Thursday, 2 July 2015

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA RUMPUT LAUT



Dengan semakin berkembangnya usaha budidaya rumput laut di Indonesia segala permasalahan dan hambatan yang mungkin terjadi terutama terhadap kemungkinan serangan hama dan penyakit pada tanaman rumput laut perlu mendapat diperhatikan khusus.    Serangan hama dan penyakit bila dibiarkan dapat berakibat menurunnya produksi.  Oleh karena itu perlu diketahui jenis hama dan penyakit yang menyerang rumput laut sehingga dapat diambil langkah-langkah penanggulangannya atau paling tidak dapat memperkecil kerugian. Data mengenai dampak penyakit terhadap produksi budidaya rumput laut masih sangat terbatas.







HAMA



Hama tanaman budidaya rumput laut umumnya merupakan organisme laut yang memangsa tanaman rumput laut.  Organisme ini hidup dengan rumput laut sebagai makanan utamanya atau sebagian masa hidupnya memakan rumput laut.  Hama dapat menimbulkan kerusakan secara fisik pada tanaman budidaya, seperti; tanaman terkelupas, patah atau habis dimakan sama sekali.



Hama yang menyerang tanaman budidaya rumput laut berdasarkan ukuran besar kecilnya hama dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu hama mikro (mikro grazer) hama makro (makro grazer) (Doty, 1987).







A. Hama Mikro



Hama mikro merupakan organisme laut yang umumnya berukuran panjang < 2 cm, hidup menempel pada thallus tanaman rumput laut dan biasanya tidak tampak pada thallus yang sehat.  Hama mikro yang sering dijumpai pada tanaman budidaya rumput laut adalah : larva bulu babi (Tripneustes) dan larva teripang (Holothuria sp.).







Larva Bulu Babi



Organisme ini berbentuk planktonik, melayang-layang di air dan kemudian menempel pada rumput laut.  Organisme ini menutupi permukaan thallus dan menyebabkan thallus berwarna kuning.







Larva  Teripang



Larva teripang merupakan organisme planktonis yang menempel dan menetap pada thallus rumput laut.  Larva ini kemudian tumbuh dan menjadi besar.  Larva teripang yang sudah besar dapat memakan thallus rumput laut  dengan cara menyisipkan ujung-ujung cabang rumput laut ke dalam mulutnya.







B. Hama Makro



            Beberapa hama makro yang sering ditemui menyerang rumput laut pada tanaman budidaya rumput laut antara lain : Ikan beronang (Siganus spp.), bintang laut (Protoneustes nodosus), bulu babi (Diadema spp), Bulu babi duri pendek (Tripneustes sp.) dan penyu hijau (Chelonia midas).







Ikan Baronang



Ikan baronang (Siganus spp.) merupakan hama perusak terbesar pada budidaya rumput laut. Cara penanggulangan hama ini  relatif sulit.  Benih ikan beronang mempunyai sifat bergerombol merupakan hama yang paling serius serangannya. Ikan ini memakan seluruh thallus sebelah luar.  Akibatnya tanaman rumput laut hanya tertinggal kerangkanya saja. Rumput laut akan mati dalam dalam beberapa hari. Serangan ikan baronang sifatnya musiman terutama pada musim benih, sehingga di setiap daerah waktu serangannyapun berbeda. 



Cara melindungi tanaman rumput laut dari serangan ikan baronang dapat dilakukan dengan mengatur waktu penanaman. Awal penanaman rumput laut sebaiknya di laur musim benih ikan baronang. Dengan cara tersebut diharapkan kerugian dapat diperkecil.  Penanaman secara serentak juga dapat mengurangi  serangan hama ikan.







Bintang Laut 



Bintang laut (Protoneostes) merupakan hama yang mempunyai kemampuan memanjat pada tanaman rumput laut dan dapat menutupi cabang-cabangnya.  Cabang-cabang tanaman rumput laut yang ditutupi/ditempeli  oleh bintang laut akan mati serta banyak percabangan yang patah.   Serangan bintang laut pengaruhnya relatif kecil. Serangan bintang laut tidak terjadi pada tanaman yang jauh dari dasar perairan.







Bulu Babi dan Bulu Babi Duri Pendek



Bulu babi (Diadema)  dan babi duri pendek (Tripneustes) merupakan hama yang merusak bagian tengah thallus. Serangan bulu babi dapat mengakibatkan bagian cabang-cabang utama thallus terlepas dari tanaman induk. Serangan bulu babi pengaruhnya relatif kecil dan tidak terasa terutama pada areal budidaya yang cukup luas. Hama bulu babi tidak dapat menyerang rumput laut yang jauh dari dasar perairan.







Penyu Hijau



Penyu hijau (Chelonia midas) merupakan hama yang merusak tanaman budidaya paling ganas. Penyu hijau biasanya menyerang pada malam hari. Hama ini dapat memangsa habis tanaman budidaya pada areal yang tidak terlalu luas. Tanda-tanda tanaman rumput laut terserang penyu hijau adalah:  tanaman hanya tertinggal pada ikatan tali rafia saja dan tampak bekas-bekas seperti dipotong benda tajam atau pisau.  Cara menanggulangi serangan penyu hijau terhadap tanaman rumput laut dilakukan adalah dengan melindungi areal budidaya dengan memasang pagar dari jaring.  Pada areal budidaya yang cukup luas serangan hama ini tampak tidak berarti.  Serangan akan tampak terutama pada daerah tepi atau dekat dengan perbatasan perairan dalam.







C. PENYAKIT



Penyakit rumput laut dapat didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsi atau terjadinya perubahan anatomi atau struktur yang abnormal. Misalnya adanya perubahan dalam laju pertumbuhan dan penampakan seperti warna dan bentuk. Perubahan ini pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat produktifitas hasil.  Terjadinya penyakit umumnya disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dan adanya interaksi antara faktor lingkungan (suhu, kecerahan, salinitas, dll) dengan jasad patogen (organisme yang berperan sebagai penyebab penyakit). 







Penyakit “Ice-ice”



Ice-ice adalah penyakit yang banyak menyerang tanaman rumput laut jenis Eucheuma spp.  Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1974 di Philipina. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintik/bercak-bercak pada sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi pucat dan berangsur-angsur menjadi putih dan akhirnya thallus tersebut terputus.  Penyakit ini timbul karena adanya mikroba yang menyerang tanaman rumput laut yang lemah.  Gejala yang diperlihatkan adalah pertumbuhan yang lambat,  terjadinya perubahan warna menjadi pucat dan pada beberapa cabang menjadi putih thallus menjadi putih dan membusuk.



Adanya perubahan lingkungan seperti ; arus, suhu, dan kecerahan di lokasi budidaya dapat memicu terjadinya penyakit ice-ice.  Tingkat penyerangannya terjadi dalam waktu yang cukup lama.  Hal ini sesuai dengan pendapat Trono (1974), bahwa: penyebab Ice-ice ini adalah perubahan lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan yang menyebabkan menurunnya daya tahan rumput laut tersebut.  Sedangkan Uyenco et al (1981) mengatakan bahwa: kemungkinan penyebab terjadinya penyakit ini karena adalah bakteri patogen tertentu.    Hal ini  menjadikan bahwa sebenarnya timbulnya bakteri tersebut merupakan serangan sekunder.  Kemungkinan efektifitas serangan bakteri hanya terjadi pada saat pertumbuhan tanaman tidak efektif.







Penyakit  White Spot



Penyakit White spote terdapat pada jenis rumput laut Laminaria japonica di Cina.  Gejala awal penyakit ini  ditandai dengan terjadinya perubahan warna thallus dari coklat kekuning-kuningan  menjadi putih  kemudian menyebar  keseluruh  thallus  dan bagian tanaman membusuk dan rontok.



             Pemberantasan hama dilaksanakan dengan penjagaan saluran masuk pintu air dengan saringan, agar hama predator seperti ikan-ikan tidak masuk ke dalam tambak pemeliharaan. Pemberantasan penyakit White spot pada rumput laut dilakukan dengan mengganti air tambak seminggu dua kali.  Apabila dalam seminggu air tambak  tidak diganti, maka pada thallus (batang) rumput laut akan terjadi bercak putih yang akan menghambat pertumbuhan rumput laut, bahkan dapat menyebabkan kematian.



Penyakit  ice-ice dan White Spote biasanya terjadi pada bulan April atau Mei yaitu pada saat kecerahan perairan tinggi.  Pada kondisi ini tingkat kelarutan unsur Nitrat tidak tercukupi untuk keperluan fotosintesa sehingga berakibat terjadinya perubahan warna secara nyata.  Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan cara menurunkan posisi tanaman lebih dalam dari posisi semula untuk mengurangi penetrasi sinar matahari.  Cara lain juga dapat dilakukan dengan pemberian pupuk Nitrogen.  Akan tetapi  saran ini masih perlu dikaji lebih lanjut.







Kompetitor






       Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut ini salah satunya termasuk tumbuhan penempel. Tumbuhan penempel bersifat kompetitor dalam menyerap nutrisi untuk pertumbuhan, kadang-kadang algae filamen dapat menjadi pengganggu karena menutupi permukaan rumput laut yang menghalangi proses penyerapan dan fotosintesa. Tumbuhan penempel tersebut antara lain Hypnea, Dictyota, Acanthopora, Laurencia, Padina, Amphiroa dan alga filamen seperti Chaetomorpha, Lyngbya dan Symploca (Atmadja & Sulistijo, 1977).

            Binatang penempel yang mengganggu apabila koloninya cukup besar menutupi batang rumput laut adalah tunikata yang dapat mengganggu proses fotosintesa. Gangguan ini dapat mengakibatkan tanaman menjadi busuk pada bagian yang tertutup total oleh tunikata.

SUMBER:
http//supmladong.kkp.go.id
Mulyadi A., 2014. Modul "Budidaya Rumput Laut" sebagai Bahan Ajar. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.

No comments:

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...