Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina
kira-kira tahun 2700 SM. Di masa itu, rumput laut digunakan untuk sayuran dan
obat-obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi menggunakannya sebagai bahan baku
kosmetik. Namun, dari waktu ke waktu pengetahuan tentang rumput laut pun
semakin berkembang. Spanyol, Prancis, dan Inggris menjadikan rumput laut
sebagai bahan baku pembuatan gelas, sedangkan Irlandia, Norwegia, dan
Scotlandia mengolahnya menjadi pupuk tanaman.
Rumput laut memang telah lama dikenal dan dimanfaatkan,
tetapi publikasinya baru dimulai pada abad ke-17 oleh Jepang dan Cina. Jepang
dan Cina merupakan bangsa yang maju dalam bidang rumput laut, baik produksi
maupun pemanfaatan rumput laut.
Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak
diketahui. Hanya pada waktu bangsa Portugis datang ke Indonesia kira-kira tahun
1292, rumput laut telah dimanfaatkan sebagai sayuran. Pengiriman rumput laut ke
luar negeri pun belum diketahui secara pasti. Dari catatan yang ada hanya
mengatakan bahwa sebelum PD II Indonesia telah mengekspor rumput laut ke
Amerika, Denmark, dan Prancis. Rumput
laut yang diekspor adalah dari jenis Gracilaria. Namun, hingga kini rumput laut
yang banyak diminta adalah jenis Eucheuma sp, Gracilaria sp, dan Gelidium sp.
A. KANDUNGAN DAN MANFAAT
Pada
mulanya orang menggunakan rumput laut hanya untuk sayuran. Waktu itu tidak
terbayang zat apa yang ada di dalam rumput laut. Yang diketahui hanyalah rumput
laut yang tidak berbahaya untuk dimakan. Dengan berjalannya waktu, pengetahuan
tentang rumput laut pun semakin berkembang. Orang pun semakin tahu zat apa yang
terkandung dalam rumput laut. Pengetahuan itu digunakan agar rumput laut dapat
bermanfaat seoptimal mungkin.
Rumput
laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah karena
mengandung agar-agar, keraginan,
porpiran, maupun furcelaran. Untuk jenis-jenis yang ada di Indonesia
(lihat Tabel 2) selain hanya mengandung agar-agar dan karaginan, juga mengandung pigmen fikobilin, terdiri dari fikoeretrin danfikosianin,
merupakan cadangan makanan berupa karbohidrat (Floridean starch).
Sebenarnya
tidak hanya ganggang merah saja yang dapat dimanfaatkan, jenis dari ganggang
cokelat pun potensial untuk dibudidayakan, seperti Sargassum dan Turbinaria. Ganggang
cokelat mengandung pigmen klorofil a dan c; beta karotin; violasantin dan
fukosantin; pirenoid dan filakoid (lembaran fotosintesis); cadangan makanan
berupa laminarin; dinding sel yang terdapat selulose dan algae. Selain
bahan-bahan tadi, ganggang merah dan cokelat merupakan bahan makanan yang baik
sebagai penghasil jodium.
TABEL 1. KANDUNGAN UNSUR-UNSUR MIKRO PADA GANGGANG MERAH DAN COKELAT
Unsur
|
Kisaran
Kandungan Dalam % Berat Kering
|
|
Ganggang
Merah
|
Ganggang Cokelat
|
|
Klor
Kalium
Natrium
Magnesium
Belerang
Silicon
Fosfor
Kalsium
Besi
Iodium
Brom
|
1,5 – 3,5
1,0 – 2,2
1,0 – 7,9
0,3 – 1,0
0,5 – 1,8
0,2 – 0,3
0,2 – 0,3
0,4 – 1,5
0,1 – 0,15
0,1 – 0,15
0,005
|
9,8 – 15,0
6,4 – 7,8
2,6 – 3,8
1,0 – 1,9
0,7 – 2,1
0,5 – 0,6
0,3 – 0,6
0,2 – 0,3
0,1 – 0,2
0,1 – 0,8
0,03 – 0,14
|
Sumber : Winarno,
1990
AGAR-AGAR
Masyarakat
pada umumnya mengenal agar-agar dalam bentuk tepung yang biasanya digunakan
untuk pembuatan puding. Akan tetapi, orang tidak tahu secara pasti apa
agar-agar itu. Agar-agar merupakan asam sulfanik, yaitu ester dari galakto
linier dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang Agarophyte (ganggang yang
mengandung agar-agar). Telah diketahui, agar-agar bersifat tidak larut dalam
air dingin, tetapi larut dalam air panas.
Dewasa ini penggunaan
agar-agar semakin berkembang, yang dulunya hanya untuk makanan saja sekarang
ini telah digunakan dalam industri tekstil, kosmetik, dan lain-lain. Fungsi
utama agar-agar adalah sebagai bahan pemantap, bahan penolong atau pem- buat
emuisi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel Kelebihan ini
digunakan dalam beberapa industri antara lain sebagai barikut.
MEDIA PERTUMBUHAN
MIKROBA
Agar-agar
yang ditambahkan zat gizi tertentu sangat baik untuk tempat pertumbuhan
mikroba, seperti bakteri dan jamur. Zat yang ditambahkan tergantung dari jenis
mikroba yang ditumbuhkan. Agar-agar ini mempunyai persyaratan tersendiri, yaitu
kadar air maksimal 5 %, kadar organik asing maksimal 1 %, dan kadar abu tidak
larut dalam asam maksimal 1 %.
Industri makanan
Penggunaan
agar-agar terbanyak adalah pada industri makanan, seperti dalam pembuatan roti,
sup, saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir, anggur,
kopi, dan cokelat.
Agar-agar
bermanfaat sebagai obat pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul obat
antibiotik dan vitamin, atau campuran bahan pencetak contoh gigi.
Industri kosmetik
Agar-agar
digunakan dalam pembuatan salep, krem, lotion, lipstik, dan sabun.
Industri tekstil
Agar-agar
yang bennutu tinggi digunakan untuk melindungi kemilau sutera, sedangkan yang
bermutu lebih rendah untuk jenis tekstil lain seperti macao, muslin, dan voil.
Industri kulit
Agar-agar
digunakan sebagai pemantap permukaan yang halus dan kekakuan kulit, serta
sebagai campuran pembuatan pelekat plywood.
Industri lain
Agar-agar
digunakan dalam pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas, serta
bantalan transport ikan, pengalengan ikan, dan daging.
Karaginan
Karaginan
merupakan senyawa polisakarida tersusun dari unit D-galaktosa dan L-galaktosa
3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1-4 glikosilik. Setiap unit
galaktosa mengikat gugusan sulfat. Jumlah sulfat pada karaginan lebih kurang
35,1 %.
Berdasarkan
strukturnya, karaginan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kappa, iota, dan lambda
karaginan. Kappa karaginan tersusun dari (1 - > 3) D-galaktosa-4 sulfat
dan/(l- > 4) 3,6 anhydro-D-galaktosa. Iota karaginan mengandung 4-sulfat
ester pada setiap residu D-glukosa dan gugusan 2 sulfat ester pada setiap
gugusan 3,6 anhydro-D-galaktosa. Sedangkan lambda karaginan memiliki sebuah
residu disulphated (1-4) D-galaktosa. Perbedaan yang lain adalah daya kelarutan
pada berbagai media pelarut.
TABEL 2. DAYA KELARUTAN KARAGINAN PADA BERBAGAI MEDIA PELARUT
MEDIUM
|
KAPPA
|
IOTA
|
LAMBDA
|
Air panas
Air dingin
Susu panas
Susu dingin
Larutan gula pekat
Larutan garam pekat
|
Larut diatas 60 oC
Garam natrium, larut, garam
K, Ca, tidak larut
Larut
Garam Na, Ca, K tidak larut
tetapi akan mengembang
Panas, larut
Tidak larut
|
Larut diatas 60oC garam
Na, larut garam Ca memberi dispersi thixotropic
Larut
Tidak larut
Larut, sukar
Larut, panas
|
Larut
Larut
Larut
Larut
Larut, panas
Larut, panas
|
Sumber : Moraina, 1977 dalam Winarno, 1990.
Kegunaan
karaginan hampir sama dengan agar-agar, antara lain sebagai pengatur
keseimbangan, bahan pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi. Karaginan
digunakan dalam beberapa industri, antara lain :
- makanan :
pembuatan kue, roti, makaroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim, dan gel
pelapis produk daging.
- farmasi :
pasta gigi dan obat-obatan, serta
- kosmetik,
tekstil, dan cat.
ALGIN
Algin
merupakan polimer mumi dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai
linear panjang. Selain selulosa, algin juga menyusun dinding sel pada ganggang
cokelat. Bentuk algin di pasaran bisa berupa tepung natrium, kalium atau
amonium alginat yang larut dalam air maupun tepung kalsium atau asam alginat
yang tidak larut dalam air.
Kegunaan
algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan,
pengemuisi, dan pembentuk lapisan tipis yang taharrterhadap minyak. Algin
antara lain digunakan dalam industri :
- Makanan : pembuatan es krim, serbat, susu
es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup dan
puding,
-
Farmasi : tablet, salep, kapsul, plester,
filter,
-
kosmetik : cream, lotion, sampo, cat rambut,
serta
-
tekstil, kertas, keramik, fotografi,
insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kayu.
Referensi:
Indriani H dan Sumiarsih A, 1991. Rumput Laut. Jakarta
Wahyono, Untung, 1991. Potensi Sumberdaya dan Produksi Rumput Laut
Indonesia. Direktorat Bina Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta.
Winarno, F.G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
No comments:
Post a Comment