http://www.walhi.or.id/
Ikan Indonesia Terus Dicuri
SENIN,
04 JUNI 2012 00:00
JAKARTA- Pencurian ikan yang
melibatkan nelayan asing terus terjadi di wilayah perairan Indonesia. Selain
karena lemahnya pengawasan instansi terkait, hal itu tak lepas dari kian
agresifnya nelayan asing menjelajahi perairan Indonesia dengan dukungan kapal
dan alat tangkap memadai.
Bahkan, belakangan, pencurian ikan melebar ke tindak
penyelundupan. Modusnya, hasil tangkapan nelayan asing tersebut diselundupkan
kembali ke wilayah RI, seperti yang marak terjadi di Kalimantan Barat.
Keterangan yang dihimpun dari Kementerian Kelautan dan Perikanan,
serta para pemangku kepentingan, Sabtu-Minggu (2-3/6), menunjukkan, kerugian
akibat penjarahan oleh nelayan asing mencapai Rp 30 triliun per tahun.
Penjarahan terutama terjadi di Laut China Selatan, Arafuru, Laut
Sulawesi, serta perairan lain yang terhubung langsung ke negara tetangga.Kepala
Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Medan Mukhtar
mengungkapkan, selama tahun 2011 terdapat 13 kapal asing yang ditangkap aparat
di perairan Selat Malaka. Tahun 2012, sejak Januari hingga Mei saja, telah
ditangkap 7 kapal nelayan asing.
Salah satunya adalah kapal motor PKFA 8096 yang dinakhodai Soe Min
Lat, berkebangsaan Myanmar. Kapal berbendera Malaysia ini ditangkap Rabu lalu
di Selat Malaka.Selama ini, sanksi terhadap nelayan asing tersebut berupa
penyitaan kapal. Nakhodanya dipenjara sesuai dengan putusan pengadilan antara 3
bulan dan 1 tahun.
Sanksi ini tidak membuat jera nelayan asing. ”Buktinya, masih
terus terjadi penangkapan ikan ilegal di perairan Indonesia,” ujar Mukhtar.
Namun, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Medan
Zulfahri Siagian menilai, nelayan asing tidak jera antara lain karena kapal
hasil sitaan dijual murah. Kapal sitaan berukuran 60-70 gros ton (GT) hanya
dilelang seharga maksimal Rp 70 juta. Padahal, harga normalnya mencapai Rp 700
juta per kapal.
Zulfahri menambahkan, kerugian Indonesia semakin besar lantaran
ada pihak-pihak tertentu yang diduga bekerja untuk nelayan asing. Dia
mencontohkan, kapal-kapal yang disita dan dilelang tidak kelihatan lagi di
Indonesia.
Sebab, lanjut Zulfahri, oknum yang ikut dalam lelang kapal
tersebut diduga mengirim kembali kapal itu ke negara asal setelah membelinya
dengan harga murah. Padahal, kapal-kapal tersebut mestinya digunakan untuk
nelayan Indonesia.
Mukhtar juga mengakui, Pemerintah Indonesia kerap direpotkan oleh
para anak buah kapal asing itu. Saat ini, pascaproses hukum kapal-kapal asing
itu, terdapat 46 anak buah kapal yang masih dalam penahanan. PSDKP kesulitan
dana untuk memulangkan ke negaranya atau menanggung kebutuhan hidup mereka.
Kini para anak buah kapal itu menetap di kapal masing-masing di bawah pengawasan
petugas PSDKP.
Penyelundupan
Selat Karimata dan perairan Kalimantan Barat merupakan beberapa
kawasan yang rawan pencurian oleh nelayan asing. Perairan ini bersentuhan
dengan perbatasan Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Semula, ikan-ikan curian
dari Kalbar itu hampir semuanya diangkut ke negara asing. Namun, Stasiun
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Pontianak, Kalbar, menemukan
fakta baru bahwa ikan-ikan curian dari Kalbar itu kini tidak seluruhnya dibawa
pulang oleh nelayan asing.
”Sebagian ikan curian justru disimpan di cold storage atau diolah
di Kuching, Negara Bagian Sarawak. Saat Kalbar kekuarangan ikan, ikan curian
itu akan diselundupkan lewat Kalbar,” ujar Kepala Stasiun PSDKP Pontianak
Bambang Nugroho.
Bambang menyaksikan sendiri kapal-kapal Vietnam bersandar di
Pelabuhan Kuching dan menurunkan muatan ikan hasil curian dari Kalbar. ”Modus
pencurian terus berkembang. Kini banyak kapal Vietnam yang mendapat izin dari
Malaysia, tetapi menangkap ikan di wilayah RI,” katanya.
Asumsi Bambang terbukti saat penangkapan mobil boks pengangkut
ikan asal Malaysia oleh Kepolisian Resor Kota Pontianak, April lalu. Polisi
menyita sembilan ton ikan beku asal Malaysia dari sebuah mobil boks. Pemilik
ikan, Hengky (37), mengakui ikan itu berasal dari Malaysia, tetapi merupakan
barang pembelian dari warga sekitar perbatasan RI-Malaysia.
Di Maluku Utara, berdasarkan hasil survei Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (Walhi), pada Desember 2011 pencurian ikan marak terjadi di perairan
Morotai, Halmahera Tengah, dan Halmahera Selatan.
”Di kawasan Patani, Halmahera Tengah, kami temukan sekitar 300
kapal nelayan asal Filipina yang sandar saat musim panen ikan tuna,” kata
Direktur Walhi Maluku Utara Ismed Sulaiman.
Ismed mengungkapkan, nelayan Filipina beroperasi dengan kapal
berukuran besar dengan bobot lebih dari 30 GT. ”Ini tak seimbang dengan
kapal-kapal pengawas aparat yang tidak bisa beroperasi saat gelombang tinggi.
Dengan kapal-kapal besar itu, nelayan asing selalu lolos dari kejaran patroli,”
katanya.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengakui
pengawasan Kementerian Kelautan dan Perikanan masih amat minim. Dibutuhkan
kerja sama dengan Kepolisian RI dan TNI Angkatan Laut.
Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Syahrin Abdurrahman mengemukakan, pihaknya hanya mempunyai 24 kapal pengawas
dari idealnya 90 kapal. Itu pun rata-rata sudah berusia 8-10 tahun. Waktu
operasi pengawasan juga sangat terbatas akibat keterbatasan anggaran dan suplai
bahan bakar minyak.(APA/AHA/MHF/INK/LKT)
Aktivitas bongkar muat
nelayan saat berada di pelabuhan Muara angke di Jakarta, Minggu (29/4). TEMPO/Dasril
Roszandi
SENIN, 04 JUNI 2012 | 20:04 WIB
Kalimantan Barat Punya Pasar Ikan Higienis
TEMPO.CO, Pontianak - Kalimantan Barat baru saja memiliki Pasar Ikan Higienis yang
menjadi contoh pengelolaan hasil tangkapan nelayan. Sebab dilaporkan sudah lima
investor Cina bersedia menampung ikan-ikan Kalbar.
"Di pasar higienis,
memberi contoh kepada nelayan dan masyarakat, bagaimana memperlakukan ikan dan
hasil tangkapan laut lainnya sebagai bahan makanan yang sehat," kata
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kalbar, Gatot Rudiyono, Senin, 4 Juni 2012.
Di Tempat Pelelangan Ikan
Sungai Rengas tersebut, ikan-ikan hasil tangkapan dapat dibeli dalam keadaan
segar dan fisik yang baik. Rudiyono mengatakan, di negara-negara maju,
perlakuan terhadap ikan sudah sangat bagus, sehingga konsumen hanya mengonsumsi
ikan yang dikelola secara higienis.
Sehingga hasil penjualan pasar Ikan Rengas bisa memberikan hasil yang terbaik bagi warga Kalimantan dan investor asing. Sebab sudah ada ketertarikan dari investor asal Negeri Tirai Bambu. Dua investor (Cina) untuk bidang industri pengolahan perikanan dan tiga lainnya untuk pembangunan pelabuhan perikanan di Desa Temajo, Kabupaten Pontianak.
Sehingga hasil penjualan pasar Ikan Rengas bisa memberikan hasil yang terbaik bagi warga Kalimantan dan investor asing. Sebab sudah ada ketertarikan dari investor asal Negeri Tirai Bambu. Dua investor (Cina) untuk bidang industri pengolahan perikanan dan tiga lainnya untuk pembangunan pelabuhan perikanan di Desa Temajo, Kabupaten Pontianak.
Dinas Kelautan dan
Perikanan Kalimantan Barat menyatakan potensi perikanan di wilayah perbatasan
sangat besar. Terdapat lobster, udang dan ikan-ikan sungai yang mempunyai nilai
jual tinggi di luar negeri. Untuk itu, penggunaan formalin oleh para nelayan
akan diancam hukuman berat. "Paling tidak hukuman kurungan 5 tahun
penjara, dan ini kita tidak main-main," kata Rudiyono.
ASEANTY PAHLEVI
http://www.antaranews.com/
Menteri Kelautan akan Perbaiki Sistem Pelayanan Pelabuhan
Antara – Sel, 5 Jun 2012
Menteri Kelautan akan Perbaiki Sistem Pelayanan Pelabuhan
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kelautan dan
Perikanan Sharif Cicip Sutardjo akan memperbaiki sistem manajemen pelayanan
pelabuhan untuk meningkatkan jumlah ikan yang didaratkan di Tempat Pendaratan
Ikan (TPI) di Tanah Air.
"Manajemen pelayanan terhadap kapal-kapal nelayan masih
sangat semerawut sehingga kami akan memperbaiki sistem manajemen pelayanan
pelabuhan," kata Sharif Cicip Sutardjo dalam acara peresmian Kampoeng BNI
di Jakarta, Selasa.
Menurut Sharif, dengan memperbaiki sistem pelayanan di
pelabuhan, maka diharapkan para nelayan akan semakin banyak yang mendaratkan
ikannya di TPI serta pelelangan ikan yang ditentukan.
Menteri Kelautan dan Perikanan memaparkan, kesemrawutan
dalam pelayanan pelabuhan itu antara lain disebabkan oleh sistem pelayanan yang
tidak dijalankan dengan baik oleh Pemda.
Hal tersebut, lanjutnya, juga akibat dari kurangnya dana
operasional yang diperlukan Pemda untuk memperbaiki sistem pelayanan pelabuhan
seperti untuk membuat "cold storage" dan pemutakhiran sistem
teknologi informasi.
Sementara itu, Dirut Utama BNI, Gatot M Soewondo
mengemukakan, pihaknya dengan melaksanakan program Kampoeng BNI adalah
merupakan salah satu bentuk kemiraan dan pemberdayaan yang dilakukan bank BUMN
tersebut.
"Bentuk kemitraan dan pemberdayaan yang dilakukan BNI
kepada para mitra binaan tidak sekadar dalam bentuk fasilitas pembiayaan atau
penyaluran pinjaman saja, tetapi ditambahkan `capacity building` agar para
nelayan mempunyai keterampilan dan menambah pengetahuan dalam menjalankan
usahanya," kata Gatot.
Ia juga menuturkan, BNI memberikan bantuan sarana dan
prasarana seperti penyediaan fasilitas gedung serba guna, perbaikan tempat
ibadah, bantuan gerobak ikan, dan penyediaan fasilitas "water
treatment".
Sejauh ini, BNI telah meresmikan sebanyak delapan Kampoeng
BNI antara lain di Subang (Jawa Barat), Imogiri (Yogyakarta), Ogan Ilir
(Sumatera Selatan), Klungkung (Bali) dan Solok (Sumatera Barat).
Saat ini, jumlah fasilitas kredit kemitraan yang telah
disalurkan BNI mencapai Rp282 miliar (per April 2012) yang sumbernya berasal
dari penyisihan laba bersih perusahaan.(rr)
www.republika.co.id/berita/
Wuih, Air Laut Bisa Jadi Bahan Bakar
Selasa, 05 Juni 2012, 03:09 WIB
antara
gelombang laut
REPUBLIKA.CO.ID,
TANJUNGPINANG --Air laut bakal menjadi bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan di Provinsi Kepulauan Riau, kata pakar marine saint Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau, Eddiwan.
"Penyulingan
air laut menjadi biodiesel yang merupakan bahan bakar energi alternatif telah
berhasil kami uji tinggal lagi penyesuaian mesin kapal yang cocok untuk
biodiesel tersebut," kata Eddiwan.
Penyesuaian
mesin kapal maksud dia apakah biodiesel tersebut cocok untuk mesin berbahan
bakar premium atau solar.
Ia
mengatakan, pemanfaatan tekologi biodiesel dari air laut itu merupakan program
Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau (DKP Kepri) untuk mengatasi
kelangkaan bahan bakar minyak.
"Teknologinya
sederhana bahkan dapat dilakukan oleh nelayan yang tidak bersekolah sekalipun,"
ungkap Eddiwan yang memperoleh gelar magister dari Tokyo University.
Air
laut yang akan disuling diendapkan dulu dalam bak penampungan dan kemudian
disuling dengan alat penyulingan berukuran 0,1 mikron (plankton net). Air laut
sulingan itu akan menghasilkan minyak sel yang berasal dari biota-biota yang
hidup di laut.
Alumnus Boston University ini mengatakan, teknologi biodiesel dari air laut telah dipakai di Amerika namun untuk skala industri, sedangkan yang dibuatnya untuk skala kecil terutama untuk bahan bakar kapal nelayan dan listrik di rumah masyarakat yang bermukim di pulau-pulau.
Ia
mengatakan pernah mempresentasikan teknologi air laut itu di Kementerian
Kelautan dalam rapat teknis untuk pengembangan biodiesel di Indonesia, tetapi
idenya itu ditolak dengan alasan mahal.
"Padahal
kalau saja kementerian mau maka pemerintah tidak susah mengajak masyarakat
hemat energi karena lingkungan laut ada untuk mendapatkan energi listrik dan
teknologinya tidak mahal, masyarakat awam pun dapat membuatnya," ungkap
Eddiwan yang juga Kepala Bidang Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
DKP Kepri.
Itu
sebabnya, lanjut dia, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau berinisiatif
mengembangkan teknologi listrik dengan memanfaatkan air laut ini. Pada 2012
biodisel tersebut baru dalam tahap penerapan lapangan dan pada 2013
didistribusikan ke masyarakat serta sosialisasi.
"Kelak
tidak hanya pompong (kapal nelayan) yag berbahan bakar biodiesel air laut tapi
juga kendaraan bermotor lainnya termasuk sebagai bahan bakar pesawat,"
katanya.
Menurut
dia, semua perairan di Tanah Air bisa menghasilkan biodiesel asalkan saja
perairan tersebut tidak tercemar.
Redaktur: Endah
Hapsari
Sumber: antara
(DIGITAL EDITION)
KORAN JAKARTA
Finansial
Rabu, 06 Juni 2012 | 00:03:48
WIB
Fungsi Intermediasi
BNI
Salurkan Kredit ke Pengelola Perikanan Tangkap
KORAN JAKARTA
JAKARTA -
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk/BNI menyalurkan kredit sebesar 22,1
miliar rupiah ke pengelola hasil perikanan tangkap (PHPT). Penyaluran kredit
itu diharapkan meningkatkan usaha para nelayan dan pemindang ikan, sehingga
memiliki nilai tambah yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
Hal itu
disampaikan Direktur Utama BNI, Gatot M Suwondo saat meresmikan Kampoeng
Nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara, Selasa (5/6).
"BNI
telah menyalurkan total kredit 22,1 miliar kepada 80 usaha kecil di kawasan
Muara Angke dan Desa Tambak Sumur Kabupaten Karawang," kata Gatot.
Selain
kemitraan yang berbentuk fasilitas pembiayaan maupun penyaluran pinjaman, BNI
juga melakukan pengembangan kapasitas agar para nelayan bisa menambah
pengetahuan dan meningkatkan daya saing hasil usahanya.
Sejumlah
bantuan yang diberikan BNI kepada masyarakat Muara Angke antara lain tong
sampah, gerobak ikan, sarana mesjid dan alat pengelolaan air bersih. Turut
hadir dalam peresmian itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo.
Keterbatasan
Modal
Sharif
dalam kesempatan itu mengatakan, kendala yang dihadapi nelayan saat ini adalah
keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha perikanan. Data dari BI
menunjukkan total penyaluran kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah di bidang
kelautan perikanan baru mencapai 0,7 persen dari seluruh total kredit UMKM
senilai 2,6 triliun rupiah.
"Perkembangan kelautan dan perikanan pada 2012 akan terfokus kepada nilai tambah produk untuk meningkatkan daya saing, dimana hal itu ditempuh melalui kebijakan kelautan dan perikanan," kata Sharif.
"Perkembangan kelautan dan perikanan pada 2012 akan terfokus kepada nilai tambah produk untuk meningkatkan daya saing, dimana hal itu ditempuh melalui kebijakan kelautan dan perikanan," kata Sharif.
Dengan
menanamkan kewirausahaan melalui kredit usaha rakyat, diharapkan mempercepat
kesejahteraan kepada rakyat. Masyarakat diajak berwirausaha, dan diberi latihan
program kewirausahaan, serta dibuatkan bisnis model dan pemberian modal baik
bibit secara cuma-cuma maupun kredit.
Untuk
Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) Muara Angke, Jakarta Utara, BNI
memberikan pembiayaan Kredit Kemitraan sebesar 810 juta rupiah, Kredit Usaha
Rakyat 2 miliar rupiah dan kredit komersial 15 miliar rupiah.
Sementara
untuk Desa Tambak sumur, Kecamatan Tirtajaya, Karawang, BNI akan menyalurkan
kredit kemitraan 300 juta rupiah, kredit usaha rakyat melalui linkage program
sebesar 1 miliar rupiah serta kredit usaha rakyat individu sebesar 3 miliar
rupiah.
Jumlah
fasilitas kredit kemitraan yang telah disalurkan BNI hingga April 2012 mencapai
282 miliar rupiah. Sumber pembiayaan tersebut berasal dari penyisihan laba
bersih sehingga kredit tersebut memiliki suku bunga yang lebih rendah ketimbang
suku bunga komersial. bud/E-10
www.republika.co.id/berita/
Masuk Tanpa Izin, Nahkoda Kapal Ikan Malaysia Ditahan
Rabu, 06 Juni 2012, 19:47 WIB
MATANEWS.COM
Pelabuhan
Belawan, Medan
REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN - Pengawas dan
Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Belawan Medan masih memeriksa
satu orang nakhoda kapal ikan Malaysia. Ia ditangkap saat beroperasi di
perairan Tanjung Balai, Sumatera Utara pada 30 Mei 2012.
"Satu orang nakhoda kapal pukat trawl
Malaysia hingga kini masih kami periksa untuk proses penyidikan hukum lebih
lanjut," kata Kepala Pengawas dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan (P2SDKP) Belawan Mukhtar di Medan, Rabu (6/6).
Dia menjelaskan, nakhoda kapal ikan Malaysia yang ditangkap tersebut diketahui warga bernama Soe Min Lat dengan status kewarganegaraan Myanmar. Selain nakhoda, pihaknya telah memeriksa tiga orang anak buah kapal (ABK) yang juga berkebangsaan Myanmar.
Kapal pukat trawl yang dinakhodai Soe Min
Lat ditangkap petugas kapal patroli Hiu-001 milik Kementerian Kelautan dan
Perikanan saat berada 25 mil dari garis pantai Tanjung Balai.
Selain menahan nakhoda, tim penyidik P2SDKP Belawan juga mengamankan satu unit kapal pukat trawl Malaysia tersebut berikut ikan sekitar 50 kilogram. "Kapal ikan tersebut saat ini diamankan di dermaga Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan," ujarnya.
Mukhtar menyebutkan, pengoperasian kapal
ikan asing itu di wilayah perairan Indonesia dinyatakan melangar Undang-undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
Akibat kasus pelanggaran tapal batas dan penggunaan pukat trawl yang dilakukan kapal ikan tersebut dapat dikenakan ancaman denda sebesar Rp20 miliar. Pihak P2SDKP Belawan hingga kini belum menjadwalkan kapan berkas hasil penyidikan kasus "ilegal fishing" tersebut dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri setempat.
Redaktur: Ajeng
Ritzki Pitakasari
Sumber: Antara
Negara
Rugi Rp 30 Triliun Akibat Pencurian Ikan
TEMPO.CO – Rab, 6 Jun 2012
Negara Rugi Rp
30 Triliun Akibat Pencurian Ikan.
TEMPO.CO, Yogyakarta - Kekayaan ikan laut di perairan Indonesia tidak
diragukan lagi. Pencurian ikan oleh nelayan luar negeri merugikan negara
sebesar Rp 30 triliun selama 10 tahun terakhir. Salah satu sebab maraknya
pencurian ikan laut itu karena batas teritorial laut antarnegara belum jelas.
"Pencurian
ikan mayoritas di perbatasan laut," kaya Kepala Pusat Analisis Kerja Sama
Internasional dan Antar-negara, Anang Nugraha, sebelum mengikuti "6th
ASEAN Fisheries Consultative Forum, 20th ASEAN Sectoral Working Group on
Fisheries (ASWGFi) Meeting" di Hotel Melia Purosani Yogyakarta, Rabu, 6
Juni 2012.
Jumlah itu
dinilai sangat banyak dan signifikan. Sebab kekayaan laut Indinesia justru
dinikmati oleh nelayan dari negara lain.
Menurut
Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Gellwynn Jusuf,
pihaknya berkomitmen memerangi maraknya ilegal-unreported -unregulated fishing.
Di antaranya dengan meningkatkan kinerja operasional pengawasan sumber daya
kelautan dan perikanan.
"Komitmen
ini diwujudkan melalui pembenahan dan penguatan sumber pengawasan di lokasi
industrialisai perikanan dan di daerah yang tingkat kerawanan pencurian ikan
tinggi," kata dia.
Hasilnya,
dari pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan yang terus gencar dilakukan
di berbagai tempat industrial yang rawan, pihaknya berhasil menyelamatkan
potensi kerugian negara sebanyak Rp 912 miliar dalam satu tahun (data 2010).
Selain itu juga diselamatkan potensi penerimaan negara bukan pajak yang
diperoleh dari kapal-kapal pelaku ilegal fishing serta barang bukti ikan yang
dirampas untuk negara.
Untuk
memperkuat keamanan dan sistem jaminan kualitas atas produk perikanan dapat
dilakukan dengan melakukan kolaborasi kemitraan antarnegara anggota ASEAN.
Di sisi
lain, ia menuturkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan menata kembali pola
pembangunan kelautan dan perikanan dengan mengadopsi konsep pembangunan
berkelanjutan. Antara lain dengan menekankan "ekonomi biru" atau blue
economy. Konsep itu juga bertujuan untuk memberikan keuntungan yang
berkelanjutan, di samping meningkatkan kesejahteraan kepada perusahaan
nasional.
"Ekonomi
biru sebagai tindakan yang bertumpu pada pengembangan ekonomi rakyat secara
kemprehensif guna mencapai pembangunan nasional," kata Gellwynn.
MUH SYAIFULLAH
http://www.rmol.co/
KKP Mesti Clear-kan Konflik
Pengusaha Ikan
Volume Impor Bahan Baku Ikan Makin Tidak Jelas
Volume Impor Bahan Baku Ikan Makin Tidak Jelas
Kamis, 07 Juni 2012 , 08:17:00 WIB
ILUSTRASI/IST
|
|
|
RMOL.Kalangan pengusaha ikan saling tuding terkait dengan tingginya
impor bahan baku ikan. Jika sebelumnya para pengusaha pindang ikan meminta dibukanya
impor bahan baku, kini mereka malah Kementerian Kelautan dan Perikanan menutup
keran impor.
Sayangnya, hingga kini data
mengenai kebutuhan impor untuk industri olahan tidak transparan. Rekomendasi
penghentian importasi ikan untuk bahan baku pemindangan, diajukan Asosiasi
Pengusaha Pindang Ikan Indonesia (Appikando).
Ketua Asosiasi Pengusaha Pemindangan
Ikan Tradisional (Appintra) Joko Cahyo Purnomo mengatakan, Appikando justru
sibuk mengurus importasi ikan daripada mengembangkan pindang olahan di daerah.
“Appikando itu ngomong
penghentian impor ikan buat siapa? Asosiasi pemindang kan bukan asosiasi importir,
apa urusanya Appikando merekomendasikan penghentian impor. Ada datanya nggak?
Apakah mereka menghitung volume impor dan kebutuhan di lapangan,” ujarnya
saat dihubungi pers di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, yang terjadi di
lapangan saat ini ikan impor tidak sesuai dengan wilayah edarnya. Pihaknnya
melihat ada ikan impor yang masuk Jakarta dipasarkan ke Medan. Jumlahnya mencapai
15 kontainer.
Sebelumnya, Dirjen Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
Saut P. Hutagalung meminta asosiasi pengusaha pemindangan ikan Indonesia
menertibkan importasi dari anggotanya dan menjelaskan wilayah edar dari
ikan-ikan yang diimpor.
Joko menyatakan, anggota pemindang
tradisional juga menemukan dua kontianer ikan impor yang seharusnya untuk
wilayah Jawa Barat, justru masuk ke Jawa Tengah. Jadi di lapangan faktanya
ikan-ikan impor masih beredar.
Ia menjelaskan, para pemindang
tradisional di Jawa Tengah masih mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku
ikan pindang. Kondisi itu terjadi di Juana dan Cilacap. Pemerintah seharusnya
memberikan kemudahan izin impor khususnya untuk ikan salem yang tidak di
produksi di Indonesia. Selama ini pemindang tradisional berjalan sendiri
tanpa pembinaan dan bantuan permodalan dari pemerintah.
Dan ironisnya, industri
olahan pindang kesulitan mendapatkan bahan baku dari lokal maupun impor. Kebutuhan
rata-rata sebesar 50 ton perhari, biasanya hanya terpenuhi 10-20 ton.
Ketua Appikando Hamidy meminta
pemerintah transparan terkait berapa volume impor ikan yang jatuh ke pemindangan
dan volume impor yang jatuh ke pengalengan.
“Yang kita hentikan kan impor
yang khusus untuk peruntukkan pindang. Kalau penghentian impor ikan untuk
pengalengan itu wewenang asosiasi pengalengan. Kita tidak overlappingdengan asosiasi pengalengan. Tetapi pemerintah harus memberikan
data volume impor untuk pengalengan,” jelas Hamidy.
Menurutnya, penghentian impor
untuk pemindangan akan percuma jika tak diikuti penghentian importasi ikan
untuk peruntukkan industri pengalengan. [Harian Rakyat Merdeka]
(DIGITAL EDITION)
KORAN JAKARTA
Sektor Riil
Kamis, 07 Juni 2012 |
09:32:32 WIB
Sektor Perikanan
Importasi
Ikan Tidak Transparan
dok
JAKARTA -
Rekomendasi penghentian importasi ikan untuk bahan baku pemindangan yang
diajukan Asosiasi Pengusaha Pindang Ikan Indonesia (Appikando) kepada
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dinilai mencurigakan. Data mengenai
volume impor dengan kebutuhan riil untuk industri olahan, juga tidak
transparan.
"KKP itu mau menghentikan izin baru atau menghentikan impornya? Di lapangan, ikan impor itu tidak sesuai wilayah edarnya. Kita masih melihat ikan impor yang masuk Jakarta dipasarkan ke Medan. Jumlahnya mencapai 15 kontainer," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Pemindangan Ikan Tradisional (Appintra), Joko Cahyo Purnomo, kepada Koran Jakarta, Rabu (6/6).
Joko menambahkan, anggota pemindang tradisional juga menemukan dua kontianer ikan impor yang seharusnya untuk wilayah Jawa Barat, justru masuk ke Jawa Tengah. Jadi, di lapangan, faktanya justru ikanikan impor masih beredar.
Menurut Joko, rekomendasi penghentian impor dari Appikando kepada KKP "mencurigakan", pasalnya asosiasi tersebut justru sibuk mengurus importasi ikan daripada mengembangkan pindang olahan di daerah. "Appikando itu ngomong penghentian impor ikan buat siapa? Asosiasi pemindang kan bukan asosiasi importir. Apa urusannya Appikando merekomendasikan penghentian impor. Ada datanya nggak? Apakah mereka menghitung volume impor dan kebutuhan di lapangan," ujar dia. Lebih lanjut, Joko mengatakan para pemindang tradisional di Jawa Tengah masih mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku ikan pindang.
Kondisi itu terjadi di Juana dan Cilacap. Pemerintah seharusnya memberikan kemudahan izin impor, khususnya untuk ikan salem yang tidak di produksi di Indonesia. Asosiasi pemindang tradisional itu menyebut, selama ini, pemindang tradisional berjalan sendiri tanpa pembinaan dan bantuan permodalan dari pemerintah.
"KKP itu mau menghentikan izin baru atau menghentikan impornya? Di lapangan, ikan impor itu tidak sesuai wilayah edarnya. Kita masih melihat ikan impor yang masuk Jakarta dipasarkan ke Medan. Jumlahnya mencapai 15 kontainer," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Pemindangan Ikan Tradisional (Appintra), Joko Cahyo Purnomo, kepada Koran Jakarta, Rabu (6/6).
Joko menambahkan, anggota pemindang tradisional juga menemukan dua kontianer ikan impor yang seharusnya untuk wilayah Jawa Barat, justru masuk ke Jawa Tengah. Jadi, di lapangan, faktanya justru ikanikan impor masih beredar.
Menurut Joko, rekomendasi penghentian impor dari Appikando kepada KKP "mencurigakan", pasalnya asosiasi tersebut justru sibuk mengurus importasi ikan daripada mengembangkan pindang olahan di daerah. "Appikando itu ngomong penghentian impor ikan buat siapa? Asosiasi pemindang kan bukan asosiasi importir. Apa urusannya Appikando merekomendasikan penghentian impor. Ada datanya nggak? Apakah mereka menghitung volume impor dan kebutuhan di lapangan," ujar dia. Lebih lanjut, Joko mengatakan para pemindang tradisional di Jawa Tengah masih mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku ikan pindang.
Kondisi itu terjadi di Juana dan Cilacap. Pemerintah seharusnya memberikan kemudahan izin impor, khususnya untuk ikan salem yang tidak di produksi di Indonesia. Asosiasi pemindang tradisional itu menyebut, selama ini, pemindang tradisional berjalan sendiri tanpa pembinaan dan bantuan permodalan dari pemerintah.
Ironisnya,
industri olahan pindang kesulitan mendapatkan bahan baku dari lokal maupun impor.
Kebutuhan rata-rata sebesar 50 ton per hari, biasanya hanya terpenuhi 10-20
ton. Sementara itu, Ketua Appikando, Hamidy, meminta pemerintah transparan
terkait berapa volume impor ikan yang jatuh ke pemindangan dan volume impor
yang jatuh ke pengalengan.
"Yang kita hentikan kan impor yang khusus untuk peruntukkan pindang, kalau penghentian impor ikan untuk pengalengan itu wewenang asosiasi pengalengan. Kita tidak overlapping dengan asosiasi pengalengan, tetapi pemerintah harus memberikan data volume impor untuk pengalengan," ungkap dia.
"Yang kita hentikan kan impor yang khusus untuk peruntukkan pindang, kalau penghentian impor ikan untuk pengalengan itu wewenang asosiasi pengalengan. Kita tidak overlapping dengan asosiasi pengalengan, tetapi pemerintah harus memberikan data volume impor untuk pengalengan," ungkap dia.
Hamidy
menyebut, penghentian impor untuk pemindangan akan percuma jika tidak diikuti
dengan penghentian importasi ikan untuk peruntukkan industri pengalengan.
Pasalnya, ada indikasi ikan untuk bahan baku pangalengan juga masuk untuk bahan
baku pemindangan bahkan masuk ke pasar tradisional.
"Kalau
seperti itu kondisinya, nanti kita yang disorot. Itu impor untuk Appikando
bocor," imbuhnya. Seperti diketahui bahwa impor ikan untuk bahan baku
pemindangan bulan April hingga Mei 2012 sebesar 20-25 ribu ton, sedangkan
kebutuhan bahan baku pemindangan nasional dari bahan baku lokal dan impor
mencapai 157 ribu ton per bulan.
Terkait dengan itu, Ketua Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI), Hendri Sutadinata, mengatakan industri pangalengan ikan baru bisa melakukan impor sejak April, tetapi perizinan impornya ketat. aan/E-3
http://krjogja.com/
Dana Minim, Pengawasan Perikanan Berkurang
Danar Widiyanto |
Kamis, 7 Juni 2012 | 03:13 WIB | Dibaca: 73 | Komentar: 0
Ilustrasi (Foto : Dok)
JAKARTA
(KRjogja.com) - Jadwal
operasional kapal pengawasan perikanan direncanakan berkurang dari 180 hari
pada tahun 2012 menjadi 125 hari pada 2013 akibat keterbatasan anggaran yang
dimiliki oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
"Penangkapan
operasional dan pemeliharaan kapal pengawas untuk 26 kapal sebanyak 125 hari
operasi," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo,
dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR di Jakarta, Rabu (6/6) malam.
Sharif
mengemukakan hal tersebut saat memaparkan beragam kegiatan utama program
pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan terkait pembahasan ringkasan
rencana kerja dan anggaran tahun 2013. Berdasarkan data terkini dari KKP,
jumlah kapal pengawas hanya terdapat sebanyak 24 kapal yang hanya dapat
melaksanakan operasional kapal pengawas selama 180 hari pada tahun 2012 ini.
Ketika ditanyakan oleh Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Ian Siagian, mengenai jumlah operasional kapal pengawas yang hanya sebanyak 125 hari operasi, Sharif mengemukakan bahwa hal tersebut karena keterbatasan anggaran.
Ian mengemukakan, seharusnya keterbatasan anggaran tidak bisa menghambat kegiatan pengawasan karena Menteri Kelautan dan Perikanan adalah bagian dari pemerintah yang seharusnya juga berupaya untuk mengatasi persoalan tersebut.
Sebagaimana diketahui, Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan KKP secara nasional pada tahun 2012 telah memeriksa 1.150 kapal dan menangkap 39 kapal yang sebanyak 28 kapal diantaranya berbendera asing.
Dalam
rencana kerja untuk pengawasan kelautan dan perikanan yang dipaparkan Menteri
Kelautan dan Perikanan itu juga disebutkan tentang pembangunan satu unit kapal
pengawas perikanan (SKIPI) dan pembangunan satu unit kapal pengawasan ukuran 42
meter.
Selain
itu, program kegiatan utama lainnya dalam bidang program pengawasan adalah
pengembangan infrastruktur pengawasan di 15 lokasi, penyelesaian tindak pidana
kelautan dan perikanan di 5 UPT dan 33 provinsi, pemberdayaan 786 kelompok
masyarakat pengawas, dan penyelenggaraan Sail Komodo 2013.
(Ant/Yan)
(Ant/Yan)
3 Desa Pesisir Banjar Dapat Perhatian
Pusat
Jumat, 8 Juni 2012 20:48 wita
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA -Tiga desa pesisir di
Kabupaten Banjar mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Ketiga desa itu ada
di Kecamatan Aluh-aluh, yakni Desa Bakambat, Tanipah dan Labatmuara.
Melalui Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT), ketiga desa di Kecamatan Aluh-aluh, Kabupaten Banjar itu termasuk dalam 48 desa pesisir yang dikembangkan di 16 kabupaten dan kota di Indonesia.
"Dengan adanya program ini saya berharap agar ketiga desa di pesisir Banjar itu bisa mengembangkan prasarana dan sarana social ekonomi serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup desa pesisir," ujar Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) Banjar, Noor Ipansyah Fani, Jumat (8/6).
Copyright © 2012
Editor : Edibpost
Source : Banjarmasin
Post
Pendidikan
Sekolah Perikanan Diperbanyak
Penulis : Brigita Maria Lukita | Jumat, 8 Juni 2012 | 16:50 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com- Untuk menjadi negara kepulauan yang kuat dan mandiri, dibutuhkan
lima pilar utama, yakni kultur kelautan dan sumber daya manusia, ekonomi
kelautan, tata kelola laut, keamanan dan ketahanan, serta lingkungan.
Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan bidang Pendidikan Musliar Kasim mengemukakan,
ketersediaan sekolah menengah kelautan dan perikanan hingga kini masih sangat
minim. Jumlah sekolah menengah kejuruan kelautan dan perikanan hanya 314 unit.
"Jumlah sekolah
itu tidak cukup jika dibandingkan potensi kelautan yang ada," ujarnya.
Ia menambahkan, upaya
mendorong pendidikan kelautan dan pendidikan dilakukan dengan menambah daya
tampung ruang kelas baru dan unit sekolah baru.
Biaya pembangunan
gedung dan peralatan akademik akan disediakan oleh pemerintah pusat. "Kami
akan perkenalkan SMK kelautan. Untuk membuat unit sekolah baru, syaratnya tanah
disediakan oleh pemda setempat," ujar Musliar, kepada pers di Jakarta,
Jumat (8/6/2012).
Setiap tahun, pihaknya
terus menambah sekolah baru, yakni rata-rata 80 sekolah per tahun. Pihaknya
menargetkan jumlah sekolah menengah kejuruan (SMK) akan lebih banyak daripada
sekolah menengah atas (SMA).
Tahun 2015, komposisi
SMK berbanding SMA ditargetkan 60:40. Adapun SMK Kelautan yang sudah dibangun
akan ditingkatkan fasilitasnya melalui pembangunan laboratorium bersama
sebanyak satu unit di setiap provinsi.
"Tahun ini,
pembangunan laboratorium dimulai. Permintaan dari daerah sudah banyak, tetapi
sedang dikaji," ujarnya.
Ia menambahkan,
sekolah kelautan dan perikanan dibutuhkan untuk membangun masyarakat pesisir.
Masyarakat pesisir yang didominasi anak nelayan harus diberi kesempatan untuk
mengenyam pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi. "Tidak mungkin
pesisir maju k alau anak pesisir gak terdidik," katanya.
Editor : Marcus Suprihadi
PPSIPPNSI
DEWAN PIMPINAN PUSAT - PERHIMPUNAN PETANI DAN
NELAYAN SEJAHTERA INDONESIA
Kebijakan Kepada Petani/Nelayan Belum Strategis
Sabtu, 09 Juni 2012 00:00 |
CAKRAnews, Bandung - Petani serta nelayan adalah aset bangsa
yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Karena mereka adalah kunci peningkatan
perekonomian yang berbasiskan agrobisnis. Hal itu dikatakan oleh Sekjen
Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI), Riyono. Namun,
tambah Riyono, kebijakan kepada petani dan nelayan belum strategis. Rencana
Undang Undang (RUU) Pemberdayaan dan Perlindungan Petani belum disahkan dan
dijadikan undang-undang oleh DPR. " Padahal RUU Nelayan telah ada sejak
jaman (presiden) Megawati (Soekarnoputri) dan tidak masuk ke Prolegnas (Program
Legislasi Nasional) tahun ini," keluh Riyono, dalam jumpa pers di sebuah
rumah makan, Jumat (8/6).
Pemerintah belum berpihak kepada petani/nelayan, terutama di
Jawa Barat. Pemerintah telah memberikan kapal, namun dirasakan kurang, karena
hanya cukup untuk pengusaha saja. Bantuan teknologi penangkapan ikan, seperti
sonar, untuk melihat ikan di dalam laut yang harganya sekitar Rp 25 juta,
dianggap cukup untuk membantu para nelayan.
Maka itu PPNSI, mengadakan Rapat Pimpinan Nasional (rapimnas)
yang akan dihadiri oleh seluruh masyarakat tani/nelayan se-Indonesia, di
Lembang, Kabupaten Bandung Barat, 8 Juni hingga 10 Juni mendatang.
"Dengan rapimnas ini, diharapkan pemerintah memberikan perhatian yang lebih. Seperti memberikan kompensasi, bila nelayan tidak melaut," jelas Riyono.
"Dengan rapimnas ini, diharapkan pemerintah memberikan perhatian yang lebih. Seperti memberikan kompensasi, bila nelayan tidak melaut," jelas Riyono.
Dalam acara tersebut, rencananya akan dihadiri oleh Menteri
Pertanian serta Menteri Kelautan dan Perikanan RI. Rapimnas tersebut untuk
mengakomodasi kaum akar rumput petani/nelayan, dalam mencari jalan keluar
permasalahan mereka.
"Kami sedang mengencarkan pendampingan kepada petani dan
nelayan agar nantinya dapat mandiri," ungkapnya.
PPNSI sendiri, lanjut Riyono, dibentuk untuk mengakomodasi petani muda. Karena regenerasi di bidang pertanian yang dirasa kurang, akibat banyaknya pemuda yang meninggalkan bidang ini. "Kita ingin para pemuda berkontribusi terhadap pertanian di Jawa Barat. Bila negeri ini ingin bangkit, pemerintah harus mendasarkan perekonomian yang berbasiskan pertanian/kelautan serta agrobisnis," tegasnya.
Kurangnya regenerasi, menurut Riyono, dikarenakan perguruan tinggi yang membuka program pertanian serta kelautan, mengalami penurunan mahasiswa hingga 30%. Pun tidak adanya wilayah sentra bagi para pemuda untuk turun di bidang pertanian, karena tidak ada Sekolah Menengah Kejuruan yang membuka jurusan pertanian/kelautan.
PPNSI sendiri, lanjut Riyono, dibentuk untuk mengakomodasi petani muda. Karena regenerasi di bidang pertanian yang dirasa kurang, akibat banyaknya pemuda yang meninggalkan bidang ini. "Kita ingin para pemuda berkontribusi terhadap pertanian di Jawa Barat. Bila negeri ini ingin bangkit, pemerintah harus mendasarkan perekonomian yang berbasiskan pertanian/kelautan serta agrobisnis," tegasnya.
Kurangnya regenerasi, menurut Riyono, dikarenakan perguruan tinggi yang membuka program pertanian serta kelautan, mengalami penurunan mahasiswa hingga 30%. Pun tidak adanya wilayah sentra bagi para pemuda untuk turun di bidang pertanian, karena tidak ada Sekolah Menengah Kejuruan yang membuka jurusan pertanian/kelautan.
"Masih banyak lulusan universitas dari program
pertanian/kelautan yang tidak ingin terjun di bidang tersebut," tandas
Riyono. (vil)**
Nelayan Tidak Bisa Mengakses Kredit Cinta Rakyat
http://www.ppnsi.org/index.php?option=com_content&view=article&id=188:nelayan-tidak-bisa-mengakses-kredit-cinta-rakyat&catid=15:perikanan-a-kelautan&Itemid=108
Sabtu, 09 Juni 2012 00:00 |
TRUNOJOYO (GM) - Mayoritas nelayan di Jawa
Barat tidak bisa mengakses Kredit Cinta Rakyat (KCR) yang digulirkan Pemprov
Jabar bekerja sama dengan Bank Jabar Banten (BJB). Anggaran Rp 165 miliar yang
digulirkan dari APBD Jabar 2012 ini diperuntukkan bagi para pelaku usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM) di wilayah Jabar. Para nelayan dan petani tersebut
terkendala persyaratan berupa agunan atau jaminan.
"Persyaratan KCR itu tetap harus ada
jaminan dari si peminjam kredit. Sementara para nelayan banyak yang tidak bisa
memenuhi persyaratan tersebut, karena tidak mempunyai barang atau harta yang
akan diagunkan. Makanya sangat sedikit yang mengajukan KCR," ungkap Ketua
Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI) Jabar, Bahruzin
kepada wartawan di salah satu rumah makan di Jln. Trunojoyo Bandung, Jumat
(8/6).
Untuk itu, pihaknya meminta pemprov
termasuk BJB untuk mempermudah persyaratan pinjaman KCR. Minimal tidak ada
syarat agunan. Selama ini banyak nelayan yang tidak bisa mengakses bank
(bankable), karena untuk meminjam ke bank, selain bunganya cukup besar, juga
harus ada jaminan.
"KCR 'kan bukan kredit bagi UMKM. Kita
mengharapkan tidak ada syarat jaminan sehingga para petani dan nelayan bisa
mengakses kredit tersebut. Makanya kita meminta pemerintah dan bank agar
menghapus syarat agunan tersebut. Tolong berikan kemudahan bagi kami,"
imbuhnya.
Jika tidak, kata Bahruzin, demi menjalankan usahanya terpaksa para nelayan meminjam modal dari tengkulak atau juragan yang bunganya jauh lebih besar serta tidak memberdayakan dan memiskinkan petani.
Jika tidak, kata Bahruzin, demi menjalankan usahanya terpaksa para nelayan meminjam modal dari tengkulak atau juragan yang bunganya jauh lebih besar serta tidak memberdayakan dan memiskinkan petani.
Ia menyebutkan, berdasarkan sensus tahun
2010, jumlah petani dan nelayan di Jabar mencapai 15 juta kepala keluarga (KK).
Sedangkan untuk nelayan saja sekitar 200.000 KK. Selama ini, khususnya nelayan
di pantura kurang memiliki keahlian selain mencari ikan. Sehingga di luar musim
melaut, mereka tidak bisa bekerja. Ia mengharapkan pemerintah bisa memberikan
pelatihan dan keterampilan bagi para nelayan.
Dalam kesempatan tersebut, Bahruzin juga
mengatakan, mulai Jumat - Minggu (8 - 10/6) PPSNI menggelar rapimnas di
Lembang, KBB. Agendanya antara lain rapat internal pengurus, konsolidasi, dan
sikap politik. Penutupan rencananya digelar Minggu dengan dihadiri Gubernur
Jabar.
http://www.rmol.co/
25.760 Kg Ikan Teri Ilegal
Dimusnahkan
Sabtu, 09 Juni 2012 , 08:49:00 WIB
ILUSTRASI,
IKAN TERI
|
|
|
RMOL. Badan
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian
kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan pemusnahan ikan teri ilegal sebanyak
25.760 kilogram. Pemusnahan itu dilakukan setelah habisnya batas waktu bagi
pemilik yang melakukan penolakan terhadap Surat Pemusnahan Nomor: P.391
/19.0/KM.370/V/2012 yang dikeluarkan Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu
dan Kemanan Hasil Perikanan (KIPM) Kelas I Jambi.
“Pemusnahan itu juga didasari ketentuan Pasal 16 ayat (b) UU
Nomor 16 tahun 1992 Pasal 33 ayat (7) Permen KP No. PER.20/MEN/2007. Jika
pemilik tidak mengembalikan surat (penolakan) dalam batas waktu yang ditetapkan,
maka teri tersebut harus dimusnahkan,” kata Kepala Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan KKP Prasmadji di Pelabuhan
Kuala Tangkal, Jambi, kemarin.
Menurut Prasmadji, penetapan ikan teri itu sebagai barang ilegal
berdasarkan laporan tim yang menangani tempat kejadian perkara. Dalam
laporannya, tim menemukan sejumlah kejanggalan terhadap ikan teri kemasan
dalam 2.576 karton.
Selain itu, lanjut Prasmadji, pemusnahan ikan teri ini sekaligus
mencegah masuknya media pembawa ikan teri ilegal yang berpotensi menimbulkan
ancaman penyebaran hama dan penyakit ikan serta ancaman terhadap tata niaga
hasil perikanan.
Didasari hasil pembahasan analisa kasus maupun analisa yuridis,
maka pemasukan media pembawa ikan teri tersebut melanggar aturan yang
berlaku. “Karena itu kami melakukan pemusnahan. Apalagi media pembawa
yang bersangkutan tidak segera dibawa ke luar dari area tujuan oleh pemiliknya
dalam batas waktu yang ditetapkan,” ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]
www.republika.co.id/berita/
Yuk, Tiru Ribuan Warga Bali Bersihkan Pantai
Sabtu, 09 Juni
2012, 18:48 WIB
Pantai di Bali,
ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG-- Ribuan peserta dari berbagai elemen
masyarakat, termasuk warga asing, membersihkan sampah di pantai Kedonganan dan Pantai
Samuh, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (9/6).
Sedangkan, sekitar 30 penyelam profesional dari dalam dan luar
negeri juga ambil bagian membersihkan laut dalam di Pantai Nusa Dua, Bali.
Acara bertajuk Beach and Underwater Clean-Up tersebut merupakan bagian dari
pencanangan Coral Triangle Day Festival 2012 yang dibuka Menteri Kelautan dan
Perikanan Sharif Cicip Sutardjo.
Ketua Panitia Beach Clean Up Wayan Yustisia mengungkapkan acara
ini diikuti dua ribu peserta, dari siswa, mahasiswa, aktivis lingkungan, serta
sukarelawan dari berbagai negara. "Ini bentuk suara kami peduli pada
lingkungan.Saya tidak menyangka, acara ini diikuti banyak peserta," ujar
Wayan kepada Republika.
Dalam sambutannya, Menteri Sharif mengapresiasi aksi bersih
pantai yang dilakukan ribuan peserta. Sampah plastik, katanya, merupakan
masalah utama kelestarian pantai, termasuk keberlangsungan terumbu karang.
"Karena plastik sulit terurai, sehingga bisa mengganggu ekosistem
laut," katanya.
Dengan gangguan itu, pertumbuhan biota laut, terutama
produktivitas ikan menjadi menurun. Kegiatan Beach Clean Up secara resmi dalam
acara itu akan jadi contoh kebersihan pantai di seluruh pesisir pantai
Indonesia. Selain Bali, acara Beach Clean Up juga dihelat di Pantai Senggigi,
Lombok, NTB.
"Selanjutnya, di sejumlah pantai di Indonesia," katanya. Coral Triangle Day Festival merupakan implementasi CTI yang digagas Indonesia bersama lima negara anggota Coral Triangle Initiative for Coral Reef, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) pasca ajang WOC tahun 2009 silam di Manado, Sulawesi Utara.
"Selanjutnya, di sejumlah pantai di Indonesia," katanya. Coral Triangle Day Festival merupakan implementasi CTI yang digagas Indonesia bersama lima negara anggota Coral Triangle Initiative for Coral Reef, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) pasca ajang WOC tahun 2009 silam di Manado, Sulawesi Utara.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan, kawasan segitiga
terumbu karang (coral triangle) menjadi tempat perkembangbiakan berbagai
spesies perairan di wilayah ini. Di Indonesia saja ada 1.650 spesies yang
bergantung pada terumbu karan
Redaktur: Hafidz Muftisany
Reporter: Zaky Al Hamzah
Rp 109 Miliar Dana untuk
Bina SMK Kelautan dan Perikanan
Sabtu, 9 Juni 2012 17:36
wita
BANJARMASINPOST.CO.ID, TEGAL - Mulai tahun ini Kementerian Kelautan dan Perikanan
mendapat tugas menjadi pembina bagi sekolah menengah kejuruan bidang kelautan
dan perikanan di seluruh Indonesia. Untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas
SDM di bidang kelautan dan perikanan itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
memberikan dana sebesar Rp 109 miliar yang akan dialokasikan ke sembilan
Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri (SUPM-N) yakni di Aceh, Lampung, Tegal,
Bone, Pontianak, Kupang, Ambon, Pariaman, dan Sorong.
Hal
itu dikemukakan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan
Perikanan Sjarief Widjaja di seusai wisuda SUPM-N Tegal, Sabtu (9/6) siang, di
Tegal, Jawa Tengah. "Kapasitas siswa di semua SUPM-N akan didorong jadi
700 siswa. Sekarang kan, seperti di Tegal ini, kira-kira 450 siswa,"
ujarnya.
Untuk
sementara ini terdapat 167 sekolah kelautan dan perikanan yang dibina kemdikbud
dan sembilan sekolah yang dibina Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kepala
SUPM-N Tegal Suharyanto mengatakan sejak lima tahun terakhir jumlah lulusan
sebanyak 366 siswa (48,6 persen) telah bekerja di industri kelautan dan
perikanan baik di dalam maupun luar negeri antara lain Jepang.
"Mayoritas
siswa kami ke Jepang, baik untuk praktik kerja lapangan atau bekerja. Banyak
tawaran dari Jepang. Kami sampai kewalahan," ujarnya. Selain Jepang, kata
Sjarief, lulusan di sembilan SUPM-N juga ke Korea Selatan, Spanyol, Thailand,
China, Vietnam, dan Australia. "Jepang yang paling menganggap tenaga kerja
kita luar biasa. Hampir 70 persen pelaut dunia diisi orang kita terutama di
laut lepas dan bukan perairan terbatas," ujarnya.
Untuk
tahun ini SUPM-N yang tertua di Indonesia ini mewisuda 131 siswa terdiri dari
42 siswa program keahlian Nautika Perikanan Laut, 39 siswa Teknika Perikanan
Laut, 24 siswa Teknologi Budidaya Perikanan, dan 26 siswa Teknologi Pengolahan
Hasil Perikanan. Para siswa banyak diincar industri karena, kata Sjarief, SDM
yang dihasilkan telah siap pakai.
Orientasi
pendidikan di SUPM fokus membentuk SDM profesional bidang perikanan dan
memenuhi kebutuhan pasar kerja atau industri. Dengan konsep teaching factory,
porsi praktik lebih banyak (70 persen) dan diarahkan pada penumbuhan jiwa
kewirausahaan.
Untuk mewujudkan teaching factory dibangun kerja sama antar SMK kelautan dan perikanan. Selain itu juga mengembangkan program keahlian sesuai kebutuhan sektor kelautan dan perikanan seperti bidang konservasi dan bioteknologi. Copyright © 2012
Untuk mewujudkan teaching factory dibangun kerja sama antar SMK kelautan dan perikanan. Selain itu juga mengembangkan program keahlian sesuai kebutuhan sektor kelautan dan perikanan seperti bidang konservasi dan bioteknologi. Copyright © 2012
Editor : Edibpost
Source : Kompas.com
Nelayan Jabar Minta Kredit Ringan
http://www.ppnsi.org/index.php?option=com_content&view=article&id=188:nelayan-tidak-bisa-mengakses-kredit-cinta-rakyat&catid=15:perikanan-a-kelautan&Itemid=108
Minggu, 10 Juni 2012 00:00 |
BANDUNG (bisnis-jabar.com) - Menurut Ketua
Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI) DPW Jabar, Bahruzin,
banyak nelayan kecil di Jabar yang saat ini terjerat rentenir karena kesulitan
mengakses kredit perbankan. “Sekarang, belum ada nelayan kecil yang bisa
mengakses kredit ke bank. Saat perlu dana, mereka pasti datang ke tengkulak
atau ke juragan,” kata Alung panggilan Bahruzin. Berdasarkan data yang dmiliki
PPNSI Jabar, petani dan nelayan saat ini berjumlah sekitar 15 juta kepala
keluarga (KK). Namun, khusus nelayan angkanya lebih kecil yakni hanya sekitar
200.000 orang.
Menurut Alung, saat ini nelayan kecil, membutuhkan modal untuk perbaikan alat tangkap mereka, perbaikan perahu dan menjamin keluarga mereka saat melaut. Sehingga, saat bekerja di laut semua nelayan bisa berusaha dalam keadaan tenang.
“Sekarang, yang bisa mengakses ke nelayan hanya juragan mereka. Setelah dapat dari bank, juragan itu baru memberi pinjaman ke nelayan,” katanya. Menurutnya dengan kondisi seperti ini harus ada kebijakan khusus dari pemerintah untuk membuat skema kredit khusus nelayan ini. Seperti kemudahan mengagunkan alat tangkap ikan sebagai jaminan.
Bahruzin mengatakan, kehidupan nelayan saat ini lebih buruk dari petani. Karena, nelayan tak bisa memastikan hasil tangkapannya. Apalagi, pada musim angin barat seperti ini banyak nelayan yang tak bisa melaut. Baik nelayan yang ada di Pantura seperti Indramayu, Cirebon, Subang maupun nelayan di pantai selatan.(k57/yri)
JURNAL BERITA ONLINE Media Online TerpercayaYOU ARE HERE:HOME HEADLINE NELAYAN VS PETROCHINA BERAKHIR DAMAI
Nelayan Vs Petrochina Berakhir Damai
TUBAN (jurnalberita.com) – Akhirnya permasalahan antara PT. Joint Operating Body
Pertamina-Petrochina East Java (JOB P-PEJ) dengan warga nelayan Desa
Karangagung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban menemukan titik temu, setelah
melakukan pertemuan dan dimediasi oleh Wakil Bupati Tuban, Nor Nahar Husain, di
Gedung Putih Pemkab Tuban, Senin (11/6/12).
Pertemuan yang berlangsung pukul 13.30 WIB
di Gedung Putih itu dihadiri oleh Kepala Desa Karangagung, Camat Palang, Kepala
Dinas Perikanan dan Kelautan, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Kapolsek Palang,
HNSI Karangagung, Rukun Nelayan (RN) Karangagung, perwakilan Nelayan Desa
Karangagung serta perwakilan dari PT. JOB P-PEJ.
Dalam pertemuan tersebut, warga nelayan
meminta kepada Pemkab Tuban untuk memediasi agar segera dibangun tambat labuh
sebagai kontribusi yang harus diberikan PT. JOB P-PEJ kepada warga sebesar Rp
300 juta. Namun, PT. JOB P-PEJ menolak dan hanya akan membantu membangun tambat
labuh sebesar Rp 175 juta, sehingga terjadi perdebatan panjang. Setelah
beberapa saat berjalan panjang dan alot, akhirnya Wakil Bupati Nor Nahar Husain
angkat bicara.
“Kalau membahas Kegiatan Pengembangan
Masyarakat (CSR) ini saya kesulitan, karena Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) ini tidak ada Undang-Undang yang mengatur secara
pasti berapa persen dana CSR yang harus dikeluarkan. Sedangkan pemerintah dalam
memutuskan sesuatu itu harus sesuai dengan undang-undang yang sudah
ditetapkan,” ujar Nor Nahar.
Setelah terjadi sedikit perdebatan secara
alot tersebut, Nor Nahar secara tegas menyampaikan bahwa permasalahan yang
menyangkut hajat orang banyak ini harus segera selesai. Nor Nahar akhirnya
memutuskan PT. JOB P-PEJ harus mencairkan dana sebesar Rp 225 juta sebagai
keputusan yang tengah-tengah.
“Saya minta kepada PT. JOB P-PEJ untuk
mencairkan dana pembangunan tambat labuh sebesar Rp 225 juta sebagai kepedulian
perusahaan kepada warga, karena disini tidak ada undang-undang yang mengatur,
jadi keputusan ini harus diambil secara tengah-tengah dan sesuai kebutuhan yang
diinginkan masyarakat,” tegas Nor Nahar dalam memberi keputusan akhir.
Akhirnya keputusan yang dinilai bersifat
tengah-tengah tersebut diamini oleh semua perwakilan yang datang, termasuk PT.
JOB P-PEJ juga mengamini keputusan dan kesepakatan bersama itu
“Setelah menemukan solusi dan kesepakatan
ini, saya minta kepada pihak PT. JOB P-PEJ untuk segera mengangsur dana yang
sudah disepakati tadi, sehingga pembangunan tambat labuh segera terlaksana,
minimal Rp 100 juta dulu, dan sisanya juga bisa diangsur lagi 75 juta dan 50
juta,” pungkas orang nomor dua di Kabupaten Tuban ini. (jbc18/jbc1)
Rumput Laut Indonesia Bisa Jadi Antitumor
Selasa, 12 Juni 2012 16:51 wita.
BANJARMASINPOSt.CO.ID,
JAKARTA - Angka penderita kanker di dunia terus menunjukkan peningkatan,
kematian akibat kanker pun seakan merambat pasti dan membuat kanker sebagai
salah satu persoalan terbesar di bidang kesehatan saat ini.
Berdasarkan data Badan
Kesehatan Dunia, diperkirakan 11-12 juta orang di dunia tengah menderita kanker
dan lebih dari separuhnya tinggal di negara-negara berkembang seperti
Indonesia.
Di Indonesia,
sedikitnya terdapat 200.000 orang penderita kanker baru per tahunnya. Dua jenis
kanker dengan angka kejadian yang sangat tinggi adalah kanker mulut rahim
(serviks) dan kanker payudara.
Tingkat kematian
akibat kanker mulut rahim di Indonesia sangat mengerikan, di mana sekitar satu
orang meninggal dunia setiap jamnya.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Faktor pertama
terletak di keterlambatan diagnosa. Banyak penderita kanker tidak benar-benar
sadar bahwa dirinya tengah menderita kanker hingga tahapan di mana kondisi
sudah demikian kritis.
Alasan lain adalah
obat kanker yang ada sekarang ini memang memiliki efektivitas yang tidak
maksimal membunuh sel-sel kanker. Di sinilah upaya pencarian obat antitumor
baru sangat diperlukan.
Di Tanah Air, para
peneliti bergiat mencari peluang-peluang obat antitumor ini ke berbagai
penjuru. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan kekayaan hayati laut.
Riset yang menelusuri
potensi manfaat kandungan dalam biota laut sebagai bahan baku obat disebut juga
dengan istilah bioprospeksi.
Salah satu hasil riset
bioprospeksi kelautan dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan
Produk dan Bioteknologi (BBRP2B) Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan (Balitbang KP) adalah potensi rumput laut coklat Turbinaria decurrens
sebagai antitumor.
Dalam uji hayati yang
telah dilakukan di BBRP2B, terbukti bahwa ekstrak rumput laut coklat bisa
membunuh sel tumor mulut rahim. Selain rumput laut coklat, ada pula rumput laut
hijau Ulva fasciata dan rumput laut merah Rhodymenia palmata yang punya khasiat
membunuh sel tumor payudara.
"Rumput laut kaya
akan senyawa flavonoids yang banyak dilaporkan mempunyai efek sebagai
antitumor," kata Nurrahmi Dewi Fajarningsih, salah satu peneliti yang
terlibat riset ini.
Menurut dia, Indonesia
merupakan negeri dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah
Brasil. Ini merupakan peluang yang sangat besar bagi upaya bioprospeksi
kelautan.
Senada dengan itu,
Kepala Badan Litbang Kementerian Kelautan dan Perikanan Prof. Rizald M. Rompas
menegaskan, "Balitbang KP memang mendorong agar pemanfaatan rumput laut
tidak hanya terbatas kepada kariginannya."
"Kalau kita
berhasil menciptakan industri obat-obatan berbasis rumput laut, hasilnya bisa
5-6 kali lebih besar daripada nilai hasil budidaya ikan di Indonesia
setahun," ujar dia. Copyright © 2012
Editor : Anjar
Source : Antara News
http://www.rmol.co/
KKP Genjot Industrialisasi
Budidaya Perikanan
Produktivitas Ikan Merosot
Produktivitas Ikan Merosot
Selasa, 12 Juni 2012 , 08:00:00 WIB
KEMENTERIAN
KELAUTAN DAN PERIKANAN (KKP)
|
|
|
RMOL.Merosotnya
produktivitas perikanan budidaya nasional, di-siasati Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) dengan industrialisasi. Cara ini dianggap ampuh untuk meningkatkan
produksi ikan agar bisa berdaya saing, berkeadilan dan berkelanjutan sesuai
standar mutu pangan (food safety).
“Cara ini digunakan buat
memperbanyak knowledge dan mengembangkan penelitian perikanan. Kita bisa tingkatkan
produktivitas dan menjaga proteksi ikan dari penyakit saat budidaya,” ucap
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutadjo saat membuka Indonesia
Aquaculture dan Forum Inovasi Teknologi Aquaculture (INDOAQUA-FITA) 2012 di
Hotel Aryaduta, Makassar, akhir pekan lalu.
Menurut Cicip, Indonesia
yang kaya hasil perikanan seharusnya dilindungi dengan aktif membudidayakan
hal itu. Apalagi udang, rumput laut, bandeng dan patin sempat terjadi penurunan
produksi drastis.
Untuk itu, KKP menerapkan
sertifikasi pembenihan dan pembudidayaan guna menghasilkan produk berjaminan
mutu. “KKP juga mempercepat pembangunan dan rehabilitasi sarana-prasarana
produksi komiditi ikan andalan serta mengembangkan kerja sama kemitraan dengan
berbagai pihak,” jelas Cicip.
Cicip melihat,
industrialisasi budidaya merupakan sektor paling cepat berkembang dibanding
sektor perikanan tangkap yang laju produktivitasnya dinilai drop karena
penangkapan berlebihan (over fishing).
Makanya, kata menteri dari
Partai Golkar itu, industrialisasi perikanan diperlukan cepat karena langkah
ini opsi terbaik untuk meningkatkan valuable perikanan di dalam negeri agar menciptakan daya saing ekspor di
era globalisasi.
Sulawesi Selatan dipilih sebagai
objek industrialisasi perikanan lewat INDOAQUA-FITA 2012, karena daerah ini
sudah maju dan berhasil menyuplai perikanan secara nasional.
Dirjen Perikanan Budidaya
KKP Slamet Subyakto berujar, INDOAQUA-FITA di Makassar menjadi forum penyatuan
visi dan persepsi antara pemerintah pusat, pemda, perbankan, pelaku usaha,
pembudidaya ikan dan stakeholder lain guna mendukung industrialisasi perikanan.
“Eksibisi ini memberikan kesempatan
kepada beberapa ahli dan praktisi memaparkan studi kasus seperti pengembangan
budidaya teknologi aquakultur, benih dan induk, nutrisi pakan ikan, pengolahan
produk, biotek dan sosial ekonomi, penyakit dan lingkungan sampai kualitas
produk,” beber Slamet. [Harian Rakyat Merdeka]
YOU ARE HERE:HOME HEADLINE PROYEK PLTU TANJUNG AWAR-AWAR MASIH RESAHKAN NELAYAN
Proyek PLTU Tanjung Awar-awar Masih Resahkan Nelayan
TUBAN
(jurnalberita.com) – Pembuangan
limbah kerukan dari proyek PLTU Tanjung Awar-Awar di Jenu masih membuat resah
para nelayan Tuban. Setiap kali jaring nelayan tersangkut, jika menuntut ganti
rugi dari pihak PLTU mengurusnya susah dan lama. Permasalahan ini timbul sejak
berdirinya pelabuhan PLTU.
Informasi
dari para nelayan Tuban yang dihimpun jurnalberita.com mengatakan jika area pembuangan
batu di laut yang dilakukan oleh pihak PLTU semakin melebar dan tanda/rambu
batas pembuangannyapun sudah hilang. Sementara itu, perwakilan nelayan sebagai
pengawas di kapal saat pembuangan diragukan kinerjanya.
Selama
kurun waktu lebih kurang satu tahun ini, sudah ratusan kali jaring nelayan yang
rusak namun tidak pernah mendapat ganti rugi dari pihak PLTU. Sementara
kebutuhan sehari hari sangat mendesak.
“Sudah
banyak kawan-kawan yang jaringnya rusak karena tersangkut di batu yang dibuang
ke laut oleh PLTU. Kami sudah melapor pada Dinas Kelautan kabupaten, namun
hanya ditampung saja dan gantiruginya dari PLTU sangat lama, sementara
kebutuhan sehari-hari sangat mendesak,” ungkap salah satu nelayan di Karangsari
saat berkumpul di Gerdu laut yang ditemui jurnalberita.com.
Di
tempat berbeda, ketua Rukun Nelayan (RN) Kecamatan Tuban, Turiman, juga
menyatakan hal sama. “Saya sendiri juga mengalami hal yang sama (jaringnya
tersangkut, red), dan sekarang ini saya sudah 2 hari tidak bisa bekerja,”
ungkap Turiman.
Lanjutnya,
saya meragukan perwakilan nelayan yang mengawasi di kapal saat membuang limbah
kerukan di laut apakah sudah sesuai di titik koordinat yang sudah ditentukan.
Sementara rambu-rambu di laut sebagian sudah hilang.
Humas
proyek PLTU, Warsidi saat dihubungi via ponsel menghindar saat ditanya mengenai
ganti rugi jaring pada nelayan. “Kami akan mengganti jaring nelayan yang
tersangkut secepatnya, asal melapor pada kami. Maaf ya mas, saya
mau ada pertemuan di kantor Lingkungan Hidup,” jawab Warsidi singkat. (jbc3/jbc1)
Kamis, 14 Juni 2012 – 18:40 WITATelah dibaca 146 kali
Sekot Memberi Materi Pelatihan Penangkapan Ikan Tuna
Pelatihan Pengoperasian Alat Tangkap Tuna Hand Line dan Pelatihan Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal, Kamis 14 Juni 2012 yang dilaksanakan oleh Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Aertembaga (BP3 Aertembaga) di salah satu Aula miliknya menampilkan pembicara Sekretaris Kota Bitung Drs. Edison Humiang, MSi.
Humiang yang didampingi Kadis Kelautan dan Perikanan Ir. Hengkie Wowor membawakan materi berjudul Kebijakan Pembangunan Perikanan Kota Bitung.
Menurutnya, ada 4 langkah utama dalam strategi pembangunan perikanan di Kota Bitung yakni, Pengembangan Kawasan Minapolitan & KEK yaitu mengembangkan usaha skala kecil dan besar, Memfasilitasi Modal Usaha dengan cara bekerja sama dengan pihak perbankan, Pengembangan Infrastruktur pendukung seperti pembangunan jalan tol Manado-Bitung, jalan lingkar lembeh dan terakhir Pengembangan SDM dengan cara pelatihan bagi pelaku/kelompok usaha perikanan serta sosialisasi tentang penangkapan ikan berwawasan lingkungan.
“Diharapkan dengan 4 langkah utama itu, dapat mengatasi masalah yang ada & menciptakan peluang menjadikan Bitung sebagai pusat perikanan di Indonesia Bagian Timur”, kata Humiang.
Sementara Kepala BP3 Aertembaga Pola S. T. Panjaitan, A.Pi, MM mengatakan bahwa maksud pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap nelayan dan pelaku utama perikanan dalam menangkap dan menangani ikan Tuna dengan baik dan benar.
“Potensi sumber daya laut dan perikanan yang besar dari Kota Bitung sehingga membuat Pemerintah Pusat sudah menetapkan Kota Bitung sebagai pusat perikanan Tuna atau “World Tuna Center”, guna dijadikan salah satu pemasukan devisa bagi negara.
Ikan Tuna dari Bitung sudah menjadi salah satu ekspor andalan ke beberapa negara di dunia yang ikut membantu pertumbuhan ekonomi di daerah dan nasional. Oleh sebab itulah, alasan kami mengadakan pelatihan semacam ini agar para nelayan dan pelaku perikanan dapat memahami dengan benar cara penangkapan dan penanganan ikan Tuna”, kata Panjaitan.
Panjaitan menambahkan bahwa pelatihan ini diikuti oleh sekitar 50 nelayan/pelaku perikanan yang tersebar di Kota Bitung dengan Pelatih berasal dari BP3 Aertembaga sendiri.
(red)
Penulis: Redaksi SuaraManado.com
Penulis: Redaksi SuaraManado.com
Awal Musim Kemarau, Tangkapan Ikan Melimpah
PACITAN
(jurnalberita.com) – Musim
kemarau, tidak selamanya identik dengan bencana. Namun sebaliknya, kehadiran
musim setelah penghujan itu, terkadang juga mendatangkan keberuntungan. Kondisi
tersebut tengah dialami para nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Tamperan, Kabupaten Pacitan. Saat ini mereka tengah mendapatkan rezeki berlipat
dari hasil tangkapan ikannya. Apalagi ikan hasil tangkapan nelayan tersebut
sekarang ini sudah merambah hingga pasar ekspor hingga ke Jepang. “Mayoritas
seperti tongkol, cakalang, serta tuna,” jelas Hadi, salah seorang nelayan,
Jumat (15/6/12).
Hadi
mengatakan, saat sekarang ini hasil tangkapan ikan bisa mencapai dua kali lipat
dari hari-hari biasanya. Menurutnya, rata-rata tangkapan ikan para nelayan di
PPP Tamperan, mencapai sekitar 10 ton perharinya. “Saat ini naik dua kali
lipat. Malah untuk ikan tuna, bisa mencapai 20 ton lebih per hari. Berbeda saat
musim penghujan, paling banter hanya sekitar 5 ton per hari,” ujarnya pada wartawan.
Selain
diekspor ke sejumlah negara, ikan dari laut Pacitan tersebut juga untuk
memenuhi kebutuhan lauk-pauk masyarakat sekitar. Sebagian lagi dijual ke luar
daerah, misalnya Solo, Yogyakarta dan Madiun. “Setiap kemarau, hampir bisa
dipastikan stok ikan sangat melimpah. Sebab banyak nelayan andon mampu membelah area laut lepas, yang
sebelumnya jarang dijadikan lokasi penangkapan (ikan),” tutur fery, nelayan
lain.
Jauhnya jangkauan
penangkapan itu selain karena faktor cuaca, juga tersedianya peralatan
penunjang yang jauh lebih lengkap serta modern dibanding nelayan-nelayan
tradisional. “Kebetulan saat ini, sedang berhembus angin Barat yang
menguntungkan para nelayan,” jelasnya.
Sementara itu
dari data yang didapat, hingga kini sedikitnya tercatat sebanyak 640 nelayan
yang setiap harinya mencari ikan di PPP Tamperan. Dari jumlah tersebut,
sebanyak 232 merupakan nelayan andon asal Sulawesi dan Pekalongan, selebihnya
nelayan lokal. (jbc15/jbc1)
NTT ONLINE news.com
Terpercaya dan terdepan
DKP dan Bank Indonesia Latih UKM Sektor Kelautan dan Perikanan
Rabu, 15 Juni 2011 19:54
|
Kupang, NTT Online - Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) bekerjasama dengan Bank Indonesia mengadakan pelatihan Konsultan
Keuangan Mitra Bank (KKMB) bagi pendamping usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) sektor kelautan dan perikanan dari tanggal 15–18 Juni 2011 di
Waingapu.
Demikian Deputi
Pimpinan Bank Indonesia Kupang, Ocky Ganesia kepada nttonline Rabu, (15/6) di
Kupang.
Menurut Ganesia,
peserta pelatihan adalah pendamping teknis sektor kelautan dan
perikanan se daratan sumba sebanyak 20 orang berasal dari Kab. Sumba Timur 5
orang, Kab. Sumba Tengah 5 orang, Kab. Sumba Barat 5 orang dan Kab. Sumba
Barat Daya 5 orang. Sedangkan narasumber berasal dari Dinas Kelautan dan
Perikanan Prov. NTT dan Kab. Sumba Timur, Bank Indonesia, Bank BNI, Bank BRI,
dan Bank BRI.
Tujuan pelatihan
KKMB adalah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pendamping dibidang
keuangan dan perbankan dalam rangka pembinaan UMKM. Harapannya,
pembinaan yang dilakukan dapat mengantarkan UMKM terhadap akses perkreditan
dari perbankan. Hal ini didasarkan masih banyak UMKM yang belum memperoleh
layanan kredit perbankan, yang disebabkan masih ada kendala baik dari sisi
UMKM maupun sisi perbankan.
“Sebagaimana
diketahui KKMB adalah konsultan keuangan / pendamping UMKM bidang keuangan
yang memberikan jasa dibidang penyiapan aspek keuangan UMKM melalui
penyusunan studi kelayakan, proposal kredit, business plan, dan laporan
keuangan yang bertugas memecahkan masalah yang dihadapi UMKM serta memberikan
jasa pengembangan bisnis yang diperlukan,” jelas Ganesia.
Selain itu ungkap
Ganesia, pelatihan KKMB adalah pelatihan mengenai aspek keuangan, termasuk
pemberian kredit secara kelompok maupun individual yang terkait dengan
peningkatan pengetahuan dan kemampuan pendamping dalam rangka pembinaan UMKM
untuk memperoleh kredit atau pembiayaan dari bank.
Adapun Materi
pelatihan adalah, Bank dan Perkreditan yang meliputi pengenalan perbankan,
pengenalan Perkreditan dan analisis Kredit.
Penyusunan Studi
Kelayakan Usaha terdiri dari panduan penyusunan studi kelayakan, aspek pasar
dan pemasaran,aspek teknis dan produksi,aspek sosial ekonomi legalitas dan
lingkungan,aspek resiko usaha,aspek manajemen keuangan.
Pengamanan Kredit
dan Pembinaan Nasabah Usaha Mikro terbagi atas, review kredit dan pembinaan
nasabah serta Penyusunan Rencana Tindak Lanjut.
Pelatihan dibuka
oleh Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Sumba
Timur, Ir. Juspan Pasande, MSi, serta dihadiri Kepala Dinas Kelautan dan
perikanan Kabupaten Sumba Timur, Ir. Maxon M. Pekuwali, MSi.
Juspan Pasande, MSi
menyampaikan apresiasinya atas kegiatan pelatihan karena akan dapat
mendorong komoditi unggulan di Pulau Sumba, khususnya sektor kelautan dan
perikanan.
“Salah satu kendala
UKM untuk berkembang aalah kebutuhan modal dan UKM terkendala adanya
persyaratan agunan yang kurang memadai,jika modal UKM tersedia maka akan
meningkatkan skala usaha UKM serta pendapatan UKM,” jelas Juspan Pasande.
Bagaimanapun juga
pelatihan sebagai langkah awal pendampingan sangat bermakna strategis bagi
keberhasilan KKMB. Semoga pelatihan ini menjadi awal yang baik bagi semua
pihak, khususnya para calon KKMB yang pada gilirannya nanti mampu menjadi
pendamping bagi UMKM dalam upaya memperoleh kredit dari sektor perbankan.
|
LAST_UPDATED2
|
http://www.kompas.com/
Indonesia Berpeluang Rebut Pasar Ikan Hias
Dunia
Minggu,
17 Juni 2012 | 12:35 WIB
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Ikan Discuss dibudidayakan di aquarium pembibitan ikan hias air
tawar UPTD Balai Benih Ikan Kabupaten Bandung di Pacet, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat, Selasa (22/3/2011).
JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) berupaya meningkatkan daya saing produk perikanan
non-konsumsi asal Indonesia, khususnya ikan hias. Salah satu cara meningkatkan
daya saing ekspor itu adalah dengan meningkatkan kualitas ikan hias di
Indonesia, terutama dalam sisi ukurannya.
“Jangan mengekspor ikan hias ukuran kecil.
Lebih baik ikan hias dikembangkan dulu sehingga akan mendapatkan nilai tambah
yang tentu saja diiringi oleh kenaikan nilai ekspor,” kata Menteri Kelautan dan
Perikanan Sharif C Sutardjo, seusai membuka Rinyukai Indonesia SuperKoi Show di
Plenary Hall Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (16/6/2012).
Diakui Sharif, selama ini pembudidaya ikan
hias di Indonesia menjual ikan berukuran kecil tanpa nilai tambah (added
value) ke Singapura. Akibatnya, capaian ekspor ikan hias Indonesia
tertinggal ketimbang Singapura.
KKP sendiri menargetkan ekspor ikan hias
senilai 20 juta dollar AS tahun 2012 ini atau naik dibandingkan tahun 2011 lalu
sebesar 19 juta dollar AS. Saat ini, Indonesia masih berada di posisi kelima,
sebagai negara pengekspor ikan hias.
Saat ini, sentra-sentra produksi ikan hias di
Indonesia sudah tersebar di 18 wilayah, antara lain Pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. "Agar bisa merajai
pasar ikan dunia, maka sekarang harus ditingkatkan strategi marketing-nya,"
ungkap Sharif.
Untuk mendukung pemasaran ikan hias Indonesia,
KKP berencana menerapkan program registrasi produk ikan hias, sertifikasi ikan
hias, serta promosi dan penguatan branding. Selain itu pada tahun
ini, KKP akan menyokong para pembudidaya melalui program bantuan Pengembangan
Usaha Mina Pedesaan (PUMP) yang menyisir sekitar 7.300 kelompok dengan alokasi
sebesar Rp 604 miliar.
Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Subiakto
mengatakan, produksi budidaya ikan hias tahun 2011 sudah mencapai 1,5 miliar
ekor. Capaian itu melampaui target yang telah ditetapkan, yaitu 700 juta ikan
hias.
Di sisi lain, capaian produksi ikan koi
tercatat sebesar 450 juta ekor atau 30 persen dari total keseluruhan produksi
budidaya ikan hias. Kini sentra terbesar koi berada di Blitar, Yogyakarta, DKI
Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Sumatera. "Kami akan terus kembangkan ikan
hias jenis koi, dengan meningkatkan nilai tambah tentunya," kata
Slamet. (Asnil Bambani Amri/Kontan)
Editor : Erlangga Djumena
Ekspor Ikan Hias Kalah
Dengan Singapura
MINGGU, 17 JUNI 2012 | 13:43 WITA
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Ikan Discuss dibudidayakan di aquarium
pembibitan ikan hias air tawar UPTD Balai Benih Ikan Kabupaten Bandung di Pacet,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (22/3/2011).
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA -Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
berupaya meningkatkan daya saing produk perikanan non-konsumsi asal Indonesia
khususnya ikan hias. Salah satu cara meningkatkan daya saing ekspor itu adalah
dengan meningkatkan kualitas ikan hias di Indonesia, terutama sisi ukurannya.
“Jangan mengekspor ikan hias ukuran kecil, lebih baik ikan hias
kembangkan dulu sehingga akan mendapatkan nilai tambah yang tentu saja diiringi
oleh kenaikan nilai ekspor,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif
C.Sutardjo usai membuka Rinyukai Indonesia SuperKoi Show di Plenary Hall
Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (16/6/2012).
Diakui Sharif, selama ini pembudidaya ikan hias di Indonesia
menjual ikan berukuran kecil tanpa nilai tambah (added value) ke
Singapura. Akibatnya, capaian ekspor ikan hias Indonesia tertinggal ketimbang
Singapura.
KKP sendiri menargetkan ekspor ikan hias senilai 20 juta dollar
AS tahun 2012 ini atau naik dibandingkan tahun 2011 lalu sebesar 19 juta dollar
AS. Saat ini, Indonesia masih berada di posisi kelima, sebagai negara eksportir
ikan hias.
Saat ini, sentra-sentra produksi ikan hias di Indonesia sudah
tersebar di 18 wilayah, diantaranya: Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. “Agar bisa merajai pasar ikan
dunia, maka sekarang harus ditingkatkan strategi marketing-nya,” tegas Sharif.
Untuk mendukung marketing ikan hias Indonesia, KKP berencana
menerapkan program registrasi produk ikan hias, sertifikasi ikan hias serta
promosi dan penguatan branding. Selain itu pada tahun ini, KKP akan menyokong
para pembudidaya melalui program bantuan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan
(PUMP) yang menyisir sekitar 7.300 kelompok dengan alokasi sebesar Rp 604
miliar.
Sementara itu, Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Slamet Subiakto
mengatakan, produksi budidaya ikan hias tahun 2011 sudah mencapai 1,5 miliar
ekor ikan. Capaian itu melampaui target yang telah ditetapkan sebanyak 700 juta
ekor ikan hias.
Di sisi lain, capaian produksi ikan koi tercatat sebesar 450
juta ekor atau 30 persen dari total keseluruhan produksi budidaya ikan hias.
Kini sentra terbesar koi berada di Blitar, Jogja, DKI Jakarta, Sulsel dan
Sumatera. “Kami akan terus kembangkan ikan hias jenis koi dengan meningkatkan
nilai tambah tentunya,” kata Slamet.
EDITOR : HALMIEN
SUMBER : KOMPAS.COM
Ombak dan Angin Kencang, Harga Ikan Melambung
http://jurnalberita.com/
TUBAN (jurnalberita.com) – Cuaca
buruk yang disertai ombak besar dan angin kencang membuat sebagian para nelayan
tidak berani melaut. Akibatnya, harga ikan pun mengalami kenaikan yang sangat
drastis.
Dari pantauan jurnalberita.com, harga ikan yang ada di Kabupaten Tuban ini naiknya mencapai 100%
dari harga sebelumnya. Pasalnya, pasokan ikan berkurang drastis akibat para
nelayan tidak berani melaut, sedangkan permintaan konsumen terus bertambah.
Di tempat
pelelangan ikan (TPI) Desa Palang, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, saat ini
harga ikan kakap mencapai Rp 48.000 sampai Rp 60.000 perkilonya, padahal
sebelumnya hanya Rp 25.000 sampai Rp 30.000 perkilonya.
Selain ikan
kakap, cumi-cumi juga mengalami kenaikan yang sangat luarbiasa yaitu, dari
harga semula Rp 60.000 sekarang menjadi Rp 120.000 perkilonya. Untuk tongkol
yang awalnya Rp 15.000 perkilo sekarang menjadi Rp 25.000 sampai Rp 30.000
perkilo. Sedangkan ikan Mas yang semula hanya kisaran Rp 2.000 perkilo,
sekarang naik Rp 10.000 perkilonya.
“Semua jenis
ikan naik mas, dan
naiknya ini bisa mencapai 100 persen. Ini semua dikarenakan pasokan ikan yang
menurun secara drastis. Semua nelayan di sini tidak ada yang berani melaut,
kalau memang ada, ya di pinggir-pinggir saja. Sehingga hasil tangkapannya juga
tidak banyak,” terang Purningsih kepadajurnalberita.com, Senin (18/612). (jbc18/jbc1)
www.republika.co.id/berita/
Indonesia-Prancis Kerja Sama Perangi Pencurian Ikan
Selasa, 19
Juni 2012, 02:02 WIB
Antara/Arief
Priyono
Nelayan
mengangkat keranjang berisi ikan hasil tangkapan mereka. (ilustrasi).
REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Indonesia dan Prancis bekerja sama dalam memerangi pencurian ikan
atau "Illegal,
Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing". Cara yang
dilakukan adalah dengan mengembangkan infrastruktur oseanografi yang memantau
dan menjaga perairan Indonesia.
"Proyek INDESO ('Infrastructure Development for Space Oceanography') diharapkan memberikan sumbangsih dalam memerangi IUU Fishing yang telah banyak merugikan perekonomian Indonesia dalam tahun-tahun belakangan ini," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, dalam acara penandatanganan Persetujuan Fasilitas Kredit Proyek INDESO antara Indonesia dan Prancis di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Senin (18/6).
"Proyek INDESO ('Infrastructure Development for Space Oceanography') diharapkan memberikan sumbangsih dalam memerangi IUU Fishing yang telah banyak merugikan perekonomian Indonesia dalam tahun-tahun belakangan ini," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, dalam acara penandatanganan Persetujuan Fasilitas Kredit Proyek INDESO antara Indonesia dan Prancis di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Senin (18/6).
Menurut
Sharif, hal itu juga menjadi alasan mengapa proyek INDESO dianggap memiliki
nilai strategis bagi pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia. Ia
memaparkan, proyek itu akan membangun fasilitas infrastruktur dengan
menggunakan satelit yang memungkinkan pengamatan secara global pada skala
spasial dan temporal serta dapat digunakan antara lain untuk memonitoring
penangkapan ikan secara ilegal.
"Dengan
alat yang dinamakan VMS (Vessel
Monitoring System) dan pantauan satelit, maka akan dapat diketahui
kapal-kapal asing mana yang sedang melakukan 'illegal fishing'," paparnya.
Sementara itu, Dirjen Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan KKP Syahrin Abdurrahman mengatakan, selama ini kapal yang telah mendapatkan izin dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap KKP akan mendapatkan alat VMS, sehingga dapat dipantau secara langsung oleh pihak KKP.
Namun, ujar Syahrin, dengan kerja sama pembangunan infrastruktur oseanografi dalam proyek INDESO antara Indonesia dan Prancis ini, maka dapat pula dipantau tidak hanya kapal-kapal yang telah memperoleh izin dari Ditjen Perikanan Tangkap KKP, tetapi juga kapal-kapal yang tidak berizin.
Duta Besar Prancis untuk Republik Indonesia, Bertrand Lortholary mengatakan, kerja sama Indonesia-Prancis melalui proyek INDESO ini merupakan tonggak bersejarah bagi kedua negara dan merupakan kerja sama yang dirangkai dengan kemauan politik yang kuat serta komitmen yang besar.
Proyek INDESO yang akan memasuki tahap implementasi pada 2012 dan diperkirakan berlangsung selama empat tahun ini memiliki biaya total proyek INDESO sebesar 31,5 juta dolar AS. Biaya tersebut terbagi atas pinjaman lunak dan hibah Badan Pemerintah Prancis untuk Pembangunan (AFD) sebesar 30 juta dolar AS, dan kontribusi sebesar 1,5 juta dolar AS dari pemerintah Indonesia.
Sementara itu, Dirjen Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan KKP Syahrin Abdurrahman mengatakan, selama ini kapal yang telah mendapatkan izin dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap KKP akan mendapatkan alat VMS, sehingga dapat dipantau secara langsung oleh pihak KKP.
Namun, ujar Syahrin, dengan kerja sama pembangunan infrastruktur oseanografi dalam proyek INDESO antara Indonesia dan Prancis ini, maka dapat pula dipantau tidak hanya kapal-kapal yang telah memperoleh izin dari Ditjen Perikanan Tangkap KKP, tetapi juga kapal-kapal yang tidak berizin.
Duta Besar Prancis untuk Republik Indonesia, Bertrand Lortholary mengatakan, kerja sama Indonesia-Prancis melalui proyek INDESO ini merupakan tonggak bersejarah bagi kedua negara dan merupakan kerja sama yang dirangkai dengan kemauan politik yang kuat serta komitmen yang besar.
Proyek INDESO yang akan memasuki tahap implementasi pada 2012 dan diperkirakan berlangsung selama empat tahun ini memiliki biaya total proyek INDESO sebesar 31,5 juta dolar AS. Biaya tersebut terbagi atas pinjaman lunak dan hibah Badan Pemerintah Prancis untuk Pembangunan (AFD) sebesar 30 juta dolar AS, dan kontribusi sebesar 1,5 juta dolar AS dari pemerintah Indonesia.
(DIGITAL EDITION)
KORAN JAKARTA
Sektor Riil
Kamis, 21 Juni 2012 |
00:20:25 WIB
Illegal Fishing
57 Izin
Kapal Perikanan Tangkap Dicabut
DOK
JAKARTA -
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencabut 57 izin kapal perikanan
tangkap eks asing ber-ukuran diatas 30 gross ton. Pencabutan izin diharapkan
menertibkan sektor perikanan tangkap.
"Kita
lakukan verifikasi faktual perizinan kapal eks asing hingga September mendatang.
Saat ini, ada 223 kapal yang sudah lolos verifikasi dan ada 57 izin kapal yang
kita cabut karena berbagai hal, seperti kapalnya sudah tidak ada dan satu izin
digunakan untuk dua kapal," kata Dirjen Perikanan Tangkap KKP Heriyanto
Marwoto, Rabu (19/6).
Marwoto menyebutkan, KKP sebenarnya mengeluarkan 9.000 unit izin kapal perikanan tangkap, namun realisasi izinya hanya 4.220 unit. Dari jumlah tersebut 1.220 unit merupakan kapal eks asing. Jadi, saat ini, penertiban izin kapal diprioritaskan untuk kategori kapal eks asing.
Marwoto menyebutkan, KKP sebenarnya mengeluarkan 9.000 unit izin kapal perikanan tangkap, namun realisasi izinya hanya 4.220 unit. Dari jumlah tersebut 1.220 unit merupakan kapal eks asing. Jadi, saat ini, penertiban izin kapal diprioritaskan untuk kategori kapal eks asing.
Menurut
Marwoto, kegiatan verifikasi kapal penangkap ikan akan dilakukan hingga
September mendatang, dengan pertimbangan banyak kapal yang melaut selama 3-4
bulan, sehingga harus menunggu sampai kapal itu mendarat di pelabuhan.
Untuk menertibkan izin kapal perikanan tangkap, kata Marwoto, KKP bakal merevisi Peraturan Menteri 14 dan 49 mengenai usaha perikanan. Dalam revisi nanti, akan ada pembenahan aturan. Jika sekarang satu kapal bisa memilih mendaratkan hasil tangkapan di dua pelabuhan, maka nanti ditetapkan hanya satu pelabuhan.
Untuk menertibkan izin kapal perikanan tangkap, kata Marwoto, KKP bakal merevisi Peraturan Menteri 14 dan 49 mengenai usaha perikanan. Dalam revisi nanti, akan ada pembenahan aturan. Jika sekarang satu kapal bisa memilih mendaratkan hasil tangkapan di dua pelabuhan, maka nanti ditetapkan hanya satu pelabuhan.
"Sekarang,
kapal tidak mendaratkan tangkapan di pelabuhan A, kita berasumsi kapal itu
mendaratkan di pelabuhan B. Dengan revisi aturan, maka satu kapal ditetapkan
mendaratkan tangkapan di satu pelabuhan saja. Ini untuk menertibkan,"
ungkapnya.
Selain itu, KKP juga sudah mengajukan ke Kementerian Koordinator Perekonoian, agar kapal yang mendaratkan ikan diberikan jatah solar bersubsidi. Langkah itu merupakan insentif kepada pelaku usaha penangkapan, agar bersedia mendaratkan ikan di pelabuhan.
Tingkatkan PNBP
Selain itu, KKP juga sudah mengajukan ke Kementerian Koordinator Perekonoian, agar kapal yang mendaratkan ikan diberikan jatah solar bersubsidi. Langkah itu merupakan insentif kepada pelaku usaha penangkapan, agar bersedia mendaratkan ikan di pelabuhan.
Tingkatkan PNBP
Dihubungi terpisah Pakar Perikanan, Rokhmin Dahuri menyebutkan, kontribusi perizinan kapal penangkapan ikan dan pelabuhan terhadap penerimaan negara bukan pajak (PNBP) perlu ditingkatkan.
"Dulu
era 2001-2004 kontribusi PNBP dari kapal perikanan tangkap dan pelabuhan
sebesar 400 miliar rupiah, saat ini menurun jumlahnya. Banyak kapal yang tidak
mendaratkan hasil tangkapan ke pelabuhan, bahkan pengusaha kapal nakal ada yang
berkolaborasi dengan oknum aparat, dan mereka tidak memiliki izin
penangkapan," paparnya.
Akibat
kondisi tersebut, kata Rokhmin, akhirnya setoran dan kontribusi PNBP dari kapal
dan pelabuhan menurun. Untuk menarik pengusaha kapal perikanan tangkap, maka
perlu diberikan insentif, misalkan bagi yang mendaratkan dua kilogram ikan ke
pelabuhan diberikan insentif berupa satu liter solar bersubsidi.
Jika
insentif dan perbaikan di sektor perikanan tangkap tidak dipercepat maka
kondisi pasokan hasil tangkapan ke industri akan menurun. "Kalau raw
material terus menurun, bagaimana pabrik pengolahan mau maksimal dan jalan?
Jika itu terus berlangsung maka investor pengolahan akan merugi," ujarnya.
aan/E-3
www.republika.co.id/berita/
Riza: Pemerintah tak Serius Jalankan Program Kedaulatan Pangan
Senin, 25 Juni
2012, 19:54 WIB
Wihdan
Hidayat/Republika
Nelayan menata
keranjang ikan tangkapan di TPI Muara Angke, Jakarta.
REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA -- Pemerintah dinilai tidak serius dalam menjalankan program kedaulatan
pangan.
Sekretaris Jendral
Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Riza Damanik mengatakan
pemerintah tidak serius menyusun tahap-tahap agar Indonesia bisa swasembada
pangan.
Di sektor perikanan, Riza berpendapat pemerintah masih selalu saja melakukan impor ikan. Di tahun 2012, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan mengimpor 600 ribu ton ikan. Pemerintah memberikan catatan ikan yang boleh diimpor merupakan jenis yang tidak ada di Indonesia.
Di sektor perikanan, Riza berpendapat pemerintah masih selalu saja melakukan impor ikan. Di tahun 2012, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan mengimpor 600 ribu ton ikan. Pemerintah memberikan catatan ikan yang boleh diimpor merupakan jenis yang tidak ada di Indonesia.
"Nawaitunya (niatnya) memang impor," ujar Riza,
Senin (25/6).
Riza
menuturkan impor ikan bukan disebabkan karena harga ikan impor lebih murah
dibandingkan ikan lokal. Impor ikan, kata dia disebabkan karena pemerintah
tidak serius menggarap budidaya ikan.
Redaktur: Heri
Ruslan
Reporter: Dwi
Murdaningsih
Pokdakan Vaname Lestari Ikuti Apresiasi CBIB Budidaya Udang Vaname di Temon
http://dkp.bantulkab.go.id/berita/baca/2012/06/25/090413/pokdakan-vaname-lestari-ikuti-apresiasi-cbib-budidaya-udang-vaname-di-temon
BERITA –
Senin, 25 Jun 2012 09:04 WIB
Dalam
rangka pengingkatan Apresiasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), Kelompok
Budidaya Ikan (pokdakan) Vaname Lestari dari Sanden diundang oleh DKP Provinsi
DIY untuk mengikuti sosialisasi CBIB tentang bagaimana membudidayakan udang
Vaname.
Dalam
acara yang dilaksanakan Jumat (15/6) kemarin, Pokdakan Vaname Lestari yang
membudidayakan udang vaname didampingi oleh DKP Bantul. Udang vaname merupakan
salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya yang berprospek cerah karena
mempunyai potensi yang cukup bagus dan menguntungkan, dan juga pemasaran yang
cukup luas.
Dalam
acara itu, PT. Indokor menjadi narasumber tentang Teknik dan Manajemen Tambak,
dengan materi yang diberikan meliputi Manajemen Dasar Tambak, Manajemen Sumber
Daya Air, Manajemen Benih, Manajemen Pakan, Manajemen Kualitas Air, Manajemen
Kesehatan dan Pertumbuhan udang, dan juga saat Panen dan Pasca Panen.
Perlu
diketahui bahwa CBIB merupakan bagian dari Sistem Pengendalian Jaminan Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan. CBIB merupakan cara memelihara dan/atau membesarkan
ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol sehingga
memberikan jaminan keamanan pangan dari pembudidayaan dengan memperhatikan
sanitasi, pakan, obat ikan, dan bahan kimia serta biologis.
Diharapkan
dengan acara ini, para pembudidaya memperoleh pengetahuan yang luas tentang
udang vaname dan mempratekkan sesuai dengan CBIB.
http://www.dislautkanpati.com/
KKP Ingin Jadikan Ikan Menu Utama Indonesia
JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menginginkan
ikan dapat menjadi menu utama bagi keluarga Indonesia sekaligus untuk
meningkatkan konsumsi daging ikan yang hingga sekarang masih relatif kurang.
“Jadikan ikan sebagai menu utama keluarga Indonesia karena
kandungan ikan sangat tinggi protein sehingga layak menjadikannya sumber
protein masyarakat Indonesia, terutama bagi anak-anak,” kata Dirjen Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP Saut Hutagalung dalam acara Festival
Perikanan Nusantara 2012 di Jakarta, Sabtu.
Festival itu, menurut dia, bertujuan mendorong peningkatan citra
produk perikanan, antara lain dengan mengusung komoditas bandeng, patin, dan
pindang sebagai bahan pangan yang ekonomis, bergizi tinggi, dan aman
mengonsumsi ikan itu.
Apalagi, ujar dia, ketiga komoditas perikanan tersebut juga
memiliki peran penting dalam mewujudkan ketahanan nutrisi masyarakat Indonesia.
Selain itu, ketiga produk dari komoditas perikanan tersebut juga banyak
diusahakan oleh masyarakat sehingga mempromosikan ketiganya diklaim sebagai
bukti keberpihakan KKP pada ekonomi kerakyatan.
Ia memaparkan Festival Perikanan Nusantara yang diselenggarakan
secara rutin sejak 2010 merupakan salah satu bentuk upaya KKP untuk mengajak
masyarakat agar gemar makan ikan. “Masyarakat diharapkan semakin dekat dan
tertarik untuk membudidayakan serta mengolah ikan sebagai sumber pangan,”
katanya.
Saut juga menuturkan, sampai saat ini, konsumsi ikan nasional
memiliki kecenderungan untuk naik setiap tahunnya. Berdasarkan data KKP,
tingkat konsumsi ikan nasional pada tahun 2010 mencapai 30,48
kilogram/kapita/tahun, sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi 31,64
kilogram/kapita/tahun atau dapat dikatakan mengalami peningkatan 3,81 persen.
Bahkan, lanjut dia, selama periode 2007–2011 tercatat bahwa
rata-rata laju konsumsi ikan per kapita di Indonesia mengalami pengingkatan
rata-rata sebesar 5,04 persen per tahun.
Dirjen P2HP KKP mengemukakan bahwa peningkatan konsumsi ikan itu
didukung dengan adanya promosi produk dan gerakan makan ikan (Gemarikan) di
seluruh provinsi di Tanah Air.
“Kampanye Gemarikan merupakan program unggulan yang bersifat
multisektoral dan berpijak kepada kekuatan sinergi antara pelaku pasar dengan
pemerintah,” katanya. Ant
(DIGITAL EDITION)
KORAN JAKARTA
Sektor Riil
Jumat, 29 Juni 2012 |
00:19:48 WIB
Sektor Kelautan
Sistim Logistik Perikanan Tidak Jalan
ANTARA
JAKARTA -
Sistim logistik ikan nasional (SLIN) yang digaungkan Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) dinilai tidak berjalan, karena tidak melibatkan pengusaha kapal
pengangkut ikan. Akibatnya distribusi ikan dari sentra tangkapan ikan di
kawasan timur ke sentra pemasaran terhambat.
"Di
kawasan timur Indonesia itu minim tempat pelelangan ikan, dan pelabuhan juga
masih terbatas. Seharusnya dengan kapal pengangkut ikan maka membantu logistik
perikanan, yang membawa hasil tangkapan ikan di timur ke wilayah pemasaran di
barat," kata Presiden Asosiasi Pengusaha Kapal Pengangkut Ikan (APKPI)
Sakiman di Jakarta, Kamis (28/7)
Menurut
Sakiman, saat ini kapal pengangkut ikan masih diganjal dengan regulasi yang
berbelit dan pungutan "oknum" angkatan laut. Ia mencontohkan,
perizinan mengenai surat izin kapal pengangkut ikan (SIKPI) itu membatasi
wilayah operasi. Akibatnya saat ada musim panen tangkapan ikan, kapal
pengangkut tidak bisa masuk. Kondisi ini berdampak pada terganggunya pemasaran
ikan. Al hasil harga ikan jatuh saat musim panen, terutama di kawasan timur
Indonesia.
Untuk
itu, seharusnya KKP yang menggaungkan program SLIN, memberikan keleluasaan
wilayah operasi untuk pengusaha kapal pengangkut ikan. Karena kapal pengangkut
itu mengangkut semua ikan hasil tangkapan nelayan, ke pelabuhan dan sentra
pemasaran.
Dengan dukungan kapal pengangkut ikan, maka nelayan juga bisa menghemat dalam operasional penangkapan ikan. Ia mencontohkan, nelayan tradisional di Raja Ampat membawa ikan seberat 30 kilogram di pasarkan ke Sorong, padahal hasilnya penjualan tersebut tidak sebanding dengan ongkos perjalanan ke pasar tersebut. Dengan adanya kapal pengangkut yang membeli tangkapan nelayan, maka nelayan bisa memperoleh pendapatan yang memadai dengan harga ikan yang kompetitif.
"Jadi SLIN itu tidak berarti sama sekali, kalau tidak didukung kapal pengangkut, karena kapal kita juga berfungsi sebagai coldstorage," ungkapnya.
Dengan dukungan kapal pengangkut ikan, maka nelayan juga bisa menghemat dalam operasional penangkapan ikan. Ia mencontohkan, nelayan tradisional di Raja Ampat membawa ikan seberat 30 kilogram di pasarkan ke Sorong, padahal hasilnya penjualan tersebut tidak sebanding dengan ongkos perjalanan ke pasar tersebut. Dengan adanya kapal pengangkut yang membeli tangkapan nelayan, maka nelayan bisa memperoleh pendapatan yang memadai dengan harga ikan yang kompetitif.
"Jadi SLIN itu tidak berarti sama sekali, kalau tidak didukung kapal pengangkut, karena kapal kita juga berfungsi sebagai coldstorage," ungkapnya.
Lebih
lanjut Sakiman menyebut, saat ini APKPI memiliki 200 anggota pengusaha dengan
kepemilikan kapal berkapasitas rata-rata 150 ton. Jadi, wilayah kita sebagian
besar operasional di kawasan timur indonesia dan hasil tangkapan nelayan di
angkut ke Banyuwangi, Bitung, Batang dan Muara Baru.
Peran Strategis
Ditempat
yang sama Ketua Umum Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (Apiki) Ady Surya
menyebutkan, dengan menerapkan sistim logistik ikan nasional, maka KKP perlu
mendorong peran strategis dari kapal pengangkut.
"Pengusaha
itu kan sudah mengumpulkan, menyelamatkan harga dan mendistribusikan ke sentra
pasar. Mereka pelaku utama distribusi ikan, tetapi masih dikenakan biaya
tinggi. Hanya diberikan subsidi solar subsidi hanya 25 kiloliter," ujarnya
Adi Surya menambahkan, dengan adanya kapal angkut maka bahan baku akan mudah diperoleh karena kapal tersebut menyediakan bahan baku industri dari sentra tangkapan ikan. Jadi, dengan adanya kapal pengangkut atau conecting, maka ketersediaan bahan baku jadi meningkat, pasalnya rata-rata kapal angkut tersebut menyediakan 30 persen bahan baku industri pengalengan ikan. aan/E-3
Adi Surya menambahkan, dengan adanya kapal angkut maka bahan baku akan mudah diperoleh karena kapal tersebut menyediakan bahan baku industri dari sentra tangkapan ikan. Jadi, dengan adanya kapal pengangkut atau conecting, maka ketersediaan bahan baku jadi meningkat, pasalnya rata-rata kapal angkut tersebut menyediakan 30 persen bahan baku industri pengalengan ikan. aan/E-3
1 comment:
Nama saya: Etin supriatin
Negara: Indonesia
Pinjaman yang disetujui: Rp450.000.000 bank: bri bank
email: (supriatinetin123@gmail.com)
Halo semuanya, nama saya ETIN SUPRIATIN
Saya ingin membagikan kesaksian yang luar biasa ini
bagaimana saya mendapatkan pinjaman saya dari BELINDA CHRISTOPHER LOAN COMPANY ketika kami diusir dari rumah ketika saya tidak dapat membayar tagihan saya lagi karena covid19 patah hati,
Setelah ditipu oleh berbagai perusahaan secara online dan pinjamannya ditolak oleh bank saya dan beberapa credit union lain i
dikunjungi. Sampai suatu hari saya berjalan dengan malu-malu
seorang teman sekolah lama yang memperkenalkan saya pada BELINDA CHRISTOPHER LOAN COMPANY
Awalnya saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak siap mengambil risiko apa pun lagi
meminta pinjaman online lagi, tetapi dia meyakinkan saya bahwa saya tidak perlu khawatir bahwa saya akan menerima pinjaman dari mereka. Seketika berpikir,
karena tunawisma saya, saya mengikuti uji coba dan mengajukan pinjaman, untungnya itu disetujui untuk saya dan saya menerima pinjaman Rp450.000,00 dari
{belindachristopherloancompany@gmail.com}. Saya senang saya mengambil risiko dan mengajukan pinjaman. Saya dan keluarga saya sekarang bahagia sekarang saya memiliki rumah dan bisnis sendiri. Semua rasa syukur saya sampaikan kepada BELINDA CHRISTOPHER LOAN COMPANY yang telah memberi makna pada hidup saya ketika saya mengira semua harapan telah hilang. Anda dapat menghubungi mereka melalui email (belindachristopherloancompany@gmail.com) atau whatsap +1 (347) 797-0786 jika Anda membutuhkan pinjaman cepat dan nyata, Anda masih dapat menghubungi saya melalui (supriatinetin123@gmail.com) untuk informasi lebih lanjut.
BELINDA CHRISTOPHER LOAN COMPANY
whatsapp: +1 (347) 797-0786
alamat email: belindachristopherloancompany@gmail.com
Post a Comment