Pengelolaan kualitas air agar
kondisi air pemeliharaan selalu dalam keadaan baik untuk larva. Kegagalan mempertahankan kualitas air dapat
menyebabkan kematian larva. Wadah
diaerasi agar kebutuhan oksigen larva terpenuhi. Jarak antar titik aerasi di wadah
pemeliharaan larva adalah 50 cm. Pada
hari pertama media pemeliharaan larva diberi air hijau dengan kepadatan
25000-50000 sel/ml dan perberian alga dilakukan dengan tujuan sebagai makanan
rotifera dan juga agar media pemeliharaan berwarna hijau. Air yang berwana hijau diyakini dapat
mengurangi intensitas sinar matahari yang kuat dan sebagai stabilisator kondisi
lingkungan pemeliharaan. Untuk
mengurangi intensitas sinar matahari dapat juga dilakukan dengan kombinasi air
hijau dan memberi krei di atas wadah peliharaan sehingga sinar matahari
tersebar merata. Intensitas sinar mata
hari yang kuat pada satu titik dapat menyebabkan larva bergerombol di satu
tempat. Sinar matahari yang kuat dapat menyebabkan larva menjadi bengkok yang
diikuti dengan kematian.
Pada
awalnya pemeliharaan larva dilakukan dengan sistem air tenang, tanpa adanya
pergantian air. Pergantian air dimulai
pada hari ke 7 sebanyak 5 – 10% dari volume tergantung dari kondisi air dan
kondisi larva. Pergantian air ini
dilakukan mengingat kualitas air sudah mulai menurun. Pergantian air dilakukan
dengan cara membuang air dengan selang.
Ujung selang diberi saringan, kekuatan sedot selang diusahakan
sedemikian rupa agar larva tidak ikut tersedot. Pergantian air dilakukan pada
pagi hari. Pergantian mulai dilakukan
secara rutin dalam jumlah yang cukup banyak (70-400%) seletah larva diberi
artemia dan mikro pelet. Pergantian air
dilakukan dengan cara sistem air mengalir,
sehingga saat diberikan pakan buatan sistem pemeliharaan berubah dari
sistem air tenang ke sistem air mengalir.
Hal ini dilakukan karena pakan buatan yang tidak termakan, dalam waktu
yang relatif singkat dapat menurunkan kondisi media pemeliharaan. Selanjutnya jika dianggap perlu, untuk
mempertahankan kualitas air ke dalam bak pemeliharaan larva dimasukkan bakteri
pengurai. Bakteri tersebut dapat
menguraikan amoniak dan nitrat yang sangat berbahaya bagi larva menjadi bentuk lain yang tidak berbahaya bagi larva.
Pada awal pemeliharaan larva penyiponan dasar bak tidak dilakukan dan
penyiponan dasar hanya dilakukan dalam kondisi yang darurat seperti terjadi
kematian plankton yang mengendap di dasar wadah. Penyiponan dasar biasaya dapat dilakukan
mulai hari ke-10. Setelah larva
diberikan pakan buatan maka penyiponan sisa pakan dilakukan setiap hari.
Agar media pemeliharaan larva juga terbebas dari serangan bakteri dan jamur
biasanya diberi obat-obatan dengan merek dagang ElBAJU atau Gold 100. dengan dosis 1 ppm. Pemberian dilakukan setiap 5 hari sekali.
SUMBER:
Sumantadinata K., 2003. Modul Pemeliharaan Larva sampai Benih Ikan
Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
REFERENSI:
Randall, J.E. 1987.
A Preliminary Synopsis of the Groupers (Perciformes, Serranidae,
Epinephelinae) of the Indo Pasific Region. In Polovina J.J and S. Ralston
(Eds.): Tropical Snapper and Groupers, Biology and Fisheries Management. Westview Press. Inc. London.
Subyakto, S. dan S. Cahyaningsih. 2003.
Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga.
PT Agromedia Pustaka, Depok.
Sunyoto, P. dan Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut
Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.
No comments:
Post a Comment