http://www.rmol.co/
Inilah Langkah Pecahkan Kasus
Laut Indonesia yang Belum Menguntungkan
Sabtu, 02 April 2011 , 09:41:00 WIB
Laporan: Yayan Sopyani Al Hadi
ILUSTRASI
|
|
|
RMOL. Rendahnya kinerja sektor perikanan bisa disebabkan karena faktor teknis-internal
maupun makro-struktural. Faktor teknis internal adalah faktor-faktor yang ada
dalam tanggung jawab para nelayan, pembudidaya ikan, dan pelaku usaha perikanan
lainnya serta menjadi tugas pokok dan fungsi Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP).
Sedangkan makro-struktural adalah tingkat suku bunga pinjaman yang sangat tinggi, sekitar 14 persen per tahun. Sebagai perbandingan, suku bunga di Malaysia, Thailand, dan Filipina hanya 3,8 persen; Australia 3 persen; dan Jepang 0,5 persen.
Sedangkan makro-struktural adalah tingkat suku bunga pinjaman yang sangat tinggi, sekitar 14 persen per tahun. Sebagai perbandingan, suku bunga di Malaysia, Thailand, dan Filipina hanya 3,8 persen; Australia 3 persen; dan Jepang 0,5 persen.
Anggota Komisi IV DPR asal
Fraksi PKS, Tamsil Linrung, mengatakan, minimal ada enam langkah strategis yang
harus ditempuh dalam upaya pembangunan perikanan Indonesia. Pertama, harus
dipastikan bahwa intensitas penangkapan (jumlah kapal ikan dan nelayan) yang
beroperasi di setiap wilayah perairan berada pada tingkat yang optimal, tidak
melebihi nilai MSY nya (Maximum Sustainable Yield). Kedua, produktivitas dan
efisiensi usaha budidaya laut dan tambak yang ada mesti ditingkatkan dengan
menerapkan Good Aquaculture Practices sesuai dengan daya dukung lingkungan
wilayah setempat.
Ketiga, infrastruktur dan
sarana produksi, baik untuk perikanan tangkap maupun perikanan budidaya, harus
disediakan sesuai kebutuhan di setiap wilayah perikanan di seluruh tanah air.
Keempat, program kredit dengan bunga relatif rendah dan persyaratan lebih lunak
untuk sektor kelautan dan perikanan, seperti halnya di Malaysia, Thailand,
India, Vietnam, China, dan negara-negara maju. Kelima, iklim investasi dan
keamanan berusaha harus dibuat lebih kondusif dan atraktif.
”Dan yang terakhir,
tentunya seluruh kebijakan publik (politik-ekonomi) termasuk fiskal dan
moneter, ekspor-impor, pendidikan, IPTEK, dan otonomi daerah mesti mendukung
sektor kelautan dan perikanan melalui reorientasi pembangunan nasional berbasis
kelautan dan kepulauan.” ujar Tamsil yang juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat
Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (PNTI) dalam pernyataan pers yang
diterima Rakyat
Merdeka Online, Sabtu (2/4).
Sebelumnya ia
mengungkapkan, Indonesia sejatinya bisa menjadi negara perikanan terbesar di
dunia dengan total potensi produksi perikanan sekitar 65,1 juta ton per tahun.
Lebih besar jika dibandingkan dengan produsen perikanan terbesar di dunia,
China, yang hanya memiliki potensi produksi tidak lebih dari 60 juta ton per
tahun. Tapi sampai saat ini, sumbangan sektor perikanan terhadap PDB Indonesia
hanya sebesar 2,5 persen.[ald]
http://www.rmol.co/
Perlu
Dukungan Politik untuk Maksimalkan Manfaat Laut
Kamis, 05 April 2012 , 11:21:00 WIB
Laporan: Firardy Rozy
ILUSTRASI
HASIL LAUT
|
|
|
RMOL.
Ketidakpedulian pemerintah terhadap potensi kelautan mendapat perhatian serius
dari mahasiswa. Sebagai bangsa yang letak geografisnya 75 persen adalah laut
sudah saatnya pembangunan dititik beratkan pada sektor kelautan.
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Maritime Institute (IMI), Y Paonganan, desakan itu terungkap di acara Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) ke IX Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Indonesia (Himitekindo) di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Dalam diskusi itu hadir anggota Komisi V dari Fraksi PDI Perjuangan, Sadarestuwati, Direktur Pesisir dan Kelautan Dirjen KP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan M Eko Rudianto dan para dosen Universitas Brawijaya
Menurut Paonganan, dalam
rilisnya kepada wartawan (Kamis, 5/4), diperlukan dukungan secara politik dan
kebijakan yang terintegrasi untuk memaksimalkan manfaat dari potensi
sumberdayaa laut. Hal senada diutarakan Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Univeristas Brawijaya, Edi Suprayitno, yang ikut mengajak mahasiswa
ilmu dan teknologi kelautan seluruh Indonesia untuk berperan aktif dalam
menularkan rasa cinta kelautan dan perikanan ke seluruh Indonesia dan bekerja
sama dengan pemerintah untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan.
Paonganan menilai dalam kondisi bangsa seperti ini, sudah sepantasnya sektor kelautan menjadi prioritas. Sumberdaya alam yang berlimpah, menjadikan sektor kelautan bisa menjadi tumpuan utama untuk kemandirian bangsa.
"Jangan kita tutup mata untuk potensi kelautan kita. Kita bisa menjadi negara besar dengan potensi keluatan yang ada," tandasnya.[ald]
www.republika.co.id/berita/
Jabar Siap Genjot Sektor Perikanan dan Kelautan
Kamis, 05
April 2012, 18:59 WIB
Antara/Arief
Priyono
Nelayan
mengangkat keranjang berisi ikan hasil tangkapan mereka. (ilustrasi).
REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI - Peningkatan produksi di sektor
perikanan dan kelautan di Jawa Barat menjadi salah satu fokus Pemerintah
Provinsi Jabar tahun ini. Hal ini mengingat potensi kelautan dan perikanan yang
ada di Jabar cukup besar.
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, mengungkapkan provinsi ini mempunyai panjang garis pantai mencapai 805 km di mana 437 km diantaranya berada di Pantai Selatan. Luas perairan laut di Jabar hampir 290 ribu km persegi.
Selain itu, provinsi ini juga memiliki potensi lestari sumberdaya ikan sebesar 820 ribu ton/tahun, termasuk potensi perikanan tangkap sebesar 260 ribu ton/tahun.
“Ini patut disyukuri. Karenanya, sudah selayaknya sektor kelautan dan perikanan dijadikan sebagai prime mover (penggerak utama) roda perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Jabar,” tegas Heryawan dalam Acara Peringatan Hari Nelayan ke-52 di Dermaga II Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Kamis (5/4).
Menurut Heryawan, pembangunan sektor kelautan dan perikanan menjadi fokus perhatian Pemprov Jawa Barat. Terutama dengan memacu peningkatan produksi hasil kelautan dan perikanan tangkap melalui program-program yang dapat menyerap tenaga kerja dan memberi nilai tambah.
Tahun ini, Pemprov Jabar telah mengalokasikan anggaran untuk kelautan dan perikanan, diantaranya untuk Penyelesaian Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok Sukabumi dan PPI Cikidang Ciamis. Bantuan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) pun siap disalurkan kepada 170 kelompok nelayan, termasuk 20 kelompok nelayan dari Kabupaten Sukabumi.
Selain itu, Pemprov Jabar telah merencanakan pembuatan kartu nelayan untuk 100 ribu nelayan di seluruh Jabar. Pemprov pun siap memfasilitasi sertifikasi hak atas tanah nelayan Jabar sebanyak 1.600 bidang, di samping fasilitasi penyediaan rumah ikan di Pantura Jawa Barat.
Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Ahmad Islamy Jamil
http://www.kompas.com/
Kementerian
Kelautan dan Perikanan Belajar Budidaya Tuna di Australia
Penulis : L Sastra Wijaya | Kamis, 5 April 2012 | 11:10
WIB
KOMPAS
IMAGES/BANAR FIL ARDHIIlustrasi: Sejumlah
buruh angkut ikan atau disebut dengan panol mengangkut ikan tuna hasil
tangkapan nelayan, di pantai Kedonganan, Kuta Selatan, Bali, Rabu (17/8/2011)
lalu.
ADELAIDE, KOMPAS.com - Tim dari Kementerian Kelautan dan Perikanan baru saja
mengunjungi Adelaide untuk mempelajari beberapa hal guna meningkatkan produksi
perikanan di Indonesia. Salah satunya adalah melihat budidaya tuna di Port
Lincoln, sekitar 660 kilometer dari Adelaide.
Di Port
Lincoln kita melihat tuna yang dibudidayakan. Selama ini kan kita hanya melihat
tuna ditangkap dari laut. Tetapi di Port Lincoln ini tuna dipelihara dan
dibesarkan.
-- Anang
Noegroho
Tim dari Kementerian dipimpin oleh Anang Noegroho, Kepala Pusat
Analisis Kerjasama Internasional dan Antar Lembaga berada di South Australia
selama tiga hari, dan juga bertemu dengan Akademi Maritim dan Perikanan
Adelaide, serta pengajar dari Universitas Adelaide. Tim ditemani oleh staf dari
KJRI Sydney, Marviana Sendi Siregar dan Sunarti Ichwanto.
"Ada beberapa hal yang bisa kita ambil manfaatnya dari
kunjungan ini," kata Anang Noegroho, kepada koresponden Kompas di Australia, L.
Sastra Wijaya, hari Rabu (4/4/2012) malam. "Di Port
Lincoln kita melihat tuna yang dibudidayakan. Selama ini kan kita hanya melihat
tuna ditangkap dari laut. Tetapi di Port Lincoln ini tuna dipelihara dan
dibesarkan." kata Noegroho lagi.
Port Lincoln sebagai pusat produksi produk laut juga, menurut
Noegroho bisa menjadi contoh bagi pengembangan serupa di Indonesia. Selain itu
juga, tim berkunjung ke Akademi Maritim dan Perikanan di Port Adelaide.
"Kita sudah menandatangani LOI (letter of intent) untuk
bekerjasama dengan mereka, dalam mengembangkan kapasitas profesi sumber daya
manusia kita." tambah Noegroho. Sumber daya yang dimaksud adalah bagi
mereka yang bekerja di kapal-kapal perikanan di Indonesia, seperti ahli mesin,
kapten kapal, dan bagian pengolahan produk.
"Yang juga menarik, Akademi ini sebenarnya dibangun sendiri
oleh industri terkait, bukan oleh pemerintah. Ini juga yang bisa kita
contoh, karena ini merupakan bentuk dari inisiatif kemitraan swasta, yang harus
kita dorong di Indonesia," katanya.
Tim dari Kementerian Kelautan dan Perikanan ini juga bertemu
dengan Prof Graeme Hugo dari Universitas Adelaide, ahli masalah migrasi.
"Kita ingin memetakan peta migrasi para nelayan kita sehingga bisa lebih
mengerti mengenai keadaan mereka." kata Noegroho
Editor
: Robert Adhi Ksp
http://www.kompasiana.com/
Saya seorang mahasiswa
yang menyukai kajian ekonomi sosialis. Anda jangan berpikir bahwa sosialis itu
miskin, justru sosialis itu harus kaya. bisa juga mengunjungi saya di
http://rudinisirat.blogspot.com/
Memakmurkan Rakyat di Hari Nelayan Nasional
Terlupakannya tanggal 6 April sebagai Hari
Nelayan Nasional senasib dengan kondisi
nelayan Indonesia saat ini. Kondisi mereka kian terpinggirkan oleh industri
perikanan swasta bermodal besar yang orientasi keuntungannya hanya untuk
perusahaannya sendiri. Hak nelayan Indonesia sering dirampas oleh nelayan asing
yang menangkap ikan di perairan Indonesia dengan menggunakan teknologi dan
kapal besar, jauh dari peralatan nelayan Indonsia yang seadanya dengan menggunakan
kapal kecil. Setiap tahun nilai kerugian negara dari pencurian ikan sekitar Rp
30 triliun.
Kondisi diperparah dengan kurangnya political
will. Tengok saja Undang-undang kelautan sampai saat ini belum juga
diketok palu oleh DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Padahal UU ini sudah masuk ke
Senayan sejak pemerintahan Megawati Sokarnoputri. Tetapi, UU saja tidak cukup
jika pemerintah masih berpaling dari nelayan. UU hanya akan menjadi goresan
tinta di atas kertas putih saja jika nasib nelayan ditentukan oleh nelayan
sendiri. Pemerintah saat ini hanya sebagai pengamat serta pencatat transaksi
perdagangan ikan yang dilakukan industri perikanan swasta dan pengusaha
multinasional dibanding sebagai aktor.
Indonesia yang terkenal sebagai negara maritim kini kurang merasa
bangga terhadap kekayaan laut. Pemerintah tidak bangga kepada para nelayan.
Saya tidak tahu, apakah sebutan negara maritim menjadi motivasi supaya
mengoptimalkan potensi kelautan atau sekadar stempel. Yang jelas Indonesia
masih menggantungkan persiadaan ikan dari impor. Selain itu, kontribusi
kelautan Indonesia hanya menyumbang 22% dari produk domestik bruto (PDB), dari
sektor perikanan masih di angka 3,5%. Sementara negara China, Korea dan Jepang
yang luas lautnya separuh dari luas laut Indonesia kontribusi sektor kelautan
terhadap PDB di atas 35%.
Pemerintah lebih banyak mengeluarkan energinya pada sektor-sektor
di daratan. Sementara sektor kelautan dan perikanan dikesampingkan. Hal ini
karena Indonesia selalu bergantung pada negara maju. Industri-industri daratan
yang dikembangkan oleh negara maju menjadi tuntutan bagi Indonesia untuk
melayani negara maju. Atau suatu kesengajaan negara maju agar ikan di perairan
Indonesia bisa dicuri dan dijarah nelayan asing?
Pemerintah belum dapat mengoptimalkan kekayaan laut sebagai sumber
pemasukan yang besar bagi negara demi kemakmuran bangsa. Padahal menurut Mantan
Menteri Perikanan dan Kelautan Rokhmin Dahuri, potensi pendapatan negara yang
bisa diperoleh dari kelautan sebesar Rp 7.200 triliun, enam kali lipat dari
nilai APBN Indonesia. Sejak Indonesia merdeka 67 tahun silam, telah digariskan
dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3 berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Namun pemerintah belum mempergunakan
kekayaan laut untuk kemakmuran rakyat. Laut kini hanya menjadi pemandangan dan
pembuangan limbah pabrik.
Penyebabnya adalah karena nelayan tidak diberdayakan. Hal ini bisa
dilihat dari peralatan yang digunakan sebagian besar masih tradasional. Perahu
yang digunakan juga hanya untuk kapasitas kecil, sehingga wilayah tangkapan
yang bisa dijangkau masih dekat dengan pesisir. Harga bahan bakar minyak masih
memberatkan nelayan, bantuan yang diberikan pemerintah belum dapat membantu
nelayan. Kredit bank yang memperumit nelayan juga menjadi persoalan, sehingga
rentenir-rentenir bergentayangan menghantui para nelayan. Dengan kondisi
seperti itu, hasil tangkapannya hanya untuk kebutuhan sehari-hari mereka.
Nelayan adalah pemilik sah laut karena mereka hidup dan dibesarkan
di pesisir laut. Mereka mendiami wilayah perairan dan menerima warisan berupa
laut beserta kekayaan yang ada di dalamnya dari nenek moyang mereka. Ikan
adalah tangkapan utama mereka. Tanpa itu, mereka akan kehilangan jati diri dan
penghidupan. Jika cuaca buruk, mereka tak dapat memenuhi kebutuhannya karena
tak bisa melaut. Mereka bisa melaut di saat cuaca mendukung. Berbeda jika
peralatan dan teknolonogi yang digunakan memadai tentu bisa mendapatkan tangkapan
lebih banyak. Kontribusi terhadap PDB pasti akan naik.
Karena laut tersebut berada di wilayah kekuasaan negara Indonesia,
maka pemerintah bertanggung jawab penuh atas semuanya. Nelayan pun menyerahkan
haknya kepada pemerintah supaya laut (perikanan) dapat dikelola secara optimal.
Pemerintah bukannya mengelola dengan optimal, malah membiarkan industri swasta
bersaing dengan para nelayan. Celakanya, kesejahteraan nelayan tidak terangkat
dan angka kemiskinan nelayan semakin meningkat. Dari data tahun 2010 yang
dilaporkan Bank Dunia, kemiskinan Indonesia mencapai angka 100 juta jiwa dari
total penduduk sebanyak 237 juta jiwa. Nelayan penyumbang terbesar angka
kemiskinan tersebut.
Mungkin para nelayan merasa kehidupannya sudah tercukupi. Dengan
ketercukupan itu mereka merasa bahagia. Tetapi sebagai pemilik kekayaan laut
yang begitu besar, itu belum bisa dikatakan layak. Tanggung jawab dan peran
pemerintah terhadap kesejahteraan nelayan harus seimbang dengan kekayaan laut
yang dimiliki. Angka kemiskinan versi pemerintah yang katanya selalu turun dari
tahun ke tahun juga belum bisa dikatakan wajar jika kekayaan yang tertanam
tidak seimbang dengan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Jika pemerintah belum juga memberdayakan nelayan, maka harus ada
peran dari kalangan tertentu seperti mahasiswa dan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM). Kalangan tersebut harus benar-benar murni memberdayakan nelayan, bukan
mencari keuntungan ekonomi ataupun proyek. Peran pengusaha besar kurang bisa
dipercaya karena hanya mencari keuntungan semata yang ujung-ujungnya nelayan
menjadi objek yang dimanfaatkan. Bank tentu masih sedikit yang mau
menggelontorkan kreditnya karena nelayan dianggap tidak prospektif. Bank hanya
mau memberikan kreditnya kepada industri swasta besar.
Oleh karena itu, peran mahasiswa, LSM ataupun masyarakat sipil
lainnya dapat membantu berbagai kebutuhan nelayan dalam melaut, seperti model
usaha, penggunaan peralatan atau teknologi, dan pencarian modal untuk semua
itu. Peran mahasiswa misalnya memiliki tanggung jawab sebagai bagian tugasnya
dari tri dharma perguruan tinggi. Dengan adanya kerja lapangan dan kuliah kerja
nyata pada lingkungan nelayan, bisa diarahkan pada pembedayaan nelayan.
Peran LSM saat ini jangan hanya mencari proyek saja dalam
pemberdayaan masyarakat. LSM mesti benar-benar murni membantu masyarakat
nelayan dalam meningkatkan produksi perikanan. LSM bisa membantu dalam membuat
model usaha yang semestinya dilakukan nelayan. Penyuluhan dalam penggunaan alat
dan teknologi mesti diberikan supaya tidak kalah dengan nelayan negara lain.
Tentunya peralatan dan teknologi tersebut membutuhkan dana yang
tidak sedikit. Oleh karena itu, mesti ada pihak yang diminta bantuan. LSM bisa
melakukan hal itu dengan cara meminta kepada pemerintah daerah (Pemda) demi
kelangsungan ekonomi. Pemda harus disadarkan bahwa nelayan merupakan pintu
perekonomian daerah, nelayan juga adalah pintu pendapatan daerah. Di sinilah
ujian yang mesti dihadapi LSM karena akan melibatkan dana. Dana ini tidak boleh
diganggu gugat oleh siapapun kecuali untuk pemberdayaan nelayan.
Bila peran mahasiswa dan LSM ini berhasil memberdayakan nelayan,
juga sebagai pintu perekonomian Pemda, kemungkinan besar pemerintah akan
memberikan perhatian serius kepada nelayan. Efek positifnya bukan hanya pada
kesejahteraan nelayan saja, tapi kekayaan laut sebagai penyumbang terbesar
dalam pendapatan negara. Pemanfaatannya adalah untuk kemakmuran bangsa. Derajat
nelayan di mata bangsa pun akan terangkat.
www.republika.co.id/berita/
Penuhi Permintaan Pasar, Produksi Rumput Laut di Pantura Digenjot
Sabtu, 07
April 2012, 09:30 WIB
Antara/Zabur
Karuru
Dua orang petani
budidaya rumput laut memisahkan tali pengikat dengan rumput laut hasil panennya
(ilustrasi).
REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON
-- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya meningkatkan
produktivitas kelautan dan perikanan secara terpadu tahun ini. Ini terutama
untuk budidaya rumput laut.
Menteri KKP Sharif Cicip
Sutardjo mengatakan KKP menetapkan empat komoditas industrialisasi budidaya sektor
kelautan dan perikanan, yakni udang, bandeng, ikan patin dan rumput laut.
"Sebagai salah satu
komoditas unggulan KKP, budidaya rumput laut mempunyai potensi yang cukup besar
untuk dikembangkan," ujar Sharif dalam acara panen raya rumput laut di
Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (7/4) pagi ini, yang
turut dihadiri Gubernur Jabar Ahmad Heryawan.
Sharif menjelaskan budidaya
rumput laut menggunakan modal kerja relatif kecil, dengan teknologi yang mudah
dikuasai dengan masa panen realtif pendek, yakni 45 hari. Dengan begitu, bisa
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan merekrut banyak tenaga kerja.
Data KKP, pada 2011, produksi
rumput laut secara nasional mencapai 4,3 juta ton. Sebanyak 95.200 ron
merupakan jenis glacillaria kering, utamanya dari Sulawesi Selatan.
Sedangkan produksi dari Jawa
Barat baru memberikan kontribusi 2.300 ton atau 2,4 persen secara nasional.
Maka itu, KKP bertekad menggenjot produksi rumput laut di wilayah Pantai Utara
(Pantura), Jabar. "Tapi, tahun 2011, Indonesia sudah bisa ekspor 1.827 ton
dengan nilai total 12,6 juta dolar AS," ujar Menteri KKP.
Redaktur: Endah Hapsari
Reporter: zaky al hamzah
(DIGITAL EDITION)
http://koran-jakarta.com/
Sektor
Riil
Sabtu, 07 April 2012 |
10:57:23 WIB
Sektor Perikanan
185
Ribu Ha Tambang Udang Direvitalisasi
istimewa
JAKARTA -
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana merevitalisasi 185.000
hektare tambak udang secara bertahap untuk meningkatkan produksi. Revitalisasi
tersebut ditargetkan memacu ekspor udang hingga tujuh miliar dolar dua tahun
mendatang.
"Revitalisasi tambak kita lakukan secara bertahap, tahun ini seluas 85 ribu hektare, tahun depan 120 ribu hektare, dan 2012 kita targetkan 185 ribu hektare. Tahun ini kita dapat tambahan anggaran dari APBN-P sebesar 434,8 miliar rupiah," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Selamet Subiyanto, kepada Koran Jakarta, Jumat (6/4).
Revitalisasi, kata Selamet, akan dilakukan terhadap tambak tradisional yang rata-rata produktivitas udang per hektarenya sebesar empat ton setiap siklus panen menjadi delapan ton per hektare seperti hasil dari tambak tradisional plus, sedangkan tambak udang semiintensif akan dipacu produktivitasnya dari 20 ton menjadi 22 ton per hektare.
Menurut Selamet, untuk merealisasikan revitalisasi tersebut, Ditjen Perikanan Budidaya sudah mendapatkan tambahan anggaran dari APBN-P sebesar 434 miliar rupiah serta anggaran 59 miliar rupiah untuk rehabilitasi saluran, pendalaman tambak, dan perbaikan tanggul sehingga dari sisi teknis, perbaikan saluran primer dan tersier juga akan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, sedangkan perbaikan saluran tersier akan dilakukan KKP.
"Selain perbaikan fisik, kita juga siapkan benih atau benur berkualitas. Kita sudah punya teknologi yang mampu menjaga udang dari serangan virus IMNV sehingga serangan virus itu tidak lagi mewabah," ujarnya.
Untuk meredam virus udang, kata Selamet, KKP akan membangun satu laboratorium di sentra lokasi tambak yang memiliki luasan 50-60 hektare serta menyiapkan penyuluh untuk mendampingi pembudi daya.
Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, menyebut dalam revitalisasi tambak di Jawa, KKP akan menyiapkan 25-30 petambak udang di setiap kabupaten untuk menggarap 2.000 hektare lahan tambak.
"Nanti petambak akan didampingi 10 penyuluh di tambak-tambak itu. Revitalisasi kita harapkan mendorong produktivitas.
Dengan 8.000 petambak udang, kita harapkan kontribusi devisa bisa meningkat signifikan. Saat ini nilai ekspor udang kita 3,2 miliar dollar dan kita targetkan meningkat menjadi tujuh miliar dolar AS," paparnya.
Menurut Cicip, selama ini, kontribusi ekspor udang terhadap produk perikanan mencapai 33 persen dan ditargetkan naik menjadi 40 persen tahun ini. aan/E-3
www.republika.co.id/berita/
KPP-Kadin Dorong 'Mari Makan Ikan'
Sabtu, 07
April 2012, 03:05 WIB
MAKAN IKAN.
Sejumlah siswa mengikuti kegiatan bakar ikan bersama, di KB-TK Al Falah
Surabaya, Selasa (10/5). Kegiatan bakar ikan yang diikuti 150 siswa tersebut,
bertujuan untuk mengenalkan manfaat mengkonsumsi dan cara mengolah ikan yang
benar dan sehat.
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sepakat
bersinergi mendorong Program Gerakan Mari Makan Ikan (Gemarikan).
"Program Gemarikan penting dibudayakan karena kini
masyarakat belum banyak yang mengonsumsi ikan," kata Menteri Kelautan dan
Perikanan Sharif C Sutardjo dalam diskusi bersama Kadin di Jakarta sebagaimana
disampaikan Kapusdatin KKP Indra Sakti di Padang, Sabtu (7/4).
Menurut menteri, pemerintah bertugas menyosialisasikan Program
Gemarikan dalam kehidupan keseharaian masyarakat. Program Gemarikan, kata dia,
berhubungan erat dengan peningkatan taraf kesejahteraan nelayan yang sebagian
besar masih hidup memprihatinkan.
"Karena itu peningkatan konsumsi ikan akan berdampak
langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya para nelayan,
pembudidaya dan pengolah hasil perikanan," katanya. Selain itu, Sharif
menyatakan apresiasinya atas partisipasi dunia usaha khususnya para anggota
Kadin yang mulai melirik sektor kelautan dan perikanan.
Berdasarkan data KKP tercatat tingkat konsumsi ikan nasional
tahun 2009 mencapai 29,08 kg/kapita/tahun, 2010 sebesar 30,48 kg/kapita/tahun,
sedangkan pada tahun 2011 rata-rata adalah 31,64 kg/kapita atau mengalami
peningkatan rata-rata 3,81 persen dibandingkan konsumsi tahun 2010.
Redaktur: Yudha Manggala P Putra
Sumber: Antara
http://www.rmol.co/
KKP Genjot 5,1 Juta Ton
Produksi Rumput Laut
Ekspor Sampai Ke Eropa
Ekspor Sampai Ke Eropa
Selasa, 10 April 2012 , 08:00:00 WIB
ILUSTRASI,
RUMPUT LAUT
|
|
|
RMOL. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya
meningkatan produktivitas kelautan dan perikanan secara terpadu tahun ini.
Salah satunya melalui kebijakan industrialisasi perikanan budidaya.
Menteri Kelautan dan Perikanan
Sharif Cicip Sutardjo mengatakan, industrialisasi perikanan budidaya
merupakan upaya untuk meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya
saing. Menurutnya, KKP telah menetapkan empat komoditas industrialisasi untuk
perikanan budidaya, yaitu udang, bandeng, patin dan rumput laut.
“Khusus untuk budidaya rumput
laut, potensinya cukup besar untuk dikembangkan,” ujar Cicip saat acara panen
raya rumput laut di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa
Barat, Sabtu (7/4).
Cicip menjelaskan, budidaya
rumput laut menggunakan modal kerja yang relatif kecil dengan teknologi yang
sudah dikuasai serta masa tanam yang relatif pendek, yaitu sekitar 45 hari. Hal
itu memungkinkan usaha budidaya rumput laut dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat setempat sekaligus menyerap banyak tenaga kerja.
“Potensi budidaya rumput
laut sangat besar, karena panjang garis pantai Indonesia mencapai 95.000
kilometer, sehingga ke depan komoditas itu akan menjadi fokus
pengembangan.Untuk tahun ini, KKP menargetkan produksi rumput laut 5,1 juta ton
serta menjadikan Indonesia sebagai produsen utama rumput laut di dunia,”
jelas menteri asal Partai Golkar ini.
Berdasarkan data KKP, pada
2011 produksi rumput laut Indonesia secara keseluruhan mencapai 4.305.027
ton. Sebanyak 95.200 ton merupakan produksi rumput laut jenis glacilaria sp kering.
Tahun 2011 Indonesia juga telah mengekspor agar-agar (hasil olahan rumput
laut) sebesar 1.827 ton dengan nilai total 12,6 juta dolar AS.
Menurut Cicip, selama ini
rumput laut Indonesia diekspor ke China dan Eropa. Ia mengakui, volume ekspor
rumput laut saat ini masih kecil. Selain itu, industri pengolahan rumput laut
di dalam negeri juga masih kekurangan pasokan. [Harian Rakyat Merdeka]
PUSAT INFORMASI PASAMAN BARAT
http://pasamanbarat.com/
KKP Serahkan Bantuan Rp 34,3 Miliar
Sebagai sentra tuna diwilayah barat Indonesia, Sumbar juga sebagai sentra pengolahan produksi perikanan.
PADANG, pasamanbarat.com – Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Sharif C. Sutardjo,
menyerahkan bantuan sebesar Rp 34,3 miliar bagi pengembangan perikanan di
wilayah Provinsi Sumatera Barat.
“Bantuan tersebut dapat dimaksimalkan untuk pengembangan sektor
perikanan di wilayah Sumbar ini,” kata Sharif saat menghadiri acara Gerakan
Nasional Masyarakat Peduli Industrialisasi Perikanan (GEMPITA) Regional Wilayah
Sumatera di Pelabuhan Perikanan Samudera
(PPS) Bungus, Padang, Sumatera Barat, hari ini (10/4).
Bantuan pemerintah tersebut diserahkan kepada Provinsi Sumatera
Barat (Sumbar), juga kepada sejumlah kabupaten/kota di provinsi tersebut.
Dalam keterangan resmi KKP hari ini (10/4), rincian bantuan
dimaksud adalah, Rp 2,107 diserahkana kepada Provinsi Sumbar, Kota Padang
senilai Rp 4,37 miliar, Kab. Tanah Datar Rp 576 juta, Kab. Pesisir Selatan Rp
8,9 miliar, Kab. Pasaman Barat Rp 1,95 miliar, Kota Payakumbuh Rp 688
juta, Kab. Mentawai Rp 2,95 miliar, Kab. Padang Pariaman Rp 2,17 miliar, Kota
Pariaman Rp 660 juta, Kab. Agam Rp 7,19 miliar, Kab. 50 Kota Rp 325 juta, Kab.
Dharmasraya Rp 325 juta, Kab. Solok Rp 585 juta, Kab. Solok Selatan Rp 260
juta, Kab. Sijungjung Rp 325 juta, Kota Bukit Tinggi Rp 325juta, Kota Sawah
Lunto Rp 260 juta, Kota Padang Panjang Rp 260 juta, dan untuk Pesantren senilai
150 juta.
Selain itu, KKP juga menyerahkan bantuan lain berupa kapal,
peningkatan kesejahteraan nelayan, pengembangan usaha mina pedesaan (PUMP)
perikanan tangkap dan budidaya, peralatan pengolahan hasil perikanan,
pengembangan desa pesisir tangguh (PDPT), solar package dealer nelayan (SPDN), pabrik es, mini
cold storage, excavator, karamba jaring apung, model usaha berbasis
kelompok masyarakat, beasiswa pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan beberapa
jenis bantuan lainnya.
Tak hanya itu, diserahkan juga 300 Sertifikat Hak Atas Tanah
(SeHAT) Nelayan, 25.000 kartu nelayan, sertifikat Cara Pembenihan Ikan yang
Baik (CPIB) diwakili UPR Kota Padang, dan Sertifikat HACCP kepada perusahaan
pengolahan tuna.
Sharif menyebut, modernisasi sistem produksi hulu dan hilir
dibutuhkan dalam mendukung produksi perikanan tangkap di Sumbar, khususnya
komoditi Tuna, Tongkol, dan Cakalang (TTC).
“Sebagai sentra tuna diwilayah barat Indonesia, Sumbar juga
sebagai sentra pengolahan produksi perikanan serta kawasan minapolitan di PPS
Bungus merujuk Perpres Nomor 28 tahun 2008. Pelabuhan ini merupakan salah satu
di antara lima lokasi program percontohan terkait dengan komoditas unggulan
untuk perikanan tangkap,” terang Sharif.
Lokasi lainnya terletak di PPS Nizam Zaman, PPN Pelabuhan
Ratu, PPS Bitung dan PPN Ambon. Melalui penetapan lokasi tersebut KKP
menargetkan dapat menaikkan produksi tuna pada tahun ini sebesar 75,12 ribu ton
kemudian pada tahun 2014 dapat melonjak hingga mencapai 87,84 ribu ton. (Pio /
Pio)
Sumber: Jaringannews.com
Rabu,
11 April 2012 – 20:16 WITATelah
dibaca 167 kali
Menteri Kelautan dan Perikanan Kunjungi Bitung
Menteri kelautan dan perikanan Sharif C. Sutardjo didampingi
dirjen tangkap Ir. Heriyanto Marwoto.MS. kepala badan pengembangan sumberdaya
perikanan tangkap Ir. Syarif Widjaja.Ph.D, kapusdatin Indra Sakti bersama staf
ahli kementerian Dr. Sunoto, dan Dr. Suseno.MM. berkunjung di kota Bitung.
Rombongan disambut oleh wakil walikota Bitung M.J.Lomban. SE.MSi
dan sekretaris daerah Drs. Edison Humiang, MSi. rombongan dijamu makan siang di
rumah jabatan walikota Bitung. menurut Sutardjo bahwa Bitung merupakan daerah
ungulan di Bidang perikanan yang ada di Indonesia, dengan ditetapkan Bitung
sebagai kawasan Minapolitan tentunya harus mendapatkan perhatian yang lebih
serius dari pemerintah pusat untuk mendorong suksesnya pembangunan kawasan yang
berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
“Menjadi tangung jawab pemerintah pusat untuk melakukan
pemantauan dan kunjungan langsung kelapangan agar berbagai kekurangan akan
segera diperbaiki terutama menyangkut fasilitas di bidang perikanan, dan
pemerintah pusat akan siap membantu berbagai kebutuhan dunia perikanan hal ini
juga guna mendorong kawasan ekonomi khusus yang akan ditetapkan pada bulan Mei
nanti”, ujar Sutardjo.
Selanjutnya Sutardjo bersama rombongan dengan didampingi wakil
walikota Bitung menuju akademi perikanan Bitung APB untuk melihat kegiatan para
taruna sekaligus meresmikan pembangunan gedung teknologi perikanan, dan
penggunaan pangkalan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan Bitung yang
merupakan pangkalan pengawasan Indonesia timur membawahi 9 provinsi yang
terletak dikawasan Naemundung kelurahan Aertembaga dua, dan kunjungan ini
berakhir di pelabuhan perikanan Aertembaga.
Lomban berharap melalui kunjungan ini akan memacu percepatan
pengembangan kawasan minapolitan dan kawasan ekonomi khusus sehingga akan
bermanfaat dan mendongkrat perekonomian di kota Bitung.
Turut hadir dalam kunjungan ini bupati Minahasa Drs. Stevanus V.
Runtu, Kadis Perikanan provinsi SULUT Ir. Tonny Korah dan kadis perikanan kota
Bitung Ir. Hengky Wowor.
(red/eln)
Penulis: Redaksi SuaraManado.com
Editor: Ellen
Penulis: Redaksi SuaraManado.com
Editor: Ellen
Panen Raya Kerapu Tiger
Panen perdana Ikan
Kerapu jenis Tiger sukses besar. Para nelayan budidaya berhasil memanen kurang
lebih 5000 ekor ikan kerapu tiger atau setara dengan 3 ton dalam sekali panen.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Bintan, Ir. Tatang mengkalkulasikan
panen perdana kali ini senilai Rp500 juta.
"Tiap
kilonya, pengusaha membayar sebesar 23,5 dollar. Jika dikalkulasikan, mencapai
setengah miliar," kata Tatang di Selat Bintan II Desa Pengujan kecamatan
Teluk Bintan, Selasa (10/4/2012). Untuk mempermudah, Pemkab Bintan menyalurkan
uang tersebut lewat bank."Duitnya langsung disimpan di bank," Tatang
lagi.
Nantinya, dana hasil penjualan ini 10
persennya
akan disisihkan untuk
perbaikan dan pemeliharan keramba.
Lalu, katanya, 25 persennya dialokasikan untuk pembelian bibit dan sisanya
sekitar 65 persen untuk pakan dan obat-obatan.
Menurut Tatang, panen kali ini tak lepas
dari bantuan pemerintah Provinsi Kepri. "Pada 21 Juni 2011 lalu, Pemprov
Kepri telah menebar benih ikan kerapu ini melalui kelompok Damai Sejahtera. Dan
hari ini kita saksikan bersama panen perdana ini," katanya.
Sementara itu, Bupati Bintan, Ansar Ahmad
mengatakan bahwa Pemkab Bintan siap mendukung program prioritas Pemprov Kepri.
"Pemkab Bintan siap menjalankan program prioritas yang dijalankan pak
Sani. Bahkan, kami siap menjadkan Bintan sebagai Kabupaten Kerapu," tegas
Ansar.
Keseriusan Pemkab
Bintan, kata Ansar dapat dilihat dari banyaknya keramba yang terdapat di Kabupaten
tersebut. Untuk tahun lalu, Bintan mendapat bantuan sebanyak 48 keramba.
"Artinya, ada 480 nelayan terlibat dan 70 ribu bibit yang disalurkan.
Karena, lewat program budidaya ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan mengentaskan kemiskinan," kata Ansar .
Untuk itu, Ansar berharap kedepan Pemprov
dapat terus meningkatkan program ini dikabupaten Bintan. "Kami berharap,
program ini dapat ditingkatkan lagi kedepannya," harap Bupati.
Menanggapi hal ini, Gubernur Provinsi
Kepri, Drs Muhammad Sani mengaku gembira dengan berhasilnya program ini.
"Yang saya pikirkan adalah bagaiman meningkatkan kesejahteraan dan
mengentaskan kemiskinan. Kedepan, saya harap seluruh rumah masyarakat disini
sudah bagus-bagus," kata Gubernur.
Untuk itu,
Muhammad Sani berjanji program ini kedepan, akan lebih tingkatkan lagi.
"Akan kami tingkatkan dengan lewat kerjasama yang lebih baik lagi antar
provinsi dan kabupaten," pungkas Gubernur. (humas-www.kepriprov.go.id.)
Berita
|
Dinas Perikanan Target Kembangkan Satu Juta Ekor
Ikan
|
Rabu, 18 April 2012, 14:42 WIB Dikirim oleh:wawan pada ( 84 kali dibaca
)
|
Jayapura,
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Jayapura
menargetkan pengembangan satu juta ekor ikan air tawar, kata Kepala DKP
kabupaten Ir, Frangklin Mananoma pada Sentani News, pekan kemarin. Menurut
dia, Kabupaten Jayapura terdiri dari empat wilayah pembangunan, yang
masing-masing daerah memilki karakteristik dan potensi alam yang berbeda.
Sama halnya dalam mata pencaharian. Masyarakat yang mendiami wilayah pembangunan
satu dan dua, memiliki pencaharian sebagai nelayan. Karena daerah itu, hampir
80 % terdiri dari wilayah perairan.
Sementara wilayah pembangunan tiga dan empat, dalam hal berburu
dan berkebun. Khusus diwilayah pembangunan satu dan dua, usaha yang digeluti
masyarakat rata-rata pada bidang perikanan atau budi daya ikan air tawar
karena adanya salah satu danau terbesar di Indonesia yakni Danau Sentani.
Pemerintah setempat terus berupaya memberikan perhatian serius
bagi masyarakat yang mendiami wilayah tersebut. Frangklin menjelaskan, pada
tahun 2012 ini, pihaknya memiliki sejumlah program unggulan, salah satunya
adalah pengembangan usaha budidaya perikanan danau.
“Untuk menjawab program tersebut, kami menyediakan benih ikan di
balai benih ikan Kampung Sereh Distrik Sentani. Bibit ikan ini kami siapkan
bagi semua lapisan masyarakat yang ingin berusaha budidaya ikan, khusus ikan
air tawar, “ katanya.
Benih ikan tersebut lanjut dia, selain disiapkan untuk memenuhi
kebutuhan di dalam daerah, juga bagi kebutuhan luar daerah Kabupaten
Jayapura. Benih ikan yang di siapkan untuk sementara ini hanya benih ikan
nila dan ikan mas.
Mananoma menjelaskan, target pembibitan ikan yang sedang di
kembangan dibalai benih ikan Kampung Sereh diperkirakan sebanyak satu juta
ekor dari empat puluh kolam yang telah di siapkan pihaknya. “Kami
predisksikan bahwa satu juta ekor ikan baik ikan nila maupun ikan mas yang
kami kembangkan ini mampu memenuhi kebutuhan, “ tegasnya.
Dilihat pesatnya perkembangan di Kota Sentani dan sekitarnya, serta
maraknya usaha-usaha warung makan, usaha budidaya ikan air tawar ini
sebenarnya mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi.
“Budidaya ikan air tawar yang di kembangkan masyarakat pada beberapa tahun terakhir ini, sebenarnya telah memberikan manfaat ekonomis yang sangat baik. Sebab itu, kami selaku instansi tekhnis sedang berupaya menyampaikan kepada masyarakat agar terus mengembangakan usaha budi daya air tawar ini,”pungkas Frangklin. (Yft/Ism/Sn)
[Sentani News]
|
www.republika.co.id/berita/
'SBY Harus Tegur Menteri Kelautan'
Kamis, 19 April 2012, 06:52 WIB
Antara/Arief Priyono
Nelayan mengangkat keranjang berisi ikan hasil tangkapan mereka.
(ilustrasi).
REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono harus menindaktegas Menteri Kelautan dan Perikanan dan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan selaku Ketua
Bakorkamla, karena mengabaikan pemerasan kepada nelayan.
88 Nelayan
dituding melanggar kewilayahan sehingga ditangkap aparat dinas kelautan dan
perikanan. Keluarga nelayan tidak diberitahukan secara resmi bahwa saudara
mereka ditangkap. Tidak ada juga kuasa hukum yang mendampingi 88 nelayan asal
Jawa Tengah tersebut.
Upaya
penyelidikan dan pemberian sanksi seberat-beratnya perlu diberikan kepada
oknum-oknum, baik dari pihak kelautan dan perikanan maupun Bakorkamla. Aparat
dari dua lembaga ini diduga melakukan pelanggaran admininistratif dan tindak
pidana pemerasan.
"Presiden
SBY perlu menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada 88 nelayan dan
keluarganya atas kesewenang-wenangan negara di laut", jelas Pelaksana
Tugas Sekjen Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), Abdul Halim, saat
dihubungi, Kamis (19/4).
Sejumlah 88
nelayan dan 6 kapal asal Jawa Tengah yang ditahan sejak Ahad kemarin, dibebaskan
dari status tahanan lepas di Pelabuhan Rakyat Kampung Baru, Balikpapan, Rabu
(18/04) dini hari. Sekitar pukul 08.00 WITA, mereka kembali melaut pulang ke
kampung halaman, yakni Rembang dan Juwana.
Redaktur: Hafidz Muftisany
Reporter: Erdy Nasrul
http://www.rmol.co/
Di Depan
Taruna, Alex Paparkan Alasan Maju dalam Pilkada Jakarta
Kamis, 19 April 2012 , 21:26:00 WIB
Laporan: Dede Zaki Mubarok
ALEX-NONO/IST
|
|
|
RMOL. Pasangan Calon
Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta Alex Noerdin-Nono Sampono bagi-bagi resep
jadi pemimpin sukses di hadapan para mahasiswa dan dosen Sekolah Tinggi
Perikanan (STP), Jakarta, Kamis (19/4).
STP merupakan sekolah yang dibawah kendali Kementerian Kelautan Dan Perikanan.
Rektor STP, DR Jojo Juarsa MM mengungkapkan, kehadiran Alex Noerdin di kampus pencetak tenaga ahli bidang perikanan sebagai kado ulang tahun STP ke 50. Untuk itu, kehadiran Alex dalam kuliah umum sangat penting bagi taruna-taruni STP, terutama bagaimana kiat dalam memajukan potensi daerah seperti yang dipaparkan Alex.
“Kuliah umum ini penting sebagai bekal para taruna untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di kampus ini ketika terjun ketengah masyarakat nanti,” kata Jojo.
STP merupakan sekolah yang dibawah kendali Kementerian Kelautan Dan Perikanan.
Rektor STP, DR Jojo Juarsa MM mengungkapkan, kehadiran Alex Noerdin di kampus pencetak tenaga ahli bidang perikanan sebagai kado ulang tahun STP ke 50. Untuk itu, kehadiran Alex dalam kuliah umum sangat penting bagi taruna-taruni STP, terutama bagaimana kiat dalam memajukan potensi daerah seperti yang dipaparkan Alex.
“Kuliah umum ini penting sebagai bekal para taruna untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di kampus ini ketika terjun ketengah masyarakat nanti,” kata Jojo.
Alex
hadir bersama Nono Sampono kompak mengenakan kemeja putih. Alex yang juga
Gubernur Sumatera Selatan ini memaparkan kondisi geografis Sumatera Selatan
yang 191 kali luas Jakarta yang terdiri dari 11 Kabupaten dan 4 kota, memiliki
potensi yang luar biasa baik potensi laut maupun sungai.
“Jadi potensi perikanan dan kelautan Sumsel luar biasa besarnya,” kata Alex dalam kuliah umumnya yang bertajuk Kiat-Kiat Kesuksesan Alex Noerdin Sebagai Pemimpin Dalam Menjalankan Strategi Program Pembangunan Daerah.
“Jadi potensi perikanan dan kelautan Sumsel luar biasa besarnya,” kata Alex dalam kuliah umumnya yang bertajuk Kiat-Kiat Kesuksesan Alex Noerdin Sebagai Pemimpin Dalam Menjalankan Strategi Program Pembangunan Daerah.
Alex
lantas memaparkan keberhasilan Sumsel sebagai pemasok beras nasional. Bahkan
Sumsel menjadi pemasok terbesar. Kemudian untuk perikanan, lanjut Alex, ada 900
hektare yang siap digarap, begitu juga untuk batubara, gas dan minyak bumi.
“Kita
sangat kaya, bahkan gas kita sudah diekspor ke Singapura,” kata Alex Noerdin.
Dalam kesempatan itu pula, Alex memberikan sumbangan kepada STP berupa 10 komputer dan 2 printer. Alex juga berjanji akan memberikan sebuah bus untuk kampus lantaran sudah tidak memiliki bus yang layak untuk kegiatan mahasiswanya.
Dalam kesempatan itu pula, Alex memberikan sumbangan kepada STP berupa 10 komputer dan 2 printer. Alex juga berjanji akan memberikan sebuah bus untuk kampus lantaran sudah tidak memiliki bus yang layak untuk kegiatan mahasiswanya.
”Insya
Allah akan saya berikan bantuan sebuah bus. Itu dikirim dari Sumsel, bagaimana
kalau nanti saya jadi di Jakarta, mungkin bisa lebih dekat dan tidak
menyebarang lautan,” canda Alex.
Alex juga
melontarkan alasannya maju bertarung DKI-1. “Saudara saudara lihat wajah suram
Jakarta . Banjir, macet, sampah dan beragam masalah sosiallainnya. Bayangkan,
sungai Ciliwung yang berada di tengah kota , kumuh dan penuh sampah. Anehnya,
Jakarta dapat Adipura, padahal kondisinya seperti itu,” sindir Alex.
Alex tidak
hanya memberikan resep sukss jadi kepala daerah, tapi juga resep sukses sebagai
kepala keluarga. Alex mengatakan, sebagai pemimpin dalam rumah tangga, ia
memberikan yang terbaik untuk keluarga, termasuk pendicikan bagi anak-anaknya.
”Dody
Reza Alex kini menjadi anggota DPR RI, saya selalu mendapat dukungan dari
keluarga sehingga saya bisa sukses dalam karier dan keluarga,” tandas Alex.
Nono
Sampono yang diminta Alex untuk memberikan sambutan juga mengatakan, dirinya
dan Alex punya konsep yang jelas untuk membangun Jakarta.
”Saya dan
Alex punya konsep agar Jakarta menjadi kota pelabuhan. Untuk itu, pengembangan
potensi perikanan yang cukup besar di Jakarta harus dikembangkan dan kita punya
komitmen untuk itu,” kata Nono Sampono. [arp]
http://www.rmol.co/
Demokrat
Desak Menteri Sharif Realisasikan Program Pro Rakyat
Selasa, 24 April 2012 , 17:13:00 WIB
Laporan: Zulhidayat Siregar
HERMAN KHAERON/IST
|
|
|
RMOL. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yang saat ini dipimpin
politisi Golkar Sharif Cicip Sutardjo, segera merealisasikan program-program
pro-rakyat guna percepatan kemandirian rakyat.
Desakan itu disampaikan
Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khaeron dalam acara Panen Raya di Desa
Ujungsemi, Kaliwedi, Cirebon, (Selas, 24/4).
"Saya minta agar KKP
lebih proaktif merealisasikan program-program pro-rakyat gar segera hadir di
tengah masyarakat. Jika sampai terlambat, akan berdampak kemandirian rakyat
menjadi terhambat serta serapan APBN juga terhambat," katanya.
Ketua Departemen Pertanian
DPP Partai Demokrat ini menjelaskan, program-program pro-rakyat dari KKP antara
lain, program Pengembangan Usaha Mina Desa (PUMP), Kebun Benin Rakyat (KBR),
serta Penanaman Bibit Pohon Bakau di tepi sekitar lokasi tambak dan di tepi
pantai.
Sementara itu, Perwakilan
dari Direktur pada Ditjen Perikanan Budidaya KKP, Fatma, menjelaskan, KKP
memiliki sejumlah program untuk para petani petambak ikan maupun udang.
Program tersebut meliputi
penanaman bibit pohon bakau yakni sebanyak 75.000 bibit pohon untuk setiap kabupaten.
"Penanaman pohon bakau atau mangrove ini bermanfaat untuk memberikan
perlindungan kepada ikan dan udang sekaligus menyerap polusi air sehingga air
tambak menjadi lebih bersih," katanya.
Program lainnya, kata dia,
adalah bantuan modal untuk pembudidayaan perikanan darat yakni sebesar Rp2
miliar per kabupatan atau sekitar Rp65 juta per desa yang mendapat prioritas.
Ia menambahkan, KKP juga memiliki program bantuan Kebun Bibit Raya (KBR) untuk
para petani tambak di desa-desa yang mendapat prioritas.
"Desa-desa yang ingin
mendapat bantuan, program agar segara mengusulkannya melalui Dinas Kelautan dan
Perikanan setempat," jelasnya. [zul]
http://www.suarapembaruan.com/
BPPI Semarang Kembangkan BBG
untuk Kapal Nelayan
Sabtu, 28 April 2012 | 9:23
Sabtu, 28 April 2012 | 9:23
Ini
contoh pemakaian BBG untuk perahu nelayan. [Google]
[SEMARANG] Mengantisipasi naiknya harga bahan bakar minyak (BBM), Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) Semarang, Jawa Tengah, mengembangkan bahan bakar gas (BBG) untuk kapal penangkapan ikan.
Penggunaan
BBG tersebut bisa menghemat 36 persen sampai 62 persen.
BBPPI
Semarang telah menguji coba pengunaan Compressed Natural Gas (CNG) dan
Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Untuk
CNG, bisa menghemat sampai 62 persen. Menurut Kepala BBPI Bustami Mahyuddin di
Semarang, Jumat (27/4), saat ini sudah dipasang pada kapal penangkapan
ikan nelayan di Pasuruan sebanyak 245 tabung dengan CNG.
Apabila
menggunakan CNG, peghematan operasional bisa mencapai Rp 26.000 atau 37 persen
per hari. Kendalanya, CNG sulit didapat di banyak tempat, karena belum ada
stasiun pengisiannya.
Sementara itu, untuk LPG penghematannya bisa sampai 45 persen , sehingga dalam sehari nelayan bisa menghemat Rp 9.000.
Sementara itu, untuk LPG penghematannya bisa sampai 45 persen , sehingga dalam sehari nelayan bisa menghemat Rp 9.000.
Apresiasi
Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Heriyanto Marwoto mengapresiasi inovasi dan perekayasaan BBPPI Semarang tersebut, karena selain efisien, juga ramah lingkungan.
Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Heriyanto Marwoto mengapresiasi inovasi dan perekayasaan BBPPI Semarang tersebut, karena selain efisien, juga ramah lingkungan.
Program
ini telah diujicoba pula di Jepara khusus BBG dengan LPG. Selanjutnya akan
diusulkan agar ada kebijakan bagi nelayan secara nasional. Bahkan, menurut
Marwoto hasil temuan konventer kit UGM untul mobil bisa dipertimbangkan untuk
kapal nelayan.
"Kalau
bagus kita akan manfaatkan karya tabung karya UGM itu,” ujar Marwoto.
Diakui
BBM memang masih masalah bagi nelayan. Premiun digunakan nelayan dengan perahu
tempel yang PK-nya kecil dan populasinya dominan. SPN 268 41 di
antaranya tidak operasional sementara pelabuhan perikanan 816 masih kuran 350
SPBN.
Memang
masalah BBM sangat krusial bagi nelayan. Dari segi harga tidak ada masalah,
cuma masalah kelangkaan sehingga nelayan terpaksa membeli dari pihak lain
dengan harga Rp 6.500 sampai Rp 7.000.
Kalau
mau naik, samapai Rp 6.000 tidak ada masalah, tetapi lebih penting adalah
ketersediaan BBM. KKP berusaha agar ketentuan BBM nelayan terpenuhi dengan cara
baik.
Selama
ini, nelayan membelinya dengan jerigen sehingga rawan. Nelayan secara sah dapat
secara sah membeli BBM di SPBU sekitarnya.
Selama
ini sudah dilaksanakan di Serang, Manado dan Bitung dengan menggunkan kartu
yang diketahui SPBU dan aparat kepolisian.
Kalau
itu jalan ada pola subsisdi penggunaan BBM yang oleh nelayan dengan barcode
atau smart card, namanya kartu kapal yang akan dikeluarkan oleh KKP.
BBPPI
Semarang telah dan sedang meakukan inovasi perekayasaan teknologi tepat guna
untuk keperluan nelayan menangkap ikan.
Terdapat
70 inovasi, di antaranya pembuatan rumah atau apartemen ikan dari plastik
polyprophelyn yang merupakan bahan daur ulang. [142/M-15]
Sabtu, 29 September 2012 | 10:08
WIB
PERIKANAN
Akses Modal Lemah, Nelayan Sulit Bangkit
Rabu, 11 April 2012 | 04:51 WIB
Jakarta, Kompas -
Dukungan permodalan yang masih lemah terhadap sektor kelautan dan perikanan
menghambat nelayan untuk bangkit dari keterpurukan. Program pembiayaan bagi
usaha kecil menengah berupa kredit usaha rakyat serta kredit ketahanan pangan
dan energi hingga kini masih sulit dijangkau oleh nelayan.
Demikian hasil wawancara Kompas
dengan nelayan di Jawa Barat dan Jawa Tengah selama sepekan terakhir. Program
bantuan kredit usaha rakyat (KUR) yang tanpa agunan sulit diakses oleh nelayan
di sentra-sentra produksi ikan.
Kastari, Ketua Kelompok Nelayan Anggota Koperasi Unit Desa Karya
Mina Kota Tegal, mengaku pernah mengajukan pinjaman KUR ke salah satu bank BUMN
di Kota Tegal. Akan tetapi, pihak bank tetap mensyaratkan agunan berupa
sertifikat tanah dan buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB).
”Mereka bilang, kalau mau tanpa jaminan, silakan ke bank di
Jakarta saja. Bank di sini tidak bisa melayani KUR tanpa agunan,” kata Kastari
menirukan alasan penolakan pihak bank.
Nelayan kecil yang memiliki kapal berbobot mati di bawah 3 ton itu sudah mengajukan kapal
tersebut untuk dijadikan sebagai agunan, tetapi ditolak oleh bank.
Deputi Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian
Koperasi dan UKM Choirul Djamhari mengatakan, memang tidak semua bank
menyalurkan kredit, termasuk KUR. Hal itu bukan karena perbankan enggan
menyalurkan kredit.
”Penyebabnya adalah hierarki perbankan. Bank Rakyat Indonesia,
misalnya. Secara hierarki, ada bank yang mengklasifikasikan menjadi kantor kas,
kantor cabang, kantor cabang pembantu, dan kantor unit, serta gerai,” ujar
Choirul.
Selain perbankan pelaksana KUR, pemerintah selama setahun juga
melibatkan bank pembangunan daerah (BPD). Sebanyak 26 BPD dilibatkan guna
mengucurkan KUR untuk mendongkrak target pemerintah dalam menyalurkan KUR
sebesar Rp 20 triliun.
”Sayangnya, tak semua BPD berada di dekat daerah perkampungan
nelayan,” ujar Choirul.
Tidak
penuhi syarat
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengungkapkan,
dana KUR yang tersedia di 11 bank pelaksana hingga kini masih rendah terserap
untuk kegiatan sektor kelautan dan perikanan.
Pola pembiayaan melalui akses perbankan dilaksanakan melalui
program KUR serta kredit ketahanan pangan dan energi (KKPE) bagi usaha kecil sektor
kelautan dan perikanan.
Angka serapan tersebut rendah karena usaha perikanan dinilai
tidak memenuhi syarat perbankan. Persyaratan itu di antaranya jaminan tambahan
berupa agunan yang sulit untuk dipenuhi serta persyaratan administrasi dan
prosedur pengajuan usulan pembiayaan yang rumit dan birokratis.
Vice President Retail Business Division PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Edy Awaludin menjelaskan, permasalahan utama dalam kredit perbankan
bagi sektor perikanan, antara lain, asuransi yang mampu menutup risiko. Saat
ini, yang ditutup oleh asuransi adalah untuk kapal berbobot mati 30 ton atau
lebih dengan bahan nonkayu.
”Untuk nelayan dengan kapal kecil, sekitar 5 ton, tidak bisa
ditutup asuransi,” kata Edy.
Solusi yang digunakan BNI, antara lain, menerapkan sistem inti
plasma bagi nelayan yang akan mengajukan kredit. Keberadaan bapak angkat bagi
nelayan akan memudahkan bank mengucurkan kredit bagi nelayan.
”Bapak angkat ini juga bisa berupa koperasi nelayan,” ujar Edy.
Berdasarkan data Bank Indonesia, kredit UMKM untuk sektor
perikanan per Januari 2012 sebesar Rp 2,531 triliun. Kredit sektor perikanan
dari bank perkreditan rakyat Rp 73 miliar.
Pada Oktober 2011, Gubernur BI Darmin Nasution serta Menteri
Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo menegaskan kesepakatan bersama
mengenai kapal nelayan berukuran 20 meter kubik atau berbobot mati 5 ton yang
bisa dijadikan agunan. Hal ini memudahkan pembiayaan nelayan.
(idr/lkt/gre/who/nit/mhf/eki)
Editor :
Usaha Perikanan Mampu Buka Lapangan Kerja
TRIBUN KALTENG - SELASA, 17 APRIL
2012 | 18:56 WIB
BANJARMASINPOST.CO.ID, PULANG PISAU - Usaha bidang perikanan di Kabupaten
Kapuas, Kalimantan Tengah mampu membuka lapangan kerja dan menambah penghasilan
masyarakat, kata Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Firman Soebagyo.
"Saya melihat usaha itu bisa membuka peluang kerja dan
menambah penghasilan masyarakat daerah ini," katanya seperti dikutip
Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Kapuas di Kuala
Kapuas, Selasa (17/4/2012).
Untuk itu dia berjanji akan membantu memperjuangkan anggaran dari
pemerintah pusat bagi pengembangan perikanan khususnya kawasan minapolitan di
Kabupaten Kapuas, katanya saat melakukan kunjungan kerja ke daerah tersebut.
Anggota DPR RI yang ikutserta dalam rombongan itu antara lain
Siswono Yudohusodo (Golkar), Ibdu Multazam (PKB), Djoko Udjianto (Demokrat),
Hardisoesilo (Golkar), Bahruddin Syrakawie (PDIP), Tamsil Linrung (PKS), Yoga
Mulyadi (PAN), Ropi Munawar (PKS), Syaifulah Tamliha (PPP) dan Abdul Wahid
(Gerindra).
Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Selamet Subiyakto dan Kadis Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalteng, Ir
Darmawan ikut mendampingi rombongan komisi IV DPR RI tersebut.
Rombongan komisi yang membidangi pertanian, kehutanan, kelautan
dan Bulog ini menyempatkan diri melihat secara langsung proses pembuatan pakan
ikan yang diolah oleh warga setempat.
Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan "Jaya Raya" Yusi
Arifin menjelaskan pengolahan pakan ikan ini sangat membantu dalam proses
pengembangan ikan.
Pakan olahan sendiri yang terdiri dari bahan dedak, ikan kering
dan sagu dapat menghemat pengeluaran karena jika beli pakan ikan dipasaran
perkilogram sekitar Rp8 ribu, sedangkan olahan sendiri hanya menghabiskan
anggaran Rp4.500/kilogram.
Bupati Muhammad Mawardi mengatakan, potensi perikanan dan
kelautan di Kabupaten Kapuas terbagi dua, yakni potensi perikanan perairan
tangkap yang meliputi penangkapan ikan perairan laut dan perairan umum, di
samping ikan budidaya.
Potensi perikanan budidaya yang meliputi empat jenis kegiatan
usaha, yakni budidaya tambak dan kolam, budidaya laut, budidaya keramba/jaring
apung dan budidaya mina padi.
"Kementerian Kelautan dan Perikanan ikut meningkatkan
produksi perikanan budidaya 353 persen pada 2014. Kabupaten Kapuas telah
menetapkan lima kawasan budidaya dan dua di antaranya minapolitan, yakni di
Kecamatan Basarang dan Kapuas Kuala," katanya.
EDITOR : DENY
SUMBER : ANTARA
Kamis 19 April 2012 - 13:06:56
bunghatta.ac.id - Ketua Program Studi Pascasarjana Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir,Perairan dan Kelautan (PSP2K) Universitas Bung Hatta Dr.
Ir.Junaidi,MS mengatakan, selain persoalan infrastruktur, industri perikanan di
Indonesia sangat sulit untuk berkembang karena masih tingginya suku bunga
kredit perbankan.
Tingginya suku bunga tersebut berdampak pada bisnis perikanan yang tidak efisien sehingga sulit bersaing dengan negara-negara lain, dan pemahaman pihak bank terhadap sektor industri kelautan dan perikanan yang masih kurang menjadi salah satu penyebab minimnya kucuran pinjaman modal untuk pengembangan di sektor perikanan laut, hal itu disampaikannya di ruangan kerjanya Kampus Pascasarjana UBH, Kamis,(19/4).
Menurut dia, bunga kredit perbankan yang tinggi itu mengakibatkan hanya sedikit nelayan dan pelaku usaha perikanan skala kecil dan menengah mendapatkan kredit perbankan. Sekalipun saat ini banyak program pemerintah dan subsidi bunga pinjaman untuk pelaku usaha kecil, termasuk nelayan, tetapi rata-rata masih tinggi dan memberatkan nelayan.
Tingginya suku bunga tersebut berdampak pada bisnis perikanan yang tidak efisien sehingga sulit bersaing dengan negara-negara lain, dan pemahaman pihak bank terhadap sektor industri kelautan dan perikanan yang masih kurang menjadi salah satu penyebab minimnya kucuran pinjaman modal untuk pengembangan di sektor perikanan laut, hal itu disampaikannya di ruangan kerjanya Kampus Pascasarjana UBH, Kamis,(19/4).
Menurut dia, bunga kredit perbankan yang tinggi itu mengakibatkan hanya sedikit nelayan dan pelaku usaha perikanan skala kecil dan menengah mendapatkan kredit perbankan. Sekalipun saat ini banyak program pemerintah dan subsidi bunga pinjaman untuk pelaku usaha kecil, termasuk nelayan, tetapi rata-rata masih tinggi dan memberatkan nelayan.
“Ada program pemerintah dan subsidi, atau juga pinjaman bunga rendah
seperti melalui Kredit Usaha Rakyat, tetapi penyerapan masih sangat rendah.
Para nelayan pun masih sangat sedikit yang bisa mendapatkan akses pinjaman
tersebut.†ujar Junaidi
Menurutnya lagi, banyak faktor yang menyebabkan rendahnya penyerapan kucuran kredit dari sektor kelautan dan perikanan. Dilihat dari aspek pembiayaan usaha, dari sudut analisis perbankan, bank menilai kredibilitas usahan dibidang ini sangat rendah. Kalaupun bisa, prosedur pengajuan pinjaman sangat rumit. Bank pun kerap meminta jaminan tambahan (agunan) yang menyulitkan.
"Sektor kelautan dan perikanan sulit memenuhi agunan yang
dipersyaratkan bank, karena aset berharga yang dimiliki pengusaha perikanan
hanya berupa kapal yang belum bisa diterima sebagai agunanâ€, ujar Junaidi.
Menurut dia, perlu upaya keras dalam meningkatkan kegiatan bisnis
perikanan sehingga bisa memberikan kontribusi pada perekonomian nasional dan
masih banyak peluang untuk mendorong industri perikanan, seperti ketersediaan
bahan baku, infrastruktur, dan kondisi iklim.
Junaidi menilai jika bisnis dan industri perikanan berkembang, akan
banyak membuka lapangan kerja, efek domino kelautan dan perikanan, serta nilai
tambah bagi semua bidang terkait.
“Jika semua tantangan itu dapat diatasi, tetapi kalau suku bunga tetap
tinggi, bisnis indusri perikanan masih akan sulit berkembangâ€, ujar Junaidi
mengakhiri.
http://www.dislautkanpati.com/
Indonesia Raih Dana Hibah Kelautan 23 Juta Dolar AS
KKP News || Indonesia mendapat bantuan
dana hibah dari Pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui lembaga milik AS yang
bergerak di bidang pembangunan internasional, (USAID) senilai total 23 juta
dolar AS.
“Bantuan itu ditujukan dalam
rangka mempererat kerjasama bilateral antar kedua negara dan penguatan konsep
industrialisasi perikanan dan pengembangan kawasan konservasi di Indonesia,”
jelas Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Sutardjo, di Kantor KKP Kamis
(19/4).
Dana hibah itu diberikan dalam
jangka waktu empat tahun yang terdiri atas proyek kawasan konservasi sebesar 6
juta dolar AS dan penguatan industrialisasi perikanan sebesar 17 juta dolar AS.
Dikatakannya, bantuan hibah
konservasi sebesar 6 juta dolar ditujukan untuk pengembangan kawasan
konservasi, bantuan teknis penanganan tindak pidanaIUU (Illegal, Unreported,
Unregulated Fishing / Penangkapan Ikan yang Melanggar Hukum), serta pelestarian
terumbu karang dalam CTI (Coral Triangle Initiative/Inisiatif Segitiga Terumbu
Karang).
CTI merupakan bentuk kerja sama
pelestarian kawasan perairan yang dipenuhi terumbu karang antara enam negara
yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Timor
Leste. “CTI merupakan hal yang menarik bagi dunia internasional, dalam membantu
melestarikan kekayaan laut kita,” imbuhnya.
Lebih lanjut ia menambahkan, dana
hibah sebesar 17 juta dolar AS ditujukan untuk penguatan kelembagaan serta
industrialisasi perikanan baik di sektor budidaya maupun tangkap. Terkait
penanggulangan IIU fishing, KKP mendapat bantuan teknik kelembagaan dengan
pendekatan kelembagaan tunggal dari American coast guard.
Sementara itu, Duta Besar AS
untuk Indonesia, Scot Marciel, mengatakan,kekayaan laut Indonesia tiada
tandingannya di seluruh dunia. “Kelautan Indonesia sangat penting secara global
karena bila Indonesia bisa meningkatkan produksi maka Indonesia bisa
meningkatkan ketahanan pangan dunia,” imbuh Scot. Karena itu, lanjutnya,
berbagai bantuan yang disalurkan antara lain melalui lembaga USAID agar
Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan produksi perikanan sekaligus
mempertahankan kelestarian lingkungan perairan.
Ia mengatakan, Pemerintah AS dan
Perusahaan swasta asal AS mendukung penuh atas upaya-upaya pemerintah
Indonesia. “Ada beberapa perusahaan-perusahaan swasta dari AS yang bergerak
dalam industri pengolahan di Indonesia,” jelas Scot.
Berdasarkan data dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan, nilai ekspor produk perikanan dari Indonesia ke AS pada
tahun 2011 adalah sebesar 1,07 miliar dolar AS atau meningkat sebesar 23 persen
dari nilai ekspor tahun 2010 yang sebesar 870 juta dolar AS.
Sementara itu, KKP menargetkan
pada 2012 nilai ekspor produk perikanan ke AS meningkat sebesar 1,2 miliar
dolar AS atau 20 persen. Sedangkan impor produk perikanan dari AS yang masuk ke
Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar 58 juta dolar AS.
Sumber: kkp.go.id
(DIGITAL EDITION)
KORAN JAKARTA
Sektor Riil
Sabtu, 28 April 2012 |
00:24:35 WIB
Sektor Kelautan
Kapal
Nelayan Siap Gunakan Elpiji
ANTARA
JAKARTA -
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyiapkan uji coba konversi premium
ke elpiji untuk kapal nelayan dengan kapasitas di bawah 15 PK (tenaga kuda).
Konversi diproyeksikan menghemat biaya operasional yang dikeluarkan nelayan
sebesar 51 persen.
"Kita
sudah uji coba konversi premium ke elpiji untuk bahan bakar kapal nelayan di
bawah 15 PK di Jepara, Jawa Tengah. Penghematan operasional nelayan dengan
menggunakan elpiji sebesar 51 persen dibandingkan menggunakan premium karena
mayoritas kapal nelayan dengan motor tempel kecil itu masih mengonsumsi
premium," kata Dirjen Perikanan Tangkap KKP, Heriyanto Marwoto, di
Jakarta, Jumat (27/4).
Heriyanto menyebut konversi BBM ke elpiji untuk kapal nelayan ukuran kecil antara 6,5 hingga 15 PK tersebut akan diusulkan ke Menko Perekomian pekan depan.
Heriyanto menyebut konversi BBM ke elpiji untuk kapal nelayan ukuran kecil antara 6,5 hingga 15 PK tersebut akan diusulkan ke Menko Perekomian pekan depan.
Dari
hasil uji coba, penghematan yang diperoleh nelayan rata-rata 51 persen. Jika
menggunakan premium kapal motor tempel dengan ukuran 6,5 PK rata-rata
mengonsumsi premium setara 20 ribu per hari, dengan mengonsumsi elpiji, nelayan
hanya membutuhkan biaya 10 ribu rupiah dengan menggunakan elpiji ukuran 3
kilogram.
Menurut Heriyanto, setiap kapal ukuran 6,5 PK yang diuji coba yang menggunakan elpiji ukuran 3 kilogram rata-rata mampu melaut dengan lama waktu hingga delapan jam. Dalam usulan nanti, kata Heriyanto, pihaknya juga mengusulkan pemberian converter kit untuk kapal nelayan dalam satu paket.
Menurut Heriyanto, setiap kapal ukuran 6,5 PK yang diuji coba yang menggunakan elpiji ukuran 3 kilogram rata-rata mampu melaut dengan lama waktu hingga delapan jam. Dalam usulan nanti, kata Heriyanto, pihaknya juga mengusulkan pemberian converter kit untuk kapal nelayan dalam satu paket.
Berdasarkan
hasil uji coba tersebut, rata-rata converter kit yang beredar di pasaran saat
ini berukuran 2.500 cc, padahal untuk penghematan, Ditjen Perikanan Tangkap
mengupayakan menemukan converter kit berkapasitas 500 cc agar lebih efisien.
"Jadi,
yang kita temukan di pasaran dan kita pakai untuk uji coba itu converter kit
berukuran 500 cc dan produk dari Turki," ujar dia.
Lebih
lanjut, Heriyanto menyebut uji coba konversi premium ke elpiji untuk kapal
nelayan akan diperluas di Cilacap dan Cirebon yang masih banyak ditemukan kapal
berukuran kecil. Terkait ketersediaan pasokan elpiji untuk kapal nelayan nanti,
KKP berencana melakukan koordinasi dengan BPH Migas.
"Dengan konversi ini, kebutuhan elpiji untuk kapal ikan akan meningkat. Karena elpiji selama ini ukuran 3 kilogram untuk rumah tangga, kita koordinasi agar bisa mengonsumsi itu," imbuh dia.
Dihubungi terpisah, Kepala Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI), Bustami Mahyuddin, mengatakan pihaknya sudah melakukan uji coba konversi dari premium ke solar di Jepara. Dari hasil uji coba itu, pengeluaran nelayan bisa dihemat.
"Dengan konversi ini, kebutuhan elpiji untuk kapal ikan akan meningkat. Karena elpiji selama ini ukuran 3 kilogram untuk rumah tangga, kita koordinasi agar bisa mengonsumsi itu," imbuh dia.
Dihubungi terpisah, Kepala Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI), Bustami Mahyuddin, mengatakan pihaknya sudah melakukan uji coba konversi dari premium ke solar di Jepara. Dari hasil uji coba itu, pengeluaran nelayan bisa dihemat.
"Kalau
menggunakan premium atau solar, kita dihadapkan pada persoalan ketersediaan
pasokan, sedangkan jika menggunakan elpiji pasokannya ada di mana-mana. Jadi
memudahkan nelayan," ujar dia.
Bustami menyebut terkait penyediaan converter kit, diperlukan tambahan pengeluaran 2,5 juta rupiah. Pengeluaran tersebut akan kembali dalam waktu delapan bulan (BEP).
Sementara
itu terkiat dengan pasokan solar, Heriyanto Marwoto mengaku saat ini dari total
816 pelabuhan perikanan hanya tersedia 264 stasiun pengisian solar nelayan
(SPDN), jadi masih banyak kekurangan. Akibat kondisi tersebut
nelayan sering kekurangan pasokan solar untuk melaut. () aan/E-6
www.republika.co.id/berita/
'Hiu Macan' Sergap Nelayan Vietnam
Senin, 30 April 2012, 07:00 WIB
rimanews
Ilustrasi:
Nelayan
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kapal Pengawas Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) Hiu Macan 01 kembali berhasil menangkap sembilan unit kapal
berbendera Vietnam saat melakukan kegiatan penangkapan ikan secara ilegal di
kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia tepatnya di perairan Natuna,
akhir pekan ini.
"Kapal berbendera Vietnam itu ditangkap karena melakukan
kegiatan ilegal," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo
dalam siaran persnya disampaikan Kapusdatin KKP Indra Sakti dan diterima ANTARA
di Padang, Minggu.
Kapal pengawas Hiu Macan 01 saat itu sedang melakukan patroli rutin menyisir di perairan yang diduga sering menjadi ajang kegiatan pencurian ikan oleh nelayan asing.
Saat patroli, awak Hiu Macan mendapati kapal-kapal ikan asing
melakukan aktivitas yang mencurigakan. Diduga kesembilan unit kapal berbendera
Vietnam tersebut melakukan penangkapan ikan di wilayah pengelolaan perikanan
(WPP) RI tanpa dilengkapi dokumen sah.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Dirjen PSDKP) Syahrin Abdurrahman menegaskan akan memproses anak buah kapal (ABK) yang berhasil ditangkap dan mendeportasinya.
Langkah ini dilakukan berdasarkan tiga alasan, yaitu faktor
kemanusiaan, meminimalkan biaya sosial dan biaya ekonomi, dan menimbulkan efek
jera bagi para pelaku.
"Kementerian ini sendiri terus mengupayakan pengamanan
maksimal atas sumberdaya ikan di perairan Natuna," katanya.
Untuk melakukan pengawasan di perairan Indonesia dari ancaman pencurian ikan yang dilakukan pihak asing, KKP terus meningkatkan patroli dan menerapkan sanksi yang berat terhadap pelaku dengan menyita barang bukti yang digunakan.
"Kita memang harus tegas dan serius dalam menegakkan hukum,
terlebih dalam hal pencurian ikan atau ilegal fishing," jelas Syahrin.
Ditjen PSDKP KKP tahun ini saja telah memeriksa 1.150 kapal,
menangkap 39 unit kapal terdiri atas 11 kapal berbendera Indonesia dan 28 kapal
berbendera asing.
Untuk menekan maraknya pencurian ikan secara ilegal, KKP turut
mengajak peran aktif masyarakat dalam pengawasan sumber daya kelautan dan
perikanan
Redaktur: Hazliansyah
Sumber: Antara
http://www.rmol.co/
Hiu Macan Sergap Sembilan Kapal
Vietnam
Minggu, 29 April 2012 , 14:06:00 WIB
Laporan: Oddy Karamoy
ILUSTRASI/IST
|
|
|
RMOL. Kapal Pengawas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Hiu
Macan 01, kembali berhasil menangkap sembilan kapal berbendera Vietnam saat
melakukan kegiatan penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing) di
kawasan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) Perairan Natuna akhir pekan
ini.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo pun mengapresiasi kinerja pegawainya di lapangan yang berhasil menangkap sembilan kapal Vietnam ilegal.
"Kehadiran kapal ikan ilegal dari negara tetangga ini merugikan nelayan kita disamping mengancam kelangsungan SDI," kata Syarif (Minggu, 29/4).
Kapal pengawas HIU Macan 01 yang sedang melakukan patroli rutin, menyisir di perairan yang disinyalir sering dilakukan kegiatan pencurian ikan oleh nelayan asing. Saat patroli itu, awak Hiu Macan mendapati kapal-kapal ikan asing melakukan aktivitas yang mencurigakan. Diduga kesembilan KIA berbendera Vietnam tersebut melakukan penangkapan ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) RI tanpa dilengkapi dokumen sah.
Kegiatan pemberantasan illegal fishing dan destructive fishing yang terus gencar dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen PSDKP) KKP RI pada tahun 2012 telah memeriksa 1150 kapal, dan menangkap 39 (tiga puluh sembilan) kapal, terdiri dari 11 (sebelas) kapal berbendera Indonesia dan 28 (dua puluh delapan) kapal berbendera asing. [ysa]
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo pun mengapresiasi kinerja pegawainya di lapangan yang berhasil menangkap sembilan kapal Vietnam ilegal.
"Kehadiran kapal ikan ilegal dari negara tetangga ini merugikan nelayan kita disamping mengancam kelangsungan SDI," kata Syarif (Minggu, 29/4).
Kapal pengawas HIU Macan 01 yang sedang melakukan patroli rutin, menyisir di perairan yang disinyalir sering dilakukan kegiatan pencurian ikan oleh nelayan asing. Saat patroli itu, awak Hiu Macan mendapati kapal-kapal ikan asing melakukan aktivitas yang mencurigakan. Diduga kesembilan KIA berbendera Vietnam tersebut melakukan penangkapan ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) RI tanpa dilengkapi dokumen sah.
Kegiatan pemberantasan illegal fishing dan destructive fishing yang terus gencar dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen PSDKP) KKP RI pada tahun 2012 telah memeriksa 1150 kapal, dan menangkap 39 (tiga puluh sembilan) kapal, terdiri dari 11 (sebelas) kapal berbendera Indonesia dan 28 (dua puluh delapan) kapal berbendera asing. [ysa]
1 comment:
Halo, nama saya Mia Mulyadi. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial, dan putus asa, saya telah scammed oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai seorang teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800.000.000 (800 JUTA ) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dengan tingkat bunga hanya 2%. Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah i diterapkan untuk dikirim langsung ke rekening saya tanpa penundaan. Karena aku berjanji padanya bahwa aku akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman dalam bentuk apapun, silahkan hubungi dia melalui emailnya: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya ladymia383@gmail.com.
Sekarang, semua yang saya lakukan adalah mencoba untuk bertemu dengan pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening bulanan.
Post a Comment