Wednesday, 5 March 2014

PEMBENIHAN IKAN NILA (Oreochromis sp)


I.  PENDAHULUAN
Ikan    nila    (Oreochromis   sp.) merupakan   salah   satu   komoditas perikanan   yang   sangat  populer  di masyarakat.  Karena  selain  harganya murah, rasanya enak, juga kandungan proteinnya cukup tinggi sehingga sangat membantu   dalam   program   Usaha Peningkatan Gizi Keluarga (UPGK). Ikan nila berasal dari benua Afrika dan pertama kali di datangkan ke Indonesia pada tahun 1969. Karena memiliki berbagai kelebihan dibanding   jenis-jenis    ikan    lainnya, menjadikan ikan nila mudah sekali diterima oleh masyarakat dan dalam waktu yang singkat sudah menyebar ke seluruh pelosok tanah air. Kelebihan tersebut diantaranya :
v  Mudah berkembang biak.
v  Sangat tahan terhadap perubahan lingkungan
v  Tahan terhadap serangan penyakit
v  Pemakan segala (omnivora)
Saat ini ada dua jenis ikan nila yang beredar di Indonesia, yaitu :
1.    Nila hitam (T.69, Citralada, GIFT)
2.    Nila merah (hibrida)

II.  SISTEMATIKA
Phylum            : Chordata
Sub Phylum    : Vertebrata
Kelas               : Pisces
Sub Kelas        : Acanthopterigii
Suku                : Cichlidae
Marga              : Oreochromis
Species           : Oreochromis sp.

v  Badan memanjang, bentuk tubuh pipih, sisik besar dan  kasar,  kepala  relatif kecil, garis linealateralis terputus dan terbagi  dua,  yaitu  bagian  atas dan bawah, memiliki 5 buah sirip dengan rumus   D.XVI.12;C;U.I.5;P.12.   dan  A.III.9.
v  Nila  banyak  ditemukan  di  perairan yang airnya tenang, seperti danau, rawa dan waduk. Toleransi terhadap lingkungan sangat tinggi, dapat hidup pada salinitas 0 s/d 29 promil, suhu 14 s/d 38° C dan pH 5 s/d 11.
v  Nila  termasuk  ikan  omnivora  dan sangat  menyenangi   pakan  alami berupa Rotifera, Daphnia sp., Moina sp. benthos,   ferifiton   dan   fitoplankton. Disamping itu, bisa juga diberi pakan tambahan, sperti pellet, dedak dan lain-lain.
v  Nila termasuk ikan yang dapat memijah sepanjang tahun dan mulai memijah pada umur 6 s/d 8 bulan. Seekor induk betina ukuran 200 s/d 400 gram dapat menghasilkan anak 500 s/d 1.000 ekor.
v  Untuk membedakan induk jantan dan betina disa dilihat dari bentuk tubuh, warna dan alat kelaminnya. Tanda-tanda tersebut:

Jantan :
v  Warna tubuh cerah dan memiliki satu buah lubang kelamin yang bentuknya memanjang dan berfungsi sebagai tempat keluarnya sperma dan air seni.

B.  Intensif
v  Pemijahan   dilakukan   dalam   bak semen/hapa ukuran dan luas 24 s/d 48 m2 dan kedalaman air 60 s/d 80 cm.
v  Induk ditebar bersama-sama dengan kepadatan   3   s/d   4   ekor/m2. Perbandingan antara jantan dan betina 1:3.
v  Berbeda     dengan     pembenihan ekstensif,  pada  pembenihan  intensif yang dipanen dari tempat pemijahan bukan larva, tetapi masih dalam bentuk telur.  Ini  dilakukan  setiap  10  hari. Disamping itu benih-benihnya dibuat monosex, yaitu jantan atau betina, tergantung kebutuhan.
v  Telur yang dipanen biasanya ada 4 fase, yaitu telur utuh, sudah bermata, sudah bermata dan berekor serta larva sempurna. Setiap fasenya, ditampung dalam wadah yang berbeda-beda.
v  Telur-telur tersebut kemudian ditetaskan adalah wadah khusus corong penetasan dibuat dari fibreglass,  kain trilin dan plastik (corong minyak tanah). Corong penetasan tersebut diberi aliran air agar telurnya  bisa  bergerak,  atau  berupa akuarium.
v  Biasanya telur-telur ini akan menetas dalam waktu 3 s/d 7 hari. Telur yang tidak menetas berwarna putih dan telur-telur tersebut hams dibuang setiap hari, dengan cara disiphon.
v  Dua  hari  setelah  menetas  larva dipindahkan     ke     bak    tembok (2  X  1X  0,5)  m3  atau  hapa  ukuran (2 X 1 X 0,5) m3 yang dipasang di kolam secara berderet. Dalam satu hapa bisa ditebar larva sebanyak 2.000 s/d 4.000 ekor dan dipelihara 25 s/d 30 hari.
v  Selama dalam hapa atau bak diberi pakan berupa pellet halus yang sudah diberi     hormon     Alpha     Methyl Testosteron, dosis pakan 30% per hari pada awal pemeliharaan, kemudian menurun sampai 12%.

Cara membuat pakan berhormon :
a.    Timbang  pellet halus sebanyak  1 kg.
b.    Timbang  hormon  17 Alpha Methyl Testosteron (60 mg/1 kg pakan).
c.    Larutkan  hormon  tersebut  dalam alkohol 90% sebanyak 25 ml, aduk sampai    homogen.    Kemudian tambahkan  pula  alkohol  70% sebanyak 300 s/d 400 ml dan aduk pula sampai homogen.
d.    Masukkan  larutan  tersebut  dalam pakan  dan  aduk  sampai  rata. Kemudian diangin-anginkan sampai kering (jangan di jemur).
e.    Bila  sudah  kering,  bisa  langsung diberikan.  Agar  awet,   masukkan pakan tersebut dalam plastik dan disimpan dalam kulkas. Pakan ini tahan sampai 3 bulan.
f.     Larva     yang     diberi     pakan     harus berukuran panjang total ≤ 13 mm.

v  Selain   melalui   pakan,  .pengubahan kelamin dapat juga dilakukan melalui perendaman. Larva tersebut direndam dalam larutan hormon 17 Alpha Methyl Testosteron selama 10 s/d 12 jam.

IV.  Pendederan  
v  Pendederan ikan  nila  dilakukan dikolam yang luasnya antara 500 s/d 1.000 m2. Namun kolam tersebut harus disiapkan      seminggu      sebelum penebaran benih. Persiapan meliputi pengeringan,   perbaikan   pematang, pengolahan   tanah   dasar   dan pembuatan kemalir.
v  Setelah  itu  kolam  dikapur  dengan kapur tohor sebanyak 100 s/d 200 gr/m   dan  dipupuk  dengan  pupuk organik dengan dosis 500 gr/m2.
v  Bila kolam sudah siap, larva ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 100 s/d 200 ekor/m2.
v  Setiap  hari  diberi  pakan  tambahan berupa  pellet  halus  atau  dedak sebanyak 750 gr/10.000 ekor larva dan diberikan 3 kali per hari.
Pemeliharaan  di  kolam  pendederan berlangsung selama 3 s/d 4 minggu.

Artikel disusun oleh: Fahrur Razi, S.ST (Penyuluh Perikanan pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan)

No comments:

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...