Friday, 17 May 2013

MENGENAL POTENSI BUDIDAYA UDANG GALAH



Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Oleh karena itu, berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan produksi udang galah tersebut. Dengan meningkatnya produksi udang galah, maka kebutuhan masyarakat akan protein hewani diharapkan dapat terpenuhi. Selain mempunyai cita rasa yang khas yang berbeda dari udang tambak lainnya, udang galah ini harganya relatif murah dibandingkan dengan udang windu, sehingga mudah terjangkau oleh masyarakat kecil.
                Prospek pengembangan budidaya udang galah diperkirakan lebih baik daripada ikan konsumsi dan jenis udang lainnya. Prediksi tersebut dilandasi oleh semakin tingginya tingkat konsumsi ikan (termasuk udang) per kapita per tahun penduduk dunia. Menurut FAO, sampai tahun 2010, pasar dunia masih kekurangan pasokan ikan (termasuk udang) sebesar 2 juta ton/tahun. Pasokan ikan sebesar itu tidak mungkin dipenuhi hanya dari hasil tangkapan alam, tetapi harus dipasok dari hasil budidaya.

Agar produksi udang galah meningkat, maka kita harus memperhatikan kesehatan pada udang tersebut, karena jika udang sehat, maka produksinya pun akan meningkat.
Menurut Hadie Wartono dan Supriatna Jatna (1984), udang galah memiliki klasifikasi sebagai berikut :
·         Phyllum                        : Arthopoda
·         Sub Phyllum               : Mandibulata
·         Klass                              : Crustaceae
·         Sub Klass                     : Malacostraca
·         Ordo                              : Decapoda
·         Sub Ordo                     : Natantia
·         Familly                          : Palaemonidae
·         Genus                           : Macrobrachium
·         Spesies                         : Macrobrachium rosenbergii
Menurut Hadie Wartono dan Supriatna Jatna (1984) ,badan udang galah seperti juga udang lainnya, terdiri dari ruas-ruas (segmen) yang diliputi oleh kulit yang keras. Badan udang dapat dibagi atas tiga bagian besar, yakni kepala dan dada (cephalothorax), badan (abdomen) dan ekor (uropoda).
Menurut Hadie Wartono dan Supriatna Jatna (1984), cephalothorax dibungkus oleh kulit yang keras (carapace). Pada bagian depan kepala terdapat penonjolan carapace yang bergerigi dan disebut rostrum. Walaupun kegunaan yang pasti belum dapat dijelaskan, namun bila dilihat secara taksonomis rostrum tersebut mempunyai fungsi yang besar, yaitu sebagai penunjuk spesies (jenis). Udang galah mempunyai 11-13 buah gigi rostrum di bagian atas dan 8-14 buah gigi rostrum di bagian bawah. Inilah yang membedakan dengan jenis lain pada udang air tawar. Pada bagian dada terdapat lima pasang kaki jalan. Pada udang galah, pasangan kaki jalan yang kedua tumbuh sangat besar dan bahkan dapat mencapai 1,5 kali panjang badan. Ciri ini sangat khas terutama pada udang jantan, sedang pada udang betina pertumbuhan kaki ini tidak begit besar.                                                                                                                
Bagian badan (abdomen) terdiri dari lima ruas, masing-masing dengan sepasang kaki renang (pleopoda). Pada udang betina tempat tersebut merupakan tempat pengeraman telur (brood chamber) setelah telur dibuahi, sedang pada udang jantan terdapat appendix masculina.
Bagian ekor (uropoda) merupakan ruas terakhir dari ruas badan yang kaki renangnya bermodifikasi menjadi uropoda (exopoda dan endopoda) dan diakhiri dengan telson.
Dalam siklus hidupnya udang galah dapat menempati dua habitat yang berbeda yakni air payau pada fase larva dan air tawar pada fase muda dan dewasa. Udang galah dewasa merupakan penghuni sungai-sungai yang ada hubungannya dengan laut serta perairan sekitarnya seperti : rawa, waduk, danau dan sebagainya. Hal tersebut berhubungan erat dengan siklus hidupnya, bahwa larva harus segera mendapatkan perairan payau segera setelah menetas paling lambat 3-5 hari. Larva akan berkembang hingga mencapai juvenil di perairan payau dan kemudian bermigrasi ke perairan tawar, ke sungai dan sebagainya.
Di alam udang galah dapat berpijah di daerah air tawar pada jarak lebih dari 100 km dari muara / laut dan membiarkan larvanya ikut terbawa aliran sungai mencapai laut dengan resiko kematian yang tinggi.
Secara alami penyebaran udang galah meliputi daratan Indo-Pasifik mulai dari bagian timur benua Afrika sampai ke kepulauan Malaysia termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri udang galah tersebar luas mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan dan sampai Irian.
Udang merupakan salah satu hewan air yang dapat dimanfaatkan untuk konsumsi makanan. Banyak di temui di Restoran-restoran atau warung-warung Seafood.
Udang galah merupakan komoditi ikan air twara yang dapat dipasarkan baik untuk kebutuhan dalam maupun luar negeri. Ukurannya mlai 100 gr s.d. 200 gr per ekor. Bahkan udang yang tertangkap diperairan umum dapat mencapai 300 gr per ekor. Udang galah dapat dipelihara di kolam-kolam oleh para pembydidaya udang, baik secara polikultur maupun monokultur dengan biaya yang cukup rendah sehingga dapat meningkatkan penghasilan pembudidaya. Mengingat prospek pemasarannya yang baik maka petunjuk teknis budidaya udang galah perlu dikembangkan.

SISTEM PEMELIHARAAN
1.    Sistem pemeliharaan tunggal (monkulter). 
Pada pemerilhaarann udang galah secar tunggal, kolam yang dipergunakan sebaiknya berukuran lebih dari 500 M2 dan kedalaman air minimal 1,0 M. Dasar kolam pemeliharaan adalah tanah yang sedikit berpasir, sedangkan pematang kolah dapat berupa tanah atau tembokan semen.Air yaNg digunakan untuk pemeliharaan ini harus bebas polusi, baik yang berasla dari limbah produksi, pabrik pertanian maupun rumah tangga. Debit air yang diperlukan adalah 1 – 5 liter per detik untuk luasan 1000 m2. 

2.    Sistem pemeliharaan campuran (polikultur)
Pemeliharaan udang galah dengan system polikultur banyak dilakukan oleh pembudidaya. Kombinasi yang dianjurkan adalah dengan ikanikan jenis herbivore (pemakan tumbuhan) seperti tawes, gras crap dan gurami. Perlakuan kolam untuk pemeliharaan campuan tersebut hamper sama dengan yang dilakukan untuk pemeliharaan tunggal. Diperlukan air yang mengalir secar tetap dan pemupukan dengan kadar lebih tingg dari 100-250 gram/m2 ditambah makan buatan (pellet).Sistem pemeliharaan tunggal (monokultur). 
Pada pemerilhaaran udang galah secar tunggal, kolam yang dipergunakan sebaiknya berukuran lebih dari 500 M2 dan kedalaman air minimal 1,0 M. Dasar kolam pemeliharaan adalah tanah yang sedikit berpasir, sedangkan pematang kolah dapat berupa tanah atau tembokan semen.

PERSIAPAN KOLAM 
Persiapan kolam pemeliharaan udang galah meliputi pengeringan kolam, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar kolam, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar kolam, dan pembuatan kemalir. Pengapuran dengan dosis 10-25 gram/m2 bertujuan untuk sanitasi kolam. Pemupukan sebanyak 100-250 gram/m2 dpat dilakukan bila udang hanya diberi sedikit makanan tambahan, tetapi bila makanan tambahan penuh diberikan, pemumpukan kolah tidak perlu dilakukan. Untuk mencegah hewan liar, pada saluran pemasukan diberikan saringan/filter. Penebaran udang dilakukan setelah 5 s.d 7 hari dari pengisian air kolam.

PENEBARAN BENIH 
Benih udang galah yang ditebarkan sebaiknya berukuran tokolan suapay lebih tahan dibandingkan juvenile. Padar penebaran pada sistem pemeliharaan tunggal adlah 5-10 ekor/m2 untuk tokolam berukuran 3-5 cm. 
Menurut James P. Mc.Vey,Ph.D bahwa padat penebaran benih udang galah dapat 15 ekor per m2 apabila kondisi air dan makanan tambahan cukup, tetapi apabila ada cukup air, tidak ada makanan tambahan (makan udang hanya dari pemupukan saja), maka kepadatan benih udang hanya 10 ekor per/m2, tetapi bila tidak ada air yang cukup dan juga tidak tersedia pupuk untuk kolam maka dapat dicoba kepadatan 2 ekor udang per m2. 
Padat penebarab per m2 yang dianjurkan pada pemeliharaan polikultur dengan pemupukan organic dan tambahan tumbuhan  adalah 10 ekor udang galah ditambah pupuk organic saja, padat penebaran per m2 yang dianjurkan adalah udang galah 10 ekor. Untuk pemeliharaan udang galah dengan system pemanenan secara bertahap, dapat dilakukan penebaran ulang pada setiap panen 50% dari julah udang yang dipanen. 

PEMBERIAN MAKANAN 
Selam pemeliharaan, udang galah diberi makanan tambahan berupa pellet (25% protein) dengan jumlah pakan 5% dari berat total biomas populasi udang per hari. Frekwensi pemberiannya adalah 2 kali perhari, yaitu pada sore hari dan malam hari, karena pada waktu itu udang lebih aktif.
Untuk menentukan jumlah berat populasi udang yang ada yaitu dengan cara mengambil sedikit udang untuk sample yang kemudian kita bisa mengetahui berat rara-ratanya. Berat rata-rata tadi dikalikan dengan jumlah  yang diperkirakan ada didalam kolam untuk mendapatkan jumlah berat seluruhnya. Jumlah pemberian 5% per hari harus disesuaikan setiap dua minggu sekali. Apabila semua dalam keadaan baik untuk pertumbuhan udang kita bisa mengharapkan moralitas hanya lebih kurang 5% per bulannya. Dengan demikian dapat diperkirakan jumlah udang yang akan dapat dipanen dengan mengurangi 5% tiap bulannya. Makanan udang dalam bentuk pellet dapat dibeli di pasaran dapat pula dibuat sendiri dengan mencampurkan semua bahan yang diperlukan dan menghancurkannya dengan mesin penggiling.  
PENGELOLAAN AIR 
Pada kolam pemeliharaan udang galah, untuk menjaga kesehatan udang, kualitas dan kuantitas air harus selalu dipantau. Biasanya untuk pemeliharaan udang system tunggal, kualitas air cenderung menurun (jelek) setelah 1 bulan mas pemeliharaan. Untuk memperbaiki kualitas air tersebut dapat ditebarkan ikan-ikan jenis pemakan plangton dengan kepadatan rendah. Kualitas air  yang redah ditandai dengan banyaknya udang 
dipermukaan pada pagi hari. Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan mengganti jumlah air sebanyak sepertiga bagian dengan air baru.

PENYAKIT 
Penyakit udang yang paling serius adlah yang disebabkan oleh ingkungan dan keadaan yang tidak menyenangkana seperti terlalu padat, kekurangan makanan, penanganan yang tidak baik dan sebagainya. Berarti cara penanggulangan yang paling baik dan efektif ialah dengan memberikan kondisi yang terbaik pada kolam udang. Sekali kolam dilanda penyakit yang serius maka biasanya terlambat untuk untuk melakukan tindakan apapun. Penyembuhan dengan memberikan anti biotika atau fungisida keseluruh kolam mahal sekali biayanya. Oleh karena itu lebih murah untuk mengeringkan kolam dan mulai menyiakan dari permulaan. 

PEMANENAN
Setelah masa pemeliharaan 3 sampai 5 bulan udang dapat diapanen. Pada saat panen total ukurang bervariasi beratnya yaitu 20 – 50  gram per ekor. Sistem pemanenan dapat dilakukan secar bertahap dimanan hanya dipilih ukuran konsumsi isi 30 sampai 40 ekor/kg (ukuran pasar). Pada tahap pertama dilakukan setelah 2 bulan masa pemeliharaan (dari tokolan) dengan menggunakan jarring dan setaip bulan berikutnya. Produksi udang galah dapat menncapai 2 sampai 40 ton/hektar. Tehnik memanen yang paling mudah dan paling murah adalah dengan mengeringkan kolam baik sebagian maupun menyeluruh. Biasanya apabila akan  memanen seluruh udang maka  kolam dikeringkan sama sekali, tetapi kalau akan memanen sebagian saja maka hanya sebagian air yang dibuang.
Pada saat pemanenan sebaiknya dimasukkan air segar kedalam kolam melalui saluran air masuk. Selain itu pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari diman temperature masih rendah.
Air segar segar perlu dialirkan kedalam kolam untuk mencegah agar udang tidak mati kepanansan, air dibuang melalui pusat saluran pembuangan dalam kolam sehingga semua udang akan mengumpul didalam bak penangkap ataupun dalam saluran kemudian ditangkap dengan menggunakan jarring kecil (serok). Setelah itu dimasukkan kedalam ember yang diisi es atau dalm kemasan yang telah disiapkan dan dikirimkan ke pasaran. Apabila dipanen seluruhnya maka kolam harus dikeringkan dan disiapkan lagi untuk pemeliharaan berikutnya.

SUMBER:
Dalimartha, Setiawan. 2004. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Puspa Swara. Jakarta.
Hadie, Wartono dan Supriatna, Jatna, 1984. Pengembangan Udang Galah Dalam Hatchery Dan Budidaya, Edisi Ke-2, Penerbit Kanisius, Jakarta.
Khairuman dan Amri, Khairul, 2004.Budidaya Udang Galah Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Riswan, Iwan, 2002. Prospek dan Peluang Usaha Pembenihan Udang Galah. Majalah Mina Samudra,

1 comment:

AZLA said...

postingan yang sangat bermanfaat untuk menjadi pengetauan
terima kasih sudah berbagi

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...