Wednesday, 12 August 2015

MENGENAL KEPITING BAKAU


Di Indonesia dikenal ada 2 macam kepiting sebagai komoditi perikanan yang diperdagangkan/komersial ialah kepiting bakau atau kepiting lumpur; dalam perdagangan internasional dikenal sebagai “Mud Crab” dan bahasa Latinnya Scyla serrata dan ada juga kepiting laut atau rajungan yang nama internasionalnya “Swimming Crab” dengan nama Latin: Portunus pelagicus. Kedua macam kepiting tsb nilai ekonominya sama , dan keduanya diperoleh dari penangkapan dialam.
Kepiting bakau ditangkap dari perairan estuaria yaitu muara sungai , saluran dan petak-petak tambak , diwilayah hutan bakau dimana binatang ini hidup dan berkembangbiak secara liar. Kepiting bakau lebih suka hidup diperairan yang relative dangkal dengan dasar berlumpur, karena itu disebut juga Kepiting Lumpur (Mud Crab).
Sedangkan rajungan , ditangkap oleh nelayan dilaut dekat pantai sampai sejauh 1-2 mil dari pantai, karena rajungan hidup pelagis (di badan air laut). Namun demikian Kepiting Bakau juga dapat tertangkap di laut dekat pantai, karena kepitng bakau yang hendak kawin dan bertelur, juga berpindah di wilayah laut dekat pantai.
Bentuk (habitus) kepiting bakau badannya yang didominasi oleh tutup punggung (karapas) yang berkulit chitin yang tebal.
Seluruh organ tubuh yang penting tersembunyi dibawah karapas itu. Anggota badannya berpangkal pada bagian dada (cephalus) tampak mencuat keluar di kiri dan kanan karapas, yaitu 5 pasang kaki jalan.
Kaki jalan terdepan (nomer 1) berbentuk capit yang besar ; kaki jalan nomer 2,3 dan 4 berujung runcing yang berfungsi untuk berjalan ; kaki jalan nomer 5 berbentu pipih berfungsi sebagai dayung bila ia berenang. Pada cephalus (dada) terdapat organ2 pencernaan, organ reproduksi (gonad pada betina dan testis pada jantan). Sedangkan bagian tubuh (abdomen) melipat rapat dibawah (ventral) dari dada. Pada ujung abdomen itu bermuara saluran cerna (dubur).
Pada kepiting jantan , bentuk abdomen itu segitiga meruncing, terbentuk dari deretan beberapa ruas. Sedangkan kepiting betina bentuk abdomen seperti segitiga juga tetapi lebar, dibawahnya terdapat bulu-bulu (umbai-umbai) dimana telur-telurnya melekat ketika dierami.

HABITAT DAN PENYEBARAN

Kepiting Bakau terdapat di wilayah perairan pantai estuaria dengan kadar garam 0 sampai 35 ppt. Menyukai perairan yang berdasar lumpur dan lapisan air yang tidak terlalu dalam sekitar 10- 80 cm dan terlindung,seperti di wilayah hutan bakau. Di habitat seperti itu kepiting bakau hidup dan berkembang biak.
Dilaut dekat pantai, seringkali nelayan dapat menangkap kepiting bakau yang sudah dewasa dan mengandung telur. Agaknya kepiting bakau menyukai laut sebagai tempat melakukan perkawinan , namun kepiting bakau banyak dijumpai berkembangbiak didaerah pertambakan dan hutan bakau yang berair tak terlalu dangkal ( lebih dari 0,5 m).
Habitat hutan bakau itulah habitat utama bagi kepiting untuk tumbuh dan berkembang, karena memang subur dihuni oleh organisme kecil yang menjadi makanan dari kepiting bakau itu. Jadi cocok sebagai “ breeding gound” ( tempat memijah) dan “nursery ground”(tempat anak-anak kepiting berkembang/tumbuh) .
Kepiting bakau mempunyai daerah penyebaran geografis yang sangat luas , yaitu pantai wilayah Indo Pasific barat, dari pantai barat Afrika Selatan, Madagaskar, India, Sri Langka, Seluruh Asia Tenggara sampai kepulauan Hawaii; Di sebelah utara : dari Jepang bagian selatan sampai pantai utara Australia. Dan di pantai barat Amerika bagian selatan. (Moosa et al., 1985 dalam Mardjono et al., 1994).

DAUR HIDUP DAN PERKEMBANGBIAKAN

Kepiting bakau ialah binatang Kelas Krustasea sama halnya dengan Udang. Badannya beruas-ruas yang tertutup oleh kulit tebal dari zat khitin. Karena itu secara periodik berganti kulit (moulting) yang memungkinkan binatang ini tumbuh pesat setelah ganti kulit . Binatang yang masih muda berganti kulit lebih sering dibanding dengan yang tua. Sehingga yang muda tumbuh lebih cepat dari pada yang telah tua.
Mekanisme ganti kulit itu sejalan pula dengan periodisitas dari saat perkawinannya. Bila Kepiting (juga Udang) sedang tumbuh kembang gonadnya terjadi ketika kulitnya sedang keras (intermoult) . sedangkan menjelang perkawinan, pasti terjadi proses ganti kulit (mating moult) sehingga kulit yang betina lunak memudahkan bagi pejantannya melakukan proses perkawinan, memasukkan sperma kedalam thelycum alat kelamin) betinanya.
Kepiting betina yang sudah kawin dan memijah (melepaskan telur-telurnya), telur lalu dibuahi (fertilisasi oleh sperma yang sudah disimpan ketika perkawinan terjadi. Telur yang sudah terfertilisasi tidak dilepaskan kedalam air melainkan segera menempel pada rambut-rambut yang terdapat pada umbai-umbai di bagian bawah abdomen. Di Indonesia yang beriklim tropika telur itu “dierami” selama 20 - 23 hari sampai menetas tergantung tingginya suhu air. Seekor induk betina kepiting bakau yang beratnya 100 gram (lebar karapas 11 cm) menghasilkan telur 1 – 1,5 juta butir. Semakin besar /berat induk kepiting, semakin banyak telur yang dihasilkan.
Telur yang baru difertilisasi ( dibuahi) berwarna kuning –oranje . Semakin berkembang embrio dalam telur, warna telur akan berubah menjadi semakin gelap yaitu kelabu akhirnya coklat kehitaman ketika hampir menetas.
Induk yang mengerami telur biasa sedikit atau tidak makan sama sekali. Induk itu selalu menggerakkan kaki-kaki renangnya dan sering tampak berdiri tegak pada kaki dayungnya , agar telur-telur mendapat aliran air segar yang cukup oksigen.
Bila waktunya telur menetas, induk kepiting itu menggarukkan kaki-kaki jalan dan kaki dayungnya terus menerus dengan cepat , untuk memudahkan pelepasan larva yang segera menyebar kesekelilingnya. . Disini fungsi kaki-kaki jalan itu penting, jika jumlahnya tidak lengkap atau cacat, akan mengganggu proses penetasan tsb.
Hanya sebagian kecil saja telur yang tidak menetas dan akhirnya rontok tidak menetas. Proses penetasan telur lamanya 3-5 jam.
Telur yang baru menetas disebut stadia pre-zoea hanya dalam waktu 30 menit berubah menjadi stadia Zoea 1 . Ada 5 sub stadia Zoea yaitu Zoea-1, Zoea-2, Zoea-3, Zoea -4 dan Zoea-5. Semakin lanjut sub –stadia, terjadi penambahan organ tubuh sehingga semakin sempurna untuk pergerakan, menangkap makanan dan metabolisme tubuhnya.
Setiap sub-stadia memerlukan waktu 3-4 hari untuk berubah menjadi sub-stadia selanjutnya. Sehingga tingkat Zoea seluruhnya memerlukan waktu 18-20 hari untuk menjadi stadia selanjutnya yaitu megalopa.
Zoea-1 warna tubuh transparan, panjang tubuhnya 1,15 mm, matanya tidak bertangkai.
Zoea-1 geraknya masih lamban, makanannya fitoplankton . dan zooplankton yang lamban geraknya yaitu Brachionus plicatilis.
Zoea-2 geraknya lebih gesit sejalan dengan semakin berkembangnya anggota tubuh baik dalam ukuran maupun jumlahnya.. Panjang tubuhnya 1,50 mm . Mata bertangkai.
Makananya masih berupa fitoplankton yang ukurannya lebih besar seperti Tetraselmis chuii , Chaetoceros calcitran. Kedua jenis fitoplankton itu selain sebagai pakan untuk Brachionus juga menyerap gas hasil metabolisme (metabolit) dari larva itu sendiri. Jadi sebagai pembersih air.
Sub-stadia Zoea-3 , ukurannya lebih besar 1,93 mm .Dapat memangsa nauplii Artemia. Beberapa organ tubuhnya disajikan pada Seekor Zoea-3 dapat memakan nauplii artemia sebanyak 30 ekor per-hari.
Sub-stadia Zoea-4 ,panjang tubuhnya 2,4 mm. Pada stadia ini telah terbentuk pleopoda (kaki renang) dan pereiopoda (kaki jalan). Tampak aktif berenang karena itu lebih aktif menangkap pakannya.
Sub-stadia Zoea-5 panjang tubuhnya 3,4 mm, lebih efektif menangkap mangsanya dan geraknya lebih gesit.
Stadia berikutnya ialah Megalopa . Ukuran tubuhnya semakin besar, sehingga tidak lagi diberi pakan nauplii artemia melainkan dapat memakan artemia instar-5 .
Panjang karapas 2,18 mm (termasuk duri rostral), lebar karapas 1,52 mm ; panjang abdomen 1,87 mm panjang tubuh total (termasuk duri rostral) 4,1 mm. Mempunyai pereopoda 5 pasang . Abdomen terdiri 7 segmen memanjang kebelakang.
Stadia berikutnya ialah Stadium Crab (kepiting muda). Bentuk dan anggota tubuhnya sudah seperti pada kepiting dewasa. Kebiasaannya cenderung di dasar perairan. Memakan makanan yang ada didasar atau yang tenggelam. Makanan yang diberikan berupa cacahan cumi-cumi, udang kecil dsb. Tetapi juga dapat memakan nauplii artemia yang planktonis. Biasanya juga diberi pakan buatan berupa mikro pellet yang kaya nutrisi, seperti yang biasa untuk larva udang.

Pada kondisi normal di Panti Pembenihan (Hatchery) , lama waktu perubahan dari menetas sampai menjadi stadium Megalopa 21-23 hari. Dari Megalopa menjadi Stadium Crab-5 ialah 10-12 hari . Sehingga lama waktu pemeliharaan larva sejak telur menetas sampai menjadi benih kepiting (crab-5) siap jual hanyalah 30 – 35 hari.

SUMBER:
Suyanto S.R., 2011. Budidaya Kepiting Bakau. Materi Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Nomor: 008/TAK/BPSDMKP/2011. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

No comments:

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...