Tuesday, 19 May 2015

PROSEDUR PENDAFTARAN UNIT PENGOLAH IKAN (UPI) KE NEGARA MITRA







SUMBER:
BKIPM, 2011. Leaflet Prosedur Pendaftaran Unit Pengolah Ikan (UPI) ke Negara Mitra. Badan Karantina Ikan, Pengawasan Mutu dan Keamanan Produk Hasil Perikanan, Jakarta. di download pada laman http://www.bkipm.kkp.go.id/files/publikasi/poster/Leaflet_Pendaftaran_UPI.pdf

Monday, 18 May 2015

PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT KESEHATAN HASIL PERIKANAN








SUMBER:
BKIPM, 2014. Leaflet Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat Kesehatan Hasil Perikanan. Badan Karantina Ikan, Pengawasan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. di Download pada laman http://www.bkipm.kkp.go.id/files/publikasi/poster/Leaflet_HC_Final.pdf

Friday, 15 May 2015

PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN HACCP









SUMBER:
BKIPM, 2011. Leaflet Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat Penerapan HACCP. Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Jakarta. di download pada http://www.bkipm.kkp.go.id/files/publikasi/poster/Leaflet_HACCP.pdf

Thursday, 14 May 2015

PROSEDUR PENANGANAN KASUS PENOLAKAN PRODUK PERIKANAN DI NEGARA TUJUAN EKSPOR







SUMBER:
BKIPM, 2011. Leaflet Prosedur Penanganan Kasus Penolakan Produk Perikanan di Negara Tujuan Eksport. Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Jakarta. di download pada laman http://www.bkipm.kkp.go.id/files/publikasi/poster/Leaflet_Penolakan2.pdf

Wednesday, 13 May 2015

Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Perikanan (LSPro-HP)


Organisasi Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Perikanan (LSPro-HP) dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.61/MEN/2009 Tentang Pemberlakuan Wajib Standar Nasional Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan dan Peraturan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Nomor 01/PER-DJP2HP/2013 Tentang Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Perikanan yang berlokasi di Jl. Raya Setu No. 70, Cipayung Jakarta Timur 13880  Telp./fax (021) 84997969/ 84999370 email: lsprohp@mail.com
LSPro-HP adalah merupakan lembaga nonstruktural yang bersifat mandiri dan berada di bawah tanggung jawab Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
LSPro-HP merupakan lembaga yang bersifat independen, impartial dan professional dalam operasinya.
LSPro-HP selalu menggunakan standar produk yang diakui oleh stakeholder, dan dilaksanakan dengan prinsip efektif dan efisien.
LSPro-HP telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional dengan Nomor LSPr-40-IDN

KEBIJAKAN MUTU
LSPro-HP sebagai lembaga sertifikasi produk dilaksanakan berdasarkan Pedoman BSN SNI ISO/IEC 17065:2012 (Conformity assessment – Requirements for bodies certifying products, processes and services).
Manajemen LSPro-HP menjamin konsistensi dalam mengoperasikan sertifikasi berdasarkan SNI ISO/IEC 17065:2012 dengan menjaga ketidakberpihakan dan independensi dengan kegiatan training maupun konsultasi dilingkup yang sama dengan bidang sertifikasi.
LSPro-HP menjamin bahwa persyaratan SNI ISO/IEC 17065:2012 dan Panduan Mutu ini serta dokumen pendukungnya dimengerti, dilaksanakan, dan dipelihara oleh semua personil tetap maupun personil kontrak.
Dalam melaksanakan sertifikasi, LSPro-HPselalu menggunakan standar produk yang diakui oleh stakeholder, dan dilaksanakan dengan prinsip efektifitas dan efisiensi.

 VISI dan MISI
Visi LSPro-HP adalah menjadi Lembaga Sertifikasi Produk yang maju, mandiri, berdaya saing, dan terpercaya.
Misi LSPro-HP adalah:
a.     Meningkatkan kompetensi sumber daya LSPro-HP (Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana)
b.     Meningkatkan kemandirian LSPro-HP
c.     Meningkatkan daya saing pelayanan LSPro-HP
d.     Meningkatkan kepercayaan konsumen  terhadap mutu  sertifikasi LSPro-HP



Sumber: www.teraskreasi.com


http://www.bbp2hp.p2hp.kkp.go.id/artikel-719-lembaga-sertifikasi-produk-hasil-perikanan-lsprohp.html#ixzz3NS5PCfZH

Tuesday, 12 May 2015

MEMAHAMI TEKNIK PEMBUATAN SOSIS IKAN


SOSIS IKAN
Sosis ikan adalah salah satu olahan yang terbuat dari daging ikan yang sudah dihaluskan dan ditambah dengan bumbu-bumbu, kemudian dibungkus/dikemas dengan pengemas yang biasa disebut “Casing”. Jenis-jenis ikan yang dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat sosis ikan adalah ikan kakap, tenggiri, dan ikan lainnya. Di samping itu ada beberapa jenis ikan dasar yang merupakan hasil samping tangkapan udang (golongan trasfish) seperti bloso, selanget, kuniran, mata besar, tigawaja, dll. Jenis-jenis ikan tersebut termasuk ikan yang harganya relatif murah, berkulit keras tetapi dagingnya mengandung protein yang sama dengan jenis ikan lain. Ikan yang berwarna putih/krem, bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sosis ikan. Daging ikan dari golongan trasfish biasanya diolah menjadi surimi yang dapat digunakan sebagai bahan baku sosis ikan.

BahanBaku:
Surimi/Mince               100 %       700 g
BahanTambahandanBahanPembantu:
Garam                           1,5 %     (11 g)
Lada                              0,5 %     (4 g)
Susu Bubuk                     3 %     (21 g)
Bawang Putih                  2 %      (14 g)
Bawang Merah                3 %        (21 g)
Jahe                              0,5 %       (4 g)
Tepung Tapioka               20 %     (140 g)
Sorbitol (gula halus)         2 %     (14 g)
Baking Soda                  0,2 %     (1 g)
Flavour (smoke)            0,5 %     (4 ml)
Minyak Goreng                2 %     (14 ml)
Air Es                   20 %-30 %      (140-210 ml)
Pewarna                  Secukupnya

Peralatan:
  1. Food processor/silent cutter/mixer
  2. Waterbath/Kompor
  3. Panci Perebusan
  4. Pisau Talenan
  5. Sendok
  6. Sodet
  7. Serokan
  8. Stuffer
  9. Plastik Casing
 Cara Pengolahan Sosis Ikan:
  1. Surimi dilumatkan bersama dengan garam kedalam Food processor
  2. Adonan kemudian dimasukkan ke dalam cashing (pembungkus sosis) dengan menggunakan alat sosis (stuffer). Setiap panjang tertentu (5 cm) sosis diikat dengan klem secara otomatis atau dengan cara manual.
  3. Sosis hasil cetakan direbus pada suhu 400 C selama 20 menit. Selanjutnya direbus pada suhu 900 C selama 20 menit. Kemudian dinginkan dan dikemas.


Sumber: www.teraskreasi.com

http://www.bbp2hp.p2hp.kkp.go.id/artikel-748-sosis-ikan.html#ixzz3NS3BherD

Monday, 11 May 2015

MEMAHAMI TEKNIK PENGOLAHAN KERUPUK IKAN


Teknologi Pengolahan Kerupuk Ikan

Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang  atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah  sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan Indonesia seperti nasi gorengdan gado gado.  Kerupuk udang dan kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum dijumpai di Indonesia. Kerupuk berharga murah seperti kerupuk aci atau kerupuk mlarat hanya dibuat dari adonan sagu dicampur garam, bahan pewarna makanan, dan bumbu penyedap. Kerupuk biasanya dijual di dalam kemasan yang belum digoreng. Kerupuk ikan dari jenis yang sulit mengembang ketika digoreng biasanya dijual dalam bentuk sudah digoreng. Kerupuk ikan merupakan produk hasil perikanan yang terbuat dari campuran daging ikan dan bumbu-bumbu/bahan-pembantu lainnya melewati proses pengadonan, percetakan, perebusan/pengukusan, pengirisan dan pengiringan.

Bahan :
  • Lumatan daging ikan                      20%                            200 gr
 Bahan pembantu dan bahan tambahan :
  • Tepung tapioca                                80%                            800 gr
  • Garam                                                2,5%                           25 gr
  • Gula halus                                        0,5%                           5 gr
  • Soda kue                                           0,1%                           1 gr
Cara membuat : 
 1. Pelumatan daging
Daging ikan dilumatkan dengan menggunakan alat pelumat daging (grinder) atau dilumatkan secara manual dengan cara dicincang menggunakan pisau
2. Pembuatan bubur ikan
Daging ikan yang sudah lumat kemudian ditambahkan 2,5% garam, 0,5% gula, 0,7% vetsin, 0,1% soda kue dari total jumlah tepung dan ikan yang digunakan
     a. Pembuatan tajin
Perbandingan antara daging ikan dan tepung tapioca dalam pengolahan kerupuk ini adalah 1:4.  Ambil tepung sebanyak 10% dari jumlah tepung kemudian larutkan dalam air dingin hingga tepung larut dalam air (jumlah air yang digunakan sesuai dengan jumlah tepung yang akan dilarutkan).  Panaskan air (+ 50 % dari total jumlah tepung dan ikan yang digunakan) hingga mendidih, selanjutnya tuang air panas tersebut sedikit demi sedikit ke dalam tepung yang sudah dilarutkan, sambil diaduk cepat sampai larutan tepung menjendal menyerupai lem yang berwarna putih bersih. Air panas yang disediakan tidak selalu harus habis, penambahan air dihentikan pada saat larutan sudah mulai menjendal.

      b. Pembuatan adonan
Campurkan bubur ikan kedalam tajin dan diaduk, kemudian tambahkan tepung tapioca sedikit demi sedikit serta diaduk sampai homogen.  Penambahan tepung dilakukan sampai adonan bila dipegang tidak lengket di tangan.

Pencetakan
Adonan dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
      d. Pengukusan
Pengukusan dilakukan selama 30 menit atau sampai matang.  Kerupuk dianggap matang bila adonan yang dikukus ditusuk dengan lidi tidak lengket.  Kemudian kerupuk didinginkan pada suhu ruang selama 1 malam.  Hal ini dimaksudkan agar kerupuk menjadi keras dan memudahkan dalam proses pemotongan.
  • Pemotongan dan Pengeringan
Kerupuk yang sudah kering dipotong-potong sesuai dengan ketebala yang diinginkan.  Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan penjemuran di bawah sinar matahari dengan menggunakan para-para sampai kering.  Lama pengeringan kira-kira satu sampai dua hari.
  • Penggorengan
Setelah kerupuk kering, kemudian dilakukan penggorengan dengan pemanasan pada suhu 200ºC atau sampai kerupuk mengembang.
  • Pengemasan
Kerupuk dikemas sesuai kebutuhan, dalam bentuk mentah maupun matang

Friday, 8 May 2015

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran



Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seiring dengan bertambahnya penduduk dan pesatnya perkembangan industri terhadap kebutuhan garam, hal ini ada beberapa  permasalahan pokok yang perlu diselesaikan secara bersama oleh instansi yang terkait dengan produksi garam nasional, adapun permasalahan tersebut diantaranya adalah tentang teknologi dan teknis produksi.
Bila ditinjau dari masalah teknologi
Petani garam dalam proses pembuatan garam  menggunakan cara yang sangat sederhana yaitu menguapkan air laut didalam petak pegaraman dengan tenaga sinar matahari tanpa sentuhan teknologi apapun, sehingga walaupun bahan baku melimpah namun salinitas dan polutan yang terlarut sangat beragam, disamping itu areal pegaraman terpencar-pencar dan kepemilikan lahan oleh rakyat sempit, adapun hal – hal yang lain adalah sebagai berikut :
a. Areal sarana
Luas areal pada pegaraman rakyat yang dimiliki secara perorangan sangat kecil yaitu berkisar antara 0,5 sampai dengan 5 hektar per unit dengan penataan petak peminihan dengan petak kristalisasi yang tidak memenuhi persyaratan dimana petak peminihan lebih sangat luas dibandingkan dengan petak kristalisasi
b. Proses
Secara umum dalam proses produksi garam rakyat adalah total kristalisasi , dimana air tua yang berada dimeja peminihahan bila dianggap mencukupi kepekatanya langsung dialirkan kemeja – meja kristalisasi, tanpa pengontrolan kepekatan larutan air garam yang memenuhi syarat. Selain hal tersebut juga didalam pemadatan atau pengolahan meja kristalisasi  kurang bagus atau kurang padat sehingga pada saat pemanenan kemungkinan permukaan meja tanahnya akan ikut terbawa sehingga warna kristal garam akan menjadi keruh atau coklat.
c. Produktifitas :
Produktifitas rata – rata petani garam berkisar 60 ton sampai 80 ton  per hektar permusim dikarenakan petakan – petakan proses produksi garam masih belum tertata secara benar atau  tetap sama secara turun temurun tanpa sentuhan teknologi apapun
d. Mutu garam
Garam yang dihasilkan dalam  bentuk kristal yang kecil dan rapuh hal ini dikarenakan pada proses pelepasan air tua yang belum saatnya serta waktu pemanenan yang terlalu pendek yakni berkisar 3 s.d 5 hari
Masalah Teknologi Produksi
a. Teknis Produksi
Peralatan dan cara produksi masih sederhana, saluran air bahan baku tidak tertata sehingga pasokan air sebagai bahan baku tidak kontinyu, Kemampuan petani garam didalam mengolah lahan garam untuk peningkatan produksi  terpusat di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, sedangkan SDM di Indonesia Timur kualitasnya masih harus ditingkatkan.
b. Iklim
Musim kemarau di pulau jawa relative pendek yaitu berkisar 4 s.d. 5 bulan pertahun dengan kelembaban yang tinggi, sehingga produktivitas garam pertahun rendah, sedangkan untuk Indonesia timur musim kemarau hingga 7 s.d. 8 bulan
c. Produktivitas Lahan
Produktivitas lahan garam rakyat rata – rata masih rendah yaitu sekitar 60 s.d 80 ton/ha/musim
d. Kualitas Produk
Kualitas produk tidak seragam dengan kandungan zat pencemar yang tinggi. Sehingga untuk peningkatan kualitas atau pemurnian kristal garam melalui pencucian menyebabkan naiknya biaya, oleh Karena itu garam rakyat cenderung dijual dengan kualitas seadanya. Sebagai perbandingan garam konsumsi produksi PT. Garam mengandung NaCl 95 % – 97 %, sedangkan garam rakyat mengandung NaCl lebih kecil dari 95%.
e. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana garam rakyat belum tertata dan kurang memadai. Tata letak pegaraman rakyat umumnya tidak teratur dan terpencar-pencar, sarana jalan yang menghubungkan petak/lahan dengan jalan raya sebagai sarana transportasi hampir dikatakan tidak ada atau tidak memadai. Hal ini menyebabkan biaya angkut ke tepi jalan raya (transportasi ke atas truk pengangkut) menjadi tinggi sehingga pendapatan pembudidaya garam pada umumnya menjadi lebih kecil karena dipotong biaya transport yang cukup besar.
Berdasarkan masalah yang ada saat ini maka untuk meningkatkan produksi dan kualitas garam rakyat perlu ada sentuhan teknologi bagi pembudidaya garam rakyat. Adapun untuk peningkatan produksi perlu penataan lahan yang ada yaitu merobah lahan dari tradisional menjadi semi intensif , karena pada lahan tradisional umumnya terdiri dari : kolam penampung air muda, kolam peminihan, meja kristalisasi sedangkan kolam penampung air tua hanya ada disekitar meja kristalisasi yang berbentu parit. Pada lahan semi intensif terdiri dari kolam penampung air muda, kolam peminihan, kolam ulir , kolam penampung air tua dan meja kristalisasi. Dari perbedaan tersebut pada lahan semi intensif akan cepat didapat air tua yaitu dengan penambahan kolam ulir, dan untuk meningkatkan produksi garam diperluasnya meja kristalisasi hal ini tidak perlu dikawatirkan kekurangan air tua karena stok air tua sudah tersedia di kolam penampung air tua.
Sedangkan untuk meningkatkan mutu garam rakyat yang perlu dilaksanakan oleh pembudidaya garam adalah pengontrolan air tua yang akan dilepas kemeja kristalisasi dimana air tua yang akan dilepas harus mempunyai kepekatan 25° Be agar didapat kristal garam yang baik yaitu kristal garam tersebut tidak mudah rapuh dengan waktu pemanenan minimal 10 hari.
Selain hal tersebut yang perlu mendapat perhatian adalah kondisi meja kristalisasi, karena pada umumnya pembudidaya garam rakyat selama musim kemarau ingin memanen garamnya secara terus menerus, tidak lagi memperhatikan kondisi lapisaan atas meja kristalisasi, padahal dengan pemanenan yang terus menerus menyebabkan tanah lapisan atas meja kristalisasi akan rusak, sehingga akan didapat kristal garam yang warnanya keruh atau kecoklatan.  Untuk mencegah hal tersebut maka pada pembudidaya garam rakyat dalam proses pembuatan garamnya disarankan dengan TEKNOLOGI GEO MEMBRANE 
Lahan Garam dengan Teknologi Geo Membrane
Berdasarkan dari masalah teknologi dan produksi terhadap garam rakyat maka saat ini Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan ( BPPP ) Tegal dalam upaya meningkatkan hasil produksi dan kualitas garam rakyat maka dalam pob. la pelatihan yang diterapkan pada pembudidaya garam rakyat mengembangkan metode teknologi geo membrane dimana dalam metode tersebut akan didapat garam yang berkualitas sesuai standart SNI dan produksi garam yang dihasilkan akan mengalami peningkatan
Tahapan teknologi geo membrane
1. Lahan yang mau digunakan harus di rubah tata letaknya yaitu dari lahan tradisional menjadi semi intensif perubahan tata letak ini dimaksudkan untuk meningkatkan hasil produksi, dimana pada lahan semi intensif terdiri dari beberapa petakan 
a. Kolam penampung air muda
b. buah kolam peminihan
c. Kolam ulir
d. Kolam penampung air tua
e. Meja kristalisasi
Dari perubahan lahan tersebut akan dapat meningkatan produksi yang sangat nyata yaitu mencapai 40% hingga 60% hal ini disebabkan dari perbandingan luas lahan dimana 35 % luas lahan digunakan untuk kolam penampung air tua, kolam peminihan, kolam ulir dan kolam penampung air tua, sedangkan 65 % digunakan untuk meja kristal, selain produksi meningkat keuntungan yang lain dari sistim semi intensif ini adalah masa produksi yang lebih cepat dimana dalam waktu 14 hari akan cepat didapat air tua sedangkan pada lahan tradisional untuk mendapatkan air tua sampai 30 hari.
b. Melapisi meja kristalisasi dengan terpal plastik
Untuk meningkatkan mutu garam rakyat yang saat ini menjadi tuntutan pasar maka petani garam harus mau menambah sarana yang ada. Karena saat ini produksi garam rakyat dinilai kurang memenuhi syarat SNI, yakni nilai NaCl yang rendah, warna buram kecoklatan dan rapuh. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan yang ada maka saat ini dikembangkan teknologi geo membrane. Didalam teknologi geo membrane seluruh meja kristalisasi dilapisi terpal plastik hal ini untuk menjamin terhadap kebersihan produksi garam.

Dengan teknologi geo membrane pembudidaya garam rakyat selama musim garam dapat memanen garamnya secara terus menerus, tidak perlu khawatir lagi terhadap kwalitas garam yang dihasilkan karena kristal – kristal garam tersebut tidak bersentuhan dengan tanah, sehingga akan didapat kristal garam yang putih, bersih dan berbobot. Selain pada meja kristalisasi yang dilapisi dengan terpal plastik juga pada saluran pemasukan air tua dari kolam penampung air tua ke meja kristalisasi perlu dilapisi terpal plastik, hal ini dimaksudkan untuk mencegah lumpur tanah yang ada pada saluran pemasukan jangan sampai terbawa masuk ke meja kristalisasi, pada saat  membagi masuknya air tua ke meja –meja kristalisasi.

c. Terpal Plastik yang di gunakan
Terpal plastik yang digunakan untuk geo membrane bisa menggunakan  nomor A 12 atau plastik HDPE dengan ketebalan 500 mikron, karena plastic ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, dimana dalam penggunaanya mampu bertahan sampai empat musim garam dengan perawatan yang baik. Di dalam perawatan plastic ini, apabila tidak musim garam harus di lepas dari meja kristalisasi kemudian dicuci dan digulung kembali terus disimpan dalam bak air, jangan disimpan pada tempat yang kering, karena kemungkinan akan dirusak oleh tikus.
d. Cara Pemasangan geo membrane
*      Ukur luasan plastik geo membrane yang akan di gunakan
*      Buat galengan pada meja kristalisasi sesuai dengan luasan plastik geo membrane
*      Guluk atau padatkan meja kristalisasi agar permukaan meja kristalisasi rata.
*      Bentangkan plastik geo membran pada meja kristalisasi hingga menutupi seluruh permukaan galengan.
*      Kuatkan pada tepi plastik geo membrane dengan cara memberi pasak kayu pada bagian tepi plastik geo membrane.

Sumber: Drajat, 2014. Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran di download pada laman http://www.puslat.kkp.go.id/web/frontend/artikel.php?p=view&id=ARID000028

DAFTAR PUSTAKA
Aris Kabul, 2011. Ramsol,Dirjen KP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia    Jakarta.
Buku Panduan Pembuatan Garam Bermutu 2002. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.Pusat Riset Wilayah Laut dan  Sumberdaya  Nonhayati. Proyek Riset Kelautan dan Perikanan .
Pemberdayaan Garam Rakyat.2003. Direktorat Jendral Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran Departemen Kelautan dan Perikanan
Buku Panduan Diklat Teknis Pemberdayaan Garam Rakyat 2010. Balai Diklat Perikanan Tegal.

Thursday, 7 May 2015

PENGOLAHAN IKAN ASIN (CARA PENGGARAMAN BASAH)



PENDAHULUAN
Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya.

Tanda ikan yang sudah busuk:
- mata suram dan tenggelam;
- sisik suram dan mudah lepas;
- warna kulit suram dengan lendir tebal;
- insang berwarna kelabu dengan lendir tebal;
- dinding perut lembek;
- warna keseluruhan suram dan berbau busuk.

Tanda ikan yang masih segar:
- daging kenyal;
- mata jernih menonjol;
- sisik kuat dan mengkilat;
- sirip kuat;
- warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang;
- insang berwarna merah;
- dinding perut kuat;
- bau ikan segar.
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan.

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai nilai protein tinggi, dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh manusia.
Manfaat makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara Jepang dan Taiwan, ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan harapan hidup lebih tinggi dari negara lainnya. Penggolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan orang mengkonsumsi ikan lebih banyak.

Ikan asin adalah makanan awetan yang diolah dengan cara penggaraman dan pengeringan. Ada 3 cara pembuatan : (1) Penggaraman kering dengan pengeringan; (2) Penggaraman basah (perebusan dalam air garam) dengan pengneringan; dan (3) Penggaraman yang dikombinasikan dengan peragian (pembuatan ikan peda).

BAHAN
1. Ikan segar 10 KG
2. Garam dapur 4 kg

ALAT
1) Panci
2) Bak penggaraman
3) Tampah (nyiru)

CARA PEMBUATAN
1)    Masukkan garam ke dalam 10 liter air;
2)    Masukan ikan , kemudian rebus selama 5-10 menit atau rendam selama 3-4 jam, dan tutup dengan diberi pemberat;
3)    Tiriskan sekitar 15 menit kemudian jemur sampai kering (3 hari);
4)    Biarkan beberapa saat (angin-anginkan) kemudian kemas dalam kantong.

DIAGRAM ALIR PEMBUATAN IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN BASAH


Catatan:
1)    Ikan asin yang bermutu baik adalah jika memenuhi syarat Standar Industri Indonesia (SII), yaitu :
ü Mempunyai bau, rasa, dan warna normal, serta bentuk yang baik;
ü Berkadar air paling tinggi 25 %
ü Berkadar garam (NaCl) antara 10 % ~ 20 %;
ü Tidak mengandung logam jamur, juga tidak terjadi pemerahan bakteri;
2)    Ada beberapa cara untuk mempercepat pengeringan ikan asin :
ü Menjemur ikan di atas para-para setinggi ± 1 m dari atas tanah, di halaman terbuka;
ü Menjemur ikan di dalam ruang pengering dari plastik (solar dryer);
ü Mengalir udara panas ke permukaan ikan dalam ruangan (mechanical dryer);
ü Mengatur cara penjemuran ikan, jangan sampai bertumbuk;
ü Membelah daging ikan;
ü Membuat sayatan pada daging ikan.

3)    Perbandingan komposisi ikan asin dan ikan teri kering per 100 gram bahan adalah sebagai berikut :



SUMBER:
http://www.ristek.go.id
Daftar komposisi bahan makanan. Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1979.
Pembuatan ikan asin. Jakarta : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian, Departemen Perindustrian, 1982. Publikasi No. 4.

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...