Friday 1 March 2019

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN KERAPU BATIK

Ikan kerapu merupakan mata dagangan internasional yang harganya mahal, dan permintaannya semakin meningkat sehingga dimasukkan dalam komoditas unggulan yang ditekankan dalam program intensifikasi budidaya perikanan. Selama ini untuk memenuhi kebutuhan benih kerapu masih mengandalkan dari hasil tangkapan di alam. Hal ini menyebabkan ketersediaannya tidak berkesinambungan.

Namun sejak tahun 1990 budidaya laut di Indonesia terlihat semakin meningkat seiring dengan adanya keberhasilan dalam kegiatan pembenihan benih dan berbagai jenis ikan laut ekonomis penting telah berhasil diproduksi secara massal, tidak terlalu banyak lagi mengandalkan di alam. Berbagai jenis ikan yang telah dikuasai tekniloginya, ikan kerapu batik masih merupakan salah satu andalan dalam budidaya laut di Indonesia.

Kerapu batik merupakan jenis ikan kerapu yang harganya mahal terutama yang mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik akan komoditas ini stabil bahkan cenderung meningkat. Namun demikian yang masih menjadi perhatian utama adalah ketersediaan benih yang belum dapat tepenuhi baik jumlah, mutu maupun kesinambungannya.

Ikan kerapu secara umum dikenal sebagai hewan karnivora yang buasa dan rakus, memakan berbagai jenis ikan, crustacean dan kadang – kadang juga memakan cepalopoda (cumi-cumi). Seringkali hidup menyendiri dan menyukai naungan sebagai tempat sembunyi. Ikan kerapu lebih suka menghindar dari sinar matahari langsung, kecuali sewaktu mencari makan dan saat memijah.

Ikan kerapu adalah jenis ikan laut yang dapat ditemukan didaerah sub tropika dan tropika dari seluruh daerah lautan. Kebanyakan species ini tinggal didaerah karang, karang mati atau berlumpur. Ikan kerapu ini sering pula ditemukan di daerah pasang dan laut dengan kedalaman sekitar 40 m (Heemstra & Randall, 1993).

Distribusi geografis ikan kerapu di mulai dari Pasifik Selatan hingga Pulau Guam, New Caledonia dan Selatan Australia. Pada bagian Timur Samudra Hindia dimulai dari Barat Austalia dan Nicobars, sedangkan pada Kepulauan Indonesia tersebar Di Riau, Jawa, Bali, NTB dan Maluku.

Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut yang semakin digemari oleh masyarakat. Kebutuhan ikan kerapu ini masih mengandalkan tangkapan dari alam sehingga lambat laun memungkinkan terjadinya penagkapan yang berlebihan (over fishing) baik dari segi ukuran maupun jumlah. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka diperlukan upaya budidaya. Adapun kendala utama yang dihadapi di dalam budidaya ikan kerapu adalah sering terjadi kematian massal yang diduga disebabkan oleh penyakit, baik itu penyakit akibat jamur, bakteri maupun yang disebabkan oleh virus.

Penyakit didefenisikan sebagai suatu ketidaknormalan pada struktur atau fungsi tubuh yang ditunjukkan dengan gejala yang spesifik atau non spesifik. Kesalahan managemen dan lingkungan yang bermasalah dapat menimbulkan penyakit pada usaha budidaya ikan kerapu. Jaringan atau organ yang rusak, penurunan berat badan dan adanya kematian merupakan indikasi timbulnya penyakit. Dampak yang ditimbulkan adalah penurunan produk perikanan / budidaya, oleh karena itu pnyakit dan lingkungan perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga kerugian dari segi ekonomi dapat ditekan.

Beberapa factor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit yaitu adanya interaksi antara inang (Host), penybab penyakit (Pathogen) dan lingkungan. Penyakit yang akan timbul apabila ikan yang dipelihara rentang terhadap penyakit

dan kondisi lingkungan yang buruk yang menyebabkan peningkatan serangan penyakit serta penurunan kekebalan dari inang.

Factor – factor yang dapat menimbulkan penyakit adalah perubahan / fluktuasi suhu yang sangat tinggi, adanya radiasi sinar ultra violet dari matahari. Sedangkan factor – factor kimia seperti kontaminasi lingkungan dengan obat – obatan, racun, penggunaan bahan kimia yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Keberadaan virus, bakteri jamur maupun parasit diperairan merupakan factor biologi fluktuasi suhu, kelarutan gas, pH dan ketersediaan makanan.

Kestabilan lingkungan terutama parameter fisika dan kimia air pada media pemeliharaan akan menentukan kesehatan ikan yang kita pelihara. Fluktuasi suhu, pH, salinitas atau oksigen terlarut yang melebihi batas optimum dapat menimbulkan stress dan pada akhirnya akan menimbulkan penyakit. Kunci sukses dalam upaya pemeliharaan ikan adalah mampu memahami dan mengelola lingkungan dalam hal ini air sebagai media pemeliharaan. Pemahaman terhadap pentingnya peranan lingkungan dan mengetahui penyebab penyakit adalah pentingnya dalam upaya pengendalian dan control penyakit.

Virus

Penyakit virus yang menyerang pada ikan kerapu adalah VNN (Viral Nervous necrosis) yang disebabkan oleh Iridovirus. Virus ini menyerang secara meluas sejak tahun 1998. virus ini menyebabkan kematian massal pada juvenile/larva. Larva yang terserang mula-mula tenggelam didasar bak kemudian akan mengapung di permukaan air dengan kondisi perut mengembang.

Bakteri

Penyakit bakteri yang menyerang ikan kerapu adalah kerusakan pada sirip, sehingga serangan bakteri ini sering disebut juga dengan Bacterial fin rot Diseases.

Jamur

Penyakit jamur yang menyerang ikan kerapu dapat menyebabkan sakit apabila tumbuh pada suatu organisme. Ada dua macam penyakit kerapu yang disebabkan oleh jamur, yaitu Saprolegniasis yang disebabkan oleh jamur Saprolegnia Sp., dan Ichthyosporidosis yang disebabkan oleh jamur Ichtyosporidium Sp. Serangan Saprolegniasis ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi putih keabu-abuan, sedangkan tanda adanya serangan Ichthyosporidosis ditandai dengan luka berlubang

Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Pada Ikan Kerapu

DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto febriko Sapto, 2004. Budidaya Ikan Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Payau Sitobondo.

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 2004. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kalautan dan Perikanan. Gondo Bali.

Triastutik Gemi, 2004. Pengendalian Penyakit Ikan dan Udang. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Payau Sitobondo

Purwanti A. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Keparu Batik Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

No comments:

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...