Penetasan kista Artemia adalah suatu proses inkubasi
kista Artemia di media penetasan (air laut ataupun air laut buatan)
sampai menetas. Proses penetasan terdiri dari beberapa tahapan yang membutuhkan
waktu sekitar 18-24 jam.
a. Proses
penyerapan air
b.
Pemecahan dinding cyste oleh embrio
c. Embrio
terlihat jelas masih diselimuti membran
d. Menetas
dimana nauplius berenang bebas
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetaskan cyste Artemia
adalah: Aerasi, Suhu, Kadar garam, Kepadatan cyste dan Cahaya
Agar diperoleh hasil penetasan yang baik maka oksigen terlarut di
dalam air harus lebih dari 5 ppm. Untuk mencapai nilai tersebut dapat dilakukan
dengan pengaerasian yang kuat. Disamping untuk meningkatkan oksigen,
pengaerasian juga berguna agar cyste yang sedang ditetaskan tidak mengendap.
Suhu sangat mempengaruhi lamanya waktu penetasan dan suhu optimal
untuk penetasan Artemia adalah 26-290C. Pada suhu dibawah 250C
Artemia akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menetas dan pada
suhu diatas 33oC dapat menyebabkan kematian cyste. Kadargaram optimal untuk
penetasan adalah antara 5 – 35 ppt, namun untuk keperluan praktis biasanya
digunakan air laut (kadar garam antara 25–35 ppt). Nilai pH air harus
dipertahankan pada nilai 8 agar diperoleh penetasan yang optimal. Adapun
iluminasi pada saat penetasan sebaiknya 2000 lux.
Hal lain yang menentukan derajat penetasan cyste adalah kepadatan
cyste yang akan ditetaskan. Pada penetasan skala kecil (volume < 20l)
kepadatan cyste dapat mencapai 5 g per liter air. Akan tetapi pada skala yang
lebih besar agar diperoleh daya tetas yang baik maka kepadatan harus diturunkan
menjadi 2 g per liter air.
Artemia akan menetas setelah 18-24 jam. Artemia yang sudah menetas
dapat diketahui secara sederhana yakni dengan melihat perubahan warna di media
penetasan. Artemia yang belum menetas pada umumnya berwarna cokelat
muda, akan tetapi setelah menetas warna media berubah menjadi oranye. Warna
oranye belum menjamin Artemia sudah menetas sempurna, oleh karena itu
untuk meyakinkan bahwa Artemia sudah menetas secara sempurna disamping
melihat perubahan warna juga dengan mengambil contoh Artemia dengan menggunakan
beaker glass. Jika seluruh nauplius Artemia sudah berenang bebas maka
itu menunjukkan penetasan selesai. Akan tetapi jika masih banyak yang
terbungkus membran, maka harus ditunggu 1-2 jam agar semua Artemia menetas
secara sempurna.
Kista menetas menjadi Artemia stadia nauplius. Setelah
menetas sempurna, secara visual dapat terlihat terjadinya perubahan warna dari coklat
muda menjadi oranye. Hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam pemanenan
nauplius Artemia adalah jangan sampai tercampur antara Artemia dan
cangkang. Hal ini perlu dihindari mengingat cangkang Artemia tersebut
mengandung bahan organik yang dapat menjadi substrat perkembangbiakan bakteri.
Setelah 18 jam dimasukan dalam bak penetasan maka pengecekan
apakah Artemia dalam wadah penetasan sudah menetas atau belum.
Pengecekan dilakukan dengan cara mematikan aerasi. Sesaat setelah
aerasi dimatikan, jika secara kasat mata keseluruhan nauplius sudah berenang
bebas maka pemanenan dapat dilakukan dan aerasi tetap dimatikan. Jika sebagian
besar nauplius masih terbungkus membran dan belum berenang bebas maka aerasi
dihidupkan kembali. Selanjutnya 1 atau 2 jam kemudian dilakukan pengecekan
ulang.
Langkah awal pemanenan Artemia yaitu dengan mematikan aerasi
serta menutup bagian atas wadah dengan bahan yang tidak tembus cahaya. Hal ini
dilakukan dengan tujuan memisahkan antara nauplius dan cangkang Artemia.
Cangkang Artemia akan mengambang dan berkumpul di permukaan air.
Nauplius Artemia akan berenang menuju ke arah cahaya. Karena bagian
bawah wadah tranparan dan ditembus cahaya maka nauplius Artemia akan
berkumpul di dasar wadah penetasan. Oleh karena itu pada saat pemanenan
nauplius, sebaiknya bagian dasar wadah disinari lampu dari arah samping.
Selain nauplius, di dasar wadah juga akan terkumpul kista yang
tidak menetas. Aerasi tetap dimatikan selama 10 menit. Setelah semua cangkang
berkumpul di atas permukaan air dan terpisah dengan nauplius yang berada di
dasar wadah maka pemanenan dapat dilakukan dengan cara membuka kran pada dasar
wadah (jika ada) atau dengan cara menyipon dasar. Sebelum kran dibuka atau
disipon, ujung kran atau selang kecil dibungkus saringan yang berukuran 125
mikron dan dibawah saringan disimpan wadah agar nauplius Artemia tetap
berada dalam media air. Setelah semua nauplius terpanen, kran ditutup atau
penyiponan dihentikan. Pada saat pemanenan hindarilah terbawanya cangkang. Artemia
yang tersaring kemudian dibilas dengan air laut bersih dan siap diberikan
ke larva ikan atau udang. Selanjutnya air dan cangkang yang tersisa di wadah penetasan
dibuang dan dibersihkan.
SUMBER:
Jusadi D., 2003. Modul Penetasan
Artemia - Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Lavens, P. and P. Sorgeloos. 1996. Manual on the production and
used of live food for aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper 361.
No comments:
Post a Comment