Menjadi kawasan Minapolitan, bagi Kabupaten Muaro Jambi yang berada di Provinsi Jambi, dengan mengedepankan komoditas unggulan perikanan budidaya berupa: ikan patin pastilah tidak terlalu sulit, jika dilihat dari potensi perikanan yang ada. Dengan mengandalkan potensi ini dan menggalang dukungan lintas sektor, diharapkan pengembangan kawasan minapolitan Kabupaten Muaro Jambi, dapat terwujud.
Kabupaten Muaro Jambi adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Kabupaten ini merupakan salah satu Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Batanghari berdasarkan Undang-undang nomor 54 Tahun 1999, dengan luas wilayah 5.246 km², secara administratif terdiri dari 9 Kecamatan, 129 Desa/Kelurahan, dengan jumlah penduduk 294,408 jiwa dengan tingkat pertumbuhan 2,56 persen pertahun. Untuk menggerakkan kegiatan ekonomi bidang perikanan, Kabupaten Muaro Jambi memiliki pasar ikan, tempat pendaratan ikan, balai benih ikan, lembaga perbankan seperti; BNI, BRI.
Kabupaten Muaro Jambi termasuk central produksi perikanan yang cukup potensial, hal ini tak terlepas dari kondisi geografis wilayah yang dialiri sungai Batang Hari yang sangat baik untuk budidaya ikan perairan umum serta geografis wilayah yang mempunyai cukup banyak lahan basah/rawa. Pengembangan budidaya perikanan utama dibagi atas dua kelompok yaitu:
- Perairan umum, dilakukan disepanjang sungai batang hari, dengan sistem keramba jaring apung (KJA) ini terpusat di kecamatan Jambi Luar Kota, Sekernan, Maro Sebo dan Kumpeh Ilir.
- Budidaya kolam, dilakukan didaerah dataran rendah/berawa yang banyak terdapat di kecamatan Sungai Gelam dan Kumpeh Ulu.
Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi ditunjuk menjadi salah satu dari 25 daerah di Indonesia sebagai daerah minapolitan (http://you-litha.blogspot.com/2010/01/muarojambi-muaro-jambi-jadi-percontohan.html).
Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan konsep minapolitan, yaitu manajemen ekonomi kawasan berbasiskan perikanan di 41 kabupaten/kota di Tanah Air. Konsep ini merupakan bagian dari cita-cita mewujudkan Indonesia sebagai negara penghasil produk perikanan terbesar di dunia pada tahun 2015. Kunci dari minapolitan ini adalah integrasi industri perikanan dari hulu ke hilir di suatu wilayah yang sesuai dengan karakteristik daerah itu sendiri. Perikanan diharapkan menjadi penggerak utama dari ekonomi wilayah setempat. Targetnya terjadi peningkatan produksi secara besar-besaran dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat setempat (http://bataviase.co.id/node/411448).
Untuk minapolitan berbasis perikanan budi daya dilakukan di 24 lokasi, di antaranya budi daya ikan patin di Muaro Jambi dan Kampar Riau, budi daya lele di Kabupaten Bogor, Jabar, gurame di Banyumas, Jateng, rumput laut di Morowali, Sulteng, Sumbawa, NTB, Sumba Timur, NTT, dan sebagainya. Sementara untuk pengembangan sentra garam dilakukan di 8 lokasi, antara lain Cirebon, Indramayu, Rembang, Pati, Pamekasan, Sampang, Sumenep, dan Nagakeo (http://bataviase.co.id/node/411448).
No comments:
Post a Comment