Pemeliharan ikan gurami memerlukan persyaratan kuantitas
dan kualitas tertentu sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Syarat-syarat
tersebut antara lain : dilakukan di lokasi dataran rendah pada ketinggian 20-40
m diatas permukaan laut, kuantitas dan kualitas air yang mencukupi, tenang,
bersih dengan dasar kolam yang tidak berlumpur, tanah tidak berpourus dan
temperatur optimum 25-30 derajat celcius.
Pemeliharaan ikan gurami cukup sederhana dan tidak
membutuhkan teknologi yang tinggi, demikian juga alat-alat yang dibutuhkan
untuk budidaya ikan ini tersedia di seluruh Indonesia dan mampu dibuat oleh masyarakat.
Produk budidaya ikan gurami dapat di jual pada setiap
tahap pemeliharaan mulai dari telur, benih ikan (ukuran 0, 5 gram, 1 gram, 5
gram, 20 gram) sampai dengan ukuran konsumsi sehingga dapat memberikan hasil
yang lebih cepat sesuai dengan kebutuhan pelaku utama perikanan.
Tata niaga ikan gurami cukup ringkas dan efisien.
Penetapan waktu menjual ditentukan oleh kebutuhan keuangan pelaku utama
perikanan dan atau permintaan pasar terhadap ikan ukuran tertentu.
Prospek pemasaran ikan masih sangat menjanjikan walaupun
hanya untuk pasar domestik saja. Belum diketahui adanya permintaan pasar untuk
ekspor.
Aspek keuangan yang dikaji pada lending model ini dibagi
ke dalam 2 pola yaitu pola 1 untuk usaha pendederan yang memelihara benih ukuran
1 gram hingga mencapai berat 25 gram, dan pola 2 untuk usaha pembesaran ikan gurami
dari ukuran 200-250 gram hingga mencapai ukuran konsumsi.
Proyeksi biaya investasi yang diperlukan untuk pola 1
dengan luas 2.350 m2 (kolam 1.880 m2), adalah sebesar Rp 7.355.000 sedangkan untuk
pola 2 dengan luas tanah 6.000 m2 (kolam 5.000 m2) adalah sebesar Rp
13.983.500. Sedangkan biaya operasional untuk pola 1 dan pola 2 masing-masing
adalah sebesar Rp 50.943.600 dan Rp 112.392.200 Komponen biaya operasional
terbesar pada kedua pola tersebut adalah untuk biaya benih yaitu + 71% untuk
pendederan dan untuk biaya pakan yaitu kurang lebih 54% untuk pembesaran.
Atas dasar kebutuhan biaya tersebut maka kredit investasi
yang dibutuhkan untuk pola 1 dan pola 2 masing-masing adalah sebesar Rp 7.355.000
dan Rp 9.089.275 sedangkan kredit modal kerja yang dibutuhkan masing-masing Rp
25.642.200 dan Rp 112.392.500
Berdasarkan perhitungan BEP baik dari sisi nilai
penjualan, jumlah produksi maupun biaya produksi menyatakan bahwa kedua pola
ini dapat memperoleh keuntungan setiap tahun
Analisa kelayakan proyek untuk pola 1 pada suku bunga 19%
layak dilaksanakan denan NPV adalah Rp 32.943.198 Net B/C ratio dan Payback
period 1,5 tahun. Pola ini layak dilaksanakan sampai dengan suku bunga mencapai
51%.
Analisa kelayakan proyek untuk pola 2 pada suku bunga 20%
layak dilaksanakan dengan NPV Rp 96.992.249, Net B/C ratio 1,49 dan Payback
period adalah 2 tahun. Pola ini layak dilaksanakan sampai dengan suku bunga
mencapai 44%.
Rata-rata profit margin per semester untuk pola1 dan
adalah 12,53% sedangkan pola 2 adalah 18,04%
Analisa sensitivitas menunjukkan bahwa pola 1 sensitif
terhadap penurunan penerimaan sampai dengan 10% atau kenaikan biaya operasional
sampai dengan 12%. Untuk pola 2 sensitif terhadap penurunan penerimaan sampai
dengan 12% atau kenaikan biaya operasional sampai dengan 16%. Sedangkan analisa
sensitivitas penurunan penerimaan dan kenaikan biaya operasional secara stimultan
ternyata menunjukkan bahwa pola 1 sensitif sampai dengan 6% dan pola 2 sensitif
sampai dengan 7%.
Saran
Untuk mendapatkan hasil yang optimal atas produksi ikan
gurami perlu intensifikasi penggunaan teknologi budidaya sehingga kualitas dan
kuantitas produksi dapat ditingkatkan dan masa waktu panen dapat dipersingkat.
Untuk meningkatkan keterampilan pembudidaya, perlu
diberikan bimbingan yang terus menerus dari instansi terkait mengenai teknis dan
teknologi budidaya ikan gurami, terutama dalam rangka penerapan teknologi budidaya
yang dapat meningkatkan produksi gurami.
Pembudidaya sebaiknya bergabung dengan perkumpulan atau
asosiasi pembudidaya ikan gurami. Perkumpulan dan asosiasi ini dapat menjadi tempat
tukar menukar informasi antar pembudidaya dan diharapkan lebih jauh lagi dapat
meningkatkan posisi tawar pembudidaya sendiri. Berdasarkan informasi dari Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Tawar di Bogor, saat ini telah dibentuk Forum
Gurami Indonesia yang beranggotakan pelaku utama perikanan, pedagang, peneliti,
dosen-dosen perikanan dan pihak swasta seperti pabrik pakan dan obat-obatan.
Sekretariat forum ini ada di Balai Riset tersebut sedangkan koordinator wilayah
ada di beberapa tempat yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Yogyakarta.
Bagi bank yang berminat untuk membiayai ini dapat
berkonsultasi dengan Kementerian kelautan dan Perikanan untuk mendapatkan pendampingan
teknologi budidaya.
Untuk hasil lebih optimal, pengembangan usaha budidaya ikan
gurami dalam suatu daerah sentra ikan gurami dapat dilakukan dengan pembagian
wilayah antara wilayah pembenihan, pendederan sampai dengan pembesaran sebagai
satu kesatuan sesuai dengan kondisi daerah. Hal ini di perlukan karena bisa
jadi beberapa lokasi lebih cocok sebagai lokasi pembesaran (misalnya
pertumbuhan ikan gurami di daerah tersebut dapat lebih cepat) sedangkan lokasi
lain lebih cocok untuk pendederan (misalnya benih gurami yang dihasilkan lebih
tahan penyakit). Pembagian wilayah ini tidak harus berada dalam satu daerah
tertentu (misalnya harus dalam 1 kabupaten), namun bisa lebih luas karena
sistem transportasi memungkinkan perpindahan produk antar daerah. Pembagian
wilayah ini harus didukung oleh keberadaan Dinas terkait dan BBI, sebagai
pembina dan pemasok induk dan benih unggul, serta koperasi atau perkumpulan
pengusaha ikan gurami sebagai alat untuk memasarkan ikan.
Sumber: Bank Indonesia, -----. POLA PEMBIAYAAN USAHA
KECIL (PPUK) BUDIDAYA PENDEDERAN DAN PEMBESARAN IKAN GURAMI (Pola Pembiayaan
Konvensional). Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, Jakarta.
No comments:
Post a Comment