Untuk mengetahui tingkatan mutu pakan yang kita buat, haruslah dilakukan
pengujian. Ada 3 macam pengujian, yaitu pengujian fisik, kimiawi dan biologis.
A. PENGUJIAN FISIK
Pengujian pelet
secara fisik yaitu :
1. Kehalusan bahan
baku
2. Kekerasannya
3. Daya tahan dalam
air
4. Daya
mengapungnya, yang akan dibahas satu persatu.
Kehalusan bahan baku, dapat diuji dengan jalan menggilingnya lagi, berdasarkan
besar kecilnya ukuran butiran, kita dapat membedakannya menjadi sangat halus,
halus, agak kasar, sangat kasar dll.
Pengujian kekerasan dapat dilakukan dengan memberi beban pada pelet yang
bersangkutan dengan suatu pemberat yang mempunyai bobot tertentu. Pemberian
beban itu kita lakukan dengan beberapa macam pemberat, sampai akhirnya pelet
tidak mampu lagi untuk menahannya dan hancur. Pelet yang baik harus mempunyai
kekerasan yang tinggi, dan biasanya berasal dari bahan baku yang cukup halus.
Pengujian daya tahan dalam air, dilakukan dengan merendamnya dalam air
dingin. Waktu yang diperlukan sampai saat pelet hancur merupakan kuran daya
tahannya.
Pengujian daya apung, kita lakukan dengan jalan menjatuhkan pellet kedalam
air dalam akuarium dengan ketinggian air 20 cm. Waktu yang diperlukan mulai
saat pelet menyentuh permukaan air sampai tenggelam di dasar, adalah merupakan
ukuran daya apungnya.
B. PENGUJIAN KIMIAWI
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan gizi dari pakan tersebut,
yaitu kadar protein, lemak, karbohidrat, abu, serat dan kadar air. Pengujian
ini dapat dilakukan di laboratorium makanan yang terdapat di ibukota kabupaten.
Parameter yang diuji antara lain energy gross, protein kasar, lemak kasar dan
serat kasar.
C. PENGUJIAN BIOLOGIS
Aspek biologis penting adalah Nilai Konversi Pakan (Feed Conversion Ratio). Nilai ini sebenarnya tidak merupakan angka
mutlak, karena tidak hanya ditentukan oleh kualitas pakan, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti jenis, ukuran ikan, kepadatan,
kualitas air dll.
Semakin kecil nilai konversi pakan, semakin baik kualitas pakan, karena akan
semakin ekonomis. Untuk mengetahui nilai konversi pakan perlu dilakukan
pengujian di lapangan pada berbagai tipe percobaan.
SUMBER:
Masyamsir, 2001. Modul Membuat
Pakan Ikan Buatan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
REFERENSI:
Anggorodi, R., 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia, Jakarta,
1979
FAO, 1980, Fish Feed Technology. United Nations Development
Programme, FAO United Nations, Rome, 395 P
Maynard, L.A., J.K. Loosli, H.F. Hintz, R.G. Warner, 1979, Animal
Nutrition, Mc. Graw Hill., Inc. 602 P.
NRC, 1983, Nutrient Requirement of Warm Water Fishes &
Shellfishes, National Academy Press, Washington DC. 102P
Rasyaf, M. 1990, Bahan Makanan Unggas di Indonesia Kanisius,
Yogyakarta, 118 hal.
Rostika, R., 1997, Performan Juwanan Ikan mas yang dipengaruhi
berbagai imbangan protein-energi pada pakan. Tesis Universitas Padjadjaran,
tidak dipublikasikan, 145 hal.
Sumeru, S.U., dan Anna S., 1992, Pakan Udang Windu Kanisius,
Yogyakarta, 94 hal.
No comments:
Post a Comment