Wednesday 16 February 2011

KOMODITAS UNGGULAN DAN PELAKU UTAMA PERIKANAN KABUPATEN BANJAR

Ikan Patin merupakan komoditas unggulan budidaya ikan    di Kabupaten Banjar, dengan komoditas pendukung Ikan Nila dan Ikan Mas. Target produksi budidaya  ikan patin Kabupaten Banjar tahun 2010 adalah sebesar:  4567 ton.
Rincian target produksi perikanan budidaya Kabupaten Banjar dari tahun 2010 sampai dengan 2014, dapat disimak pada tabel berikut:

Tabel 1. Target Produksi Perikanan Budidaya Kabupaten BANJAR Tahun 2010 sampai dengan 2014

TAHUN    2010    2011    2012    2013    2014    %

TON    17.267    21.149    26.157    32.290    39.875    198 %

Merujuk PermenKP No.: PER.12/MEN/2010 disebutkan bahwa “Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan”. Serta Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya.

Kebijakan pembangunan perikanan dan kelautan di Kabupaten Banjar diarahkan agar mampu meningkatkan perannya dalam perbaikan ekonomi daerah. Perikanan dan kelautan diharapkan mampu memposisikan dirinya sebagai salah satu penggerak pembangunan ekonomi daerah dan memeberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.



Gambar 1. Kolam Budidaya Patin di Kab. Banjar

Untuk memadukan sektor perikanan dengan sektor-sektor terkait lainnya agar dapat saling mendukung dan bersinergi dengan pendekatan pembangunan berbasis mendasar dan komprehensif sebagai acuan bersama. Berdasarkan pemikiran diatas maka ditetapkanlah Kawasan Minapolitan Cindai Alus yang merupakan kawasan strategis dan menjadi kawasan unggulan daerah dengan kegiatan ekonomi utamanya yaitu usaha perikanan dan pertanian.



Gambar 2. Karamba Budidaya Patin di Kab. Banjar


Tabel 2. Luas potensi dan pemanfaatan usaha perikanan
              di Kawasan Minapolitan Tahun 2009

Kawasan Minapolitan    Luas               Kawasan (Ha)    Potensi Kolam (Ha)    Produktif (Ha)
Kecamatan Martapura Kota           
-    Desa Cindai Alus    300    158    96
-    Desa Tungkaran    200    127    52
-    Desa Sungai Sipai    300    90    36
Kecamatan Martapura Barat           
-    Desa Sungai Rangas Hambuku    482    125    12
-    Desa Sungai Batang Ilir    2.275    370    107
-    Desa Penggalaman    2.849    325    22
Total     6.406    1.295    325

Tujuan adanya kawasan minapolitan adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan budidaya, meningkatkan sarana dan prasarana pendukung perikanan di kawasan minapolitan, serta memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat kawasan tersebut.

Sasaran dari ditetapkannya kawasan minapolitan adalan meningkatnya produksi dan produktivitas perikanan budidaya di Kawasan Cindai Alus, bertambahnya jumlah sarana dan prasarana pendukung kegiatan usaha perikanan, terlaksananya keterpaduan program dan kegiatan, meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Pusat distrik Minapolitan Cindai Alus Kabupaten Banjar berada di Desa Cindai Alus Kecamatan Martapura Kota dengan desa-desa hinterlandnya, yaitu Desa Tungkaran, Desa Sungai Sipai Kecamatan Martapura Kota, serta Desa Sungai Rangas Hambuku, Desa Sungai Batang Ilir dan Desa Penggalaman Kecamatan Martapura Barat. Kecamatan Martapura Kota memiliki luas wilayah 42,03 km2 dengan 25 desa berpenduduk 86.938 jiwa, sedangkan Kecamatan Martapura Barat memiliki luas wilayah 149,38 km2 dengan 13 desa berpenduduk 17.149 jiwa (sumber: BPS-Kabupaten Banjar dalam Angka Tahun 2009)

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjar, kawasan minapolitan terdiri dari kawasan pertanian lahan basah, kawasan budidaya lahan kering dan kawasan pemukiman. Lahan di kawasan minapolitan  terdiri dari lahan basah pasang surut sulfat masam tife C dan D beririgasi teknis, lahan gambut dan lahan kering tipe alluvial dan podsolik. Lahan basah digunakan untuk persawahan dan kolam ikan dan lahan kering untuk perumahan dan pekarangan. Selain potensi perikanan, kawasan Minapolitan Cindai Alus juga merupakan kawasan pertanian yang menghasilkan padi sawah lahan basah, buah-buahan terutama jeruk dan pisang, sayur-sayuran, perkebunan dan peternakan.

Keperluan benih patin untuk kawasan ini sekitar 8,64 juta ekor per tahun yang suplainya sebagian besar (sekitar 90%) berasal dari luar Kalimatan Selatan, sisanya termasuk benih Ikan Nila dan Ikan Mas berasal dari Balai Benih Induk Ikan Lokal (Diskanlut Kab. Banjar) di Karang Intan, Unit Perbenihan Rakyat (UPR), Balai Benih Ikan Sentral (Diskanlut Propinsi) di Bincau dan Balai Benih Ikan Air Tawar (BBAT) di Mandiangin. Hal diatas dikarenakan kendala teknik perbenihan ikan patin yang belum sepenuhnya dikuasai dan dikembangkan di Kabupaten Banjar.

Sumber air disuplai dari Irigasi Riam Kanan dengan kualitas baik dan tersedia sepanjang tahun, sedangkan sistem pengolahan air sendiri (rotasi air) belum berkembang.

Keperluan pakan ikan sebagian besar sudah dapat dipenuhi secara lokal dengan diproduksi sendiri, bahan baku lokal (seperti: sagu, ubikayu, limbah produksi minyak kelapa, dll kecuali tepung ikan didatangkan dari luar daerah), diproduksi dengan menggunakan mesin pellet prototype local (rakitan sendiri). Pengendalian hama penyakit ikan relative terkendali (terutama untuk patin). Penyuluhan dan informasi teknologi dilakukan oleh BPP Martapura Kota di Desa Cindai alus dan BPP Martapura Barat di Desa Sungai Rangas dengan dukungan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banjar. Indikator keberhasilan Kawasan Minapolitan diantaranya adalah menghasilkan output berupa:
-    Peningkatan produksi dan produktivitas perikanan budidaya;
-    Berkembangnya usaha pengolahan produk perikanan;
-    Meningkatnya sarana dan prasarana;
-    Berkembangnya sektor jasa pendukung.
Output diatas diharapkan berdampak pada penyerapan tenaga kerja, penurunan angka kemiskinan dan berkembangnya sektor unggulan dan kegiatan ekonomi lainnya (multiplier effect).

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA

Produksi perikanan budidaya kolam pada tahun 2006 dihasilkan sebanyak 2.419 ton ikan, tahun 2007 meningkat menjadi 6.879 ton, tahun 2008 meningkat menjadi 8.962 ton dan tahun 2009 menjadi 9.012,10 ton. Jumlah produksi yang dihasilkan dari kawasan Monapolitan Cindai Alus mencapai lebih dari 20 ton per hari dengan produksi ikan terbanyak dari jenis ikan yang merupakan komoditas unggulan.

Secara keseluruhan terjadi peningkatan produksi untuk perikanan budidaya paska ditetapkannya Kawasan Budidaya Perikanan Riam Kanan dan Kawasan Minapolitan Cindai Alus tahun 2008, terkecuali untuk kegiatan mina padi. Peningkatan produksi perikanan karamba menunjukan peningkatan  paling tinggi dibandingkan kegiatan perikanan budidaya lainnya. Sedangkan untuk kegiatan mina padi pada tahun 2009 tidak dilaksanakan. Untuk areal kolam di Kawasan Minapolitan khususnya dikawasan Martapura Barat juga mengalami peningkatan dari 141 Ha menjadi 213 Ha pada tahun 2009. Perkembangan produksi dan nilai perikanan di Kabupaten banjar Tahun 2008 dan 2009 tersaji pada Tabel 2, 3 dan 4.

Untuk perkembangan nilai produksi perikanan budidaya pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 3,20% yaitu dari Rp.175.107.370.000,- pada tahun 2008 menjadi Rp. 180.705.870.000,-. Nilai produksi ini didasarkan perhitungan harga rata-rata Rp. 13.500,- perkilogram untuk jenis ikan budidaya air tawar. Tetapi pada budidaya kolam terjadi penurunan nilai produksi sebesar -3,04% yaitu dari Rp. 125.479.430.000,- pada tahun 2008 menjadi Rp. 121.663.350.000,-, hal ini disebabkan tahun 2009 produksi tangkapan ikan di perairan umum meningkat sehingga ikan budidaya tertahan di kolam karena harga pasar juga ikut turun ke kisaran Rp. 10.000,- /Kg.



Tabel 3. Perkembangan produksi perikanan budidaya tahun 2008-2009

KEGIATAN    TAHUN 2008 (TON)    TAHUN 2009 (TON)    NAIK/TURUN   (%)
Budidaya    12.506,53    13.385,54    + 7,03
a.    Tambak    8,45    11,64    + 37,75
b.    Kolam    8.962,00    9.012,10    + 0,56
c.    Karamba    678,50    1.153,00    + 69,93
d.    Mina Padi    11,55    -    - 100,00
e.    Jaring Apung    2.846,03    3.208,80    + 12,75

Sumber: Balai Benih Ikan Lokal Karang Intan/Bidang Produksi Diskanlut Propinsi Kalsel

Tabel 4. Perkembangan nilai produksi perikanan budidaya tahun 2008-2009

KEGIATAN    TAHUN 2008 (Rp. 1.000)    TAHUN 2009 (Rp. 1.000)    NAIK/TURUN   (%)
Budidaya    175.107.370    180.705.870    3,20
a.    Tambak    118.310    157.140    32,82
b.    Kolam    125.479.430    121.663.350    -3,04
c.    Karamba    9.499.865    15.565.500    63,85
d.    Mina Padi    161.715    0    -100,00
e.    Jaring Apung    39.848.050    43.319.880    8,71

Sumber: Balai Benih Ikan Lokal Karang Intan/Bidang Produksi Diskanlut Propinsi Kalsel

Pada tahun 2009 volume produksi Budidaya ikan air tawar mengalami peningkatan, yakni kolam sebesar 0.56%, mina padi mengalami penurunan sebesar 69,93 % dan jaring apung mengalami peningkatan sebesar 12,75 % jika dibandingkan dengan tahun 2008. Budidaya karamba menunjukan perkembangan produksi tertinggi (dari tahun 2008 ke 2009) dibandingkan kegiatan budidaya lainnya. Meningkatnya produksi budidaya karamba ini disebabkan meningkatnya kembali minat pembudidaya untuk melakukan kegiatan budidaya karamba setelah bencana banjir yang terjadi pada tahun 2006. Selain itu stabilnya harga jual ikan nila dipasar menjadi faktor penunjang meningkatnya kegiatan budidaya karamba ini.

Produksi budidaya tertinggi dihasilkan dari kegiatan budidaya kolam sebesar 9.012,10, diikuti dengan kegiatan jarring apung sebesar 3.208,80. Berkebalikan dengan kegiatan budidaya lainnya, budidaya mina padi pada tahun 2009 tidak menunjukan kagiatan produksi. Hal ini disebabkan karena kemarau berkepanjangan yang terjadi pada tahun 2009 .

Aspek Pemasaran : tujuan pemasaran adalah pasar lokal dan pasar luar daerah, yaitu Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Harga jual relatif stabil (sekarang Rp. 20.000,-/kg s/d                 Rp. 21.000,-/Kg). Untuk menjaga stabilitas harga dipasaran maka telah dibentuk Asosiasi Kelompok Perikanan Budidaya Kolam yang antara lain bertugas menetapkan harga patokan Penjualan dan menyebarluaskan informasi harga dan pemasaran. Pengolahan hasil produksi belum berkembang luas, pada umumnya masih dipasarkan dalam bentuk ikan segar.

Jasa penunjang yang ikut tumbuh dengan adanya kawasan minapolitan adalah penyalur benih dan sarana produksi, produsen pakan, penjualan bahan baku pakan lokal (sagu, ubikayu,limbah pembuatan mie instan, hasil samping pembuatan minyak kelapa/tahi lala, dll), Pekerja kolam, Pedagang ikan (lokal dan luar daerah), jasa perbankan/perkreditan, Jasa wisata pemancingan dan kuliner ikan (lesehan).

Permodalan budidaya berasal dari modal sendiri (terutama pada usaha perorangan), Kredit dari perbankan dan lembaga simpan pinjam lainnya, bantuan stimulant dari pemerintah. Kelembagan Pembudidaya terdiri dari : Pokdakan (9 Kelompok), Asosiasi kelompok Perikanan Budidaya Kolam (1 kelompok), P3A, Gapoktan (6 kelompok).

No comments:

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...