadi pada musim panas. Di daerah kutub, termoklin tidak dikenal.
Suhu juga berpengaruh terhadap kerapatan air laut. Air laut yang hangat kerapatannya lebih rendah daripada air laut yang dingin pada salinitas yang sama.


Gambar 1. Pemukiman Nelayan di Indonesia
Sumber: http://architectureconsepdesign.blogspot.com/2012_02_01_archive.html
Kerapatan juga merupakan suatu fungsi dari salinitas, kenaikan salinitas menyebabkan kenaikan kerapatn. Akan tetapi variasi suhu yang ditemukan di seluruh samudera lebih besar daripada variasi salinitas. Oleh karena itu, suhu lebih penting dalam mempengaruhi kerapatan.

Gambar 2. Wilayah Pesisir di Indonesia
Sumber: http://egsaugm.blogspot.com/2011/10/kawasan-pesisir-indonesia.html

Massa dan Sirkulasi Air
Sebagai akibat perbedaan suhu dan salinitas serta pengaruhnya terhadap kerapatan air laut di samudera dapat dibagi menjadi beberapa massa air, antara lain: massa air-permukaan (upper water mass) yang meluas sampai ke dasar lautan.
Massa air-permukaan selalu dalam keadaan bergerak. Gerakan ini ditimbulkan terutama oleh kekuatan angin yang bertiup melintasi permukaan air. Angin ini menghasilkan dua macam gerakan yaitu ombak atau gelombang dan arus. Gelombang mempunyai ukuran yang bervariasi, mulai dari riak dengan ketinggian beberapa sentimer hingga pada gelombang angin badai yang dapat mencapai ketinggian 30 m. Selain ketinggian, gelombang selanjutnyadicirkan oleh panjang gelombang, yang merupakan jarak horisontal antara puncak dua gelombang yang berurutan. Periode satu gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak gelombang yang berurutan melalui satu titik yang sama. Selain oleh angin, gelombang dapat juga ditimbulkan oleh gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tanah longsor bawah air, yang menimbulkan gelombang yang merusak yang disebut tanah longsor bawah air, yang menimbulkan gelombang yang merusak yang disebut tsunami, serta oleh daya tarik bulan dan bumi yang menghasilkan gelombang tetap dikenal sebaai pasang surut.

SUMBER:
http://student.ut.ac.id/
http://architectureconsepdesign.blogspot.com/2012_02_01_archive.html
http://egsaugm.blogspot.com/2011/10/kawasan-pesisir-indonesia.html

No comments:

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...