Pemijahan
teripang dapat dilakukan dengan beberapa cara : secara alami, dengan
pembedahan, perangsangan kejut suhu, dan perang sarigan desikasi dan penyemprotan
air.
Pemijahan alami
Induk
teripang yang matang gonad penuh yang
dipelihara di bak pemijahan biasanya akan memijah secara alami tanpa
adanya Teripang jantan biasanya akan mengeluarkan sperma terlebih dahulu, lalu
merangsang betina untuk memijah dengan selang waktu kurang lebih 30 menit.
Pemijahan dengan pembedahan
Metode
ini umumnya hanya terbatas untuk penelitian, jarang digunakan karena angka
fertilitasnya rendah atau di bawah 20 % dan membutuhkan banyak induk. Metode
pembedahan dilakukan dengan cara membelah teripang pada bagian bawah tubuh dari
anus menuju ke atas. Pembelahan dilakukan dengan gunting. Setelah dibelah,
gonad dikeluarkan dan diletakkan di wadah yang kering. Dalam pembelahan gonad ini apabila
didapatkan kantong telur, berarti teripang tersebut betina. Kantong telur kemudian ditoreh dengan gunting
dan telur dimasukkan ke tempat pemijahan yang berisi air laut bersih. Jika yang ditemukan testis, maka teripang
tersebut jantan. Gonad jantan (testis) juga
dipotong menjadi beberapa bagian
sehingga sperma keluar dan ditampung di dalam wadah lain yang
berisi air laut. Kemudian telur
dan sperma dicampur
menjadi satu dan
diaduk perlahan-lahan,
Teripang sedang
memijah. Tubuh menggeliat dan muncul di permukaan
lalu didiamkan
sehingga terjadi pembuahan. Telur yang terbuahi dipanen dengan saringan dan
dipindahkan ke tempat pemeliharaan larva.
Pemijahan dengan perangsangan kejut suhu
Metode
ini dilakukan dengan cara peningkatan suhu air. Suhu air yang digunakan dalam pemijahan
dapat dinaikkan dengan cara bak air dijemur di terik matahari, air direbus,
atau dengan alat pemanas elektrik.
Pemanasan dilakukan hingga suhu air mencapai 3 - 4°C lebih tinggi dari
suhu awal.
Di
Indonesia yang ikiimnya tidak banyak berubah (terutama di musim kemarau),
penjemuran dengan sinar matahari merupakan alternatif terbaik dalam pemijahan
ini.
Seperti
dilakukan oleh James dkk, 1983, lima ekor teripang (Metriatyh scabra)
dimasukkan ke dalam 70 liter air laut
pada suhu 27°C. Kemudian dengan pemanas elektrik suhu air dinaikkan menjadi
32°C secara bertahap. Setelah 90 menit,
terlihat seekor jantan menyemprotkan spermanya dan secara spontan diikuti oleh
jantan-jantan yang lain. Pemijahan juga
terjadi pada induk yang diperlakukan dengan suhu 37°C. Teripang yang memijah segera diambil dan
dipindah ke tempat lain yang berisi air laut bersih untuk melanjutkan pemijahan
di tempat tersebut. Pemijahan terjadi
secara terus menerus selama 15 - 20
menit. Adanya sperma yang keluar merangsang induk betina
untuk mengeluarkan sel telurnya.
Telur teripang.
Setelah dibuahi akan mengendap didasar bak
Larva teripang
stadium auricularia. Bersifat planktonis.
Hidupnya
melayang-layang di air.
Di Balai
Budi Daya Laut Lampung, pemijahan teripang pasir dengan perangsangan kejut suhu
ini dllakukan dengan cara induk teripang ditempatkan di dalam keranjang plastik
yang diletakkan beberapa sentimeter di bawah permukaan air. Perlakuan ini
dilakukan pada siang hari. Pada sore harinya induk dimasukkan ke bak pemijahan.
Cara ini telah menghasilkan hasil yang baik, induk teripang memperlihatkan
perilaku pemijahan, ditandai dengan tubuh menggeliat dan muncul di permukaan
sambil bertumpu di dinding bak. Pemijahan umumnya terjadi pada jam 20.00 -
23.00 WIB. Induk jantan akan mengeluarkan sperma terlebih dahulu dan merangsang
induk betina untuk memijah dengan selang waktu setengah sampai dua jam. Sperma
yang dikeluarkan berwarna putih dan terlihat seperti asap di dalam air.
Desifkasi dan penyemprotan
Induk
teripang yang akan dipijahkan dikeluarkan dari dalam bak dan diletakkan di
tempat yang kering selama 0,5 - 1 jam. Induk-induk tersebut lalu disemprot air
laut dengan tekanan tinggi selama 5 - 10 menit. Lalu, induk dimasukkan kembali
ke dalam bak pemijahan. Antara 1,5 - 2 jam kemudian, induk-induk teripang mulai
bergerak-gerak aktif. Induk jantan pun
mulai memijah dan diikuti
induk betina.
Referensi:
Martoyo J, Aji N dan Winanto T,
1994. Budidaya
Teripang. Penebar swadaya, Jakarta.
No comments:
Post a Comment