Friday, 29 March 2013

PANEN RAYA UDANG VANAME DI TAMBAK DEMFARM, INDRAMAYU



Pada tanggal 9 Maret 2013 yang lalu, berlokasi di Desa Singajaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo, didampingi oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, melakukan panen raya udang tambak demfarm.
Panen ini dilakukan setelah umur budidaya udang mencapai 3 bulan. Selain di Indramayu, panen udang juga dilakukan di lokasi tambak demfarm udang lainnya yaitu Kab. Serang, Karawang, Subang dan Cirebon. Rata-rata ukuran panen udang vanamd yang dilakukan mencapai size 55 ekor per kilo.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo tampak gembira saat melaksanakan panen raya udang tersebut. Lahan tambak udang sekitar 100 hektare di desa Singajaya ini dinilai berhasil dalam melaksanakan program revitalisasi tambak udang yang dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo menjelaskan, pengembangan budidaya udang di pantura sangat potensial dan produksinya akan terus meningkat."Secara nasional produksi udang terus meningkat. Pada 2011 mencapai 400.385 ton, sedangkan tahun berikutnya menjadi 457 ribu ton pada 2012, kenaikan tersebut selain bertambahnya lahan tambak, teknolgi budidaya cukup membantu," katanya. Menurut MKP, produksi udang tahun 2013 diharapkan bisa maksimal, sehingga kebutuhan udang untuk nasional terpenuhi.
Dirjen Perikanan Budidaya mengatakan keberhasilan program revitalisasi tambak ini akan dijadikan contoh untuk komoditas lain dalam rangka meningkatkan produksi perikanan budidaya. Pada tahun 2013, rencananya program revitalisasi tambak udang akan menjangkau propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Lampung dan Sulawesi Utara. Dukungan semua pihak seperti perbankan, Kemen PU, BPN, Kemen ESDM, dan pihak terkait lainny turut berperan dalam keberhasilan program ini.


[Sumber : Ditjen PB (rmr)http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=840

Thursday, 21 March 2013

Ada Berapa Jenis Gurame yang Biasa Dibudidayakan dan Apa Saja Keunggulannya?



Berdasarkan varietas, gurame dibagi menjadi 2 jenis, yaitu gurame putih dan gurame merah. Ciri-ciri gurame putih secara umum ditandai dengan sisik tubuhnya berwarna putih keperakan, sedangkan varietas merah ditandai dengan warna sisiknya yang merah kecoklatan.
        Jenis gurame varietas putih yang telah dibudidayakan dan sudah dikenal masyarakat, diantaranya gurame jepun, porselen, blausafir, paris dan bastar. Sedangkan varietas merah diantaranya adalah gurame angsa dan gurame Purwokerto. Bagi orang awam, sulit membedakan jenis-jenis gurame tersebut. Namun, tidak demikian halnya bagi para pembudidaya gurame yang telah ahli.

 
Jenis dan Keunggulan Gurame
a.    Gurame Angsa atau Soang
      Tubuh berwarna putih abu-abu dan bersisik besar. Ukuran tubuh lebih besar dan panjang dibanding jenis lain. Panjang tubuh maksimum 65 cm. Bila dipelihara dengan baik, bobotnya mencapai 2-8 kg/ekor. Pertumbuhan pesat. Telur yang dihasilkan induk betina lebih banyak.

b.    Gurame Purwokerto
      Warna tubuh hitam keabu-abuan. Bobot dan panjang tubuh hampir sama dengan gurame soang. Ciri-ciri yang menonjol adalah pertumbuhannya yang lebih cepat dibanding gurame jenis lainnya.

c.    Gurame Jepun
Warna putih keabu-abuan dan kemerahan. Sisiknya tidak terlalu besar. Berat mencapai 3,5 kg/ekor. Tubuhnya lebih pendek dari jenis lain, maksimum 45 cm.

d.    Gurame Porselen
Tubuh umumnya berwarna keperakan dan merah muda (cerah) dengan ukuran kepala relatif kecil. Gurame porselen mempunyai kemampuan menghasilkan telur yang banyak sehingga baik untuk kegiatan pembenihan. Telur yang dihasilkan mencapai 10.000 butir/ekor induk. Dibanding dengan jenis lain yang hanya mampu menghasilkan telur sekitar 2.000-3.000 butir telur/ekor induk untuk berat tubuh induk yang sama. Berat induk 1,5-2 kg. Gurame porselen paling banyak banyak diminati pembenih gurame sebagai gurame pilihan indukan.

e.    Gurame Blausafir
Warna cerah. Ikan yang telah menjadi induk memiliki panjang mencapai 35 cm. Berat 4 kg/ekor. Jenis ini mampu menghasilkan telur mencapai 5.000 butir per induk.

f.    Gurame Paris
Tubuh berwarna cerah dengan sisik agak halus. Ukuran tubuh lebih kecil dibanding dengan jenis lain. Kemampuannya menghasilkan telur sekitar 5.000-7.000 butir per induk.


g.   
Gurame Bastar
Induk gurame bastar, lebih dikenal oleh para pembudidaya sebagai gurame pedaging. Mempunyai sisik besar dengan warna agak kehitaman. Kepala berwarna putih polos. Oleh karena keunggulannya tersebut, gurame jenis ini dikenal masyarakat sebagai gurame pilihan.

Wednesday, 20 March 2013

Cara Memperoleh Induk dan Benih Gurame yang Unggul


Untuk memperoleh induk unggul, sebaiknya dilakukan seleksi berdasarkan standar yang telah dibakukan.
Ada tiga cara yang umum dilakukan oleh pembudidaya ikan untuk mendapatkan induk yang baik dan unggul sehingga dapat menghasilkan benih yang unggul pula. Ketiga cara tersebut adalah seleksi massal, seleksi individu dan seleksi ilmiah.
Ketiga cara tesebut tentu saja memiliki kelebihan maupun kekurangan. Berikut ini adalah ketiga cara memperoleh induk dan benih unggul :
a.    Seleksi Massal
Salah satu cara yang paling sederhana dan murah adalah dengan seleksi missal. Seleksi ini merupakan hasil pemijahan berbagai jenis induk ikan yang dimiliki.
Selanjutnya dipilih benih hasil pemijahan yang mempunyai keunggulan fisik seperti pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan benih lainnya, warna yang sesuai dengan induknya, tubuh tidak cacat dan mempunyai sifat-sifat unggul dari induknya.

b.    Seleksi Individu

Cara lain untuk memperoleh induk unggul adalah dengan seleksi individu, yaitu seleksi yang dilakukan secara individu atau ekor per ekor. Benih yang digunakan dipilih dari berbagai induk atau daerah. Selanjutnya dipilih benih yang terbaik, yaitu yang mempunyai karakteristik sesuai dengan standar yang telah dibakukan, seperti tidak cacat fisik dan mempunyai sifat-sifat unggul yang diturunkan oleh induknya. Benih yang dihasilkan memiliki kriteria kuantitatif sesuai dengan tahap pemeliharaannya, yaitu p-I, P-II, P-III, P-IV dan P-V. untuk lebih jelasnya syarat benih yang dapat dijadikan calon induk dan diharapkan mempunyai keunggulan dibanding induk yang belum jelas asal keturunannya. Berikut ini adalah kriteria tersebut:
v  Larva : umur 10-12 hari, panjang total 0,75-1 cm, bobot minimal 0,03 gr, keseragaman ukuran > 80%
v  Benih P-I : umur 40 hari, panjang total 1-2 cm, bobot minimal 0,2 gr, keseragaman ukuran > 80%
v  Benih P-II : umur 80 hari, panjang total 2-4 cm, bobot minimal 0,5 gr, keseragaman ukuran > 80%
v  Benih P-III : umur 120 hari, panjang total 4-6 cm, bobot minimal 1,0 gr, keseragaman ukuran > 80%
v  Benih P-IV : umur 160 hari, panjang total 6-8 cm, bobot minimal 3,5 gr, keseragaman ukuran > 80%
v  Benih P-V : umur 200 hari, panjang total 8-11 cm, bobot minimal 7,0 gr, keseragaman ukuran > 80%

c.    Seleksi Alamiah

Seleksi alamiah terjadi secara kebetulan, yaitu benih yang dijadikan induk diperoleh dari induk-induk yang tidak jelas, tetapi mempunyai keunggulan sesuai standar baku, baik dari segi pertumbuhan maupun kriteria lainnya.
Benih semacam ini biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada kolam pemeliharaan. Umurnya tidak jelas, tetapi kualitas keturunan yang dihasilkan sangat baik. Baiknya kualitas dimungkinkan karena adanya perawatan yang lebih baik oleh induknya.
Pada umumnya benih dari hasil seleksi alamiah sangat sedikit jumlahnya, tetapi kualitasnya baik sehingga sangat memungkinkan untuk dijadikan sebagai induk.
SUMBER: Ainun Mardiyah, S.St.Pi

PENGOLAHAN FISH STICK


Jenis-jenis ikan ekonomis rendah yang masih segar dapat kita peroleh dengan mudah di pasaran dengan harga terjangkau. Produk olahan dari jenis ikan ini masih terbatas macamnya.
Salah satu alternatif yang dapat kita gunakan dalam diversifikasi produk olahan adalah dengan menggunakan ikan tersebut sebagai bahan baku dalam pembuatan camilan ikan yang disebut Fish Stick.
Fish Stick ini mempunyai rasa yang gurih dan renyah, sehingga disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Alat yang digunakan
                   Pisau, talenan, ulekan, baskom, wajan, kompor, penggiling daging, penggiling mie, serokan.

Bahan yang Digunakan
a.    Bahan Baku :
1. Daging ikan yang telah dilumatkan sebanyak 300 gram.

b.    Bahan dan Bumbu :
1. Tepung terigu              : 1.000 gram
2. Tepung tapioka            : secukupnya
3. Tepung maizena           : 200 gram
4. Garam                          : 1 sdm
5. Daun jeruk purut         : 5 lembar
6. Seledri                       : secukupnya
7. Telur                          : 2 butir
8. Baking soda                  : 1 sdt
9. Mentega                      : 2 sdm
10. Lada halus                  : 1 sdt
11. Ketumbar halus           : 2 sdm



Langkah Kerja
a.     Daging ikan yang telah di fillet kemudian dilumatkan. Pelumatan daging ini dapat dibantu dengan food processor. Atau dapat diblender tanpa menggunakan air.


b.    Haluskan bawang putih.
c.     Iris halus daun seledri.



d.    Campurkan daging ikan yang sudah dilumatkan dengan seledri yang sudah diiris, tepung terigu, bumbu halus, garam, telur dan baking soda.


 e.    Aduk adonan tersebut sampai kalis dan bisa dicetak.
f.     Bila adonan terlalu lengket, maka dapat ditambah dengan tepung tapioka.
g.    Tipiskan adonan sampai membentuk lembaran-lembaran.
 h.    Cetak atau dapat dipotong kecil-kecil sesuai selera.


i.      Lalu goreng sampai kecoklatan.
Pengemasan dapat dilakukan dengan kantong plastik.
SUMBER: Ainun Mardiyah, S.St.Pi

Tuesday, 19 March 2013

Pengolahan Dendeng Daging Ikan Lumat


Dendeng daging ikan yang dilumatkan merupakan produk olahan tradisional yang mempunyai cita rasa dan aroma khas, prinsip pengolahannya adalah dengan membuat adonan daging ikan yang dicampur dengan bumbu-bumbu seperti garam, gula, asam, dan bumbu lainnya yang kemudian dibentuk menjadi lembaran tipis dan kemdian dijemur atau dimasukkan ke dalam oven.


Alat yang digunakan
a.     Pisau
b.     Talenan
c.     Pemipih adonan/botol bekas yang higienis
d.     Loyang
e.     Baskom
f.     Lembaran Plastik

Bahan yang Digunakan
a.    Bahan Baku :
1. Daging ikan yang telah dilumatkan sebanyak 1.000 gram. Ikan air tawar yang dapat diolah menjadi dendeng seperti ikan nila, patin atau lele.

b.    Bumbu :
1. Gula putih                    : 100 gram
2. Gula merah                   : 100 gram
3. Garam                          : 50 gram
4. Asam Jawa                  : 50 gram
5. Ketumbar                    : 15 gram
6. Lengkuas                     : 25 gram
7. Jahe                            : 5 gram
8. Bawang merah              : 50 gram
9. Bawang putih               : 50 gram



Langkah Kerja
a.     Daging ikan yang telah di fillet kemudian dilumatkan. Pelumatan daging ini dapat dibantu dengan food processor. Atau dapat diblender tanpa menggunakan air.
b.    Haluskan semua bumbu-bumbu yang ada. Setelah halus, campurkan bumbu-bumbu tersebut ke dalam daging yang telah dilumatkan. Aduk adonan tersebut sampai merata.

c.     Setelah adonan merata, maka langkah selanjutnya adalah mencetak adonan dalam loyang yang telah diberi alas berupa lembaran plastik.
d.    Adonan yang telah dimasukkan dalam loyang dipipihkan menggunakan pemipih adonan yang terbuat dari kayu atau dapat juga menggunakan botol bekas sirup yang sudah dicuci bersih dan higienis. Pipihkan adonan hingga permukaannya rata. Adonan dipipihkan sampai ketebalan + 0,5 cm.
e.    Setelah dipipihkan, adonan dalam loyang tersebut dapat segera dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari atau dimasukkan dalam oven pada suhu 80-900C sampai adonan kering.
f.     Setelah adonan kering, potong-potong adonan tersebut hingga menyerupai lembaran-lembaran.
g.    Pengemasan dapat dilakukan dengan kantong plastik.
Untuk penyajian, goreng dendeng tersebut dalam api sedang hingga berwarna kecoklatan.

BAU LUMPUR PADA GURAME



Ikan gurame memang hidup di air yang banyak mengandung Lumpur. Banyak orang yang mengira bahwa bau lumpur pada ikan gurame disebabkan karena ikan gurame hidup pada lingkungan yang berlumpur. Sebenarnya, timbulnya bau lumpur pada ikan gurami hasil pemeliharaan di kolam stagnan disebabkan oleh senyawa geosmin yang dihasilkan oleh melimpahnya (blooming) fitoplankton (alga hijau-biru) di perairan.
Jika tidak ditangani dengan baik, bau lumpur ini akan menjadi salah satu penyebab orang kurang mengkonsumsi ikan. Karena bau lumpur masih terasa pada masakan ikan, padahal sebagian besar orang tidak menyukai bau lumpur pada olahan masakan ikan.

Tips Agar Gurame Tidak Berbau Lumpur

A.  Pencegahan bau lumpur di kolam
Pencegahan bau lumpur di kolam ini perlu dilakukan melalui cara yang tepat yaitu dengan mengendalikan kelimpahan plankton. Plankton penyebab bau lumpur di kolam ini pada umumnya adalah fitoplankton alga hijau-biru jenis Coelasphaerium dan Oscilatoria.

Pencegahan ini bertujuan agar gurame tidak berbau lumpur dan sekaligus mengendalikan plankton penyebab bau lumpur. Pencegahan dapat dilakukan secara kimia yaitu  dengan menggunakan tembaga oksida dan pupuk urea dan secara biologis yaitu dengan menggunakan tanaman air.
Pengendalian plankton penyebab bau lumpur ini lebih baik dilakukan dengan cara biologis yaitu dengan menggunakan tanaman air Salvinia natans. Tanaman air ini hanya disebarkan di kolam dan selalu dikontrol kelimpahannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tanaman air Salvinia natans efektif mencegah kelimpahan fitoplankton alga hijau-biru yang komposisinya didominasi oleh Coelasphaerium dan Oscilatoria.
Dengan penggunaan tanaman air Salvinia natans, kelimpahan plankton nyata lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan tembaga oksida dan pupuk urea.

B.   Penanganan bau lumpur pada saat panen ikan

Penanganan bau lumpur pada saat panen ikan ini sudah dilakukan oleh pembudidaya gurame di daerah Beji Banyumas. Ikan gurame yang berbau lumpur dikarantina dalam kolam khusus dan hanya diberi pakan berupa daun sente selama kurang lebih 7 hari. Setelah itu bau lumpur yang ada akan hilang. Hal ini dikarenakan kotoran pada insang dan lendir yang mengandung kotoran pada seluruh tubuh ikan akan hilang. Sehingga cita rasa lumpur pada ikan akan hilang.

Bau lumpur pada ikan gurami dapat dihilangkan dengan perlakuan berupa pemberokkan ikan gurami pada air yang bersalinitas 8 sampai dengan 12 ppt selama 7 hari. Pemberokan ikan gurami ini mengakibatkan perubahan yang terjadi pada kulit yang semula mengkilat menjadi terlihat lebih kusam, dan tesktur semula lembek (banyak mengandung air dan mudah pemisahaan dagingnya) menjadi kenyal (struktur daging kompak, kering dan tidak mudah terjadi pemisahan).
Penanganan dengan pemberokan selama 7 hari, selain menghilangkan bau lumpur pada gurame juga  menjadikan daging ikan terasa lebih gurih, struktur daging lebih kompak dan kering.
SUMBER: Ainun Mardiyah, S.St.Pi

CACING TANAH Lumbricus rubellus PLUS SPIRULINA, PACU PRODUKSI NAUPLIUS



Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara melalui dua orang perekayasanya telah menemukan teknik sederhana untuk meningkatkan produksi nauplius udang winduPenaeus monodon. Melalui perekayasaan yang telah dilakukan sejak tahun 2011, Joko Sumarwan dan A. Fairus Mai Soni, membuktikan bahwa pemberian cacing tanah Lumbricus rubellus yang telah diperkaya dengan Spirulina mampu memberikan peningkatan nilai produksi naupli pada induk udang windu, baik fekunditas, daya tetas maupun jumlah naupli yang dihasilkan.
Berikut adalah tabel perbandingan fekunditas dan produksi naupli antara induk matang telur alam dengan induk udang windu yang diablasi dan diberi makan cacing tanah plus spirulina
No.
Uraian
Induk Ablasi (Cacing tanah + Spirulina)
Induk Matang Telur Alam
1.
Rerata ukuran induk (gr/ek)
187
187
2.
Juml pemijahan (kali)
67
30
3.
Jumlah Telur (butir)
70,6 juta
26,7 juta
4.
Fekunditas (butir/mijah/kg induk)
5,6 juta
4,8 juta
5.
Produksi nauplius (ekor)
58,6 juta
22,5 juta
6.
Produkstivitas induk (ekor nauplius/mijah/induk)
875 ribu
750 ribu

Setelah melalui serangkaian uji coba, diperoleh hasil bahwa induk udang windu hasil budidaya yang diberi pakan cacing tanah diperkaya dengan spirulina, lebih produktif dibandingkan dengan induk udang tanpa pakan cacing tanah, seperti terlihat pada tabel berikut :
Parameter
Satuan
Tanpa cacing tanah
Dgn cacing + spirulina
Juml induk betina
ekor
10
10
Juml induk mijah/bertelur
ekor
6
9
Juml induk penghasil naupli
ekor
3
8
Juml kejadian induk mijah
kali
8
13
Juml kejadian induk mijah bisa netas
Kali
3
10
Juml prod telur
butir
3.432.000
8.560.000
Juml prod naupli
ekor
1.478.500
6.013.798
Rerata berat induk
kg/ek.
0,146
0,146
Daya tetas telur
%
43,08
70,25
Persentase induk mijah
%
60
90
Persentase induk penghasil naupli
%
30
80
Produktivitas telur
btr/mijah/ek
429.000
658.462
Produktivitas naupli
ek/mijah/ek
184.813
462.600
Fekunditas induk
btr/mijah/kg
2.946.429
4.510.011
Hasil perekayasaan ini diyakini mampu mendorong peningkatan produksi benih udang windu yang sekarang ini sudah mengalami peningkatan permintaan seiring dengan gencarnya program revitalisasi tambak yang dicanangkan oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Humas Ditjen Perikanan Budidaya melalui email : humas_djpb@yahoo.com (rmr)

[Sumber : Ditjen PB (rmr)http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=830

Fiji Meminta Bantuan Teknis Dari DJPB


Pada tanggal 11 Desember 2012, Duta Besar Fiji Mr. Seremaia Tui Cuviulati dan Second Secretary Mr. Pauliasi Tokasaya berkunjung ke Kantor DJPB ditemui oleh Dirjen PB, Dir. Kesling, Dir. Perbenihan, Dir. Prasarana Budidaya. Dubes Fiji menyampaikan overview profil perikanan budidaya di Fiji yang mana mereka telah mengembangkan perikanan budidaya laut dan payau skala kecil dengan komoditas rumput laut, udang monodon, kerapu, bandeng, dll. Dalam hal ini, komunitas Perempuan di Fiji diberdayakan untuk melakukan kegiatan budidaya rumput laut. 
Pihak Fiji menyampaikan apresiasi tinggi kepada KKP / DJPB yang mengirimkan delegasinya ke Fiji pada Bulan Juni 2012 untuk penjajakan kerjasama perikanan (akuakultur dan prosesing) serta pengiriman Sdr. Nico dari BBPBL Lampung selaku teknisi rumput laut ke Fiji. Fiji mengakui bahwa Indonesia memiliki teknik dan kapasitas produksi produksi yang jauh lebih unggul, maka dari itu pihak Fiji memohon bantuan KKP dalam hal ini DJPB untuk dapat melanjutkan memberikan asistensi teknis dan transfer teknologi bidang akuakultur, terutama rumput laut.
Pihak DJPB mengungkapkan bahwa kerjasama perikanan budidaya dengan Fiji sangat dimungkinkan untuk dilakukan. Kerjasama tersebut dapat mencakup budidaya tawar, laut, dan payau dengan komoditas rumput laut, nila, udang, kerapu, bandeng, lobster, dll. Bahkan DJPB juga mengundang Duta Besar Fiji untuk berkunjung ke BBPBAT Sukabumi. Pihak DJPB menyarankan agar kerjasama KKP-Fiji ini hendaknya diikat terlebih dulu dalam sebuah MoU di level Kementrian, sehingga nantinya dapat dilanjutkan dengan kerjasama yang lebih teknis. Saat ini draft MoU ada di Kementerian Luar Negeri Fiji. Dubes Fiji berjanji akan segara mempercepat proses penyelesaian draft MoU tersebut dan segera ditandatangani.


Monday, 18 March 2013

Pakan Hijauan Alternatif Untuk Gurame



Ikan Gurame identik dengan daun sente. Di mana ada kolam gurame, maka di situ pasti ada tanaman sente. Pembudidaya yakin Alokasia macrorrhizos itu merupakan pakan wajib gurame. Bisakah fungsinya digantikan dengan tanaman lain?
          Jamak bagi pembudidaya gurame untuk menanam sente 2-3 bulan sebelum menebar benih gurame. Daun kerabat keladi itu merupakan pakan utama gurame. Pembudidaya gurame mewajibkan sente sebagai pakan utama dalam pembesaran gurame. Menurut informasi yang mereka ketahui, bahwa daun sente kaya serat yang dapat memperlancar proses pencernaan gurame.

Pemberian Tanaman Sente
          Tanaman sente memiliki kandungan senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol yang terdapat pada tangkai dan daun sente. Kandungan senyawa tersebut dapat meningkatkan daya tahan ikan terhadap serangan penyakit, terutama penyakit bisul dan mata belo.

          Oleh karena itu, banyak pembudidaya yang mewajibkan pemberian pakan hijauan berupa tanaman sente. Pada saat pemberian sente ini sebaiknya dipisah antara daun dan tangkainya. Daun sente dapat diberikan secara langsung kepada ikan. Perlakuan pemberian tangkai terlebih dahulu diiris tipis agar tangkai dapat seluruhnya dimakan oleh gurame, mengingat cara makan gurame adalah menyabik makanannya.
          Sente baik untuk diberikan sebagai pakan hijauan dan tambahan untuk menyiasati harga pakan pabrik yang makin mahal, tapi bukan yang utama. Apalagi kini sente makin sulit didapat. Para pembudidaya harus membeli daun sente dengan harga Rp250/lembar. Untuk 1.000 ekor gurame saja diperlukan sedikitnya 10 lembar daun sente. Oleh karena itu, masih ada tanaman lain yang bisa dijadikan pakan hijauan untuk gurame.

 Pakan Hijauan Alternatif  

Banyak pembudidaya gurame memberikan daun pepaya sebagai pakan hijauan pada gurame. Padahal daun pepaya tidak disarankan, karena kandungan getah papain tinggi yang dapat merusak kualitas air. Pakan hijauan selain sente yang dapat diberikan pada gurame adalah :
a. Caisin. Pemberian caisin pada gurame tidak kalah dengan pemberian sente. Kesehatan gurame tetap terjaga dan pertumbuhan gurame tetap dapat tumbuh dengan baik. Jika dibandingkan harganya, harga caisin lebih terjangkau daripada harga sente.

b. Kangkung darat.
Kangkung darat dapat ditanam pada pinggir kolam. Bahkan kangkung darat banyak ditemukan karena dapat tumbuh secara alami dengan sendirinya di pinggir kolam. Keuntungan menanam kangkung darat ini karena pertumbuhannya lebih cepat tumbuh daripada sente. Jika sente butuh tempat sedikit terlindung dan kelembapan tinggi untuk dapat tumbuh, kangkung darat adaptif di lingkungan tanpa naungan.
c. Kimpul atau talas. Kimpul atau talas (Xanthosoma violaceum) juga baik bagi gurame. Namun, lantaran bergetah, pembudidaya gurame sebaiknya melayukan daun kimpul sebelum memberikannya pada gurame.
Apa pun jenis dedaunan yang diberikan sebagai pakan hijauan, sebaiknya masih muda dan mudah dicerna. Pun, pemberian dedaunan itu sebaiknya tidak lebih dari 2% dari bobot tubuh per hari.

Sumber : Ainun Mardiyah, S.St.Pi

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...