3.1. Perencanaan Keuangan
Rencana keuangan adalah alat vital yang membantu wirausahawan/pelaku usaha
perikanan untuk mengelola usahanya dengan lebih efektif, mengarahkan mereka
menghindari kendala-kendala yang dapat mengakibatkan kegagalan.
Manajemen keuangan adalah proses yang menyediakan informasi keuangan yang
relevan kepada wirausahawan/pelaku usaha perikanan dalam format yang mudah
dibaca untuk jangka waktu tertentu, memungkinkan wirausahawan mengetahui tidak
hanya keadaan keuangan bisnis mereka tetapi juga alasan kinerja mereka. Secara
sederhana perencanaan merupakan usaha menetapkan kegiatan yang akan dilakukan
tentang :
-
Apa yang akan dilakukan atau apa yang hendak dilakukan ?
-
Bagaimana melaksanakannya atau apa yang harus dikerjakan ?
-
Kapan melaksanakannya ?
-
Siapa yang akan melaksanakannya ?
Perencanaan Usaha merupakan dokumen tertulis yang dapat mengkomunikasikan
suatu ide usaha/bisnis dengan dilandasi oleh aspek-aspek penting yang terkait dengan kepentingan
usaha. Dengan kata lain, sebuah perencanaan keuangan merupakan bagian
terpenting dari perencanaan sebuah program serta kesinambungan keuangan jangka
panjangnya. Tetapi harus dipahami bahwa perencanaan ini juga adalah proses yang
berjalan. Menentukan prinsip-prinsip perencanaan keuangan, dan tetap berpaut
padanya akan membantu program anda bukan hanya sekarang tapi juga untuk masa
yang akan datang.
Aspek penting dalam perencanaan usaha antara lain meliputi aspek pasar dan
pemasaran, aspek produksi, aspek organisasi dan sumberdaya manusia, aspek
legal, aspek finansial.
Banyak orang yang menyatakan keengganannya untuk menyusun suatu rencana
usaha. Berbagai alasan disampaikan,
mulai dari ungkapan sulit, capek,hingga tidak mengerti bagaimana cara membuat
atau menyusunnya. Lalu, “Mengapa calon
pelaku usaha (pelaku usaha) perlu bersusah payah menyusun/menulis rencana bisnis ?”. Tentunya seorang calon pelaku usaha (pelaku
utama perikanan) perlu memperhatikan kepentingan atau manfaat apa yang terkait dengan
penyusunan rencana usaha tersebut, sehingga bisa berpikir lebih obyektif.
Manfaat perencanaan usaha antara lain adalah
sebagai berikut: (1) Dipakai sebagai alat koordinasi; (2) Dapat memberikan “kepastian”
mengenai masa depan atau membatasi “ketidakpastian”; (3) Merupakan alat ukur terhadap
prestasi yang akan dicapai dan alat pengendalian (control) jalannya
kegiatan/organisasi; (4) Meningkatkan kemampuan
antisipasi terhadap perubahan; (5) Meningkatkan produktifitas
(efektifitas dan efisiensi) karena memfokuskan pada sasaran; (6) Meningkatkan dukungan dan
peran serta, karena tujuan/sasaran dapat diketahui oleh pelaksananya; (7) Dalam
proses perencanaannya, “team building”
(terbentuk kerjasama) merupakan hasil sampingan yang sangat bermanfaat bagi
organisasi. Dalam kegiatan usaha perikanan baik secara
berkelompok maupun kegiatan usaha yang dilakukan oleh individu, diperlukan
perencanaan yang matang, mengingat kegiatan usaha ini memiliki risiko
tersendiri, terutama yang berhubungan dengan kondisi alam (iklim/musim),
keterampilan sumberdaya manusia, teknologi maupun modal usaha.
Sebuah
perencanaan usaha memiliki fungsi yang sangat
mendukung keberhasilan usaha.
Fungsi tersebut meliputi :
1.
Mendorong calon pelaku bisnis
untuk berpikir mengenai “apa yang akan dikerjakan”:
·
Menggunakan pandangan yang obyektif
·
Bersikap kritis
·
Tidak emosional
2.
Dapat digunakan untuk menilai keragaan aktual usaha (bisnis) pada
jangka waktu tertentu.
3.
Merupakan dokumen yang dapat dinilai oleh pemberi kredit (calon
investor) untuk menilai bisnis baru maupun mengembangkan bisnis yang sedang
dikerjakan.
Perencanaan keuangan adalah proses yang berkesinambungan yang
memungkinkan pengelolaan keuangan program anda dengan:
1. Mengidentifikasi
kebutuhan biaya dan sumberdaya dari program anda,
2. Menunjukkan
jeda antara biaya dan jumlah dana yang anda harapkan akan diperoleh untuk program anda,
3.
Membuka
resiko-resiko yang mungkin ada terhadap pendanaan program mendatang,
4. Menggaris bawahi
ketidak-efisienan program; dan
5.
Mengembangkan strategi-strategi untuk mengatasi jeda
pendanaan, mengurangi resiko pendanaan dan mengatasi ketidak-efisienan program.
3.2. Dasar-dasar Pengelolaan Keuangan
Bentuk
umum informasi keuangan suatu lembaga/institusi/kelompok adalah seperangkat
laporan keuangan, terutama yang terdiri atas: laporan posisi keuangan (neraca),
laporan rugi-laba (laporan aktivitas), laporan
perubahan modal, dan laporan arus kas, termasuk catatan penjelasan laporan
keuangan yang diperlukan.
A. Laporan Neraca/Neraca
Keuangan
Laporan neraca adalah
laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan sesaat perusahaan,
memperkirakan nilainya pada waktu tertentu. Neraca dibentuk dari persamaan
dasar akuntansi : aktiva = Kewajiban + Equitas
pemilik.
1. Aktiva: merupakan assets/harta
produktif yang dikelola. Perolehan assets tersebut dapat bersumber dari hutang
atau pun modal sendiri sebagai aktiva bersih organisasi/entitas. Assets
biasanya dibedakan dalam kelompok Aktiva Lancar dan Aktiva Tetap yang
didasarkan pada masa pemanfaatannya atau sifat likuiditasnya.
-
Aktiva lancar adalah harta
seperti kas dan jenis lain yang dapat diubah menjadi kas dalam waktu satu tahun
atau dalam daur usaha normal perusahaan
-
Aktiva tetap yaitu harta yang
diperoleh untuk pemakaian jangka panjang dalam perusahaan.
2. Kewajiban:
memuat pengakuan klaim pihak lain atas jumlah tertentu yang akan dibayarkan
pada masa nanti, baik kepada perorangan maupun lembaga lain. Biasanya dibedakan
menurut masa pengakuan jangka pendek dan jangka panjang (lebih dari 1 tahun).
Dengan kata lain, pada elemen kewajiban ini memuat akun-akun yang menyatakan
jumlah kewajiban organisasi untuk membayar kepada pihak lain.
3. Aktiva Bersih (Modal): Mengandung pengertian yang dengan equitas pemilik, yaitu
Hak yang Tersisa atas aktiva /harta /assets organisasi
setelah dikurangi sejumlah kewajiban pada pihak lain. Dalam persamaan matematis
dapat dinyatakan demikian : Equitas pemilik = Aktiva – Kewajiban)
Pada laporan keuangan organisasi nirlaba, equitas pemilik memakai
terminology Aktiva Bersih dengan makna yang sama. Namun lebih dibedakan
menjadi Aktiva Bersih Terikat dan Aktiva Bersih Tidak Terikat. Pemisahan ini
bertujuan untuk menunjukkan sifat pembatasan hak untuk pemakaian/ pemanfaatan
dana aktiva bersih (modal) yang ada.
Untuk memudahkan bagi peserta pelatihan dalam memahami, berikut ini
disajikan contoh laporan neraca.
USAHA PEMASARAN
IKAN SEGAR
Periode Laporan :
s.d tanggal 28 Februari 2014
Aktiva
|
Passiva
|
||
Kas
Piutang Dagang
Persediaan
Bahan Utama
Persediaan
Bahan Pendukung
Perlengkapan
Peralatan Usaha
|
10.000.000
5.000.000
8.000.000
500.000
5.500.000
1.000.000
|
Hutang
Modal
|
12.000.000
18.000.000
|
Total Aktiva
|
30.000.000
|
Total Pasiva
|
30.000.000
|
B.
Laporan Laba/Rugi (Laporan Aktivitas),
Laporan laba-rugi adalah laporan keuangan yang menggambarkan kegiatan suatu
usaha dalam satu periode operasi, yang membandingkan pengeluaran terhadap
pendapatan untuk menunjukkan laba bersih atau rugi bersihnya. Laporan laba-rugi
dapat pula didefinisikan sebagai laporan mengenai semua elemen pendapatan dan
elemen beban (biaya) yang terjadi dalam suatu periode tertentu. Akun-akun
pendapatan dan beban tersebut merupakan aktivitas real yang telah terjadi dalam
satu periode pelaporan. Sehingga perlu diperbandingkan antara aktivitas yang
menyebabkan adanya penerimaan (tambahan kekayaan), dengan aktivitas yang
menimbulkan pengeluaran (pengurangan kekayaan). Hasil pembandingan tersebut
dapat berupa selisih positif (laba) yang berarti penambahan aktiva bersih
organisasi (modal bertambah), dapat pula selisih negatif (rugi) yang berarti
terjadi penurunan/ pengurangan atas jumlah aktiva bersih.
CONTOH FORMAT LAPORAN
LABA/RUGI
USAHA PEMASARAN IKAN ………………………
LAPORAN LABA/RUGI (HASIL USAHA)
Periode yang berakhir tanggal ... bulan ... tahun ...
Penjualan xxx
Harga pokok Penjualan:
Persediaan awal xxx
Pembelian xxx
+
Tersedia untuk
dijual xxx
Persediaan akhir xxx -
Harga pokok
penjualan xxx -
Laba Kotor xxx
Beban Usaha xxx -
Laba Operasi xxx
Biaya Bunga xxx -
Laba/Rugi Bersih xxx
C.
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang memperlihatkan perubahan
modal kerja sejak awal tahun dengan cara menguraikan sumber dan penggunaan
dananya. Secara sederhana laporan ini dapat diartikan sebagai informasi tentang
dari mana sumber kas diperoleh dan untuk apa (kemana) kas tersebut
dipergunakan. Artinya laporan ini memuat ikhtisar arus kas masuk dan arus kas
keluar, dimana aliran tersebut dibagi/dirinci ke dalam 3 kelompok aktivitas
dalam organisasi, yaitu:
1. Kegiatan Operasi; mencakup arus kas masuk dari penjualan
barang dagangan, penerimaan piutang, penerimaan hutang dari pihak lain, dan
sebagainya, serta arus kas keluar untuk kebutuhan pokok operasional pokok
(seperti pembelian barang produksi, perlengkapan operasioanl), pemberian piutang/kredit kepada nasabah, dan
sebagainya.
2. Kegiatan Investasi; mencakup perolehan dan penjualan
aktiva tetap yang berkenaan dengan fasilitas poduksi/operasional.
3. Kegiatan Pendanaan (Keuangan); mencakup arus kas masuk
atas pengadaan sumber daya dari pemilik, donatur, serta kreditor, dan arus kas
keluar untuk pengembalian jumlah dana yang dipinjam. Dengan semua kegiatan yang
melibatkan pemilik dengan kreditor yang berpengaruh pada kas, seperti
penyetoran dan modal, penarikan modal, penarikan pinjaman/hutang kepada bank
serta pelunasannya.
CONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS
USAHA PEMASARAN IKAN ………………………
LAPORAN ARUS KAS
Periode
yang berakhir tanggal ... bulan ... tahun ...
AKTIVITAS OPERASI
Laba bersih xxx
Kenaikan utang xxx
Kenaikan piutang (xxx) +
xxx -
Kas bersih dari aktivitas operasi xxx
AKTIVITAS
INVESTASI
Penjualan aktiva tetap (tanah) xxx
Pembelian peralatan (xxx) +
Kas bersih dari aktivitas investasi xxx
AKTIVITAS PEMBIAYAAN
Kenaikan modal disetor xxx
Pengembalian pinjaman (xxx)
Penarikan hutang/pinjaman xxx
Pelunasan hutang/pinjaman (xxx) +
Kas bersih dari aktivitas pembiayaan (xxx)
Kenaikan bersih kas xxx
Kas awal periode xxx +
Kas akhir
periode xxx
D.
Catatan atas Laporan Keuangan
Dalam catatan atas laporan keuangan selain memuat penegasan mengenai
berbagai kebijakan akuntansi yang dianut untuk penyusunan laporan keuangan
organisasi, juga memberikan uraian lebih rinci atas akun-akun tertentu dalam
laporan keuangan diatas. Penjelasan ini dianggap penting guna membantu pembaca
untuk menginterpretasikan informasi pada laporan keuangan. Dengan kata lain hal
ini membantu dalam proses pengambilan keputusan pihak-pihak yang
berkepentingan.
3.3. Pemeriksaan Keuangan
Pemeriksaan merupakan salah satu unsur pengelolaan kegiatan. Dalam kelompok, pemeriksaan dapat diketahui
sebagai kesatuan sistem yang dapat mengamati semua bidang-bidang pokok
kegiatan, antara lain kegiatan keorganisasian, permodalan, usaha produktif,
administrasi, dan perkembangannya.
Dengan dilakukannya pemeriksaan secara teratur dan benar, maka pengurus
kelompok dan anggota akan memperoleh informasi tentang kondisi kelompok,
kekuatan-kekuatannya, maupun kelemahan-kelemahannya. Selain itu auditing yang teratur akan
meningkatkan kepercayaan anggota terhadap pengurus dalam mengelola kelompok.
Untuk mengetahui lebih dini/awal mengenai penyimpangan-penyimpangan dalam
pengelolaan kelompok, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi,
sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
Dalam kelompok, pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh Badan Pemeriksa,
dan apabila di dalam kelompok tidak ada/belum ada Badan Pemeriksa, maka
pemeriksaan dapat dilakukan oleh ketua atau panitia khusus yang ditunjuk oleh
rapat anggota. Yang perlu diperiksa
antara lain adalah:
1)
Pemeriksaan Kas, yang meliputi :
· Menghitung uang kas.
· Mencocokkan kas dan bank
dengan catatan pembukuan.
· Meneliti penerimaan dan
pengeluaran apakah didukung dengan bukti-bukti yang sah (formulir, slip,
kuitansi, dsb.)
· Memberikan standar maksimum
kas yang boleh dipegang bendahara.
· Sistem pengamanan kas dan
barang berharga milik kelompok.
2)
Pemeriksaan Simpanan dan Pinjaman Anggota, yang meliputi
:
· Mencocokkan catatan buku
anggota dengan kartu simpanan dan pinjaman anggota.
· Mencocokkan jumlah anggota
peminjam.
· Mencocokkan jumlah
anggota yang melalaikan pinjaman
· Mencocokkan saldo
simpanan/tabungan.
· Mencocokkan jangka waktu
kredit tertunggak.
3)
Pemeriksaan Pembukuan Keuangan.
· Mencocokkan catatan
keuangan mulai dari slip hingga laporan keuangan.
· Meneliti kelemahan dan
kekuatan sistem pembukuan yang dipakai.
4)
Pemeriksaan Program Kerja yang berkaitan dengan Keuangan
Kelompok dan Pelaksanaannya, yang meliputi :
· Apakah kegiatan telah
sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun.
· Faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan kegiatan dan alternatif jalan keluarnya.
5)
Pemeriksaan Kesehatan Keuangan Kelompok, yang meliputi :
· Apakah pengelolaan
keuangan kelompok aman, lancar, menghasilkan, dan mengutamakan pengembangan
anggota.
· Apakah perkembangan
keuangan kelompok telah sehat.
6)
Pengorganisasian Kelompok, yang meliputi :
· Apakah rapat-rapat telah
diselenggarakan secara teratur.
· Apakah pengurus telah
berfungsi dengan baik.
· Pencatatan notulen rapat
apakah telah dilakukan.
· Pelaksanaan kegiatan
pendidikan atau pelatihan ke anggota apakah telah dilakukan.
7)
Lain-lain, yang meliputi :
· Hubungan dengan
pembina/pendamping kelompok.
· Hubungan dengan
masyarakat/pemerintah setempat.
· Hubungan dengan pihak
lain pemberi pinjaman dana.
Laporan pemeriksaan diserahkan kepada pengurus
kelompok sebagai masukan untuk meningkatkan pengelolaan kelompok. Jika Badan
Pemeriksa menemui hal-hal yang tidak bisa diselesaikan dengan pengurus, maka
Badan Pemeriksa berwenang untuk memberikan laporan pemeriksaan kepada rapat
anggota sebagai forum tertinggi di kelompok. Kalau kelompok tidak dapat
memenuhi kewajiban terhadap pihak luar, dan timbul kekurangan likuiditas
kelompok yang bisa menyebabkan kebangkrutan kelompok, maka Badan Pemeriksa juga
berhak untuk memberikan laporan pemeriksaan kepada pihak kreditur (pemberi
kredit ke kelompok).
3.4. Kesehatan Keuangan
Pemeriksaan kesehatan keuangan kelompok adalah
alat untuk melihat makna hubungan dari berbagai posisi keuangan kelompok, serta
merupakan hasil dari pencerminan pengelolaan keuangannya sekaligus sebagai alat
kendali. Manfaat Pemeriksaan: (1) Memperoleh informasi
kondisi keuangan kelompok; (2) Mengetahui mutu hasil kerja pengurus; (3) Mengetahui
kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan keuangan; dan (4) Mengendalikan agar
sesuai dengan tujuan yang telah disepakati dan ditetapkan (dalam AD/ART).
Posisi-posisi penting yang harus diperiksa: (a) Tingkat tunggakan; (b) Tingkat
pertumbuhan kekayaan; (c) Tingkat pertumbuhan modal sendiri; (d) Tingkat utang;
(e) Tingkat penggunaan dana produktif; (f) Tingkat hasil usaha; (g) Tingkat
perputaran dana; (h) Tingkat ketangguhan menanggung resiko; (i) Tingkat
kehematan biaya (efisiensi); dan (j) Tingkat pemerataan pinjaman.
Cara Memeriksa Posisi-posisi Penting
a)
Tingkat tunggakan =
jumlah tunggakan x 100%
jumlah sisa pinjaman
Posisi ideal : kurang
dari 3%
b)
Tingkat pertumbuhan kekayaan
= Jumlah kekayaan th. Ini – juml kekayaan
th. Lalu x 100%
jumlah kekayaan th.
Lalu
Posisi ideal : semakin besar semakin baik
c)
Tingkat pertumbuhan modal sendiri
= juml SP + SW + SS + Cad th ini – juml SP
+ SW + SS + Cad th lalu x 100%
juml SP + SW
+ SS + Cad th. Lalu
Posisi ideal : semakin besar semakin baik
d)
Tingkat utang = jumlah utang x 100%
jumlah modal sendiri
Posisi ideal : semakin kecil semakin
baik
e)
Tingkat penggunaan dana produktif
= Bagian kekayaan yang menghasilkan
(piutang, deposito, investasi) x
100%
jumlah
kekayaan
Posisi ideal : di atas 85%
Dana tidak produktif seperti uang kas,
inventaris
f)
Tingkat hasil usaha
= Juml pendapatan hingga akhir
tahun ini x 100%
Rata-rata kekayaan yang
produktif
Posisi ideal : lebih besar dibanding bunga deposito rata-rata.
g)
Rata-rata kekayaan produktif
= (juml kekayaan produktif di awal tahun + juml kekayaan produktif di akhir
tahun) : 2
h)
Tingkat perputaran dana
= Juml pinjaman yang dicairkan
selama setahun x 100%
rata-rata juml kekayaan
Posisi ideal : semakin besar semakin baik.
i)
Tingkat ketangguhan menanggung resiko
= Juml
dana cadangan + SP + SW x 100%
juml nominal tunggakan
Posisi ideal lebih dari 100 %
j)
Tingkat efisiensi biaya
=
= Juml biaya selama satu tahun x 100%
juml
pendapatan selama satu tahun
Posisi ideal kurang dari 75%
k)
Tingkat pemerataan pinjaman =
= Juml
peminjam yang masih mempunyai saldo pinjaman x 100%
jumlah anggota
Posisi
ideal : lebih dari 65%.
3.5. Analisis Pengelolaan Keuangan
A. Analisis Usaha
Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan
untuk mengetahui sampai di mana keberhasilan yang telah dicapai selama usaha perikanan itu berlangsung.
Dengan analisis usaha ini, pengusaha membuat perhitungan dan menentukan
tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam perusahaannya. Untuk memperoleh keuntungan yang besar, dapat dilakukan dengan cara
menekan biaya produksi atau menekan harga jual. Namun, yang biasa dipakai oleh
perusahaan yaitu dengan cara yang pertama, menekan biaya produksi. Biaya
produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk membudidayakan ikan, dari
persiapan sampai panen. Termasuk dalam hal ini biaya pembuatan kolam, biaya
untuk perawatan sampai hasil pasca panen tersebut terjual.
Biaya produksi ini bisa dibedakan antara biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu
masa produksi, antara lain biaya pembuatan kolam, sewa lahan, dan biaya
pembuatan saluran air. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang habis
dalam satu kali produksi, seperti biaya untuk benur, pupuk, pakan,
pemberantasan hama, upah tenaga kerja, biaya panen, dan penjualan.
Dari data analisis di atas dapat dihitung kelayakan investasinya.
Perhitungan ini bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dalam mengelola usaha perikanan. Perhitungan biaya yang sering dilakukan yaitu Titik Impas (break
event point/BEP) dan waktu modal investasi dapat kembali (return of
investment/ROI) serta perbandingan keuantungan terhadap biaya (benefit
cost ratio/ BC Ratio).
1.
Titik Impas (Break
Event Point/BEP)
Break even point merupakan suatu nilai di mana hasil
penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan
pendapatan. Dengan demikian, pada saat itu pengusaha mengalami impas, tidak
untung dan tidak rugi. Perhitungan BEP ini
digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan
tidak rugi. Selain itu, BEP dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan
yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang
berjalan.
Untuk menentukan BEP, ada beberapa hal yang harus
diketahui yaitu biaya atau modal (baik itu modal tetap atau variabel), harga
jual, dan tingkat produksi. Selanjutnya BEP bisa dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
Biaya
tetap
BEP
=
Biaya variabel
1 –
Penjualan
2.
Waktu Modal
Investasi dapat kembali (Return of Invesment/ROI)
ROI merupakan nilai keuntungan yang diperoleh
pengusaha dari setiap jumlah uang yang diinvestasikan dalam periode waktu
tertentu. Lalu mengapa perusahaan periu membuat perhitungan ROI ini? Apa manfaatnya? Jelas, manfaatnya sangat
besar sekali bagi perusahaan. Dengan analisis ROI, perusahaan dapat
mengukur sampai seberapa besar kemampuannya dalam mengembalikan modal
yang telah ditanamnya. Dengan demikian, analisis ROI dapat digunakan
untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan tersebut.
Pada umumnya, besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh : (1) kemampuan
pengusaha dalam menghasilkan laba, (2) kemampuan pengusaha dalam mengembalikan
modal, dan (3) penggunaan modal dari
luar untuk memperbesar perusahaan.
Besamya ROI dapat diperoleh dengan rumus berikut
ini:
ROI = Laba usaha/Modal usaha
3.
Perbandingan Keuantungan terhadap Biaya (Benefit
Cost Ratio/ BC ratio)
Perhitungan ini lebih ditekankan pada kriteria-kriteria investasi yang
pengukurannya diarahkan pada usaha untuk memperbandingkan, mengukur, serta
menghitung tingkat keuntungan usaha perikanan. Dengan B/C ini bisa dilihat
kelayakan suatu usaha. Bila nilainya 1, berarti usaha tersebut belum mendapatkan
keuntungan sehingga perlu pembenahan. Semakin kecil nilai rasio ini, semakin
besar kemungkinan perusahaan menderita kerugian.
Fungsi nilai B/C ini sebagai pedoman untukmengetahui seberapa besar
suatu jenis ikan harus diproduksi pada musim berikutnya. Rumus B/C sebagai berikut: B/C = Hasil penjualan/biaya produksi
B.
Prinsip Analisis Biaya
Usaha perikanan merupakan suatu kegiatan ekonomi di bidang
perikanan dimana
terdapat sejumlah unsur (input) yang digunakan dan setiap input tersebut mengandung suatu nilai yang
merupakan korbanan bagi pelaku usaha perikanan, yaitu sebagai biaya usaha
perikanannnya. Input usaha perikanan
yang umumnya dibutuhkan oleh pekau usaha perikanan meliputi benih, lahan, mesin
(alat), tenaga kerja, modal dan pengelolaan atau manajemen.
Input produksi saling
berkaitan dan kedudukannya dalam usaha perikanan sama penting sehingga sering disebut sebagai
faktor produksi. Pemahaman faktor produksi menyangkut masalah penguasaan dan pemilikan terhadap faktor-faktor produksi tersebut, dimana
pemilikan memberikan kekuatan dan kekuasaan untuk berbuat terhadap
faktor-faktor produksi dalam penggunaan pada proses produksi. Seseorang yang
menguasai atau memiliki faktor produksi, dapat memberikan posisi atau status
sosial yang tinggi di lingkungan masyarakatnya.
Lahan merupakan faktor
produksi yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lain, selain itu
distribusi penguasaannya dimasyarakat tidak merata dan tidak dapat
dipindah-pindah walaupun dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Tenaga
kerja dalam usahatani terbagi atas tenaga keja manusia, tenaga kerja ternak dan
tenaga kerja mesin, dimana tenaga kerja manusia terbagi menjadi tenaga kerja
pria, wanita dan anak-anak. Terdapat perbedaan konversi dalam penentuan kerja, sehingga
perlu diseragamkan agar memudahkan dalam penentuan kerja. Untuk menyeragamkan,
maka konversi tenaga kerja yang digunakan adalah Hari Kerja Pria (HKP).
Modal adalah barang
atau uang yang bersama – sama dengan faktor produksi lain yang digunakan untuk
menghasilkan barang baru, yaitu produk pertanian. Modal dapat dibedakan
berdasarkan sifatnya menjadi modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah
modal yang tidak habis dalam satu periode, meliputi tanah dan bangunan.
Sedangkan modal bergerak adalah modal yang habis dalam satu periode, meliputi
uang tunai dan sarana produksi.
Manajemen atau
pengelolaan merupakan unsur terakhir dalam kegiatan usaha. Manajemen dalam
usaha perikanan adalah kemampuan pelaku usaha perikana dalam menentukan,
mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor – faktor produksi yang dikuasai untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Manajemen merupakan
unsur usaha yang tidak berbentuk fisik akan tetapi unsur yang paling menentukan
dalam keberhasilan usaha.
Keberadaan dan harga
input usaha perikanan sangat menentukan dalam keberlanjutan usaha perikanan,
sementara ketersediaannya bergantung kepada kondisi permintaan dan penawaran di
pasar. Dengan demikian, maka pelaku usaha perikanan perlu memahami
prinsip-prinsip analisis biaya dalam penyelenggaraan usaha perikanannya.
Prinsip analisis biaya
sangat penting karena pelaku usaha
perikanan (petani ataupun nelayan dan
pengolah hasil perikanan) dapat menguasai pengaturan biaya produksi dalam
usahataninya tetapi tidak mampu mengatur harga komoditi (hasil produksi) yang dijualnya atau memberikan nilai kepada
komoditi tersebut. Harga-harga tersebut
ditentukan oleh berbagai faktor di luar usaha perikanan, termasuk pula
faktor-faktor di luar negeri. Apabila keadaan lainnya tidak berubah, pelaku
usaha perikanan harus mengurangi biaya
persatuan komoditi yang dihasilkan bila ia ingin meningkatkan pendapatan bersih
usahanya.
Penggolongan biaya
produksi dilakukan berdasarkan
sifatnya, meliputi: 1)biaya tetap (fixed cost), dan 2) biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ialah biaya yang tidak ada
kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi.
Petani rumput laut harus mampu membayarnya, berapapun jumlah produksi
yang dihasilkan dari usaha
budidayanya. Biaya tetap menjadi sangat
penting apabila petani rumput laut memikirkan tambahan investasi seperti mesin, perahu, bangunan dan alat-alat
lainnya. Tiap tambahan investasi hanya
dapat dibenarkan apabila petani rumput laut mampu membelinya dan dalam jangka
panjang dapat memberikan arus keuntungan.
Biaya tidak tetap (variable cost) ialah biaya yang berubah
apabila luas usahanya berubah. Biaya ini
ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi. Sebagai contoh, banyaknya tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha rumput
laut. Apabila petani atau nelayan
juragan mengupah tenaga kerja (buruh perikanan), maka ketika produksi
dapat meningkat, kebutuhan terhadap buruh/tenaga kerja juga meningkat. Tetapi apabila tidak ada
produksi, maka tidak ada kebutuhan terhadap tenaga kerja (buruh perikanan)
tersebut.
C.
Analisis Pendapatan Usaha
Pendapatan dalam suatu kegiatan usaha
adalah balas jasa terhadap setiap faktor produksi dan merupakan ukuran
keberhasilan kegiatan usaha. Analisis
pendapatan usaha perikanan dilakukan
untuk menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha perikanan atau untuk menggambarkan keadaan yang akan
datang dari perencanaan atau tindakan dalam kegiatan usaha perikanan. Bagi pelaku usaha perikanan, analisis
pendapatan dapat digunakan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang
dilaksanakan berhasil atau tidak.
Informasi yang diperlukan dalam analisis pendapatan adalah jumlah
penerimaan dan jumlah pengeluaran usaha perikanan dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan.
Pada analisis pendapatan usaha perikanan ini, perhitungan didasarkan
kepada biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya
tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan
petani untuk menjalankan kegiatan usaha di bidang perikanan. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung
berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika bunga modal dan nilai kerja
keluarga diperhitungkan.
Penerimaan total merupakan nilai produk dari suatu usaha yaitu harga
produk dikalikan dengan total produksi. Total biaya atau pengeluaran dari suatu
usaha agribisnis merupakan jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan kegiatan budidaya dalam memproduksi komoditi perikanan. Pendapatan
total usaha merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total.
Umumnya pendapatan usaha (keuntungan) dihitung untuk satu tahun kegiatan
usaha. Keuntungan usaha dapat pula dihitung per musim tanam, dengan tetap
menyesuaikan perhitunan besarnya beberapa jenis biaya secara proporsional,
misalnya besarnya biaya penyusutan yang merupakan salah satu komponen dari
biaya tetap (fixed cost). Berarti
apabila telah dilakukan perhitungan biaya penyusutan untuk satu tahun, maka
jika akan dihitung besarnya keuntungan per musim tanam, harus dilakukan
pembagian dengan angka 8.
|
Keterangan :
p =
Keuntungan (Rp)
TR = Total Revenue
atau Penerimaan Total (Rp)
TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)
Dalam hal ini Total Revenue
atau Penerimaan Total merupakan perkalian antara jumlah barang yang
diproduksi/dipasarkan dengan harga barang tersebut; dengan asumsi bahwa semua
barang yang diproduksi dapat dipasarkan seluruhnya. Total Revenue atau Penerimaan Total dalam bahasa
perdagangan sehari-hari dikenal dengan sebutan omzet. Total Revenue atau Penerimaan Total dirumuskan sebagai
berikut :
|
Keterangan :
TR = Total Revenue atau Penerimaan Total (Rp)
P = Harga jual (Rp/Kg)
Q = Jumlah barang yang dijual (Kg)
Adapun Total Cost atau Biaya Total merupakan penjumlahan dari Biaya
Tetap (fixed cost) dengan biaya variabel (variable cost). Dalam bentuk matematis Total Cost dirumuskan
sebagai berikut :
|
Keterangan :
TC = Total Cost
atau Biaya Total (Rp)
FC = Fixed Cost atau Biaya Tetap (Rp)
VC = Variable Cost atau Biaya Variabel (Rp)
Untuk dapat menghitung besarnya keuntungan usaha, petani/pengusaha
perikanan dituntut untuk mampu mengidentifikasi dan melakukan pencatatan dengan baik setiap biaya
investasi dan biaya-biaya total yang dikeluarkan dalam kegiatan usahanya.
Dalam menghitung keuntungan usaha,
diperlukan data biaya yang sifatnya mendukung/melengkapi total biaya yang digunakan, yaitu berupa biaya
penyusutan. Biaya penyusutan ini mudah
dihitung dan data dasarnya berasal dari data
biaya investasi. Biaya penyusutan
ini dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, dengan rumus sebagai
berikut :
Penyusutan =
harga beli – nilai sisa
umur
ekonomis (tahun)
Keterangan :
-
Penyusutan
dalam satuan Rp/thn
-
Harga
beli dalam satuan Rupiah
-
Nilai
sisa dalam satuan Rupiah
D.
Analisis Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha merupakan salah satu ukuran keberhasilan
usaha perikanan. Untuk mengukur efisiensi usaha digunakan rasio imbangan
penerimaan dan biaya yang dikeluarkan (R/C) yang merupakan perbandingan antara
pendapatan kotor yang diterima usahatani dari setiap rupiah biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi.
Secara teoritis R/C menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C-nya R/C ratio
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
|
Kriteria :
Bila R/C >
1, maka usaha dinyatakan menguntungkan
Bila R/C = 1,
usaha mengalami impas
Bila R/C <
1, usaha mengalami kerugian
E.
Analisis Waktu
Balik Modal (Payback Period/PP)
Payback Period merupakan cara penilaian
investasi yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh keuntungan
atau dengan kata lain Payback
Period adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal yang
telah ditanamkan.
Secara
matemetis Payback Period dapat dirumuskan sebagai
berikut :
|
Keterangan :
PP = Payback Period (tahun)
I = Investasi (Rp)
p =
Keuntungan (Rp/tahun)
Dengan kriteria, semakin singkat periode tingkat pengembalian modal maka usaha
tersebut layak untuk diusahakan.
F.
Analisis Harga
Pokok Penjualan (HPP)
Harga
pokok produksi merupakan semua
pengeluaran yang dikeluarkan baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan barang atau jasa yang akan
dijual. Harga pokok produk dirumuskan
sebagai berikut :
HPP = Total
Biaya produksi dan pemasaran
Total produk yang
dihasilkan
Keterangan :
- Biaya pokok produksi dalam satuan Rupiah
- Total jumlah produksi dalam satuan Kg
- HPP dalam satuan Rupiah/Kg
Dengan
mengatahui HPP, pelaku pengusaha
perikanan dapat menghitung/ menentukan
besarnya marjin (perbedaan) antara
harga penjualan produknya dengan
biaya produksi yang telah dikeluarkannya.
Besarnya marjin harga diperoleh dengan cara mengurangkan harga jual
produk dengan HPPnya. Apabila harga jual produk lebih besar dari
HPP, maka pengusaha perikanan dapat memperoleh keuntungan, sedangkan apabila
harga jual peroduk lebih kecil dari HPP, maka pelaku utama/pengusaha perikanan
akan mengalami kerugian.
SUMBER:
Bangs Jr., David H. 1992,
“The Market Planing Guide”,USA, Dearborn Publishing Group,inc.
Bygrave,WD. 1994,The
Portable MBA in Entrepreneurship.: New York ,John Willy & Sons.
Elia W. E., dan Yulianti
Y., 2009. Manajemen Pemasaran - Designing and Managing Value Networks and
Channels. Program Pasca Sarjana – Magister Manajemen. Universitas Trisakti,
Jakarta.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PERENCANAAN%20USAHA.pdf
http://blog-ilmuonline.blogspot.com/2012/05/jaringan-usaha.html
Hudoyo M.W. dan Razi F.,
2009. Modul Penyusunan Aturan Pengelolaan Keuangan Kelompok. Modul Pelatihan
pendampingan pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri-KP Tahun 2009. Badan
Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Hudoyo M.W. dan Razi F.,
2009. Modul Perencanaan Usaha. Modul Pelatihan pendampingan pemberdayaan
masyarakat PNPM Mandiri-KP Tahun 2009. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan
Perikanan, Jakarta.
Kotler, Philip. 2005.
Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Purnama R. dan Razi F.,
2011. Modul Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Pelaku Utama Perikanan. Modul Pelatihan Dasar bagi
Penyuluh Perikanan Ahli. Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Razi F., 2014. Pembinaan Manajerial Kelompok; Sebuah Langkah Sederhana,
Urgensi dan Efektif. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan – BPSDMKP,
Jakarta.
1 comment:
Post a Comment