BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 disebutkan “Penyuluhan Perikanan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha
perikanan agar mereka mau dan mampu menolong serta mengorganisasikan dirinya
dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan,
dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup”. Proses belajar bersama dalam penyuluhan sebenarnya tidak hanya diartikan
sebagai kegiatan belajar secara insidental untuk memecahkan masalah yang sedang
dihadapi, tetapi yang lebih penting dari itu adalah penumbuhan dan pengembangan
semangat belajar seumur hidup (long life
learning) secara mandiri dan berkelanjutan.
Secara aplikatif penyuluhan perikanan merupakan suatu
proses pembelajaran bagi para pelaku utama dan pelaku usaha perikanan beserta
keluarganya, menggunakan landasan
falsafah kerja meningkatkan potensi dan kemampuan para pelaku utama dan
keluarganya, sehingga mereka akan dapat mengatasi sendiri kebutuhan dan
keinginannya, tanpa harus selalu tergantung pada orang lain. Sehingga dengan
falsafah demikian, maka implikasinya akan sangat luas, tidak saja dalam bidang
penyuluhan kelautan dan perikanan, tetapi juga dalam pembangunan kelautan dan
perikanan, pembangunan perdesaan, dan pembangunan nasional. Dalam konsep
penyuluhan perikanan juga dikenal beberapa prinsip yang terdiri dari:
kesukarelaan, otonom, keswadayaan, partisipatif, egaliter, demokrasi,
keterbukaan, kebersamaan, akuntabilitas, dan desentralisasi.
Sejalan dengan itu, tujuan utama dari penyuluhan
perikanan adalah mempengaruhi para pelaku utama dan keluarganya agar berubah
perilakunya sesuai dengan yang diinginkan oleh penyuluh, yang akhirnya mampu
menyebabkan perbaikan mutu hidup dari pelaku utama kelautan dan perikanan.
Perubahan perilaku yang terjadi dibagi kepada perubahan pengetahuan,
keterampilan dan sikap dari sasaran penyuluhan. Untuk itulah, keberadaan dan
peran penyuluh perikanan masih sangat diperlukan sebagai dinamisator,
fasilitator, dan motivator dalam proses pembinaan dan pendampingan bagi para
pelaku utama dan pelaku usaha tersebut dan sejalan dengan konsepsi itulah,
penyuluhan perikanan sebagai rumpun ilmu hayat, ditengarai menjadi katalisator
bagi upaya pembangunan perekonomian masyarakat dan eksistensinya menjadi
penyokong bagi terwujudnya upaya kesejahteraan.
Seorang penyuluh perikanan harus memiliki kemampuan berkomunikasi
dengan masyarakat, pelaku utama dan pelaku usaha perikanan beserta keluarganya,
sehingga maksud dan tujuan yang ingin disampaikan melalui komunikasi dapat
diterima dengan baik dan jelas. Demikian pula dalam hal komunikasi melalui
bahan-bahan tulisan seperti poster, folder, pamplet, dan sebagainya, tujuannya
harus jelas. Kejelasan tujuan sangat penting dalam berkomunikasi. Tanpa tujuan
yang jelas, sulit bagi kita untuk mengharapkan respon yang benar dari proses
komunikasi. Hasil akhir yang ingin dicapai melalui pembelajaran modul ini
adalah para peserta mampu berkomunikasi yang efektif dan memahami
tahapan-tahapan dalam membangun komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan
penyuluhan perikanan.
B. Deskripsi Singkat
Penyuluh
perikanan harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat, pelaku
utama dan pelaku usaha perikanan beserta keluarganya sebagai sasaran dalam
kegiatan penyuluhan perikanan, agar maksud dan tujuan yang ingin disampaikan
melalui komunikasi dapat diterima dengan baik dan jelas. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka kami susun modul “Komunikasi Dalam Penyuluhan Perikanan”. Modul
ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi penyuluh perikanan pada Tingkat Ahli agar dapat memahami
tentang komunikasi yang efektif serta dapat menerapkannya dalam kegiatan penyuluhan
perikanan. Hal-hal pokok yang dibahas meliputi: Pengertian dan tujuan
komunikasi dalam penyuluhan perikanan; Unsur-unsur komunikasi; Proses
komunikasi dalam penyuluhan perikanan; Adopsi dan difusi inovasi dalam
penyuluhan perikanan.
C. Kompetensi Dasar
Setelah
mempelajari seluruh isi modul ini peserta diharapkan dapat memahami tentang
komunikasi yang efektif serta dapat menerapkannya dalam kegiatan penyuluhan
perikanan.
D. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari seluruh isi modul ini peserta diharapkan
dapat:
a. Menjelaskan pengertian dan tujuan komunikasi dalam penyuluhan perikanan;
b. Menjelaskan unsur-unsur komunikasi
c. Menjelaskan dan menerapkan proses komunikasi dalam penyuluhan perikanan;
dan
d. Menjelaskan dan menerapkan proses adopsi dan difusi inovasi dalam
penyuluhan perikanan.
E.
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
1. Pengertian dan tujuan komunikasi dalam penyuluhan perikanan
a.
Pengertian
komunikasi
b.
Tujuan
komunikasi
2.
Unsur-unsur
komunikasi
a.
Komunikator
b.
Pesan
c.
Saluran/media
d.
Sasaran/penerima/komunikan
e.
Dampak/efek/feedback
3.
Proses
komunikasi dalam penyuluhan perikanan
a.
Model/bentuk
komunikasi
b.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi dari komunikasi
c.
Karakteristik
Saluran Komunikasi
d.
Karakteristik
Media
e.
Tahapan
komunikasi
f.
Komunikasi
yang Efektif
4.
Proses
Adopsi dan difusi inovasi dalam penyuluhan perikanan
a.
Proses
adopsi inovasi
b.
Proses
difusi inovasi
c.
Penggolongan
adopter
F. Waktu
1
Teori : 4 JP
2
Praktek : 6 JP
3
Total
JP : 10 JP
G. Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran yang digunakan adalah :
1
Ceramah
2
Diskusi
/ Tanya Jawab
3
Simulasi
dan Praktek
4
Studi
Kasus
H. Media/Sarana Pembelajaran
Media/sarana pembelajaran yang digunakan
adalah :
1
Laptop
dan Proyektor LCD
2
White
board dan Spidol
3
Kertas
koran
4
Bahan Tayang
I. Petunjuk Penggunaan Modul
Anda sebagai peserta Diklat, dan agar dalam proses
pembelajaran mata Diklat ini dapat berjalan lebih lancar, dan tujuan
pembelajaran tercapai secara baik, Anda kami sarankan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Bacalah secara cermat, dan pahami tujuan pembelajaran ( indikator
keberhasilan ) yang tertulis pada setiap awal pembelajaran,
2. Pelajari setiap materi pembelajaran secara berurutan,
3. Kerjakan secara sungguh-sungguh dan tuntas setiap tugas latihan pada setiap
akhir pembelajaran,
4. Keberhasilan proses pembelajaran dalam mata pelajaran ini tergantung pada
kesungguhan Anda. Untuk itu, belajarlah secara mandiri dan seksama. Untuk belajar mandiri, Anda dapat
melakukannya seorang diri, berdua atau berkelompok dengan peserta Diklat lain
yang memiliki pandangan yang sama dengan Anda dalam penguasaan materi
pembelajaran yang baik, dan
5. Anda disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber lain, seperti yang
tertera pada Daftar Pustaka pada akhir modul ini, dan jangan segan-segan
bertanya kepada Widyaiswara yang mengampu mata Diklat ini.
Baiklah, selamat belajar ! Semoga Anda sukses
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diuraikan dalam mata pelajaran ini
dalam upaya mendalami modul yang baik,
dan memadai untuk memenuhi kebutuhan Anda sebagai peserta.
BAB II
PENGERTIAN DAN TUJUAN KOMUNIKASI
DALAM PENYULUHAN
PERIKANAN
A. Pengertian
Komunikasi
Penyuluhan
Perikanan merupakan proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kapasitas
kemampuan para pelaku utama dan pelaku usaha perikanan untuk mengorganisasikan
dirinya dalam mengembangkan bisnis perikanan, untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraannya, dengan tetap memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan
hidup (Undang – Undang No. 16 Tahun 2006). Untuk keberhasilan proses penyuluhan
perikanan maka diperlukan komunikasi antara penyuluh dan sasaran penyuluhan. Manusia melakukan komunikasi
karena:
1. Manusia sebagai
mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan sesamanya dan dilakukan melalui
komunikasi
2.
Keinginan
dan upaya manusia untuk mengontrol dan beradaptasi dengan lingkungan.
3.
Upaya
manusia untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain.
4.
Upaya
manusia untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan
dalam masyarakat.
Beberapa pengertian mengenai komunikasi
dalam penyuluhan, antara lain :
1.
Pengiriman
atau tukar menukar informasi, ide.
2.
Proses
lewatnya informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
3.
Proses
pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti
4.
Proses
dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi
dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian
yang dalam .
5.
Proses
dimana suatu ide dialirkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan
maksud untuk mengubah tingkah laku mereka .
6.
Proses
penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan dengan mengggunakan
media dan cara penyampaian informasi yang dipahami oleh kedua pihak serta
saling memiliki kesamaan arti lewat transmisi pesan secara simbolis (Marpaung dan Renaldi, 2001)
7.
Komunikasi
adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu dan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung
secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Onong Uchjana Effendy)
8.
Komunikasi
sebagai kombinasi skill, science dan art
9.
Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal
dari Bahasa Latin “communicatus”
yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Sedangkan menurut kamus
umum bahasa Indonesia mengacu pada suatu upaya yang bertujuan
untuk mencapai kebersamaan. Menurut Webster
New Collogiate Dictionary dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu
proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang,
tanda-tanda atau tingkah laku”.
10. Komunikasi merupakan suatu proses yang dilakukan individu dalam hubungannya
dengan individu lainnya, atau individu dalam kelompok, organisasi maupun dalam masyarakat guna
menciptakan, mengirimkan dan menggunakan serta mempertukarkan informasi untuk
mengkoordinasikan lingkungannya dan orang lain.
11. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan-pesan
dari seseorang (sumber, penyuluh) kepada orang lain (penerima, sasaran, pelaku
utama/pelaku usaha) secara timbal balik
(two-way traffic communication). Hal ini didukung oleh beberapa pendapat
para ahli antara lain:
a. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan
“siapa” “mengatakan “apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” ,
dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”
b. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa
ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego
Dari berbagai definisi tentang ilmu komunikasi tersebut di atas,
terlihat bahwa para ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya
dalam melihat komunikasi. Masing-masing memberikan penekanan arti, ruang
lingkup, dan konteks yang berbeda.Hal ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi
sebagai bagian dari ilmu sosial adalah suatu ilmu yang bersifat
multi-disipliner. Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi
tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi mempunyai beberapa
karakteristik sebagai berikut ;
1. Komunikasi adalah suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan
atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta
berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
2. Komunikasi adalah suatu upaya
yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan
secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari
pelakunya.
3. Komunikasi menuntut adanya
partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat. Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang
berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama
mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan.
Berdasarkan sifat dari komunikasi maka ada beberapa macam sebagai berikut:
1. Komunikasi
bersifat simbolis
Maksudnya: Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan
lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar
manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau
tanda-tanda lainnya.
2. Komunikasi
bersifat transaksional
Maksudnya: Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima.
Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional.
3. Komunikasi
menembus faktor ruang dan waktu
Maksudnya: Para peserta atau pelaku yang terlibat dalam
komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya
berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, internet, faximili, dan
lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam
berkomunikasi.
Di dalam kegiatan penyuluhan perikanan, proses komunikasi
terjadi karena penyuluh berusaha untuk menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku
utama, dari pelaku utama kepada penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku
utama lainnya. Pesan-pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau
non-verbal (tidak dengan kata-kata, seperti
isyarat, gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada
komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi
kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya
sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality). Perilaku (behavior) yang diharapkan
berubah adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan kepribadian (personality)
meliputi kemandirian, ketangguhan serta kepercayaan diri, ketidaktergantungan,
serta posisi tawarnya (bargaining
position)
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa didalam proses
pembelajaran dalam diri sendiri adanya
proses-proses lain yang terjadi secara simultan, yaitu:
1. Proses komunikasi persuasif, yang dilakukan oleh penyuluh dalam memfasilitasi sasaran (pelaku utama dan
pelaku usaha) beserta keluarganya guna membantu mencari pemecahan masalah
berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan usahan mereka, komunikasi ini
sifatnya mengajak dengan menyajikan alternatif-alternatif pemecahan masalah,
namun keputusan tetap pada sasaran.
2. Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan “kuasa dan wenang” kepada
pelaku utama dan pelaku usaha serta mendudukkannya sebagai “subyek” dalam proses
pembangunan perikanan, bukan sebagai “obyek”,
sehingga setiap orang pelaku utama dan pelaku usaha (laki-laki dan
perempuan) mempunyai kesempatan yang sama untuk a) Berpartisipasi; b) Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan modal; c) Melakukan
kontrol terhadap setiap pengambilan keputusan; dan d) Memperoleh manfaat dalam setiap lini proses
dan hasil pembangunan perikanan.
3. Proses pertukaran informasi timbal-balik antara penyuluh dan sasaran
(pelaku utama maupun pelaku usaha).
Proses pertukaran informasi timbal-balik ini mengenai berbagai
alternatif yang dilakukan dalam upaya pemecahan masalah berkaitan dengan
perbaikan dan pengembangan usahanya.
Perubahan perilaku pelaku utama beserta keluarganya
sebagai efek dari proses komunikasi adalah merupakan tujuan yang dikehendaki
oleh para penyuluh perikanan dalam melaksanakan proses komunikasi dengan pelaku
utama dan keluarganya. Untuk mencapai tujuan tersebut penyuluh perikanan harus
mampu menyesuaikan tingkatan komunikasi yang dapat mempengaruhi pelaku utama
dan keluarganya agar menghasilkan respons sesuai harapan, artinya antara penyuluh
dan pelaku utama dalam berkomunikasi harus memiliki kemampuan bahasa yang sama
agar terjadi hubungan pengertian dalam berkomunikasi. Kondisi ini akan memberikan efek sesuai
dengan tujuan komunikasi.
B. Tujuan
Komunikasi
Dipandang dari segi manfaat atau keuntungan, komunikasi
dapat memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah:
1.
Informatif
Memberi informasi pendekatan pada
pikiran. Pada komunikasi secara
informatif, Informasi-informasi yang disampaikan harus factual dan objektif. Memberikan informasi (pendekatan pada pikiran: gagasan, informasi,
opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya).
2.
Persuasif
Menggugah perasaan orang seperti,
senang, suka dan tidak suka. Dalam penyuluhan perikanan perlu untuk mengetahui
perbedaan dari penerapan teknologi baru yang merupakan hasil kerja pikiran
maupun akibat karena perasaan. Pikiran seseorang bersifat obyektif, sedangkan
perasaan bersifat subyektif. Juga dalam pengadilan, perbedaan kedua hal
tersebut sangat penting, hakim berusaha untuk membedakan antar tindakan atau
perbuatan yang disebabkan perasaan dan tindakan atau perbuatan yang disebabkan
oleh pikiran. Menggugah
perasaan (pendekatan pada emosi: keyakinan,
kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lain-lain).
3.
Entertainment/menghibur
Bertujuan untuk menghibur orang,
misalnya seorang membuat dagelan atau lelucon bertujuan agar orang lain
mempunyai perasaan gembira. Dalam komunikasi penyuluhan perikanan tujuan ini
sering dianggap perlu dengan maksud agar sasaran (pelaku utama beserta
keluarganya) memiliki perasaan gembira dan tidak bosan dalam mendengarkan
segala informasi yang disampaikan oleh para penyuluh.
Proses komunikasi dalam penyuluhan
perikanan bertujuan untuk menarik perhatian, menggugah hati dan perasaan,
meyakinkan serta memotivasi sasaran agar mau
melakukan tindakan atau perubahan-perubahan untuk pengembangan usahanya,
peningkatan produktivitas dan kesejahteraannya serta peningkatan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Menghibur komunikan, membuat mereka senang, tidak bersikap apatis maupun
pesimis.
4.
Mengubah sikap/perilaku (to
change the behavior)
5.
Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
6.
Mengubah masyarakat (to change
the society)
C. Rangkuman
Komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu dan
untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,
maupun tak langsung melalui media. Tujuan
komunikasi berupa: (1) informative; (2) persuasive; (3)
entertainment/menghibur; (4) mengubah sikap/perilaku; (5) mengubah
opini/pendapat/pandangan; dan (6) mengubah masyarakat.
D. Latihan
1.
Jelaskan pengertian
komunikasi?
2.
Peragakan cara berkomunikasi dengan tujuan untuk
persuasif !!
3.
Peragakan cara mengawali dan mengakhiri
komunikasi dihadapan kelompok pelaku utama !!
BAB III
UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
A. Komunikator/sumber
informasi
Sumber komunikasi adalah pihak yang mengirim pesan atau
informasi. Dalam penyuluhan sumber ini bisa penyuluh atau agen pembaharu.
Beberapa hal yang harus dimiliki sumber informasi untuk
keberhasilan dalam komunikasi :
1. Sikap, tampilan, dan etika
Komunikator/sumber informasi yang baik adalah seseorang yang mempunyai
sikap yang baik, artinya mampu menempatkan diri sesuai dengan kondisi sasaran.
Selain itu mempunyai tampilan yang menarik sehingga sasaran akan tertarik untuk
menerima pesan yang akan kita berikan. Hal yang tidak kalah penting seorang
komunikator harus mempunyai etika yang mampu menyampaikan pesan dengan baik
sesuai dengan aturan/etika yang berlaku di daerah sasaran.
2. Menguasai Pesan
Komunikator yang baik harus menguasai pesan yang akan diberikan ke sasaran.
Penguasaan pesan bisa didapat dengan mempelajari terlebih dahulu materi/pesan
yang akan disampaikan.
3. Menguasai metode penyampaian
Komunikator yang baik adalah yang menguasai teknik berbicara dalam
mengungkapkan buah pikirannya dan cakap membangkitkan minat dan menarik
perhatian sasaran serta mampu menyajikannya dengan baik.
4. Tidak menggurui, mendikte dan tidak menekan
Proses penyampaian pesan oleh sumber informasi sebaiknya tidak menggurui,
mendikte dan menekan yaitu dengan mensejajarkan posisi sasaran dalam komunikasi
tersebut dengan komunikator, menjadikan sasaran sebagai mitra berkomunikasi akan lebih memperlancar
proses penyampaian pesan/informasi.
5. Menguasai sistem sosial setempat
Komunikator/sumber informasi yang baik adalah komunikator yang mampu
menguasai sistem sosial setempat, artinya dalam menyampaikan pesan terlebih
dahulu dipelajari kebiasaan atau sifat-sifat dari sasaran/masyarakat.
B. Pesan
Pesan merupakan informasi yang ditujukan kepada penerima.
Dalam penyuluhan perikanan pesan ini dapat berupa materi penyuluhan.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penyampaian
pesan sebagai berikut ;
1. Pesan yang digunakan didasarkan pada
kebutuhan sasaran.
Penyampaian pesan kepada sasaran sebaiknya diberikan sesuai kebutuhan,
untuk mengetahui kebutuhan sasaran terlebih dahulu dilakukan identifikasi
2. Tidak bertentangan dengan budaya setempat
Pesan/informasi yang akan disampaikan kepada sasaran harus disesuaikan
dengan kebiasaan dan tidak bertentangan dengan budaya setempat. Sehingga
pesan/informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh sasaran yang
akan berdampak pada perilaku dan kepribadian sasaran.
3. Mudah diterapkan dan dilaksanakan
Pesan/informasi yang akan disampaikan sebaiknya berisi mengenai hal-hal
yang mudah diterapkan dan dilaksanakan oleh sasaran, sehingga dampak yang
diharapkan mampu mengubah perilaku dan kepribadian sasaran.
4. Ekonomis
Pesan/informasi yang disampaikan merupakan hal-hal yang mudah dimengerti
dan mudah didapat oleh sasaran.
C.
Saluran/Media
Media/saluran pada unsur komunikasi merupakan alur yang dilalui
pesan yang disampaikan sumber pesan kepada penerima pesan. Saluran adalah jalan
yang dilalui pesan yang disampaikan sumber kepada penerima. Saluran meliputi
penggunaan metoda dan teknik serta penggunaan media yang relevan dengan tujuan,
sasaran serta sifat pesannya. Pada umumnya semakin banyak indera yang distimuli
melalui berbagai media semakin efektif proses komunikasi dalam penyuluhan.
Penggunaan metoda, teknik dan media penyuluhan perikanan selain untuk
meningkatkan pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan, untuk mendorong
aktivitas dan kreativitas sasaran serta tumbuhnya rasa percaya diri.
Beberapa
hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan saluran/media komunikasi,
sebagai berikut :
1. Kebutuhan luasnya jangkauan dan kecepatan (TV, radio).
2. Kebutuhan pemilihan memori/pesan yang disampaikan tetap
diinga (billboard, majalah).
3. Jangkauan khalayak yang selektif (surat kabar,majalah).
4. Jangkauan khalayak lokal (radio lokal,
bioskop).
5. Frekwensi penyampaian tinggi (radio).
6. Karakteristik Kreatif
a. Kebutuhan gerak (TV, film, iklan).
b. Kebutuhan warna (TV, film, majalah).
c. Kebutuhan suasana (radio, TV, fim).
d. Kebutuhan demonstrasi ( TV, film).
e. Kebutuhan deskripsi, bila pesan perlu uraian yang
komprehensif, sistematis, rinci (surat kabar, majalah, brosur leaflet).
7. Tingkat efektivitas penyerapan materi oleh panca indra
a.
Pengecap 1%,
b.
Peraba 1,5%,
c.
Penciuman
3%,
d.
Pendengaran
11%,
e.
Penglihatan
83%
D.
Sasaran/Penerima/Komunikan
Penerima
adalah pihak yang menerima pesan-pesan atau informasi, yaitu pihak yang
diharapkan akan berubah baik perilaku maupun kepribadiannya. Dalam penyuluhan perikanan penerima atau sasaran adalah pelaku utama dan pelaku
usaha perikanan beserta keluarganya.
Beberapa hal yang harus dipertimbangan dari sisi penerima
pesan, sebagai berikut:
1.
Sesuai
kebutuhan
Proses penyampaian
pesan/informasi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan komunikan,
sehingga diharapkan dengan sesuainya pesan/informasi yang dibutuhkan oleh
komunikan dapat merubah perilaku maupun kepribadian sasaran. Sehingga pesan
yang disampaikan akan bermanfaat bagi sasaran.
2.
Kesejajaran
posisi dalam penyampaian pesan
Dalam proses
komunikasi adanya kesejajaran antara komunikator dengan komunikan akan
berpengaruh pada kelancaran proses komunikasi sendiri. Keberadaan komunikan
akan merasa dihormati sehingga komunikan akan lebih mudah dalam menyampaikan
pesan/informasi.
E.
Dampak/Efek/Feedback
Dampak/Efek/Feedback pada komunikasi
merupakan respon penerima terhadap pesan-pesan yang diterima dan merupakan
umpan balik (feedback) bagi komunikator /sumber atas pesan-pesan yang
disampaikan. Efek komunikasi berupa
perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi pada sasaran akibat dari proses
komunikasi. Perubahan-perubahan yang diharapkan menyangkut perubahan
perilaku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), serta perubahan
kepribadian sasaran (kemandirian, ketangguhan, kemampuan
bekerjasama,percaya diri, kemampuan menempatkan diri pada posisi tawar yang
kuat, dan lain sebagainya). Efek
komunikasi ada yang langsung bisa diketahui, misalnya perubahan pengetahuan dan
keterampilan, tetapi adapula yang tidak
langsung artinya perlu waktu yang lama seperti perubahan sikap dan kepribadian.
Pada komunikasi dua arah (two way trafficts communication) komunikator
bisa memperoleh umpan balik secara langsung dibanding komunikasi yang searah.
Di
dalam kegiatan penyuluhan, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha
untuk menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada
penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-pesan
dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau non-verbal (tidak
dengan kata-kata, seperti isyarat, gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh
komunikator kepada komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk
mempengaruhi kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta
psikomotoriknya sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan
kepribadiannya (personality).
Perilaku (behavior) yang diharapkan berubah adalah meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.
Sedangkan kepribadian (personality) meliputi kemandirian,
ketangguhan serta kepercayaan diri, ketidaktergantungan, serta posisi
tawarnya (bargaining position).
F.
Rangkuman
Unsur-unsur komunikasi
terdiri dari: (1) Komunikator/sumber informasi; (2) Pesan atau esensi
komunikasi (content/message); (3) Saluran/Media; (4) Komunikan/penerima informasi;
dan (5) Dampak/Efek/Feedback.
G.
Latihan
1. Gambarkan
unsur-unsur komunikasi dan jelaskan kaitannya dalam pelaksanaan penyuluhan
perikanan?
2. Peragakan
anda sebagai sumber untuk menyampaikan pesan kepada kelompok pelaku utama
perikanan !
3. Berikan
kriteria keberhasilan komunikasi yang anda lakukan berdampak/effek positif pada
kelompok pelaku utama perikanan !
BAB IV
PROSES KOMUNIKASI DALAM
PENYULUHAN PERIKANAN
A.
Model/Bentuk Komunikasi
Model/bentuk
komunikasi terbagi kedalam:
1.
Komunikasi
Langsung: komunikator dan komunikan langsung berkomunikasi (tatap muka, menggunakan media), dalam hal ini terbagi atas:
a.
Komunikasi vertikal
: terjadi antara bawahan terhadap atasan atau sebaliknya dalam konteks laporan
atau menyampaikan hasil suatu kegiatan
b.
Komunikasi horizontal
: terjadi sesama pejabat atau staf dalam
konteks diskusi bekerjasama dalam menyelesaian suatu kegiatan
c.
Komunikasi top
down : terjadi pada saat pimpinan suatu instansi atau unit kerja memberikan
pengarahan, bimbingan dan pertemuan dimana atasan memiliki informasi yang layak
dan patut diketahui oleh bawahan
d.
Komunikasi botom-up
: interaksi yang terjadi bawahan dengan atasan dalam beberapa konteks pekerjaan
e.
Komunikasi internal
: komunikasi antara pejabat maupun staf dalam satu lingkup instansi atau
organisasi.
f.
Komunikasi eksternal
: segala bentuk interaksi yang terjadi antara individu atau instansi dengan
instansi lainnya.
2.
Komunikasi
tidak langsung: Komunikator dan komunikan tidak bertemu, umumnya menggunakan
media bahan cetakan: leaflet, folder, brosur, majalah, dll, bahan tertayang:
film. Umumnya model komunikasi demikian
dicirikan antara lain:
a.
Tidak ada
tanya jawab
b.
Pesan harus
jelas dan tepat dan menarik
c.
Media
penyuluhan (leaflet, brosur, poster dll) agar mudah dipahami oleh sasaran
penyuluhan
3.
Sasaran
komunikan/penerima melalui Panca Indra
a. Indra penglihatan, misalnya bahan cetakan, album foto,
slide tanpa suara; yang hanya dapat digunakan untuk sasaran
penyuluhan yang dapat melihat.
b. Indra pendengaran, misalnya Radio, yang hanya pemutaran tape recorder, obrolan sore; dapat
digunakan jika sasaran penyuluhan tidak mengalami gangguan pendengaran.
c. Kombinasi indra penerima, misalnya demontrasi cara/hasil,
pemutaran film dan tv ; merupakan kombinasi antara indra (Audio Visual Aids).
Secara garis besar
model/bentuk komunikasi dilihat dari segi pesan yang digunakan terbagi kedalam:
1. Pesan Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem
kode verbal (Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat
simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang
digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Cansandra L. Book (1980), dalam Mulyana (2005), mengemukakan
agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi,
yaitu:
a. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja
yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa
lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
b. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan
orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai
tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk
orang-orang di sekitar kita.
c. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita
untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita,
kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan
kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut
penyandian (encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang
tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan
kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan
sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan
kerancuan dan kesalahpahaman.
2. Pesan Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan
pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan
semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara
teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun
dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling
melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.Jalaludin (1994)
mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
a. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti,
terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan
postural.
Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit
sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan,
kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Penelitian-penelitian tentang wajah sebagai
berikut: (1) Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan
taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya
baik atau buruk; (2) Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada
orang lain atau lingkungan; (3) Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan
dalam situasi situasi; (4) Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian
individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan
adanya atau kurang pengertian.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan
tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat
disampaikan adalah: (a) Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak
sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak
bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif; (b) Power
mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan
postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah; (c)
Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan
secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan
sikap yang tidak responsif.
b. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya
dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
c. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan
kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam
hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh
ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
d. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan
cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan
arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
e. Pesan sentuhan dan bau-bauan.
Alat
penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang
disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi
tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan
tanpa perhatian.
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad
digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka,
mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.
Mark L. Knapp dalam Jalaludin (1994), menyebut lima
fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:
a.
Repetisi, yaitu
mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
b.
Substitusi,
yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita
berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
c.
Kontradiksi,
menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal.
Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata
”Hebat, kau memang hebat.”
d.
Komplemen,
yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda
menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
e.
Aksentuasi,
yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.
Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Mulayana
(2005), menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan. Yaitu:
a. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi
interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak
menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada
gilirannya orang lainpun lebih banyak ’membaca’ pikiran kita lewat
petunjuk-petunjuk nonverbal.
b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang
pesan verbal.
c. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari
penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh
komunikator secara sadar.
d. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan
untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif
artinya memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan.
Diatas telah kita paparkan pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi,
kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
e. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan
dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam
paparan verbal selalu terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi.
Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.
f. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi
komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara
tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain
secara implisit (tersirat).
B.
Komunikasi yang Efektif
Secara sederhana, komunikasi
dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya.
Sebenarnya, ini hanyalah salah satu ukuran bagi efektifitas komunikasi. Secara
umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang
dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang
ditangkap dan dipahami oleh penerima.
Bila S adalah pengirim atau
sumber pesan dan R penerima pesan, maka komunikasi disebut mulus dan lengkap
bila respons yang diinginkan S dan respons yang diberikan R identik (Goyer,
1970) dalam Mulyana (2005).
R = makna yang
ditangkap penerima = 1
S makna yang dimaksud
pengirin
Bagaimana cara mengukur
keefektifan komunikasi? Kita tidak dapat menilai keefektifam komunikasi yang
kita lakukan bila apa yang kita maksudkan tidak jelas, kita harus benar-benar
tahu apa yang kita inginkan. Lima hal yang dapat dijadikan ukuran bagi
komunikasi yang efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap,
hubungan yang makin baik dan tindakan.
Beberapa kriteria yang menandai
keberhasilan komunikasi adalah
berupa:
1. Kepercayaan penerima pesan (komunikan) terhadap
komunikator serta keterampilan komunikator berkomunikasi (menyajikan
isi komunikasi sesuai tingkat nalar komunikan)
2. Daya tarik pesan dan kesesuaian pesan dengan kebutuhan
komunikan.
3. Pengalaman yang sama tentang isi pesan antar komunikator
dan komunikan
4. Kemampuan komunikasi menafsirkan pesan, kesadaran, dan
perhatian komunikan akan kebutuhannya atas pesan yang diterima
5. Setting komunikasi yang kondusif (nyaman, menyenangkan
dan menantang)
6. Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan
media yang sesuai dengan jenis indera penerima pesan).
C.
Tahapan komunikasi
Tahapan
dalam komunikasi adalah berupa:
1.
Pola
komunikasi antar pribadi secara umum dimulai dari tahap superfisial (dasar)
sampai tahap akrab (intim)
2.
Perubahan
dari tahap umum kepada tahap intim membutuhkan waktu yang relatif tidak sama
kepada setiap orang
3.
Tahap
interaksi bidang kepribadian umum (public area) : individu berusaha menghindari
konflik, sedikit evaluasi diri, hubungan disesuaikan dengan norma sosial pada
situasi tersebut
4.
Tahap
pertukaran eksplorasi (exploratory exchange): pola komunikasi mencakup
pengembangan kepribadian umum (publik) dan mulai membuka aspek kepribadian
khusus, mulai akrab, rileks dan mengarah pada saling kenal.
5.
Tahap
pertukaran interaksi sosial efektif (effective interaction) : pola komunikasi
mengarah kepada persahabatan akrab, hubungan mengarah romantis, bebas, banyak
menggunakan kesadaran diri, masih keengganan untuk membuka keintiman. Komunikasi terfokus pada saling belajar dari
satu sama lain.
6.
Tahap
hubungan stabil (stable exchange stage): pola komunikasi mengarah kepada
keterbukaan umum pribadi dalam semua tingkat baik yang bersifat umum dan
pribadi. Komunikasi verbal dan
non-verbal dalam tahap ini berorientasi lingkungan dan mulai memiliki tahap
emosi yang efektif terhadap lawan bicara.
D.
Rangkuman
Model/bentuk komunikasi
terbagi kedalam: (1) Komunikasi Langsung: komunikator dan komunikan langsung
berkomunikasi (tatap muka, menggunakan
media); dan (2) Komunikasi tidak langsung: Komunikator dan komunikan tidak bertemu (bahan cetakan: leaflet,
folder, brosur, majalah, bahan tertayang, film dan lain-lain).
Keberhasilan komunikasi tidak hanya tergantung pada pihak komunikator
(sumber), tetapi juga tergantung dari receptor.
Walaupun pihak komunikator telah memenuhi persyaratan, akan tetapi bila pihak receptor kurang memenuhi maka hasil komunikasi tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
Tahapan dalam komunikasi
adalah berupa: (1) Pola komunikasi antar
pribadi secara umum dimulai dari tahap superfisial (dasar) sampai tahap akrab
(intim); (2) Perubahan dari tahap umum kepada tahap intim membutuhkan waktu yang relatif tidak sama kepada setiap orang; (3)
Tahap interaksi bidang kepribadian umum (public area); (4) Tahap pertukaran
eksplorasi (exploratory exchange); (5)
Tahap pertukaran interaksi sosial efektif (effective interaction); dan (6)
Tahap hubungan stabil (stable exchange stage).
E.
Latihan
1. Jelaskan tentang tingkat
efektivitas penyerapan materi oleh panca indra?
2. Peragakan masing-masing
model/bentuk komunikasi dalam penyuluhan perikanan?
3. Peragakan cara komunikasi
terhadap pelaku utama, sehingga
komunikasi yang anda lakukan dianggap berhasil !
BAB V
PROSES ADOPSI DAN DIFUSI
INOVASI
DALAM PENYULUHAN
PERIKANAN
A.
Proses Adopsi
Inovasi
1.
Konsep Adopsi Bahlen
Dalam model proses adopsi Bahlen ada 5 tahap yang dilalui
sebelum seseorang mengadopsi suatu inovasi yaitu sadar (awreness), minat (interest), menilai (evaluation), mencoba (trial)
dan adopsi ( adoption).
a. Tahap sadar: sasaran telah mengetahui informasi tetapi informasi
tersebut dirasa kurang.
b. Tahap minat: sasaran mencari informasi atau keterangan lebih lanjut
mengenai informasi tersebut.
c. Tahap menilai: sasaran sudah menilai dengan cara value/bandingkan inovasi
terhadap keadaan dirinya pada saat itu dan dimasa yang akan datang serta
menentukan apakah pelaku utama sasaran mencoba inovasi atau tidak.
d. Tahap mencoba: sasaran sudah mencoba meskipun dalam skala kecil untuk
menentukan angka dan kesesuaian inovasi atau tidak.
e. Tahap adopsi/menerapkan: sasaran sudah meyakini kebenaran inovasi dan
inovasi tersebut dirasa bermanfaat baginya. Pada tahap ini pelaku utama sasaran
menerapkan dalam jumlah/skala yang lebih besar.
Konsep adopsi digunakan secara meluas oleh peneliti dan
penyuluh. Meskipun demikian model adopsi mempunyai beberapa kelemahan antara
lain :
a. Tidak semua proses tersebut di atas diakhiri dengan tahap adopsi,
adakalanya berupa penolakan terhadap adopsi.
b. Kelima tahap di atas terjadi tidak selalu berurutan.
c. Suatu proses adopsi pada tahap akhir akan diikuti dengan konfirmasi yaitu
dengan cara mencari lebih lanjut untuk memperkokoh keputusannya (terus mengadopsi
) atau menerapkan inovasi lainnya (menolak)
2.
Konsep Adopsi Rogers dan
Schoemaker
Rogers dan Schoemaker (1992) menjelaskan bahwa proses
adopsi dapat terjadi melalui 4 (empat) tahapan yaitu : tahap mengetahui
(knowledge), persuasif (persuasive), mengambil keputusan (decision) dan
konfirmasi (confirmation) yang selanjutnya diklasifikasikan menjadi empat tahap
yaitu :
a.
Tahap mengetahui : pelaku
utama sasaran sudah mengetahui adanya inovasi dan mengerti bagaimana inovasi
itu berfungsi.
b.
Tahap Persuasi : pelaku utama sasaran sudah membentuk sikap
terhadap inovasi yaitu apakah inovasi tersebut dianggap sesuai ataukah tidak
sesuai bagi dirinya.
c.
Tahap Keputusan : pelaku
utama sasaran sudah terlibat dalam pembuatan keputusan yaitu apakah menerima
atau menolak inovasi.
d.
Tahap Konfirmasi:pelaku
utama sasaran mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah dibuatnya.
Mungkin pada tahap ini pelaku utama sasaran mengubah keputusan untuk menolak
inovasi yang telah di adopsi sebelumnya.
3.
Konsep Proses Adopsi
Kellogg.
Model Adopsi Kellogg menyebutkan bahwa pada proses adopsi
khususnya teknologi perikanan dapat dilakukan melalui beberapa langkah agar pelaku
utama bersedia menerima/mengadopsi teknologi tersebut. Model adopsi meliputi (4) empat tahap yaitu
diagnosis, perencanaan dan rekayasa teknologi adaptif, pengujian dan verifikasi
di tingkat usaha dan percobaan antar lokasi dan diseminasi.
a. Pada tahap pertama, penentuan wilayah sasaran dan mendiagnosis situasi pelaku utama. Pada umumnya
wilayah sasaran diusahakan mempunyai karkteristik agroklimate yang relatif
homogen. Penyuluh perikanan dapat mengidentifikasi wilayah sasaran lebih baik
dibandingkan peneliti.
b. Tahap kedua, merencanakan dan
merekayasa teknologi adaptif dengan menggunakan informasi yang diperoleh pada
tahap pertama. Berdasarkan informasi
ini, dapat dibuat perencanaan dan rekayasa teknologi yang sesuai dengan kondisi
lapangan.
c. Tahap ketiga, pengujian dan verifikasi di tingkat usaha. Hasil penelitian yang diperoleh dari
eksperimen sebelumnya dapat diuji dan diverifikasi di tingkat usaha. Sasaran
akan bersedia mengadopsi teknologi/Introduksi teknologi apabila teknologi
tersebut memiliki keunggulan dibanding dengan teknologi sebelumnya, juga
hasilnya dilihat sendiri oleh pelaku utama sebagai sasaran.
d. Tahap keempat, selama proses pengujian dan verifikasi di tingkat usaha
pasti terjadi percobaan di lahan usaha yang dilakukan pelaku utama perikanan. Hal
ini mengindikasikan bahwa pilihan teknologi sudah dilakukan pelaku utama dan
diharapkan terjadi perbaikan teknik budidaya yang signifikan. Hubungan antara
tahap dalam proses komunikasi dengan proses adopsi serta metode penyuluhan
tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Hubungan antara metode penyuluhan,
tahap komunikasi dan
tahap adopsi
Metode Penyuluhan
|
Tahap-tahap Komunikasi
|
Tahap-tahap Adopsi
|
Metode Perorangan
|
Menggerakkan Usaha
|
Adopsi
|
Metode Kelompok
|
Meyakinkan
|
Percobaan
|
Membangkitkan Keinginan
|
Penilaian
|
|
Metode Massal
|
Menggugah Hati
|
Minat
|
Menaruh Perhatian
|
Kesadaran
|
Dengan mempelajari model adopsi sebagaimana dijelaskan
pada Tabel 1 dan membandingkan satu dengan lainnya, diketahui bahwa model
adopsi Bahlen memilki kelemahan dalam proses adopsi yaitu tidak selalu diakhiri
dengan tahap adopsi. Adakalanya pelaku utama menolak inovasi yang yang
diintroduksikan.
Model adopsi Rogers dan Schoemaker digunakan untuk
mengatas
keterbatasan model adopsi Bohlen tersebut. Rogers dan
Schoemaker (1983) mengatakan bahwa tingkat adopsi dipengaruhi oleh lima (5)
faktor yaitu :
a. Tipe keputusan adopsi inovasi
b. Atribut yang terkandung dalam inovasi
c. Karakteristik system sosial pelaku utama dan/pelaku usaha sebagai sasaran
d. Karakteristik saluran komunikasi yang digunakan
e. Usaha
yang dilakukan penyuluh untuk
meyakinkan pelaku utama dan/pelaku usaha sebagai sasaran.
B.
Proses Difusi
Inovasi
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan penyuluhan
perikanan adalah terjadinya proses perubahan masyarakat (sasaran penyuluhan)
yang berdaya. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses perbaikan yang
ditujukan untuk memberikan kemampuan kepada masyarakat agar tahu, mau, dan
mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan keluarganya.
Perubahan sosial yang direncanakan pada proses penyuluhan sangat rumit yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu : invensi, difusi, dan konsekuensi-konsekuensi invensi
merupakan kegiatan perubahan atau pengembangan inovasi baru.
Difusi merupakan proses penyebaran inovasi dari seorang
yang telah mengadopsi inovasi kepada orang lain dalam masyarakat. Konsekuensi
merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat adanya
adopsi atau penolakan terhadap suatu
inovasi.
Penyuluhan perikanan menitikberatkan perubahan sosial
jangka pendek yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melakukan difusi inovasi dan
mengarahkan perubahan dalam masyarakat. Difusi inovasi dapat dipandang sebagai
proses komunikasi khusus. Pada difusi inovasi, sumber pesan dapat berupa penemu,
penyuluh perikanan dan stakeholder. Perubahan secara praktis yang diharapkan
adalah pengetahuan, sikap dan prilaku, faktor yang mendorong dan menghambat
perubahan.
Model difusi inovasi menggambarkan proses penyebaran
inovasi dari suatu sumber inovasi kepada anggota suatu sistem sosial. Dengan patokan bahwa sumber inovasi asalnya
dari lembaga penelitian maka terdapat tiga model difusi inovasi yaitu Model Top
Down, Model Feed Back dan Model Difusi
Pelaku Utama ke Pelaku Utama.
1. Model Difusi Top Down
Model Difusi Top Down dikembangkan berdasarkan penelitian di India, ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan sekolah, laboratorium dan stasiun percobaan. Model top
down difusion sebagai model penyuluhan perikanan konvensional. Pada model
ini peneliti melakukan penelitian di laboratorium maupun stasiun penelitian dan
menghasilkan rekomendasi yang disebarluaskan pada seluruh pelaku utama.
2. Model Feed-Back
Model ini dikembangkan oleh Benor dan
Horison . Model ini dikenal sebagai trainning
and visit system atau di Indonesia di sebut sistem latihan dan kunjungan
(sistem laku). Model ini selanjutnya
dibukukan dengan judul “Agricultural
Eftension The Training and Visit System”.
Model feed back dianggap
sebagai perbaikan model Top Drown yaitu dengan mempertimbangkan mekanisme umpan
balik diantara peneliti dan penyuluh. Model feed-back
menjadi popular dan berkembangnya Farming
System Research yang mengaitkan penelitian ditingkat usaha kedalam metode
penelitian.
3. Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama pada awalnya dikembangkan berupa
difusi farmer back to farmer. Model ini mengasumsikan bahwa penelitian
harus dimulai dan diakhiri di tingkat sasaran. Hal ini berarti
bahwa pelaku utama (sasaran) harus dilibatkan secara aktif sebagai anggota tim
pemecahan masalah di lapangan. Pelaku utama/pelaku usaha dengan pengalaman
jangka panjangnya mengetahui kondisi usahanya, kondisi sosial, ekonomi, teknis,
keadaan pasar dan lain sebagainya.
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama mengandung beberapa siklus kegiatan dan masing-masing kegiatan ini
berusaha mencapai tujuan tertentu.
Model Difusi Pelaku Utama ke Pelaku Utama ini dapat diawali dengan
eksperimen sederhana dan diakhiri survey di tingkat pelaku utama. Kunci
perbedaannya dengan model difusi yang lain adalah fleksibilitas dan penelitian
di tingkat pelaku utama untuk mengindentifikasikan sumber daya yang
dimilikinya.
C.
Penggolongan
Adopter
Berdasarkan kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi maka dikenal 5 (lima) golongan adopter yaitu :
1. Inovator (golongan perintis dan pelapor)
Golongan perintis ini jumlahnya tidak banyak dalam
masyarakat. Karakteristik golongan ini antara lain: gemar, mencoba, inovasi dan
rata-rata pada masyarakatnya pada umumnya berpartisipasi aktif dalam penyebarluasan
inovasi.
2. Early Adopter (golongan penyetrap dini)
Golongan ini mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi,
gemar membaca buku, suka mendengar radio, memiliki faktor produksi non lahan
yang relative komplit.
3. Early Mayority (golongan Penyetrap awal)
Golongan ini pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan
rata-rata seperti anggota masyarakat lainnya, dapat menerima inovasi selama
inovasi tersebut memberikan keuntungan kepadanya.
4. Late Mayority (golongan Penyetrap akhir)
Golongan ini pada umumnya berusia lanjut dan memilki
tingkat pendidikan rendah, status sosial ekonominya sangat rendah dan lambat
menerapkan inovasi.
5. Laggard (Golongan Penolak)
Golongan penolak ini pada umumnya usia lanjut, jumlahnya
sangat sedikit dan tingkat pendidikannya sangat rendah bahkan buta huruf,
status sosial eknominya sangat rendah, tidak suka terhadap perubahan-perubahan.
Tabel 2.
Karkteristik sosial ekonomi pada berbagai kategori adopter.
Variabel
|
Inovator
|
Early Adaptor
|
Early Mayority
|
Late Mayority
|
Laggard
|
Umur
|
Setengah Umur
|
Muda
|
Setangah Umur tua
|
Muda sampai tua
|
Tua
|
Pendidikan
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
Rendah Sekali
|
Ekonomi
|
Baik
|
Baik
|
Sedang sampai baik
|
Kurang
|
Kurang sekali
|
Status Sosial
|
Tinggi
|
Sedang
|
Sedang sampai baik
|
rendah
|
Paling rendah
|
Pola Hubungan
|
Kosmopolit
|
Kosmopolit
|
Cendrung Lokalita
|
Lokalita
|
Sangat lokalita
|
Dengan melihat uraian di atas maka perbandingan karakteristik sosial
ekonomi dari kategori adopter ditinjau dari aspek kecepatan manerapkan inovasi
secara sederhana sebagaimana tertera pada Tabel 2.
D.
Rangkuman
Dalam model proses adopsi Bahlen ada 5 tahap yang dilalui sebelum seseorang
mengadopsi suatu inovasi yaitu sadar (awreness),
minat (interest), menilai (evaluation), mencoba (trial)
dan adopsi ( adoption).
Difusi merupakan proses penyebaran inovasi dari seorang yang telah
mengadopsi inovasi kepada orang lain dalam masyarakat. Konsekuensi merupakan
perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat adanya adopsi atau penolakan terhadap suatu inovasi.
Model difusi inovasi menggambarkan proses penyebaran inovasi dari suatu
sumber inovasi kepada anggota suatu sistem sosial. Dengan patokan bahwa sumber
inovasi asalnya dari lembaga penelitian maka terdapat tiga model difusi inovasi
yaitu Model Top Down, Model Feed Back
dan Model Difusi Pelaku Utama.
Berdasarkan kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi maka dikenal 5 (lima)
golongan adopter yaitu: (1) Inovator (golongan perintis dan
pelapor); (2) Early Adopter (golongan
penyetrap dini); (3) Early Mayority (golongan
Penyetrap awal); (4) Late Mayority (golongan Penyetrap akhir); dan (5) Laggard
(Golongan Penolak).
E.
Latihan
- Sebutkan dan jelaskan salah
satu konsep adopsi dan aplikasinya dalam penyuluhan?
- Sebutkan dan jelaskan salah
satu model difusi dan aplikasinya dalam penyuluhan?
- Sebutkan langkah-langkah dalam
menghadapi kelompok laggard?
BAB VI
PENUTUP
Modul Komunikasi
dalam Penyuluhan Perikanan Tingkat Ahli ini menguraikan tentang Pengertian
dan Tujuan Komunikasi dalam Penyuluhan Perikanan, Unsur-Unsur Komunikasi dan
Proses Adopsi dan Difusi dalam Penyuluhan Perikanan.
Demikianlah
paparan Modul
Komunikasi dalam Penyuluhan Perikanan yang telah kami
tuangkan didalam modul ini, semoga dapat menambah kajian dan pemahaman para
peserta diklat, dalam rangka memberikan keseragaman terhadap warna pengajaran
pada diklat jabatan fungsional ini.
Penulis menyadari akan
keterbatasan kami dalam menyajikan modul ini, untuk itu kami mengharapkan
koreksi seperlunya, guna kesempurnaan dalam penulisan modul ini, akhirnya kami
haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terkait langsung dalam
penulisan modul ini, mudah-mudahan kehadiran modul ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.
KUNCI JAWABAN
BAB II
1.
Pengertian komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses
penyampaian dan penerimaan pesan-pesan dari seseorang (sumber, penyuluh) kepada
orang lain (penerima, sasaran, pelaku utama/pelaku usaha) secara timbal balik (two-way traffic communication).
Hal ini didukung oleh beberapa pendapat para ahli antara lain:
Menggugah perasaan (pendekatan pada emosi: keyakinan,
kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan lain-lain).
BAB III
1
Secara umum
unsur-unsur komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
|
Di
dalam kegiatan penyuluhan, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha
untuk menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku utama, dari pelaku utama
kepada penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya.
Pesan-pesan dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau non-verbal
(tidak dengan kata-kata, seperti
isyarat, gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada
komunikan/sasaran secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi
kognisinya, intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya
sehingga sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality)
2 Sebagai
sumber harus memperhatikan
a. Sikap, tampilan, etika
b. Sebagai sumber informasi
c. Menguasai Pesan
d. Menguasai metode penyampaian
e. Tidak menggurui, mendikte dan tidak menekan
f. Menguasai sistem sosial setempat
Apabila salah satu
dari hal diatas belum dimiliki oleh sumber maka pesan yang disampaikan belum
berhasil
3 Sasaran
memperlihatkan perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dan
perubahan kepribadian (kemandirian, ketangguhan, kemampuan bekerjasama,percaya
diri, kemampuan menempatkan diri pada posisi tawar yang kuat, dan lain
sebagainya)
BAB III
1.
Secara umum
unsur-unsur komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
|
Di dalam kegiatan
penyuluhan, proses komunikasi terjadi karena penyuluh berusaha untuk
menyampaikan pesan/informasi kepada pelaku utama, dari pelaku utama kepada
penyuluh, dan juga dari pelaku utama kepada pelaku utama lainnya. Pesan-pesan
dapat disampaikan secara verbal (dengan kata-kata) atau non-verbal (tidak
dengan kata-kata, seperti isyarat,
gerakan, tindakan, gambar, dsb.) oleh komunikator kepada komunikan/sasaran
secara langsung atau melalui sarana untuk mempengaruhi kognisinya,
intelektualitasnya, emosinya dan afeksinya, serta psikomotoriknya sehingga
sasaran mau merubah perilaku (behavior) dan kepribadiannya (personality)
2.
Sumber komunikasi adalah pihak yang mengirim
pesan atau informasi. Dalam penyuluhan sumber
ini bisa penyuluh atau agen pembaharu.
3.
Dampak/Efek/Feedback
pada komunikasi merupakan respon penerima terhadap pesan-pesan yang diterima
dan merupakan umpan balik (feedback) bagi komunikator /sumber atas
pesan-pesan yang disampaikan. Efek
komunikasi dalam penyuluhan berupa perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi
pada sasaran akibat dari proses komunikasi. Perubahan-perubahan yang diharapkan
menyangkut perubahan perilaku (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), serta
perubahan kepribadian sasaran
(kemandirian, ketangguhan, kemampuan bekerjasama,percaya diri, kemampuan
menempatkan diri pada posisi tawar yang kuat, dan lain sebagainya).
BAB IV
1. Tingkat efektivitas
penyerapan materi oleh panca indra:
a. Pengecap 1%,
b. Peraba 1,5%,
c. Penciuman 3%,
d. Pendengaran 11%,
e. Penglihatan 83%
2.
Model/bentuk komunikasi terbagi kedalam:
a. Komunikasi Langsung: komunikator dan komunikan
langsung berkomunikasi (tatap muka, menggunakan
media)
b. Komunikasi
tidak langsung: Komunikator dan komunikan tidak bertemu (bahan cetakan:
leaflet, folder, brosur, majalah, dll) (bahan tertayang: film)
1)
Tidak ada
tanya jawab
2)
Pesan harus
jelas dan tepat dan menarik
3)
Media
penyuluhan (leaflet, brosur, poster dll) agar mudah dipahami oleh sasaran
penyuluhan
3.
Beberapa kriteria yang menandai keberhasilan
komunikasi adalah berupa:
a.
Kepercayaan
penerima pesan (komunikan) terhadap komunikator serta keterampilan komunikator
berkomunikasi (menyajikan isi komunikasi sesuai tingkat nalar komunikan)
b.
Daya tarik
pesan dan kesesuaian pesan dengan kebutuhan komunikan.
c.
Pengalaman
yang sama tentang isi pesan antar komunikator dan komunikan
d.
Kemampuan
komunikasi menafsirkan pesan, kesadaran, dan perhatian komunikan akan kebutuhannya
atas pesan yang diterima
e.
Setting
komunikasi yang kondusif (nyaman, menyenangkan dan menantang)
f.
Sistem
penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media yang sesuai dengan jenis
indera penerima pesan).
BAB V
1. Model Adopsi Kellogg menyebutkan bahwa pada proses adopsi khususnya
teknologi perikanan dapat dilakukan melalui beberapa langkah agar pelaku utama
bersedia menerima/mengadopsi teknologi tersebut. Model adopsi meliputi (4) empat tahap yaitu
diagnosis, perencanaan dan rekayasa teknologi adaptif, pengujian dan verifikasi
di tingkat usaha dan percobaan antar lokasi dan diseminasi.
Penerapan tahapan dalam model adopsi ini dalam penyuluhan perikanan sering
ditemui pada pelaksanaan uji coba teknologi spesifik lokasi.
2. Salah satu model difusi adalah Model Feed-Back
Model ini dikembangkan oleh Benor dan
Horison . Model ini dikenal sebagai trainning
and visit system atau di Indonesia di sebut sistem latihan dan kunjungan
(sistem laku). Model ini selanjutnya dibukukan dengan judul “Agricultural Eftension The Training and
Visit System”. Model feed back dianggap sebagai perbaikan
model Top Drown yaitu dengan mempertimbangkan mekanisme umpan balik diantara
peneliti dan penyuluh. Model feed-back
menjadi popular dan berkembangnya Farming
System Research yang mengaitkan penelitian ditingkat usaha kedalam metode
penelitian.
Penerapan model ini dalam penyuluhan ditandai oleh peran serta aktif pelaku
utama sebagai sasaran penyuluhan.
3. Langkah-langkah dalam menghadapi kelompok laggard:
Golongan penolak ini pada umumnya usia lanjut, jumlahnya sangat sedikit dan
tingkat pendidikannya sangat rendah bahkan buta huruf, status sosial ekonominya
sangat rendah, tidak suka terhadap perubahan-perubahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimpus, 2003. Pedoman Umum Pemilihan Metoda Penyuluhan
Perikanan. Badan PSDMP. Departemen Perikanan. Jakarta.
__________, 2006. Sistem Penyuluhan Perikanan, Perikanan,
dan Kehutanan. Undang-undang RI. No. 16 Tahun 2006. Presiden
RI.
__________, 2007.
Metodologi Penyuluhan Perikanan Partisipatif.
Berlo, David K., 1980. The Process of Communication. An
Introduction of Theory and Practice. Michigan State University. USA.
Stewart L.T dan Sylvia Moss, 2001. Human Communication
Prinsip-Prinsip Dasar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Djuarsa Serjaya, Sasa dkk 1999, Pengantar Komunikasi, Universitas Terbuka,
Jakarta.
Ibrahim Jabal, 2003, Komunikasi dan Penyuluhan Perikanan.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Remaja
Rosdakarya Bandung.
Marpaung dan Renaldi, 2001. Teknik Komunikasi dan
Presentasi yang Efektif. Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia,
Jakarta.
Nasuturi Zulkarimen, 1988. Komunikasi Pembangunan, PT.
Raja Grafinindo Persada. Jakarta
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek,
Bandung, Remaja Rosdakarya.
Roger,E.M.,
F.F. Shoemaker, 1986. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Penerjemah Hanafi,A. Usaha nasional, Surabaya. Terjemahan dari Commuication Of Innovations.
“Sinar Mentari” Gender Focal Point Pengembangan SDM Perikanan. STPP. Malang.
Tim Pusbangluh, 2008. Modul Dasar-dasar Komunikasi. Pusat
Pengembangan Penyuluhan BPSDMKP, Jakarta.
Tim Pusbangluh, 2009. Modul Komunikasi yang Efektif.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri – Kelautan dan Perikanan (PNPM
Mandiri-KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENYUSUN
Fahrur Razi, SST dilahirkan di Pematang Panjang (Banjarmasin) 26 Januari
1982, lulus dari Sekolah Pertanian Pembangunan Banjarbaru pada Jurusan Budidaya
Ikan Air Tawar tahun 1999 dan menamatkan pendidikan D4 Penyuluhan Perikanan di
STPP Bogor tahun 2004, serta telah mengikuti berbagai pelatihan antara lain:
Pengelolaan budidaya ikan air tawar (Banjarnegara, 2003); HACCP (Bogor, 2004);
Pembekalan Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (Jakarta, 2004); Budidaya udang
vaname di tambak (Bali, 2005); Intensifikasi Budidaya Udang di Tambak (Jepara,
2005); Diseminasi Budidaya Kerapu dan Perikanan di Laut (Gondol, 2006);
Konsultan Keuangan Mitra Bank (Denpasar, 2007); Pelatihan Dasar bagi Penyuluh
Perikanan Tingkat Ahli (Banjarbaru, 2008).
Memulai karier sebagai Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak dengan
penempatan pada Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana
tahun 2004 s/d 2007, sejak Januari 2008 mengemban amanah sebagai PNS dalam
Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan pada Pusat Pengembangan Penyuluhan
BPSDMKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
No comments:
Post a Comment