I.
PENDAHULUAN
Manfish (Pterophyllum scalare) dikenal juga dengan
istilah "Angel fish" bersal dari
perairan Amazon Amerika
Selatan. Beberapa jenis ikan manfish yang dikenal dan telah
berkembang di Indonesia antara lain :
v Diamond (berlian) berwarna perak mengkilau samapai
hijau keabuan. Pada bagian kepala atas terdapat warna kuning hingga
coklat kehitaman yang menyusur ke bagian punggung.
v
Imperial
mempunyai warna dasar peral. Tetapi
tubuhnya dihiasi empat buah garis vertical berwarma hitam/cokelat kehitaman.
v Marble memiliki
warna campuran hitam dan putih yang membentuk garis vertikal.
v Black-White
mempunyai warna hitam menghiasi separuh tubuhnya bagian belakang, dan warna
putih menghiasi separuh bagian depan termasuk bagian kepala.
II.
BIOLOGI
Secara
sistematis ikan manfish tergolong ke dalam famili cichlidae, mempunyai ciri-ciri
morfologis dan kebiasaan sebagai
berikut :
v Memiliki warna
dan jenis yang bervariasi.
v Berbentuk
pipih dengan tubuh seperti anak
panah.
v Sirip perut
dan sirip punggungnya membentang lebar ke
arah ekor, tampak seperti busur yang berwarna gelap transparan.
v Pada
bagian dadanya terdapat dua buah
sirip yang panjangnya menjuntai sampai
kebagian ekor.
v Menjaga
dan melindungi keturunannya.
v Bersifat
omnivorus.
v Tergolong mudah
menerima jenis makanan dalam berbagai bentuk dan sumber.
III. PEMBENIHAN
A. Pengelolaan Induk
Ikan
manfish dapat dijadikan induk setelah
mencapai umur 7 bulan dengan ukuran
panjang ± 7,5 cm. Untuk mencapai
hasil yang optimal, induk harus dikelola
dengan baik antara lain pemberian pakan
yang cukup dan baik seperti jentik nyamuk, cacing
Tubifex sp. Atau Chironomous
sp. Selain itu perlu diberikan perlakuan obat
secara periode seperti
oxytetracyclin atau garam
karena induk manfish sangat peka terhadap penyakit.
Sebelum dipijahkan, induk
dipelihara secara masal (jantan dan
betina) dalam akuarium besar (100 X
60 X 60) cm3. Setelah
matang telur, induk manfish akan berpasangan dan
memisah dari ikan lainnya,
induk yang berpasangan tersebut dapat
dipisahkan pada tempat pemijahan. Selain itu dapat juga dilakukan dengan cara
memasangkan induk jantan
dan betina secara langsung.
Perbedaan
induk jantan dan betina adalah
sebagai berikut :
v Induk
jantan dicirikan dengan ukuran tubuh
yang lebih besar, kepala terlihat agak
besar dengan bagian antara mulut ke sirip
punggung berbentuk cembung serta bentuk badan lebih ramping.
v Induk
betina dicirikan dengan ukuran tubuh
yang lebih kecil, kepala terlihat lebih
kecil dengan bagian perut yang lebih
besar/gemuk serta terlihat agak menonjol.
B. Pemijahan
Induk manfish
yang sudah siap dipijahkan dimasukkan
dalam akuarium pemijahan (60 X 60
X 40) cm3 dengan tinggi air
± 30 cm.
Ikan manfish cenderung menyukai suasana yang gelap dan
tenang maka pada dinding
akuarium dapat ditempelkan kertas
atau plastik yang berwarna gelap.
Induk
manfish akan memijah pada malam
hari, induk betina
akan menempelkan telurnya pada substrat yang halus misalnya potongan
pipa PVC yang telah disiapkan dalam akuarium kemudian diikuti induk jantan
yang menyemprotkan spermanya pada
semua telur sehingga telur-telur tersebut terbuahi. Jumlah telur yang
dihasilkan setiap induk berkisar antara 500
s/d 1.000 butir.
Selama masa pemijahan induk tetap
diberi pakan berupa cacing Tubifex sp., Chironomus sp. Atau Daphnia sp.
3% dari bobot
biomass dengan frekuensi 2 s/d 3 kali/hari.
C. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
a. Penetasan telur
Telur
yang menempel pada substrat ditetaskan
dalam akuarium penetasan (60 X50
X40) cm3 dengan kepadatan 1000 s/d 2000 butir telur. Akuarium
dilengkapi dengan aerasi dan pemanas
air (water heater) dipasang pada
suhu 27 s/d 28° C serta ditambahkan
methelene blue dengan dosis 1 ppm.
Telur akan menetas setelah 2 s/d 3
hari dengan derajat penetasan berkisar 70 s/d 90%.
b. Pemeliharaan larva
Larva dipelihara selama 10 s/d 14 hari dengan kepadatan 20 s/d 50
ekor/liter, pakan diberikan sejak
larva berumur 2 hari sampai dengan 7 hari dengan frekuensi 2 kali sehari ( pagi dan sore). Pakan yang diberikan berupa
nauplii Artemia sp. selanjutnya dapat
digantikan dengan Daphnia sp. Penyiphonan
dilakukan setiap hari dengan volume
30% dari total volume air. Sintasan
yang diperoleh berkisar 70 s/d 90 %.
D. Pendederan dan Pembesaran
a. Pendederan
Setelah
berumur 10 s/d 14 hari benih dipindahkan ke bak
pendederan, dengan kepadatan 10 s/d
30 ekor/liter. Pakan berupa Tubifex
sp. atau Daphnia sp. diberikan
sebanyak 10% dari bobot biomass dengan
frekuensi pemberian 2 kali per hari, lama
pemeliharaan 3 s/d 4 minggu dengan sintasan
70 s/d 90%.
b. Pembesaran
Benih hasil
pendederan dipindahkan ke
dalam bak/wadah pembesaran (bak
fibre/bak semen) dengan kepadatan 3 s/d 5 ekor/liter atau 100 ekor/m2. Selama pembesaran
diupayakan agar ada aliran
air walaupun sedikit. Pakan yang diberikan berupa Tubifex
sp. atau Daphnia sp. sebanyak 5% bobot biomass
dengan frekuensi 2 kali per hari. Lama pemeliharaan 3 s/d 4 minggu dan ukuran
yang dicapai berkisar 3 s/d 5 cm dengan sintasan 70 s/d 90%. Selanjutnya benih tersebut
dapat dibesarkan lagi hingga mencapai ukuran calon induk atau induk
dengan padat penebaran yang lebih kecil.
IV. PENYAKIT DAN PENANGGULANGAN
Ikan manfish
dikenal cukup peka terhadap
serangan penyakit, untuk
itu diperlukan pengelolaan secara baik dengan menjaga kualitas air dan
jumlah pakan yang diberikan.
Jenis parasit
yang biasanya menyerang benih/induk
antara lain : Trichodina
sp. , Chillodonella
sp., dan Epystilys sp.
sedangkan bakteri yang menginfeksi adalah Aeromonas
hidrophilla.
Beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk
menanggulangi penyakit parasiter antara lain : Formalin 25% dan NaCI 500 ppm,
sedangkan untuk penyakit bakterial
dapat digunakan Oxytetracyline 5 s/d 10 ppm dengan perendaman
24 jam.Artikel disusun oleh: Fahrur Razi, S.ST (Penyuluh Perikanan pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan)
No comments:
Post a Comment