Tuesday 6 January 2015

PENGINOKULASIAN BIBIT DAN PEMANENAN PADA BUDIDAYA CHLORELLA (PAKAN ALAMI)



PENGINOKULASIAN
Pada prinsipnya cara penginokulasian jenis–jenis fitoplankton adalah sama. Fitoplankton yang umum dibudidaya di panti benih ikan air tawar adalah Chlorella. Fitoplankton ini diperlukan sebagai pakan zooplankton, seperti rotifera misalnya.
Di dalam media pemeliharaan larva ikan, Chlorella biasa ditambahkan untuk mempertahankan kualitas air, mengontrol kelimpahan mikroba, serta mempertahankan nilai nutrisi dari zooplankton yang ada di dalamnya.
Chlorella adalah fitoplankton yang bersel tunggal dengan ukuran sel 5 mm. Chlrorella adalah fitoplankton yang berwarna hijau sebab mengandung khlorofil. Identifikasi Chlorella dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop.


Gambar 1. Chlorella sp.

Bibit fitoplankton dapat diperoleh dari Lembaga Penelitian milik pemerintah. Volume inokulan (bibit fitoplankton) biasanya sebanyak 2- 10% dari volume bak yang akan digunakan. Dalam waktu 5–7 hari akan dicapai puncak populasi dengan kepadatan 107 sel/ml media. Secara fisik akan terlihat bahwa air akan berwarna hijau apabila budidayanya berhasil. Air media yang berwarna coklat menunjukkan adanya fitoplankton yang mati atau terjadi kontaminasi dengan fitoplankton lain yang berwarna coklat.
Bibit yang didapat pada umumnya hanya sedikit, oleh karena itu tidak dapat langsung dibudidayakan dalam skala masal. Bibit yang didapat dari Panti Benih atau Lembaga Pemerintah sebaiknya disimpan di dalam ruangan tertutup dan dikultur dengan menggunakan larutan Walne. Setiap 10-14 hari sekali dilakukan pemindahan ke media yang baru. Selanjutnya untuk membudidayakan cholrella secara massal di lakukan upscalling yaitu peningkatan skala secara bertahap.

PEMANENAN
Chlorella umumnya langsung digunakan dengan media budidayanya setelah populasi Chlorella mencapai puncaknya. Hasil panen tersebut dapat langsung digunakan sebagai makanan rotifera atau ditambahkan ke dalam media budidaya larva ikan.
 Chlorella beserta media budidayanya dapat dipindahkan ke bak pemeliharaan larva atau rotifera dengan cara mengalirkan media melalui selang dengan cara perbedaan tinggi. Cara ini adalah yang paling sederhana. Untuk mengurangi kotoran yang dapat terbawa bersama fitoplankton maka pada ujung selang dapat digunakan plankton net dengan lubang mata jaring 50–70 mm.
Pemanenan dapat dilakukan sekaligus untuk seluruh volume atau hanya 50% volume. Lima puluh persen volume yang tertinggal berguna sebagai inokulan Chlorella Bak diisi air kembali dan dipupuk dengan dosis dan macam pupuk yang sama pada awal budidaya. Chlorella dapat dipanen kembali setelah 5-7 hari. Pada budidaya Chlorella yang berkesinambungan ini biasanya hanya dapat berlangsung 3 kali panen.
Setelah 3 kali panen, biasanya budidaya Chlorella sudah terkontaminasi dengan phytoplankton atau mikroorganisme lain, sehingga harus dimulai lagi dari awal, artinya harus dimulai dari kegiatan belajar 1 kembali.
Cara lain pemanenan adalah dengan menggunakan pompa air. Media beserta Chlorella dapat dipindahkan ke bak lain dengan menggunakan pompa air.



Pemanenan Chlorella: Setelah mencapai puncak populasi, Chlorella dipanen dengan memindahkan alga berikut airnya dengan menggunakan selang. Untuk mengalirkan Chlorella, bak kultur rotifera ditempatkan lebih rendah dari bak Chlorella atau digunakan pompa listrik.

SUMBER:
Jusadi D., 2003.  Modul Budidaya Rotifera - Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Coutteau, P. 1996. Micro–algae, p. 7–48. In P. Lavens and P. Sorgeloos (eds) Manual on the production and used of live food for aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper 361..

 
 

1 comment:

Unknown said...

pa jual bibit chorella ngga pa.??

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...