Saturday, 23 March 2019

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN SCORPION

Permintaan ikan hias dari tahun ketahun terus meningkat, maka Ikan Skorpion Volitan (Pterois volitans) merupakan salah satu ikan laut yang dapat dikembangkan serta mempunyai harga jual yang cukup tinggi (Rp. 52. 200/ekor) (Susanto.H). Untuk itu dalam kegiatan pembesaran ikan ini sangat diperlukan pencegahan hama dan penyakit yang menyerang pada Ikan Skorpion Volutan. Sehingga komoditas yang dihasilkan berkualita serta mempunyai daya tarik. Untuk itu perlu adanya pencegahan dalam kegiatan pembesaran Skorpion Volutans ini terutama dengan menggunakan bahan alami.

Ikan ini merupakan jenis ikan air laut yang hidup diperairan karang hal ini merupakan habitat dari berbagai ikan hias laut lainnya. Dengan dilakuka pencegahan penyakit ini, sehingga dengan hasil yang diperoleh bisa menyubang devisa negara.

Indonesia merupakan daerah yang kaya akan hasil laut diantaranya adalah ikan hias. Dengan kita melihat keindahan ikan di alam maka terlintaslah fikiran kita untuk memindahkan pemandangan tersebut kerumah kita, sehingga dapat memiliki keindahan alam tersebut dan dapat menarik mata setiap waktu.

Dengan ditemukanya tehnik pembuatan aquarium, maka keinginan ini dapat dicapai. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehingga kehidupan ikan tersebut dapat memenuhi persyaratan yang diperlukan. Terutama bagaimana upaya kita agar penghuni aquarium tidak merasa perubahan dari lingkungan tempat asal dengan lingkungan aquarium. Untuk itu prlu upaya kita dalam membuat keadaan lingkungan asalnya sehingga ikan akan senang hidup/bisa sehat dan menari dipandang mata.

Pembenihan

Ikan ini memijah secara alami seperti ikan –ikan hias lainnya. Karena ikan ini adalah satu-satunya ikan yang tidak boleh dipegang dengan tangan sewaktu memindahkannya. Karena duri-duri pada siripnya yang mengandung racun bisa mencelakakan kita, membuat jiwa melayang apabila menyentuhnya, maka sampai sekarang masih mengandalkan dari alam.

Morfologi ikan Skorpion Volitan

Klass : Pisces

Phylum : Chordata

famili : Scorpanidae

Genus : Pterois

Spesies : Pterois volitans

Nama inggris : Volitan Liongfis

Ikan ini merupakan salah satu ikan air laut yang populer dikalangan masayarakat baik didalam negeri maupun di kalangan masyarakat karena warna dan bentuknya yang unik serta beranekaragam.

Indonesia sendiri terkenal kaya akan terumbukarang, hal ini merupakan habitat dari berbagai jenis ikan hias laut maupun ikan komsumsi, karena ikan ini merupakan salahsatu ikan hias laut Indonesia yang di eskpor keluar negeri sebagai penambah devisa negara. Seperti negara Singapur,Malasyia, Hongkong, Taiwan, Cina dan sebagian ke Eropa.

Untuk bentuk morfologinya panjang badan mencapai 30 cm, juvenil berwarna sawo matang, abu-abu atau abu-abu kebiruan. Semakin dewas warnaya makin cemerlang. Garis-garis di kepala dan badan juga semakin jelas, bintik hitam dibagian kepala ,terdapat 3-4 garis melintang bewarna gelap. Di bagian badannya ada 13 jari-jari keras dan 10-11 jari-jari lemah. Sirip dubur terdapat garis melintang sebanyak 8-9 buah, pada mata terdapat antena, sisik badanya kecil sedangkan sisik pada garis rusuk berjumlah 85-/05 sisik.

Sirip dada tidak bercabang, sirip punggung mempunyai 3 jari-jari keras dan 6-7 jari-jari lemah, jari-jari keras pada sirip punggung mengandung racun yang bisa membahayakan kita dalam menangkap ikan ini, makanya dalam perlakuanya dengan menggunakan alat seperti serok dan sejenisnya.

Ikan ini menyukai udang serta ikan-ikan kecil yang lewat didepannya,dan daging, sedangkan kalau diaquarium dia bisa kita beri cacing tanah. Mereka tersebar di perairan Cilacap, Banyuwangi, Dempasar, Lampung, Medan, Padang, juga diperairan tropis Samudera Hindia dan Lautan Pasifik. Namun ikan ini juga disebut lepu Penganten atau juga disebut Lepu Ayam karena mempunyai sirip-sirip seperti ayam. Ikan ini cenderung berdiam diri dibawah cabang karang/permukaan air sambil menunggu ikan-ikan kecil yang lewat sebangai santapanya. Harga eksporUS$ 5.80 x Rp. 9000 = Rp.52200 /ekor.

Tingkah laku, ikan ini sangat bagus dan termasuk ikan klass satu. Digemari oleh banyak orang, hanya kadang-kadang agak nakal, sering menggangu dan menggigit ikan lemah lainnya, ikan ini salah satu ikan yang sangat rakus, namun ia bisa mennjadi jinak, senjata yang diandalkan adalah duri-duri keras dari sirip punggung pertamanya.

Diskripsi Penyakit Umum Yang Menyerang Ikan Skorpion Volitan

Tabel 1. Penyakit dan Gejalanya

Pencegahan/Pengobatan Secara Alami dan Tretment Kimia

Tabel 2. Pencegahan Secara Alami dan Kimia

Pengecekan penyakit

Tabel 3. Pengecekan dilakukan satu bulan sekali

Pengecekan penyakit ini dilakukan setiap 1 bulan sekali hal-hal yang dicek antaralain bagian sasaran, gejala-gejalanya penyalkitnya serta pergantian air dilakukan selama 1 minggu sekali sekaligus dilakukan penyiponan air. Sebelum dilakukan penyiponan air ikan tidak diberi makan dulu karenan kalau pakan diberikan ikan akan muntah sehingga stress.

DAFTAR PUSTAKA

Affril dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Scorpion Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Dwiponggo, A. Akuarium dan Ikan Hias. PT. Penebar Swadaya . Jakarta 2001

Internet. Pusat Karantina Ikan. Departemen Kelautan dan Perikanan. JL. MT Haryono Kau, 52-53. Jakarta 12770

Jenis-jenis Ikan Hias Air Laut. Departemen Perikanan dan Kelautan, 1984.

Kusuma.H.B.Sc. Penyakit dan hama ikan. Bogor 1999

Pembudidaya dan Manajemen Kesehatan Ikan Laut. Asia –Pasific Economic Cooperation’’2001’’

Susanto,H. Ikan Hias Air Laut, Jakarta : Penebar Swadaya, 1999.

Friday, 22 March 2019

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN SEPAT MUTIARA

Sepat mutiara merupakan salah satu ikan hias air tawar yang dapat dipijahkan di dalam aquarium. Ikan ini tergolong ikan yang memijah pada sarang busa yang dibangun oleh induk jantan.

Sama halnya dengan ikan air tawar yang lain, dalam budidaya sepat mutiara selalu ada hambatan-hambatan yang tidak diduga-duga kedatangannya. Hambatan yang dapat menyebabkan kerugian dalam usaha budidaya ikan ini, terjadinya infeksi penyakit pada ikan peliharaan.

Untuk mengantisipasi terjadinya serangan penyakit pada sepat mutiara, tulisan ini akan membahas secara sederhana tentang langkah-langkah pencegahan dan pengobatan penyakit pada sepat mutiara, dan juga cara pemijahannya.

Dengan dilakukannya pencegahan dan pengobatan penyakit ini, diharapkan produksi ikan Sepat mutiara dapat ditingkatkan yang pada akhirnya pendapatan petani pembudidaya sepat mutiara dapat meningkat pula.

Sistematika Sepat Mutiara

Ordo : Percomorphoidei

Sub ordo : Anabantoidea

Famili : Anabantidae

Genus : Trichogaster

Spesies : Trichogaster leeri

Penyebaran dan Morfologi

Penyebaran ikan ini meliputi wilayah Sumatra, Kalimantan, Malaya sampai Siam. Ikan ini juga mempunyai ciri-ciri badan yang memanjang dengan potongan pipih ke samping (Compressed), mulut kecil dan moncong meruncing. Sirip dubur (anal) sangat panjang seperti benang, sirip perut lebar dengan jari-jari sebelah belakang menonjol ke luar.

Jenis ini mempunyai warna dasar badan sawo matang dengan sisi badannya berwarna lebih pucat yang dihiasi bintik-bintik berwarna kelabu, terkadang berwarna kehijauan seperti mutiara di seluruh tubuhnya.

Beberapa bagian dari sirip anal berwarna merah dan sisi badannya terpotong horizontal oleh garis hitam yang memanjang mulai dari mulut hingga pertengahan batang ekor dan satu bintik hitam di akhir garis tersebut.

Sepat mutiara dapat mencapai ukuran 12,5 cm dan sudah bisa dipijahkan setelah berukuran 10 cm. Ikan ini tergolong ikan yang memijah pada sarang busa yang dibangun oleh induk jantan. Sepat jenis ini dapat dijumpai pada perairan yang kecil, genangan air yang tenang, dan rawa-rawa.

Tempat Pemijahan

Ikan sepat mutiara tergolong ikan yang mudah dipijahkan, asalkan lingkungannya memadai. Untuk itu, dapat digunakan aquarium dengan ukuran 50×30×30 cm. Pada aquarium dibuat beberapa tempat yang gelap sebagai tempat persembunyian dan juga sebagai tempat memijah. Untuk membuat bagian-bagian yang gelap pada aquarium, dapat diberi enceng gondok yang berakar rimbun pada aquarium.

Untuk kebutuhan air, dapat digunakan air sumur dan air bersih lainnya, yang sebelumnya diendapkan sehari semalam. Suhu air diusahakan 27 – 28 oC dan PH 6 – 7, serta dasar aquarium diberi pasir bersih.

Memilih Induk

Induk jantan mempunyai sirip punggung yang panjang dan lancip serta dilengkapi dengan hiasan warna merah pada leher dan perut. Warna merah ini akan semakin menyala pada saat ikan ini birahi. Sedangkan ikan betina mempunyai sirip bulat dan pendek.

Induk sepat mutiara sebaiknya berumur lebih dari 7 bulan dengan ukuran minimal 7,5 cm. Untuk persyaratan, induk yang dipilih harus sehat, tidak cacat serta gerakannya lincah. Induk jantan dan betina untuk sementara dipisah pemeliharaannya, dan selama pemeliharaan diberi makan jentik nyamuk.

Pemijahan

Setelah aquarium selesai disiapkan, ikan sepat mutiara sudah bisa dipijahkan. Induk jantan dan betina dimasukkan secara berpasangan di dalm aquarium pemijahan. Setelah beradaptasi induk jantan langsung membuat sarang busa dan tidak mau didekati oleh pasangannya. Sarang busa yang dibuat tidak terlalu tebal dan luasnya ± 15 – 20 cm.

Setelah selesai pembuatan sarang busa, induk jantan langsung menghampiri induk betina, dan langsung memijah di bawah sarang busanya. Induk betina dapat menghasilkan telur ± 1.000 butir telur. Setelah telur habis dikeluarkan, induk betina langsung diangkat dari telurnya.

Induk jantan dibiarkan tetap berada bersama telurnya, dia akan menghampiri sarang busa dan merusak sarang busa yang telah dipakai memijah dengan cara menyemprotkan pasir yang dipungut dari dasar tempat pemijahan. Telur-telur yang tidak terbuahi, akan rontok dan mengendap di dasar aquarium. Proses ini sangat membantu fekunditas telur lainnya, karena telur-telur yang tidak terbuahi tidak membusuk dan tidak menjadi sarana tumbuhnya jamur yang dapat merusak telur-telur yang lain. Hal ini dapat memperkecil serangan jamur, karena media tumbuhnya tidak ada.

Telur akan menetas 2 – 3 hari setelah pembuahan, dan kuning telur akan habis setelah 4 hari. Pada saat ini harus disediakan makanan yang sesuai dengan bukaan mulut benih, biasanya Infusoria. Benih dipelihara ± 2 minggu, selanjutnya sudah bisa dipindah ke tempat pembesaran. Pada saat kuning telur sudah habis, induk jantan sudah bisa dipindah ke tempat lain.

Penyakit yang menyerang sepat mutiara, tidak jauh berbeda dengan penyakit yang menyerang ikan lainnya. Penyakit dapat ditimbulkan oleh serangan parasit (virus, jamur, bakteri, protozoa dan bangsa udang renik), selain itu dapat juga disebabkan oleh kualitas air dan pakan yang buruk. Namun, penyakit yang sering menyerang sepat mutiara adalah parasit golongan bakteri, cacing, jamur.

Untuk menghindari terjadinya serangan penyakit, perlu dilakukan pencegahan sebelum terjadi dan pengobatan apabila ikan sudah menunjukkan tanda-tanda terserang penyakit, serta pemusnahan seluruh ikan apabila serangan penyakit tidak bisa diatasi lagi.

Pencegahan Serangan Penyakit

Untuk mencegah serangan penyakit dalam usaha budidaya Ikan Sepat mutiara dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : dekontaminasi peralatan, dekontaminasi aquarium, dan dekontaminasi ikan itu sendiri.

Dekontaminasi Peralatan

Semua peralatan yang akan dan telah digunakan harus dibersihkan, supaya kuman-kuman yang menempel pada peralatan tersebut mati dan ikan tidak terserang oleh kuman tersebut.

Dekontaminasi peralatan dapat dilakukan dengan cara merendam semua peralatan ke dalam larutan PK dosis rendah (3 – 20 mg/l) selama 30 menit.

Dekontaminasi Aquarium

Aquarium yang akan digunakan untuk pemeliharaan dan pemijahan dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan aquarium dapat dilakukan dengan cara pencucian dan penjemuran aquarium. Selain itu dapat digunakan obat kimia Kalium Permagnat (PK) 20 mg/l dengan cara merendam aquarium dengan larutan tersebut, kemudian dijemur.

Dekontaminasi ikan

Ikan juga perlu diberi perlakuan agar tidak menjadi penyebab timbulnya wabah penyakit. Dekontaminasi ikan dilakukan dengan teknik karantina ikan dengan cara memelihara ikan dalam wadah khusus selama waktu tertentu. Dengan cara ini dapat diketahui apakah ikan terkena serangan penyakit atau tidak dan segera diambil langkah pengamanannya.

Ikan juga dapat diberi imunisasi dan vaksinasi. Pemberian imunisasi dan vaksinasi dapat meningkatkan kekebalan tubuh ikan terhadap infeksi penyakit. Pemberiannya dengan cara penyuntikan dan pelapisan dengan pakan.

Penanganan Ikan yang Sakit

Identifikasi Penyakit

Secara umum, sepat mutiara yang terinfeksi penyakit menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :

Penyakit yang disebabkan oleh senyawa beracun di dalam air umumnya sulit untuk diidentifikasi, sebab efek dari senyawa beracun ini terhadap ikan relatif cepat, tetapi dapat langsung diambil tindakan untuk mengatasinya.

Penggantian Air dan pencucian Aquarium

Langkah ini merupakan salah-satu cara untuk mengatasi serangan penyakit yang disebabkan oleh senyawa beracun atau kualitas air aquarium yang kurang memadai.

Ikan yang ada secepatnya dipindah ke tempat yang lain yang tidak mengandung senyawa beracun. Untuk aquariun yang telah dicuci, kemudian dijemur untuk lebih memastikan bahwa aquarium telah steril.

Pengobatan ikan yang Terinfeksi Parasit

Tabel 1. Pengobatan ikan yang Terinfeksi Parasit

Uraian:

a. Gyrodactylus sp.

Organisme ini termasuk kelas Trematoda. Gyrodactylus sp. Menyerang kulit dan sirip ikan. Ikan yang terserang akan menjadi kurus dan kulitnya tidak kelihatan bening lagi. Sirip ekor sering rontok dan tutup insang tidak dapat menutup dengan sempurna. Ikan juga sering menggosok-gosokkan badannya dengan sengaja pada dasar dan dinding aquarium.

• Pengobatan dengan bahan kimia

Ikan dapat direndam dalam larutan Methylene blue (1 gr/100 cm3 air), larutan garam 2,5 persen selama 10 – 15 menit.

• Pengobatan dengan bahan alami

Dapat digunakan kulit akar Mengkudu (Morinda citrifolia L.). Kulit akar ini mengandung unsur kimia Soranjidiol yang dapat berkhasiat sebagai obat cacing. Kulit akar yang digunakan ± 150 gr : 0,2 liter air (untuk ekstrak), kemudian ekstrak ini dicampur ke dalam air ± 30 liter air dan ikan direndam di dalamnya. Perlakuan ini diteruskan sampai ikan sembuh.

Tabel 2. Pengobatan ikan yang Terinfeksi Bakteri

Uraian:

b. Bakteri Flexybakter columnaris

Bakteri ini tidak memiliki plagella sehingga dapat bergerak meluncur dengan membengkokkan badannya. Penyebarannya melalui ikan ke ikan dan aliran air. Kasus penyerangannya sering terjadi pada suhu 18 – 20 oC.

Infeksi yang ditimbulkan terdapat pada kulit kepala, badan bagian belakang, insang, dan badan bagian lainnya. Gejalanya dapat menyebabkan ikan kehilangan nafsu makan, terdapat bintik putih dan kemudian menjadi merah karena pendarahan serta insang dan sirip rontok hingga tinggal tulang.

• Pengobatan dengan bahan kimia

Ikan direndam ke dalam larutan Copper sulfat (CuSO4) 500 ppm atau PK 2 – 4 ppm selama 1 – 2 menit. Pengobatan dengan PK apabila belum menunjukkan hasil, berarti dosis perlu ditambah menjadi 4,6 dan seterusnya.

• Pengobatan dengan bahan alami

Untuk obat alami, dapat digunakan rimpang kencur yang diambil ekstraknya. Rimpang kencur yang dibuat ekstrak ± 100 gr : 0,2 liter air, kemudian ekstrak ini dicampur dengan 30 liter air aquarium. Ikan yang sakit direndam di dalam larutan tersebut. Perlakuan ini dilanjutkan sampai ikan benar-benar sembuh.

Rimpang kencur ini mengandung unsur kimia yang beragan, diantaranya adalah Alkohol. Kandungan kimia ini dapat melemahkan serangan bakteri Flexybakter pada ikan.

Tabel 3. Pengobatan ikan yang Terinfeksi Jamur

Uraian:

c. Jamur Saprolegnia sp.

Serangan jamur ini akan meningkat apabila suhu air menurun dan ikan mengalami stres. Ikan yang terserang jamur ini dapat diketahui dengan mudah, karena ada sekumpulan benang halus seperti kapas sehingga disebut White cottony growth. Kumpulan benang ini sering terlihat dibagian kepala, tutup insang, dan disekitar sirip. Sedangkan telur yang terserang akan terlihat seperti kapur.

• Pengobatan dengan bahan kimia

Untuk telur yang terserang, bisa direndam dalam larutan Malachite green 5 ppm selama 1 jam. Untuk ikan yang terserang dapat juga direndam dalam larutan ini dengan konsentrasi yang sama.

• Pengobatan dengan bahan alami

Ikan dan telur yang terserang jamur ini bisa direndam dalam air yang telah dicampur dengan ekstrak lengkuas. Untuk ekstrak digunakan rimpang lengkuas ± 100 gr : 0,2 liter air, kemudian dilarutkan ke dalam air ± 30 liter. Lengkuas ini mempunyai kandungan kimia yang dapat mengobati penyakit jamur (anti fungi). Perlakuan seperti ini setiap hari sampai ikan sembuh.

Tabel 4. Pengobatan ikan yang Terinfeksi Trichodina spp

Uraian: d. Trichodina spp.

Trichodina dapat menimbulkan penyakit gatal (trichodiniasis). Bagian yang diserang terutama kulit, sirip dan insang. Gejala yang ditimbulkan diantarnya ikan kehilangan nafsu makan, gerakan melemah, produksi lendir bertambah dan pada tubuh bagian luar sering terjadi pendarahan.

• Pengobatan dengan bahan kimia

Ikan yang terserang dapat direndam dalam larutan garam (NHCl) 30 ppm selama 1 jam.

• Pengobatan dengan bahan alami

Ikan yang terinfeksi Trichodina dapat diberi terafi dengan cara perendaman ikan ke dalam larutan ekstrak Lengkuas 100 gr : 0,2 liter air(untuk ekstrak) yang kemudian dilarutkan ke dalam 30 liter air. Perlakuan ini dilanjutkan sampai ikan sembuh.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto E. dan Evi Liviawati” Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan”. Kanasius. Yogyakarta 2000.

Azmi dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Sepat Mutiara Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Daelami, Deden A.S ” Agar Ikan Sehat”. Penebar Swadaya. Jakarta 2001.

Lingga, P dan Heru Susanto” Ikan Hias Air Tawar”. Penebar Swadaya. Jakarta 1989.

Wijayakusuma, Hembing. H.M, Setiawan Dalimarta dan A.S. Wrian” Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia”. Pustaka Kartini. Jakarta.

www. dkp.go.id. ”Penyakit Ikan”. 2005.

Thursday, 21 March 2019

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN RED PHANTOM

Red phantom tetra yang sering disebut “swelges” tetra dikenal sebagai salah satu jenis ikan komersial dari golongan tetra. Dikalangan peternak, pedagang, atau hobiis ikan hias, jenis ini lebih dikenal dengan nama red phantom. Prospek pasar untuk ikan ini biasanya untuk ekspor. Ini disebabkan oleh karena masih jarangnya peminat ikan hias untuk membudidayakannya.

Tingkat kesehatan ikan sangat tergantung dari kondisi lingkungannya. Kondisi lingkungan dapat memicu timbulnya penyakit di antaranya kesalahan dalam pemberian pakan, perubahan kondisi air, perubahan pencahayaan, dan getaran.

Tindakan untuk menjaga agar kondisi ikan di akuarium tetap sehat menjadi sangat penting karena jika ikan sudah terlanjur mengalami gangguan penyakit maka resiko yang akan ditanggung bisa jadi malah lebih besar. Tindakan untuk menjaga agar kondisi ikan di akuarium tetap sehat lebih utama dilakukan bila pemeliharaannya untuk tujuan komersial.

Red phantom tetra merupakan nama populer dari spesies Megalamphodus sweglesi atau sering disebut “swelegs” tetra. Ikan ini merupakan salah satu spesies diantara lebih dari 1.300 spesies golongan Characoid dan termasuk jenis terbaru dalam Characin. Dari golongan Characoid, ordo Characiformes mempunyai kemiripan dengan ordo Cypriniformes.

SISTEMATIKA

Sistematika dari ikan Red Phantom tetra adalah sebagai berikut :

• Ordo : Cypriniformes

• Sub ordo : Characoide

• Famili : Characidae

• Sub-famili : Cheirodontinae

• Genus : Megalamphodus

• Spesies : Megalamphodus sweglesi

Ikan ini mempunyai sirip punggung lebih panjang agak runcing untuk jantan dan lebih pendek dan agak bulat, terdapat lingkaran hitam di perut untuk jantan tidak terlalu jelas dan untuk betina jelas, perut pada ikan jantan tidak buncit dan pada betina lebih buncit.

HABITAT

Daerah penyebaran red phantom adalah Amazon dekat Leticia, Kolombia. Ikan ini mempunyai kebiasaan berenang di tengah-tengah air, berkembang biak dengan bertelur, dan cenderung hidup secara berkelompok seperti halnya ikan jenis tetra lainnya. Dalam satu kelompok bisa terdiri dari 7 ekor atau lebih. Panjang maksimal pertumbuhan yang dapat dicapai adalah 4 cm.

Berdasarkan sistematika tersebut, dapat diketahui bahwa red phantom termasuk ikan yang mempunyai rahang dan bergigi, mempunyai tulang belakang, dan mempunyai tulang ekor.

Persiapan Calon Induk

Salah satu keberhasilan usaha pengembangbiakan red phantom adalah penyediaan induk yang berkualitas bagus. Untuk itu pemilihan calon induk menjadi salah satu kegiatan yang sangat menentukan dalam pengembangbiakan red phantom.

 Pemilihan calon induk

Sebaiknya induk, yang dipilih ikan yang sehat, gerakkannya normal dan memenuhi persyaratan dalam hal umur. Perbedaan jenis kelamin jantan dan betina sangat jelas terlihat setelah ikan berumur 6 bulan atau berukuran L (large), yaitu setelah panjang tubuhnya mencapai 3 cm.

 Perbandingan induk jantan

Red phantom termasuk golongan ikan yang dikembangbiakan secara massal, bukan secara berpasangan. Di dalam akuarium dapat dipasangkan sejumlah induk dengan perbandingan induk jantan dan

 Perawatan calon induk

Calon induk yang sudah dipilih lalu dipelihara di dalam akuarium hingga siap untuk dipijahkan. Bila di dalam jumlah banyak, calon induk juga bisa dipelihara di kolam. Calon induk ini diberi pakan berupa cancing sutera dua kali sehari.

 Peneluran

Red phantom akan memijah pada malam hari dan telur-telurnya akan menempel pada sarang buatan. Pada saat pemijahan pertama kali perlu dibantu secara manual, yaitu dengan mengurut perlahan-lahan bagian perut hingga keluar telur sekitar 3-4 butir. Red phantom akan bertelur setiap hari secara bergantian. Telur yang dihasilkan diambil kemudian dipindahkan ke akuarium penetasan.

 Penetasan Telur dipindahkan ke akuarium penetasan dengan panjang 100 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 20 cm. pemindahan telur dilakukan dengan bantuan pipet yang pipa kacanya telah diganti dengan selang plastik. Telur yang akan menetas akan berwarna coklat muda, sedangkan yang tidak menetasa berwarna putih. Apabila terdapat telur yang tidak menetas, akuarium ditambahkan metil biru dan tetrasiklin agar telur yang tidak menetas ini tidak menjadi musuh, baik bagi burayak maupun artemia.

Pembesaran

Pada pembesaran red phantom meliputi beberapa kegiatan yaitu :

 Pemberian pakan

Didalam kegiatan pembesaran, burayak diberi pakan cacing sutera. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pukul 09.00 pagi dan 15.00 sore. Jumlah pakan yang diberikan yaitu antara 3-4 g untuk satu akuarium yang berisi sekitar 500 ekor burayak untuk sekali pemberian pakan. Selain itu burayak juga bisa diberi pakan kutu air.

 Seleksi anak

Seleksi anak mulai dilakukan pada saat ikan berumur sekitar 1 bulan ( panjang tubuh mendekati 1 cm ). Seleksi ini dilakukan berdasarkan besar kecilnya ukuran tubuh ikan. Ikan yang sudah memiliki ukuran yang seragam dipisahkan ke akuarium yang lain.

 Perawatan

Setiap 3 hari sekali air akuarium diganti. Pada saat pengantian air ini sekaligus juga dilakukan pembersihan dasar akuarium, dengan menggunakan pipa penyedot. Setelah itu akuarium ditambahkan air lagi yang telah diendapkan semalam. Setiap hari kondisi ikan juga harus dipantau, jika terdapat ikan yang mempunyai kebiasaan menyimpang atau ada gannguan kesehatan, segeralah dipisahkan.

MENGENDALIKAN PENYAKIT

Tingkat kesehatan ikan sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Kondisi lingkungan yang dapat memicu timbulnya penyakit di antaranya kesalahan dalam pemberian pakan, perubaha kondisi air.

White Spot (Bintik Putih)

Penyakit ini juga dikenal dengan penyakit Ich. Penyakit ini sangat cepat menyebar terutama pada akuarium atau kolam yang padat komunitasnya. Penyakit ini timbul karena kondisi air yang jelek, pemberian pakan yang berlebihan, dan suhu air yang terlalu rendah.

Ikan red phantom biasa terserang penyakit ini mulai dari umur 4-6 minggu sampai dengan ukuran M (1-2 bulan) dan L (6-7 bulan).

Gejala Serangan

 Gerak insang cepat

 Ikan menggesek-gesekkan badannya

 Terdapat bercak putih dibadan, sisik, sirip dan ekor

 Ikan kehilangan nafsu makan

 Biasanya ikan yang terkena penyakit ini akan menyendiri

Penyebab  Adapun penyebab dari penyakit ini adalah protozoa Ichthyopthirius multifiliis

Tabel Penyakit White Spot

Pengobatan

 Secara kimia

Bila red phantom terserang penyakit ini maka sebaiknya akuarium diberikan Blitz-icht sebanyak 10 tetes dan tetrasiklin sebanyak 0,5 sendok teh.

 Secara alami

Berikan ramuan mahkota dewa, adapun bahan yang digunakan adalah :

- Cangkang mahkota dewa sebanyak 50 iris

- Air 3 gelas

- Daun ketapang sebanyak 5 lembar

Cara membuatnya : Rebus cangkang mahkota dewa sebanyak 50 iris dengan 3 gelas air sampai tersisa sekitar satu gelas. Didalam merebus ramuan tersebut bisa ditambahkan daun ketapang sebanyak 5 lembar untuk memberikan hasil yang optimal.

Cara menggunakan :

Campurkan air hasil rebusan ke dalam 50 liter air kolam atau akuarium. Ulangi metode pengobatan herbal tersebut sampai kondisi ikan membaik.

Pencegahan  Ambil tiga buah mahkota dewa

 Tusuk-tusukkan sekujur buah mahkota dewa dengan menggunakan garpu sampai seluruh tubuh buah terlubang.

 Masukkan buah mahkota dewa yang sudah ditusuk-tusuk kedalam 50 liter air

 Biarkan buah tersebut di dalam akuarium selama saru minggu

 Ganti air akuarium dan ganti pula mahkota dewa dengan yang baru.

DAFTAR PUSTAKA

Harmanto, Ning. Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan dengan Mahkota Dewa. 2004. Penebar Swadaya. Jakarta

Wahyuni, S, Fauzi, A. Ikan Hias Air Tawar Red Phantom Tetra. 2000. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wahyudi dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Red Phantom Tetra Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Wednesday, 20 March 2019

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN PLATY CORAL

Ikan hias air tawar merupakan komoditi yang dapat dibudidayakan secara terus menerus dan dapat diperbaharui sewaktu – waktu. Berbeda dengan ikan hias air laut. Salah satu contoh ikan hias air tawar yang mudah dibudidayakan dan mudah berkembang biak adalah Ikan hias platy koral.

Dalam menbudidayakan ikan hias ini perlu diperhatikan akan adanya kemungkinan negatif seperti terserang penyakit. Apabila ikan hias sudah terserang panyakit maka tidak akan lagi terlihat keindahan dan kecantikan pada ikan hias ini. Oleh karena harus adanya pencegahan dan pengobatan baik menggunakan obat – obat kimiawi maupun obat – obat alami.

Apabila ini tidak segera ditanggulanggi bukan sekedar hilangnya keindahan dan kecantikan akan hias tersebut tetapi juga akan mempengaruhi turunnya tingkat produksi yang dicapai sehingga akan mengakibatkan kerugian bagi para pembudidaya ikan hias platy koral.

Klasifikasi

Plati koral merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Phyllum : Chordata

Sub Phyllum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub Class : Teleostei

Ordo : Cyprinodontoidei

Sub Ordo : Poecilioidei

Famili : Poecilidae

Sub Famili : Poecilinae

Genus : Xyphophorus

Spesies : Xyphophorus maculatus

Asal : Mexico hingga Guatemala

Nama inggris : Platy

Nama lain : Koral plati

Morfologi

Ikan plati koral popular dikalangan masyarakat sebagai ikan hias yang mudah beranak, dan mempunyai pasaran bagus. Dari namanya maculates yang berarti bintik atau burik mungkin sebagian orang menganggapnya sebagai ikan yang mempunyai warna berbintik-bintik. Anggapan tersebut agaknya agak melenceng karena pada kenyataannya ikan ini mempunyai warna merah mulus. Muliutnya terletak diujung moncong (terminal). Bentuk badannya jika dilihat dari belakang atau dari depan, pipih kesamping (compressed). Dengan mulut yang berbentuk runcing sepintas lalu plati koral ini mirip ketupat. Untung saja ekornya berbentuk membulat, hingga menolong plati koral dari sebutan si ketupat.

Pada gonopodiumnya tidak terdapat jangkar seperti halnya platy pedang, demikian juga ekornya tidak dihiasi dengan pedang. Sirip punggung berbentuk biasa saja, membulat. Warna dasar badannya kekuninganhingga coklat zaitun dengan satu atau lebih bintik hitam pada batang ekor. Pada badannya terkadang dilewati dua atau lima buah garis melintang yang terlihat samar-samar. Sirip dada, perut, ekor tidak berwarna, transparan. Pada batang ekor kadang-kadang pinggirannya berwarna biru atau kehijauan

Habitat

Di alam aslinya plati banyak sekali di temukan pada kolam, rawa payau, dan beberapa perairan tergenang lainnya. Karena merupakan ikan hias, plati ini juga hidup di akuarium. Di akuarium, ikan ini dapat hidup damai bersama kawannan ikan dari keluarga lain. Agar ikan tersebut dapat hidup aman dan damai, sebaiknya di akaurium itu terdapat tanaman air dasar seperti Hydrilla dan tanaman yang mangapung seperti eceng gondok yang telah bersih dari lumpur dan telur – telur siput. Salah satu guna dari tanaman tersebut adalah sebagai tempat persembunyian anak – anak plati koral dari sergapan induknya. Suhu yang di senangi antara 20 sampai 25 derajat celcius. Habitatnya di air tawar.

Penyebaran

Daerah asalnya adalah Meksiko hingga Guatemala, tetapi sudah menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia terdapat di kolam rawa payau dan beberapa perairan tawar tergenang lainnya.

Pembenihan

Ikan platy koral berkembang biak dengan cara bertelur. Pemijahan berlangsung secara massal. Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:2. Platy jantan akan mengejar dan menanduk-nanduk betina. Setelah 4-7 hari, akan terlihat anak-anak ikan yang bersembunyai di dasar bak atau akuarium yang telah di beri tanaman air. Pada saat platy koral berumur 1-2 bulan jarang terserang penyakit. Tatapi apabila terserang penyakit cukup diberikan garam dapur dengan dosis sekitar 0,5-10gr/l air, atau dapat juga menggunakan bahan alami seperti tapak liman dengan dosis 10 lembar ambil ekstratnya untuk 10 liter air.

Pembesaran

Pada pembesaran ikan platy koral sering terlihat adanya penyakit. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan obat blitz inc dengan dosis 1 tetes untuk setiap liternya. Bisa juga dengan menggunakan bahan alami seperti kulit buah delima, dosisi yang digunakan yaitu 10-15 gr kulit buah kemudian direbus.

Penyakit guppy

Ikan yang terserang penyakit ini biasanya malas berenang dan cenderung mengapung dipermukaan air. Terlihat adanya bintik-bintik putih terutama dibagian sirip, tutup insang, dan ekor yang diikuti dengan bengkak-bengkak dan banyak mengeluarkan lendir dan warna badan berubah menjadi pucat. Kulit kelama-lamaan akan terkelupas karena sering menggosok-gosokkan tubuhnya atau kebenda keras sehingga tingkah laku berenang menjadi abnormal. Pada serangan sering ikan banyak mati. Penyakit ini menyerang ikan yang kondisinya menurun, misalnya ikan yang baru datang dari jauh atau kurang pakan, maupun ikan yang hidup di air yang kualitasnya jelek.

Penyakit Kutu Ikan

Gejala – Gejala pada penyakit kutu ikan adalah gejala yang ditimbulkan adalah parisit ini melekat dan menyerang kulit dan sirip dengan dua pengait (sueker) yang tajam hingga masuk kekulut menembus kedaging, menghisap darah dan cairan didalam tubuh ikan. Ikan sering mengosok-gosokan badan kedinding bak atau kolam dan melompat-lompat. Pada daerah yang terinfeksi, dapat terjadi bercak merah sampai kehitaman dan kadang disertai infeksi sekunder bahteri atau jamur.

Pencegahan dan Pengobatan Tabel 1. Pencegahan dan Pengobatan

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Yusuf, 2003, Budidaya Ikan Hias Air Tawar Untuk Ekspor, PT AgroMedia Pustaka, Jakarta

Dalimartha, setiawan, 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Puspa Swara, Jakarta.

Irawan, Agus, 2004, Menanggulangi Hama dan Penyakit Ikan, CV.Aneka Solo, Solo

Lesmana, D.S, 2002, Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias, Penebar Swadaya, Jakarta

Rahmawati Y. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Platy Koral Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Tuesday, 19 March 2019

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN PATIN

Pemijahan ikan secara umum dapat dibedakan menjadi pemijahan alami dan pemijaha buatan. Pemijahan alami dilakukan terhadap jenis-jenis ikan yang mudah dipijahkan sepanjang tahun, sedangkan pemijahan buatan dilakukan terhadap ikan-ikan yang sulit memijah karena lingkungannya yang tidak sesuai.

Ikan patin termasuk salah satu jenis yang sulit dipijahkan secara alami, karena sulit menciptakan atau memanipulasi lingkungan sesuai dengan habitatnya di alam. Karena itu, pemijahan ikan patin dapat dilakukan secara buatan dengan ransangan menggunakan kelenjar hipofisa.

Persiapan Induk

Induk merupakan salah satu factor penentu keberhasilan usaha pembenihan ikan patin. Induk yang baik dan sehat tentu akan menghasilkan benih yang baik pula. Induk patin yang akan dipijahkan dapat berasal dari alam atau induk-induk yang dipelihara sejak kecil di kolam.

Induk-induk yang berasal dari alam tingkah lakunya masih liar dan kadang –kadang memiliki banyak luka akibat meronta-ronta saat penangkapan. Karenanya, induk yang baik dipijahkan adalah induk yang telah dipelihara di kolam atau di wadah lainnya, seperti sarang dan jaring.

Untuk mendapatkan induk patin yang baik, lama pemeliharaan di kolam, induk diberi makanan tambahan yang cukup mengandung protein. Berdasarkan hasil penenlitian yang dilakukan oleh para peneliti dalam rangka untuk memepercepat kematangan gonad, 2 kali seminggu patin perlu diberi ikan rucah atau ikan-ikan yang tidak layak dikonsumsi oleh manusia.

Seleksi Induk yang Matang Gonad Induk ikan patin yang akan dipijahkan diseleksi terlebih dahulu, yaitu dengan memeilih induk-induk betina dan jantan yang matang gonad atau siap pijah. Penangkapan induk dilakukan dengan mengurangi volume air sampai ketinggian 20 cm dari dasar kolam. Penangkapan induk dapat dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya stres. Penangkapan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan jaring dan dengan menggunakan tangan.

Ciri-Ciri induk ikan patin yang matang gonad sebagai berikut :

 Induk Betina :

Umur kurang lebih 3 tahun, berat minimal 1,5-2 kg per ekor, perut membesar kearah anus, perut terasa lembek dan halus bila diraba, alat kelamin membengkak dan berwarna merah tua  Induk Jantan :

Umur minimal 2 tahun, berat 1,5 - 2 kg per ekor, kulit perut lembek dan tipis, alat kelamin membengkak dan berwarna merah, keluar cairan sperma jika perut diurut kearah anus.

Selain ciri-ciri diatas, induk ikan patin yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik yaitu tidak terinfeksi penyakit dan parasit juga tidak memiliki luka akibat benturan, pukulan, goresan/ sayatan. Induk yang baik juga harus memiliki sifat pertumbuhan relatif cepat serta resisten terhadapa penyakit, tetapi toleran atau mudah beradaptasi dan responsive terhadap perubahan lingkungan dan makanan.

Seleksi induk patin tidak memperhatikan bagian luar fisiknya. Pasalnya, yang paling menentukan keberhasilan pemijahan adalah tingkat kematangan telur. Telur yang sudah matang dapat dicek dengan cara sebagai berikut :

- Ambil 1 ekor induk patin betina, sedot telurnya dengan menggunakan selang kateter. Caranya selang dimasukan kedalam kloakasedalam 3 cm, lalu ujung selang lainnya disedot dengan mulut sampai tampak beberapa butir telur di dalam selang.

- Telur didalam selang tadi disimpan dicawan, kemudian ditetesi larutan secara ( campuran formalin, alkohol, dan larutan asetid dengan perbandingan 6 : 3 : 1). Larutan tersebut berfungsi untuk mengetahui telur yang telah matang. Telur yang matang memiliki ciri tampak bulat, warnanya putih kekuning - kuningan, inti telurnya terlihat jelas terpisah dari cangkangnya.

- Induk-induk patin yang telah matang telur disimpan didalam bak atau hapa, jantan dan betina tersimpan terpisah.

Induced Breeding (Kawin suntik)

Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang sulit memijah secara alami jika tidak berada dihabitat aslinya. Untuk itu perlu dilakukan pemijahan sistem induced breeding (kawin suntik). Tingkat keberhasilan pemijahan sistem kawin suntik sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan induk patin. Faktor lainnya yang juga cukup berpengaruh adalah kualitas air, penyediaan makanan yang berkualitas dan dalam jumlah yang mencukupi, serta kecermatan didalam penanganan atau pelaksanaan penyuntikan.

Induced breeding dapat dilakukan dengan menggunakan kelenjar hipofisa ikan lain, seperti ikan mas, dapat juga dilkaukn dengan menggunakan semacam kelenjar hipofisa buatan yang mengandung hormon gonadotropin. Dipasaran dikenal dengan merek dagang ovaprim.

a. Menggunakan Kelenjar hipofisa Ikan Mas

Urutan pekerjaan yang dilakukan jika menggunakan kelenjar hipofisa sebagai berikut :

- Siapkan ikan donor atau ikan yang akan diambil kelenjar hipofisanya. Jika induk patain betina yang akan di suntik memiliki berat 3 kg maka donor yang digunakan 9 kg sedangkan untuk induk jantan yang memiliki berat 3 kg donor yang digunakan sebanyak 6 kg

- Ikan mas yang akan diambil kelenjar hipofisanya dipotong tegak lurus atau vertikal dibagian belakang tutup insang

- Potongan kepala diletakan dengan posisi mulut menghadap keatas, kemudian dipotong vertical dari permukaan sedikit diatas mulut sehingga akan nampak organ otak yang dilingkapi lendir atau lemak.

- Otak dilingkar dan lendir dibuang atau dibersihkan dengan kapas atau tissue. Setelah bersih dari lendir, diotak akan nampak butiran putih seperti beras itulah yang dinamakan kelenjar hipofisa.

- Kelenjar hipofisa diambil dengan menggunakan pinset dan dihancurkan dengan menggunakan gelas penggerus sampai halus. Untuk memudahkan penyuntikan, kelenjar hipofisa tadi dilarutkan kedalam akuabides sebanyak 2 ml. Agar larutan tersebut benar-benar hancur dan tercampur, gunakan sentrifugal atau pemusing.

- Larutan kelenjar hipofisa selanjutnya diambil atau disedot dengan menggunakan alat suntik. Penyuntikan dapat dilakukan secara intramuskular dibelakang sirip punggung dengan menggunakan jarum suntik berukuran 0,12 ml

b. Menggunakan Ovaprim

Urutan pekerjaan yang dilakukan jika menggunakan ovaprim sebagai berikut :

- Untuk mengetahui dosis ovaprim yang akan digunakan, induk betina dan jantan yang akan dipijahkan ditimbang terlebih dahulu.

- Dosis penyuntikan induk betina berbeda dengan inguk jantan. Untuk induk jantan diperlukab ovaprim 0,3 ml/ kg sedangkan untuk betina sebanyak 0,5 ml/ kg

- Penyuntikan terhadap induk betina dilakukan 2 kali pada suntikan pertama dosisnya sebanyak 1/3 bagian dosis total, pada penyuntikan kedua dosisnya sebanyak 2/3 bagian dosis total. Penyuntikan kedua dilakukan 8-10 jam setelah penyuntikan pertama

- Penyuntikan induk jantan dilakukan sekali bersama dengan penyuntikan kedua induk betina.

- Untuk menghindari induk berontak pada saat penyuntikan sebaiknya, dilakukan 2 orang

- Penyuntikan secara intramuskular dibelakang sirip punggung dengan memasukan jarum sedalam kurang lebih 2 cm dengan kemiringan 40 derajad.

- Induk-induk patin yang telah disuntik disimpan dalam bak atau hapa dengan air yang mengalir.

Stripping dan Pembuahan

Ovulasi adalah tingkat kematangan gonad. Saat ovulasi, telur yang telah masak harus dikeluarkan dengan cara memijit bagian perut patin betina. Urutan pekerjaan stripping sebagai berikut :

- Sediakan wadah untuk menampung telur, berupa baskom, plastik, yang telah dibersihkan dan dalam keadaan kering.

- Induk betina yang akan distripping dipegang dengan kedua belah tangan, tangan kiri memegang pangkal ekor dan tangan kanan memegang perut bagian bawah. Ujung kepala induk patin ditopangkan dipangkal paha, selanjutnya perut diurut secara perlahan-lahan dari bagian depan kearah belakang dengan menggunakan jari tengah dan jempol, lalu telur-telur tersebut ditampung didalam baskom.

- Induk jantan ditangkap untuk diambil spermanya. Sperma ini nanti akan dicampurkan dengan telur-telur didalam baskom

- Pengurutan induk jantan pada prinsipnya sama saja dengan pengurutan induk betina. Sperma yang keluar dari perut induk jantan langsung disatukan dengan telur yang ditampung diadalam baskom

- Agar terjadi pembuahan yaitu telur dan sperma dapat dicampur dengan sempurna, lakukan pengadukan dengan menggunakan bulu ayam kurang lebih selama 0,5 menit. Pengadukan dilakukan berputar perlahan-lahan didalam baskom.

- Untuk meningkatkan fertilisasi (pembuahan), kedalam campuran telur dan sperma tadi dapat ditambahkan garam dapur sebanyak 4000 rpm. Penambahan dilakukan sambil tetap mengaduk campuran dan disertai dengan memasukan air sedikit demi sedikit. Pengadukan dilakukan kurang lebih selam 2 menit.

- Untuk membuang kotoran berupa lendir perlu dilakukan penggantiaan air bersih sebanyak 2 – 3 kali. Untuk menghindari terjadinya penggumpalan pada telur perlu dilakukan pencucian dengan menggunakan larutan lumpur. Lumpur dapat membersihkan lendir-lendir yang menempel dan memisahkan telur-telur yang menggumpal. Lumpur yang digunakan berupa lumpur atau tanah dasar kolam atau tegalan yang dipanaskan pada suhu 100 C terlebih dahulu guna menghindari penyakit.

- Telur-telur yang telah dibuahi akan megalami pengembangan. Ukuran telur terlihat lebih besar serta berwarna kuning. Telur-telur yang tidak dibuahi akan berwarna putih dan mengendap dibawah.

Proses Penetasan Telur

Wadah penetasan telur berupa corong-corong penetasan. Untuk menjamin keberhasilan penetasan corong penetasan dipersiapkan 1 hari sebelum pemijahan. Langkah – langkah persiapan wadah penetasan telur sebagai berikut :

- Semua wadah di unit pembenihan patin seperti penetasan telur, tempat perawatan larva, bak filter air, bak penampungan air bersih, water Turen, dicuci bersih dan dikeringkan

- Untuk menghindari kontaminasi jamur atau bakteri corong-corong penetasan telur dapat pula direndam dalam larurtan PK sebanyak 5 ppm selama 30 menit.

- Setelah semua wadah dipersiapkan langkah selanjutnya adalah memasukan air bersih kesemua wadah. Pompa isap yang berfungsi untuk mengalirkan air dari wadah penempungan air bersih ke water Turen dijalankan, sehingga akan terjadi sirkulasi air diseluruh wadah unit pembersihan patin

Telur-telur ikan patin yang akan ditetaskan dituangkan kedalam corong penetasan lalu disebarkan dengan menggunakan bulu ayam. Air pun harus dialirkan dengan cara mengatur debit air dengan menggunakan keran agar telur selalu terangkat didalam corong tersebut. Jangan samapai telur menumpuk didasar corong. Jika menumpuk telur dapat membusuk kepadatan telur sebanyak 400-500 butir perliter air atau 10.000 – 20.000 butir per corong. Telur yang dibuahi akan berkembang sedikit demi sedikit dan menetas menjadi larva.

Penampungan Larva Sementara

Benih patin yang baru menetas yang dikenal dengan sebutan larva ditampung sementara ditempat penampungan larva. Tempat penampumngan larva berupa hapa (Trilin) yang dipasang didalam bak penampunagan larva. Hal tersebut dimaksudkan guna memudahkan pemanenan larva saat akan dipindahkan ketempat pemeliharaan. Benih-benih patin atau larva yang baru berumur 1 hari yang terbawah arus air dicorong penetasan diambil atau dipanen dengan menggunakan scop net halus secara hati-hati agar benih-benih patin tidak mengalami stres, kualitas air dan tempat pemeliharaan, khususnya suhu atau temperatur, mendekati sama.

Pemeliharaan Benih

Larva yang baru menetas belum sempurnah, tetapi benih tersebut masih memiliki cadangan makanan didalam tubuhnya berupa kuning telur (yolk sack) kelangsingan hidup benih sangat ditentukan oleh kandungan kuning telur serta kualitas air ditempat pemeliharaan benih. Benih-benih patin berenang aktif secara vertikal menuju permukaan air.

Benih yang berasal dari tempat penampungan sementara selanjutnya dipelihara ditempat pemelihaeraan benih. Tempat pemeliharaan benih dapat berupa akuarium/fiber glass. Akuarium atau fiber glass yang akan digunakan sebelumnya dibersihkan dan dikeringkan untuk menghindari terjadinya serangan penyakit. Setiap akuarium yang akan digunakan air bersih serta diberi aerasi guna menambah kandungan oksigen yang terlarut kedalam air. Pengisian air dilakukan 1-2 hari sebelum penebaran benih. Untuk setiap akuarium berukuran 60 x 45 x 30 cm dapat dipelihara benih sebanyak 20.000 ekor. Jika ada pembeli yang akan membutuhkan benih-benih patin tersebut dapat dijual langsung untuk dipelihara atau didederkan ketempat lain.

Benih dipelihara di akuarium atau fiber glass selama 2 – 3 minggu. Selama pemeliharaan, dari hari 1 –10, benih patin diberi makanan tambahan berupa Artemia yang telah ditetaskan ditempat terpisah dan pemberiannya dilakukan setiap 3 - 4 jam sekali. Setelah hari ke 10 benih patin dapat diberi makanan berupa kutu air (Dapnia sp) jentik nyamuk, cacing sutra. Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan benih, Usahakan jangan sampai ada makanan yang tersisa guna menghindari terjadinya penurunan kualitas air yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian benih.

Selam pemeliharaan lakukan penggantian air bersih 1 – 2 hari sekali atau tergantung pada kebutuhan. Penggantian air dapat dilakukan secara hati-hati dengan cara menyipon atau sambil membuang kotoran yang berada di dasar wadah pemeliharaan dengan menggunakan selang kecil. Penambahan air bersih dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit guna menghindari terjadinya stres pada benih yang dipelihara sampai posisi air mendekati ketinggian semula.

HAMA DAN PENYAKIT IKAN PATIN

Salah satu kendala yang sering diahadapi dalam budidaya patin adalah hama dan penyakit. Dalam pengendalian hama dan penyakit pencegahan merupakan tindakan paling efektif dibandingkan pengobatan. Tindakan pencegahan juga tidak memerlukan biaya yang besar. Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum pemeliharaan dimulai.

Hama

Serangan hama biasanya tidak separah serangan penyakit, hanya biasanya berukuran lebih besar daripada ikan dan bersifat pemangsa.

Penyakit

Secara umum penyakit yang menyerang ikan patin digolongkan ke dalam dua golongan yaitu penyakit yang timbul akibat adanya gangguan factor bukan patogen, penyakit ini tidak menular. Yang kedua yaitu penyakit yang timbul karena organisme patogen.

a. Penyakit non infeksi

Contoh penyakit non infeksi yaitu keracunan dan penyakit kekurangan gizi. Beberapa factor yang menyebabkan keracunan yaitu pemberian pakan yang kurang baik kualitasnya atu pencemaran air media akibat tumpukan bahan organic.

b. Penyakit Infeksi

C. PENANGGULANGAN PENYAKIT

DAFTAR PUSTAKA

Afriantio, Eddy dan Evi Liviawati. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta : 1993

Daelami, Deden. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta :2001

Khairuman dan Dodi Sudenda. Budidaya Patin Secara Intensif. Agro Media Pustaka. Jakarta : 2002

Syofan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Patin Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan

Monday, 18 March 2019

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN OSCAR

Ikan oscar merupakan salah satu jenis ikan hias yang banyak digemari oleh kalangan penghobi, karena ikan ini memiliki komposisi warna yang menarik sehingga dalam pemeliharaannya, ikan ini memerlukan makanan dan perawatan khusus. Bercak warna indah yang menempel pada tubuhnya tidak akan muncul apabila ikan ini mengalami stres. Terjadinya stres dapat merupakan satu langkah awal terserangnya ikan ini oleh organisme penyabab penyakit, sehingga selain pengetahuan tentang cara perawatan yang baik, pengetahuan tentang penyakit yang sering menyerang ikan oscar dan cara-cara menanggulanginya, perlu dimiliki oleh para hobiis ataupun para pembudidaya ikan hias ini.

Sistematika

Ordo : Percomorpjoidei

Famili : Cichlidae

Genus : Astronotus

Spesies :Astronotus acellatus, Cuvier

Oscar termasuk pada golongan Cichlidae yang mempunyai ciri:

Susunan duri-duri keras pada farink

Mempunyai satu lubang hidung pada setiap sisi moncongnya

Badannya selalu memanjang dan pipih ke samping

Kepalanya relatif besar dengan moncong lebar dan tumpul

Linea lateralis terpotong menjadi 2 bagian.

Morfologi

Ikan Oscar memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan ikan nila, ia memiliki kepala yang besar dengan mulutnya lebar, bergerigi, agak meruncing, dan terletak di tengah (terminal). Sirip punggung (dorsal fin) berbentuk lebar yang ujungnya bersebrangan dengan sirip dada (pectoral fin), serta ujung sirip punggung dan sirip anus meruncing agak tumpul. Sirip ekornya berbentuk bulat (rounded).

Tubuhnya dilapisi warna dasar bervariasi, akan tetapi lebih sering ditemukan Oscar yang memiliki warna dasar hijau zaitun gelap atau coklat tua dengan coretan dan bintik-bintik tidak beraturan di bagian sisi yang berasal dari sisik yang berwarna kuning keemasan atau kemerah-merahan. Ikan jantan mempunyai beberapa tanda merah menyala pada tutup insang dan dekat daerah perut di samping. Kecerahan warna ikan ini sering berganti-ganti tergantung pada kondisi ikan. Ikan ini memiliki pergerakan yang gesit karena ditunjang dengan bentuk badan yang langsing, pipih ke samping (compressed).

Tingkah Laku

Ikan oscar termasuk ikan yang cerdas, karena ikan ini mudah mengenali pemiliknya. Selain itu, dapat kita ketrahui bahwa ikan ini juga sensitif terhadap gerakan, intesnsitas cahaya, dan irama akan tetapi ikan ini juga mempunyai kebiasaan merusak atau mengganggu ornamen-ornamen yang ada di dalam akuarium.

Ikan oscar dewasa termasuk ikan buas, karena ia mempunyai kebiasaan memakan ikan-ikan yang berukuran kecil terlebih jika ikan itu bukan dari famili yang sama dengannya. Ikan oscar dapat hidup rukun apabila dipelihara dengan ikan dari Famili Chiclidae lainnya yang memiliki ukuran tubuh sama dengannya.

Makanan

Makanan yang biasa diberikan pada ikan oscar sangat variatif seperti ikan-ikan kecil, jentik nyamuk, ataupun potongan-potongan ikan lainnya. Akan tetapi, untuk menghasilkan ikan oscar yang memiliki kualitas warna yang baik, maka sebaiknya makanan yang diberikan pada ikan ini adalah makanan yang mengandung zat chitine. Jenis makanan yang mengandung zat chitine kebanyakan adalah makanan alami berupa hewan-hewan yang memiliki cangkang seperti kutu air, udang kali, rayap, dan lain-lain.

Reproduksi

Ikan oscar dapat dipijahkan setelah mencapai ukuran panjang 15 cm dengan lebar 10 cm. Telur hasil pemijahan akan ditempatkan oleh induk oscar pada substrat yang memiliki permukaan licin seperti kaca, porselin, ataupun pecahan genting, dan selanjutnya akan dijaga oleh induk sampai telur tersebut menetas.

Ikan oscar dapat bertelur setiap 10 hari sekali dengan jumlah telur sekitar 1000-3000 butir per induk. Sepasang induk oscar dapat dipijahkan sampai 5 musim pemijahan atau sampai berumur 7 tahun. Semakin tua umur ikan oscar, maka kuantitas telur yang dihasilkannyapun akan semakin menurun.

Persiapan Sarana Pemijahan

Bak Pemijahan

Sarana pemijahan yang sering dipakai untuk memijahkan ikan oscar adalah berupa bak semen dengan ukuran 2 x 2 x 0,5 m. Sebelum digunakan, bak pemijahan dipersiapkan terlebih dahulu dengan melakukan kegiatan pembersihan bak dari kotoran dan sampah-sanpah. Apabila bak yang akan dipakai adalah bak yang baru dibuat, maka sebaiknya bak tersebut direndam dengan air sumur selama 4 minggu dengan perlakuan setiap 2 minggu sekali bak dikuras. Setelah itu lakukan penjemuran terhadap bak pemijahan, hal ini dilakukan selain untuk memberikan rangsangan terhadap oscar, juga untuk membunuh bibit penyakit yang diperkirakan bersarang dalam bak.

Setelah bak pemijahan disiapkan, selanjutnya air dimasukan ke dalam bak dengan ketinggian 25-30 cm. Sumber air yang dapat digunakan adalah air sumur ataupun air PAM, akan tetapi air tersebut perlu diendapkan selama 12-24 jam.

Substrat (Penempel Telur)

Telur ikan oscar bersifat adhesiv, artinya telur memerlukan tempat untuk menempel (substrat). Jenis substrat yang biasa digunakan dalam pemijahan ikan oscar adalah berupa batu yang memiliki permukaan datar ataupun bahan lain yang memiliki permukaan licin, seperti pecahan genting, porselin, kaca ataupun pipa paralon.

Sebelum dimasukan ke dalam bak pemijahan, substrat yang akan dipakai sebaiknya dicuci dahulu untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel agar tidak mengganggu telur. Jumlah substrat yang dimasukan disesuaikan dengan jumlah induk oscar yang akan dipijahkan. Untuk setiap pasangan induk oscar yang akan dipijahkan, cukup diberikan substrat 1 saja, dan substrat tersebut kita simpan di bagian sudut bak. Ukuran substrat yang ideal biasanya adalah 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm.

Pemasukan Induk

Ikan oscar dapat dipijahkan dengan perbandingan induk jantan dan betina 1 : 1. Jumlah induk oscar yang akan dipijahkan, sebaiknya disesuaikan dengan ukuran bak pemijahan 2 x 2 m dapat dimasukan induk sebanyak 4 pasang.

Proses Pemijahan

Proses pemijahan pada ikan oscar dimulai dengan gerakan-gerakan lincah dari induk jantan untuk memikat induk betina, kemudian kedua induk akan mencari tempat yang dianggap cocok dan membersihkannya. Setelah itu, induk betina akan mulai mengeluarkan telurnya di permukaan substrat, dan induk jantan akan langsung mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur-telur tersebut.

Telur-telur hasil pemijahan tadi, akan dijaga oleh kedua induk, akan tetapi sering pula terjadi induk oscar memakan telur-telurnya kembali karena ia kekurangan makanan. Oleh karena itu untuk mencegah hal itu terjadi, maka sebaiknya telur-telur tadi kita pindahkan ke tempat lain untuk ditetaskan.

Penetasan Telur

Telur-telur hasil pemijahan sebaiknya di tetaskan di dalam wadah terpisah dengan bak pemijahan. Wadah yang biasa digunakan adalah akuarium yang diisi air setinggi 6-8 cm. Akuarium tersebut kita tempatkan pada tempat yang terlindung dari hujan dan panas yang berlebihan. Akuarium penetasan sebaiknya di aerasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen terlarut bagi telur.

Gelembung udara yang dihasilkan oleh aerator jangan terlalu besar, hal ini bertujuan agar telur tidak terganggu.

Dalam waktu 3 hari, telur-telur yang kita tetaskan biasanya sudah mulai menetas. Larva ikan oscar tidak langsung kita beri makan, karena ia masih memiliki kantung kuning telur sebagai sumber makanannya. Pada umur 4 hari benih sudah mulai diberi makanan alami berupa kutu air. Benih yang dapat dihasilkan dari sepasang induk adalah 1000-3000 ekor.

Perawatan

Larva yang telah menetas selanjutnya kita pelihara di dalam akuarium penetasan sampai berumur 1 bulan. Selama pemeliharaan, ketinggian air dalam akuarium ditingkatkan secara bertahap setiap 7 hari sekali yaitu dari 6 cm menjadi 10 cm, 15 cm dan 20 cm.

Setelah berumur 1 bulan, benih-benih tersebut kita pelihara dalam bak berukuran 4 m2 dengan kepadatan 250 ekor per m2. Selama pemeliharaan, benih di beri makanan berupa kutu air ataupun cacing sutera. Makanan diberikan sebanyak 2-3 kali sehari secara adlibitum.

Penyakit dan Gejala Serangannya

Penyakit yang biasa menyerang ikan oscar secara jelas dapat dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1. Penyakit dan Gejala Serangan Pada Ikan Oscar

Pengendalian Penyakit

Usaha pengendalian penyakit yang sering menyerang ikan oscar dapat dilihat secara jelas di dalam tabel 2.

Tabel 2. Pengendalian Penyakit Pada Ikan Oscar

DAFTAR PUSTAKA

Afriantio, Eddy dan Evi Liviawati. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta : 1993

Daelami, Deden. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta :2001

Hakim A.R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Oscar Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://3.bp.blogspot.com/_u96_MMNGtog/R0aDjJ7avVI/AAAAAAAAAGk/s773tHO38oE/s400/Ocellatus.jpg&imgrefurl=http://uplixs-fish.blogspot.com/2007/11/oscar.html&h=257&w=388&sz=38&tbnid=QE2gTkHEfv_eOM:&tbnh=90&tbnw=136&zoom=1&usg=__jOMO3teBbgMwkC7t4WPH3NSfqy8=&docid=uLqxf6Moe9_QMM&hl=id&sa=X&ei=d36IUZuDKsX_rQfvlIGoAQ&sqi=2&ved=0CDMQ9QEwAg&dur=2980

Susanto, Heru. Oscar. Penebar Swadaya. Jakarta : 1993

Sunday, 17 March 2019

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN MAANVIS

Ikan hias air tawar adalah komoditas yang diandalkan sebagai komoditas ekspor sehingga mempunyai prospek yang cukup potensial untuk dikembangkan. Peluang yang sangat baik tersebut harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Oleh karena itu perlu kesiapan dalam mengembangkan komoditas ini baik dari teknologi pembenihan maupun teknologi pembesarannya.

Beberapa jenis ikan hias air tawar yang banyak disukai oleh para kolektor di luar negeri antara lain ; Tetra, Maanvis, Diskus, Cupang, Severum, Balck Ghost, dan banyak lagi. Peluang ini sekaligus merupakan tantangan bagi para pembudidaya dan pengusaha Indonesia untuk lebih meningkatkan ekspor ikan hiasnya.

Saat ini, ekspor ikan hias dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan yang signifikan. Apabila dilihat dari volume ekspor tahun 1998 berjumlah hanya 192 ton dan pada tahun 2002 berjumlah 3.513 ton yang berarti kenaikan per tahun rata-rata sekitar 343,6 % ( Dirjen Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003 ).

Dengan data dan fakta yang ada, bisa diartikan bahwa komoditas ikan hias ini masih bisa dipacu lagi pengembangannya. Untuk itu, guna mencapai cita-cita yang kita inginkan yakni menyumbangkan devisa dari sector perikanan budidaya, maka cara yang perlu kita lakukan adalah dengan meningkatkan kesehatan ikan yang kita budidayakan sehingga produksinya meningkat.

Kata maanvis berasal dari bahasa Belanda yang berarti “Ikan Bulan” karena bentuknya yang seperti bulan purnama. Didunia internasional, ikan ini dikenal dengan nama “Angel fish” atau “Ikan Bidadari” karena gerakannya yang lemah gemulai dengan sirip yang panjang, tipis, dan halus serta dapat bergetar seperti selendang bidadari. Ikan ini juga sering dijuluki “The Queen of Aquarium” karena bentuknya yang sangat indah seperti anak panah dan sifatnya yang tenang sehingga sangat digemari sebagai ikan hias akuarium.

Klasifikasi

Sistematika Ikan Maanvis adalah sebagai berikut :

• Ordo : Perchomorphidei

• Subordo : Percoidea

• Famili : Cichlidae

• Genus : Pterophyllum

• Spesies : Pterophyllum scalare

Morfologi Ikan Maanvis

Maanvis memiliki bentuk tubuh pipih ( gepeng ) seperti bentuk anak panah. Sirip perut dan punggung membentang lebar kearah ekor sehingga nampak membentuk busur berwarna gelap transparan. Di bagian dadanya ada dua buah sirip yang panjangnya menjuntai sampai ke ekor. Dikalangan pembudidaya ikan hias, sirip dada yang berwarna keputihan ini diberi nama selempang alias dasi karena bentuknya yang tidak menyerupai sirip.

Tubuhnya yang indah itu dibalut oleh dasar keperakan mengkilat sampai hijau keabuan. Pada kepala bagian atas tersapu warna cokelat kehitaman menyusur sampai ke punggung. Sementara warna kombinasinya adalah hitam kecokelatan yang memotong di tiga bagian yaitu bagian ekor, tengah, dan mata. Panjang tubuh maksimal antara 12 – 15 cm.

Habitat dan Kebiasaan Hidup

Ikan Maanvis merupakan bukan ikan hias asli Indonesia tetapi berasal dari Amerika Selatan yakni dari dataran Orinocu dan Sungai Amazon. Di habitat aslinya, ikan ini dijumpai pada perairan tenang dan banyak ditumbuhi tanaman air dengan suhu 23 – 28 oC dan pH berkisar antara 6,5 – 7,0. Maanvis termasuk kedalam golongan ikan pemakan segala (omnivore) serta bersifat pendamai sehingga dapat dipelihara bersama ikan-ikan yang memiliki gerakanlamban. Seperti umumnya ikan dari famili Cichlidae, Maanvis pun memiliki sifat sayang terhadap keturunannya. Begitu sayangnya, terkadang ia tega menyantap anak-anaknya bila ia merasa ada yang mengganggu keselamatannya.

Persiapan Sarana Pemijahan

Ada beberapa tempat yang dapat digunakan sebagai tempat pemijahan Ikan Maanvis, diantaranya kolam atau bak semen, dan akuarium. Jika menggunkan bak semen, ukurannya 100 x 100 x 80 cm. namun bila menggynkan akuarium bisa dipakai ukuran 100 x 75 x 50 cm atau 60 x 40 x 40 cm. Tempat pemijahan sebaiknya diletakkan pada lokasi yang terhindar dari kebisingan serta diusahakan suasananya agak gelap sesuai dengan sifat ikan ini yang menyukai suasana sepi dan damai.

Karena Maanvis mempunyai sifat menempelkan telurnya, maka di dalam tempat pemijahan harus disediakan benda atau alat sebagai media untuk menempelkan telur. Benda ini bisa berupa pecahan botol, pipa paralon, atau benda lain yang permukaannya licin. Bisa pula dari jenis tanaman air yang berdaun panjang dan kuat ( bisa pula diganti dengan potongan daun pisang yang agak lebar ). Sebelum digunakan, semua alat ini dicuci ersih terlebih dahulu. Setelah dibersihkan, kemudian wadah pemijahan diisi air setinggi 30 cm dengan suhu air 23 – 26 oC dan pH 6,8 – 7. Air sebagai media pemijahan maupun pemeliharaan harus selalu bersih dan kualitasnya terjaga.

Pemilihan Induk Pada pemilihan induk Ikan Maanvis, perbedaan antara jantan dan betina kurang terlihat jelas. Oleh karena itu, hal termudah yang dapat dilakukan adalah dengan cara memilih induk Maanvis yang sudah berpasangan dari sekumpulan induk yang dipelihara yang kemudian dipisahkan dan ditempatkan pada wadah pemijahan.

Pada umur yang sama, ukuran ikan jantan lebih besar dengan perutnya yang pipih serta bagian kepala yang juga besar mempunyai benjolan kecil (kadang tidak tampak jelas) yang terletak antara ujung mulut dan sirip punggung. Sedangkan Maanvis betian, sekalipun ukurannya lebih kecil tetapi perutnya agak menonjol dengan bentuk kepala yang relative kecil dan umumnya menbentuk garis lurus antara mulut dan sirip punggung.

Ikan Maanvis mulai dewasa dan siap kawin bila umurnya telah mencapai 7 – 12 bulan dengan ukuran tubuh anatar 6 – 8 cm. ikan yang mijah biasanya selalu bersama-sama kemanapun pergi (berkejar-kejaran).

Proses Pemijahan

Untuk menciptakan suasana tentram pada saat pemijahan, sebaiknya pada dinding akuarium ditempel kertas berwarna gelap. Jika menggunakan bak semen, maka pada permukaan air bak tersebut bisa diberi tanaman air yang mengapung seperti eceng gondok (Echornia crassipes). Hal ini dilakukan sesuai dengan sifat Ikan Maanvis yang gemar hidup ditempat gelap. Baru setelah itu induk yang telah berpasangan dapat dilepaskan ke dalam wadah pemijahan.

Proses pemijahan biasanya terjadi pada malam hari ketika suasana tenang dan sepi. Induk betina segera akan meletakkan telur pada media yang telah disediakan sehingga keesokan harinya tampak telur yang menempel pada media tersebut.

Penetasan Telur

Setelah menetas, biasanya induk Ikan Mannvis akan menjaga dan merawat telurnya dengan cermat secara bergantian. Kelompok telur yang melekat pada daun atau benda lain dibersihkan dengan mulut sambil mengkipas-kipaskan siripnya agar telur-telur tersebut memperoleh aliran air yang segar. Pada kondisi ini sebaiknya induk jangan dikagetkan, karena jika itu terjadi bisa jadi induk Maanvis akan memakan telurnya karena sayangnya induk kepada keturunannya.

Untuk menghindari terjadinya hal tersebut diatas, alangkah lebih baiknya telur-telur tersebut diangkat dan ditetaskan pada tempat tersendiri. Telur akan menetas dalam waktu 2 – 3 hari pada suhu 25 – 28 oC. Larvanya akan menggantung pada permukaan daun dengan perantaraan seutas benang halus yang dihasilkannya. Dua atau tuga hari kemudian anak Maanvis terlihat sudah mulai berenang sendiri.

Pendederan Persediaan kuning telur pada umur 3 – 4 hari sudah habis dan anakan Maanvis sudah aktif berenang. Keadaan seperti ini merupakan saat-saat yang rawan dalam usaha budidaya Maanvis. Oleh karena itu harus segera mendapat perlakuan sebaik-baiknya yang biasanya dipindah ke wadah pendederan seperti bak semen yang berukuran 2 x 2 m dengan kepadatan 300 ekor.

Semenjak hari pertama hingga hari ke tujuh, benih diberi pakan berupa infusorea atau rotifera. Awal minggu kedua diberi naupli artemia atau kutu air halus hasil saringan, kemudian cacing sutera atau pakan buatan berbentuk tepung halus. Pemberian pakan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terdapat sisa pakan di dasar wadah yang dapat menyebabkan perubahan kualitas air pada wadah budidaya. Pemeliharaan tahap pertama ini biasanya diakhiri dengan kegiatan seleksi.

Pembesaran

Pembesaran Maanvis dapat dilakukan di kolam atau bak semen ukuran 2 x 2 m dengan kepadatan tergantung pada ukuran ikan. Biasanya kepadatan setelah pendederan dikurangi menjadi 100 – 150 ekor. Benih untuk pembesaran ini biasanya sudah berumur 3 – 4 minggu. Tandanya ialah sirip-siripnya sudah lengkap. Pakan yang diberikan berupa kutu air besar, cacing sutera, ataupun cacing darah.

Biasanya pada usia 2 bulan dan dewasa, ikan ini sudah tahan terhadap perubahan kualitas air. Namun demikian, pergantian air sebaiknya dilakukan secara rutin. Ini disebabkan sirip dadanya yang panjang seperti dasi sangat mudah rusak bila terserang penyakit. Jika sudah rusak maka nilai jualnya pun hilang (menurun). Pada ukuran 3,5 cm atau berumur sekitar 3 bulan, Maanvis sudah dapat dijual.

PENYAKIT MAANVIS DAN CARA PENANGGULANGANNYA

Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa volume ekspor ikan hias (salah satunya Maanvis) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Kondisi yang seperti ini memberikan peluang bagi pembudidaya ikan hias di Indonesia untuk lebih meningkatkan produksinya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produksi yang tinggi adalah dengan cara meningkatkan kesehatan ikan Maanvis yang kita budidayakan. Maka dari itu terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu penyakit ikan dan hal apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada ikan. Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan. Penyakit ikan ini merupakan salah satu kendala yang sering dihadapi oleh para pembudidaya ikan yang dapat menyebabkan kerugian dalam berproduksi. Timbulnya penyakit pada ikan disebabkan oleh ketidak-serasian antara beberapa factor, diantaranya : kondisi lingkungan, kondisi ikan itu sendiri, dan organisme patogen. Serangan penyakit dapat terjadi pada setiap tahapan dalam kehidupan Ikan Maanvis mulai dari telur hingga Maanvis mencapai ukuran dewasa. Jika permasalahan penyakit ini tidak segera ditangani akan menyebabkan kerugian bagi para pembudidaya ikan khususnya ikan hias. Untuk mengurangi tingkat kerugian serta untuk meningkatkan produksi Ikan Maanvis ini, maka perlu dilakukan penanggulangan yang lebih dini terhadap kemungkinan timbulnya penyakit pada Ikan Maanvis.

Adapun penyakit yang sering menyerang Ikan Maanvis diantaranya ; penyakit jamur, penyakit fin rot, white spot, sisik atau kulit kotor dan penyakit kepala berlubang.

Jamur

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Achlya atau Saprolegnia. Biasanya menyerang saat Maanvis masih dalam bentuk telur. Gejala serangan ditandai dengan perubahan warna pada telur yang akhirnya telur tidak dapat menetas.

Fin Rot

Penyakit Fin Rot sering disebut juga dengan penyakit Columnaris yang disebabkan oleh bakteri Flexybacter columnaris atau Cytophaga columnaris dengan gejala serangan sebagai berikut :

- Tidak ada nafsu makan

- Infeksi pada kulit kepala, badan, dan bagian tubuh ikan

- Pendarahan pada sirip

- Sirip pecah, gripis, bahkan putus dan putih di ujungnya

White Spot

Sering juga disebut penyakit bintik putih. Disebabkan oleh protozoa Ichthyophthyrius multifiliis. Gejala yang paling terlihat jelas adalah banyaknya bintik puti yang melekat diseluruh permukaan tubuh ikan serta ikan selalu berenang dipermukaan air dengan gerakan tutup insang yang relatif cepat. Selain itu juga sering menggosokkan tubuhnya ke benda disekitarnya yang biasanya berakibat luka.

Sisik atau Kulit Kotor

Penyakit ini umumnya disebabkan oleh Tricodina. Ditandai dengan produksi lendir yang berlebih, kulit mengelupas dan berwarna putih, tejadi pembengkakan, dan terkadang menggeletak di dasar karena lemas.

Kepala Berlubang

Penyebabnya adalah Hexamita, dengan gejala serangan terdapat lubang kecil di badan atau di kepala dan ada bagian tersebut mengeluarkan lendir berbentuk benang, gerakannya pasif serta pucat dan akhirnya kurus.

Cara Penanggulangan

Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam menanggulangi kemungkinan timbulnya timbulnya penyakit pada Ikan Maanvis yakni tindakan pencegahan dan pengobatan.

Pencegahan

Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dan paling dianjurkan dalam menanggulangi timbulnya penyakit pada Ikan Maanvis. Pada prinsipnya, upaya pencegahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proteksi dan prevensi.

a. Proteksi

Yang dimaksud dengan proteksi adalah bagaimana mengkondisikan lingkungan yang seoptimal mungkin agar dapat mendukung kehidupan ikan sehingga ikan tidak mengalami stress. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi kehidupan Ikan Maanvis adalah sebagai berikut :

- Kualitas air

Sumber air yang digunakan untuk budidaya Ikan Maanvis diusahakan seminimal mungkin mengandung jasad patogen. Begitu pun dengan tempat penampungan air harus selalu dalam kondisi bersih.

- Pakan

Dalam proses pemberian pakan pada Ikan Maanvis harus memperhatikan kualitas dan kuantitas dari pakan itu sendiri. Jika pakan yang diberikan adalah pakan buatan, yang harus diperhatikan adalah masa kadaluarsa dan kemungkinan pakan tersebut telah ditumbuhi jamur akibat penyimpanan yang kurang tepat. Namun bila menggunakan pakan alami, maka yang harus diperhatikan adalah kebersihan dan proses kulturnya. Selain itu juga jumlah pakan harus sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan.

- Survey berkala

Salah satunya dengan melakukan monitoring secara rutin terhadap Ikan Maanvis yang kita budidayakan. Hal ini dilakukan guna mengetahui gejala awal bila Maanvis terserang penyakit sehingga dapat diambil tindakan yang lebih dini.

- Seleksi ukuran

Kegiatan ini dilakukan bila sudah terjadi perbedaan ukuran ikan yang terlalu beragam agar tidak terjadi persaingan dalam hal mendapatkan makanan, oksigen ataupun ruang gerak.

b. Prevensi

Prevensi yaitu mengkondisikan ikan seoptimal mungkin sehingga mampu bertahan terhadap serangan patogen. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

- Memberikan vaksin terhadap ikan yang kita budidayakan guna meningkatkan daya tahan / kerja anti body didalam tubuhnya.

- Hindari terjadinya stres karena akan menyebabkan terjadinya penurunan system kekebalan tubuh ikan sehingga ikan akan mudah terserang oleh penyakit. Salah satu ciri Ikan Maanvis yang stres dapat dilihat dari perubahan warna tubuhnya.

- Pengaturan padat tebar.

Kepadatan Maanvis yang kita pelihara harus diatur sedemikian rupa. Jika dalam satu wadah kita tebar terlalu padat, maka kemungkinan terjadinya gesekan antar tubuh ikan akan semakin tinggi sehingga menyebabkan Maanvis terluka dan mudah terserang penyakit.

Dengan dilakukannya kegiatan pencegahan ini diharapkan Maanvis yang kita budidayakan akan tetap sehat dan selalu tampil prima yang ditandai dengan berenangnya yang aktif sehingga tampak cantik bila dipajang di akuarium

Pengobatan

Tindakan pengobatan merupakan alternatif terakhir yang kita pilih. Kegiatan pengobatan dilakukan apabila Maanvis yang dipelihara sudah benar-benar terserang penyakit. Organisme penyakit dapat menyerang di setiap tahapan dalam kehidupan Ikan Maanvis mulai dari ia masih berbentuk telur hingga Maanvis mencapai ukuran dewasa.

Untuk lebih jelasnya, mengenai penyakit pada ikan maanvis dan cara pengobatannya dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel Penyakit ikan Maanvis dan cara pengobatannya

DAFTAR PUSTAKA

Daelami Deden A.S. Agar Ikan Sehat. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001.

Daelami Deden A.S. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001.

Ganis L.R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Maanvis Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Lesmana Darti S dan Iwan Darmawan. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001.

Lesmana Darti S. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias. Jakarta : Penebar Swadaya, 2003.

Sukadi Fatuchri. Ikan Hias Air Tawar dan Prospeknya. Dirjen Perikanan Budidaya, 2003.

Wijayakusuma, Setiawan Dalimartha dkk Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia IV, Jakarta, Pustaka Kartini, 1999.

Saturday, 16 March 2019

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN LOU HAN

Ikan lou han adalah jenis ikan yang tahan ‘banting’ dari pengaruh temperatur atau kesadahan yang rendah. Namun, yang namanya mahluk hidup tetap saja bisa terganggu kesehatannya, terutama saat kondisinya lemah. Lemahnya kondisi lou han bisa diakibatkan kondisi air yang buruk atau serangan bakteri patogen. Lemahnya kondisi ikan bisa semakin parah jika pengetahuan tentang fisiologi ikan serta pengobatan penyakit tidak dikuasai, karena itu pengetahuan tentang sifat penyakit, serta pengobatan harus dikuasai secara jelas.

Pemeliharaan lou han sebenarnya tergantang pada selera pemiliknya, yang penting adalah teknik atau cara-caranya harus diketahui terlebih dahulu. Hal yang harus diperhatikan dalam memelihara lou han, antara lain :

Kondisi Aquarium dan Peralatannya

Untuk mendukung kesehatan dan penampilan lou han, kebersihan aquarium harus diperhatikan. Aquarium yang kotor bisa jadi sumber penyakit bagi lou han. Yang biasanya menjadi sumber kotoran aquarium adalah sisa pakan, lumut, sisa obat dan kotoran lou han. Patokan dalam membersihkan aquarium adalah tingkat kekotoran aquarium, kondisi peralatan dan aksesoris pendukung juga harus diperhatikan. Jika tidak bersih atau tidak berfungsi sebagai mana mestinya, peralatan dan aksesoris ini bisa menjadi sumber penyakit.

Kualitas Air

Air merupakan factor penting dalam meningkatkan kualitas lou han. Air harus bersih dari bahan beracun yang berasal dari sumber air, sisa metabolisme ikan atau sisa pakan yang berlebihan. Meskipun lou han tergolong ikan hias yang memiliki toleransi yang cukup tinggiterhadap kualitas air, berbagai parameter air harus tetap diperhatikan. Sebelum digunakan, air perlu diendapkan didalam bak penampungan. Bak penampungan dapat berupa tong bekas atau fiberglass.

Kualitas Pakan dan Pemberiannya

Supaya lou han peliharaan tetap cantik, pakan yang diberikan harus mengandung menu seimbang. Pakan yang salah dapat membuat lou han menjadi stress dan tidak suka makan. Pakan yang seimbang memiliki karbohidrat, protein, lemak, mineral,dan vitamin yang memadai. Pemberian pakan harus sesuai dengan aturan agar tidak cepat mengotori aquarium, sehingga tidak menimbulkan penyakit. Pakan juga harus cukup agar ikan cepat tumbuh, pemberian pakan dengan frekuensi lebih sering dengan jumlah yang tidak terlalu banyaklebih baik dibandingkan dengan pemberian pakan yang jarang dengan jumlah yang berlebihan.

Sistematika

Lou Han adalah ikan hias yang penampilannya cantik dan menarik dengan aneka warna yang cerah. Budidaya Lou Han sudah banyak dilakukan di Indonesia, baik oleh para peternak atau pengusaha ikan hias maupun para hobiis.

Menurut sistematikanya, ikan Lou han digolongkan sebagai berikut:

 Ordo : Percomorphoidei

 Sub Ordo : Percoidea

 Family : Cichlidae

 Genus : Cichlasoma

 Spesies : Red Flower Horn Meskipun Lou Han termasuk jenis ikan hias yang relative tahan terhadap infeksi penyakit, jika kualitas air tempat pemeliharaan tidak cocok bagi ikan tersebut, Maka akan timbul masalah. Masalah ini akan semakin parah jika penanganannya di lakukan dengan cara yang tidak sempurna, terutama bagi ikan yang baru di datangkan dari tempat lain. Salah satu masalah yang sering merugikan para peternak ikan hias adalah masalah penyakit. Satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah Lou Han memiliki sifat yang mudah berubah. Hal ini disebabkan lou han merupakan hasil persilangan dari beberapa jenis ikan yang termasuk keluarga siklid (Cichlidae) dari genus Cichlasoma. Di samping itu proses perkawinan silang kurang mengikuti kaidah yang benar akan berakibat pada penurunan mutu genetic. Efek dari penurunan mutu genetic ini adalah menurunnya daya tahan ikan terhadap penyakit.

Lou Han (Cichlasoma sp) termasuk salah satu jenis ikan hias baru yang memiliki penampilan cantik dengan nilai ekonomis yang tinggi. Ikan ini mulai marak dibicarakan di Indonesia sejak tahun 2001 dengan berbagai sebutan, yaitu Flower born, Flower louhan, dan sun go kong. Sebutan lainnya adalah mutiara dari timur.

Lou han merupakan hasil persilangan dari ikan jenis siklid lain,yaitu Cichlasoma synpilum dengan Cichlosoma cycnoguttatum ( Neetropus carpintis). Persilangan antar siklid-siklid ini di lakukan oleh orang-orang dari Negara Malaysia. Namun kini sudah banyak persilangan antar jenis ikan siklid lainnya, baik oleh para peternak local maupun manca Negara, sehingga di peroleh berbagai variasi Lou Han. Beberapa species yang merupakan ikan hias dari family Cichlidae yang sudah dikenal di Indonesia di antaranya jenis Oskar (astronhotus ocellatus),texas (Cichlasoma cyanoguttatum), zebra (cichlasoma nigrofasciatum), angel fish atau manvis (Pteophylum spp), dan discus (Symphysodon discus).

Daerah Penyebaran

Ikan yang tergolong dalam keluarga Cichlidae banyak ditemukan di perairan Amerika Latin, Asia, dan Afrika. Namun, menurut pakar breeder di Malaysia, kebanyakan keluarga Lou Han berasal dari perairan Amerika latin, seperti meksiko, Paraguay dan Kolombia. Berkat keuletan para beeder di Malaysia, dalam tempo tiga tahun saja. Lou han telah menjadi ikan yang fenomenal, mengalahkan semua jenis ikan eksotis yang bergengsi di Negara Asia.

Penyebarannya di Afrika dan Madagaskar mencapai 700 species dan hanya 3 species yang terdapat di Asia. Beberapa species family Cichlidae yang terdapat di daerah Afrika merupakan species yang endemic, sehingga tidak bisa ditemukan di daerah lain. Species ini biasanya meletakkan telur tidak jauh dari tempat tinggalnya. Ada yang meletakkan telur di batu, daun-daun tanaman air, pasir, dan rongga mulut. Species ini baik jantan dan betina memiliki insting yang kuat untuk melindungi telur atau anaknya.

Pemilihan Calon Induk

Jenis induk jantan dan betina yang dipilih disesuaikandengan jenis keturunan yang diharapkan, keturunan yang dihasilkan merupakan penggabungan factor genetis kedua induknya. Jika dilihat secara fisik, induk jantan memiliki badan yang lebih langsing dengan jarak antara mulut dan nongnong dekat, sedangkan betina memiliki tubuh yang lebihmembulat dan gendut dibagian perut serta jarak antara mulut dan nongnong agak jauh. Lou han jantan memiliki variasi warna yang lebih banyak dan legas, sedangkan lou han betina agak pucat. Hal ini memang tidak mutlak karena ada juga betina yang menampilkan warna cerah, tetapi setidaknya prediksi ini memiliki kemungkinan kebenaran 80 %.

Memijahkan Induk

Lou han adalah ikan yang hidup soliter, karena itu menjodohkan lou han memerlukan strategi khusus. Calon induk diletakkan dalam aquarium yang diberi pembatas kaca, biarkan keduanya saling mengenal sampai lou han betina benar-benar matang telur dan si jantan siap mencumbunya. Dalam proses pengenalan biasanya betina akanlebih agresif dibandingkan jantan. Umur perjodohan paling baik adalah jantan 2,5 tahun dan betina 2 tahun, dalam usia ini telur yang dibuahi lebih banyak serta keturunannya akan lebih besar.

Merawat Telur dan Burayak

Setelah berjodoh dan siap dipilahkan, dalam tempo paling lama tiga hari saja lou han akan bertelur dimedia telur berupa keramik yang diletakan didasar aquarium. Dalam tempo tiga hari telur biasanya sudah mulai menetas. Pada hari ke-4 aquarium tampak dipenuhi oleh burayak lou han. Burayak masih memiliki cadangan kuning telur ditubuhnya sampai hari ke-4 setelah menetas. Pada hari ke-5 baru diberi pakan kutu air yang disaring, pemberian pakan 3-4 kali /hari. yang harus diperhatikan adalah pakan yang diberikan sekali habis dan tiodak cepat mengotori aquarium.

PENYAKIT DAN CARA PENANGGULANGANNYA

DAFTAR PUSTAKA

D. Setiawan, 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.

Firmansyah A dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Lou Han Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

S. Hambali, 2001 Mewaspadai dan Menanggulangi Penyakit Pada Lou Han. Agromedia Pustaka, Jakarta.

S. Suwandi, 2002 Memilih Anakan dan Meningkatkan Kualitas Lou Han. Agromedia Pustaka, Jakarta

Friday, 15 March 2019

PENGENDALIAN HAMA PENYKIT PADA LOBSTER AIR TAWAR

Lobster air tawar tidak hanya ikan konsumsi, tetapi bisa juga dijadikan ikan hiasan di dalam akuarium sebagai udang hias, lobster memiliki ciri khas yang tidak ditemukan pada ikan hias. Selain bentuk tubuh yang unik, lobster air tawar yang memiliki warna khas dan beragam.

Lobster air tawar merupakan salah satu genus dari famili parastacidae yang mulai dikembangkan untuk budidaya petani ikan di Indonesia sejak tahun 2000. Di beberapa negara, seperti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Cina, Kostarika, Ekuador, Fiji, Guatemala, Israel, Meksoko, Afrika Selatan, Dan Taiwan, budidaya lobster telah dilakukan sejak tahun 1980. Di Indonesia, berbagai kajian ilmiah menunjukkan permintaan pasar terhadap lobster air tawar berkuran 5 – 10 cm relatif tinggi.

Secara fisik lobster air tawar memiliki warna dasar yang beragam atau fariatif. Dari segi teknis, lobster air tawar dapat dipelihara di air tawar yang tidak selalu jernih dengan berbagai variasi wadah. Jenis pakannya pun relatif banyak dan mudah diperoleh. Hal yang menarik adalah lobster dikenal memiliki sifat pengembara yang tinggi, warna pada tubuh lobster berkilau, terutama jika terkena cahaya.

DISKRIPSI IKAN

Klasifikasi Lobster

Lobster air tawar termasuk dalam kelas crustacea dengan ordo decapoda. Pada dasarnya terdapat famili atau kelaga besar lobster air tawar. Berikut ini dipaparkan klasifikasi salah satu jenis lobster air tawar dari genus cherax.

Filum : Arthrapoda

Kelas : Crustacea

Sub kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Parastacidae

Genus : Cherax

Spesies : Cherax quadricarinatus

Cherax destruktor

Cherax lorentz

Cherax cairnsensis, dll.

Habitat Dan Penyebarannya Lobster air tawar yang berasal dari famili astacidae, combaridae, dan parastacidae menyebar di semua benua, kecuali Afrika dan Antartika. Lobster air tawar astacidae dan cambaridae tersebar dibelahan dunia utara, sedangkan parastacidae menyebar di dunia bagian selatan, seperti Australia, Indonesia bagian timur, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Habitat alam lobster air tawar adalah dana, rawa, atau sungai yang berlokasi di daerah pegunungan.

Morfologi Pada Lobster

Tubuh lobster terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan disebut kepala dan bagian belakang disebut badan. Dilihat dari organ tubuh lobster air tawar memiliki beberapa alat pelengkap :

• Sepasang antena yang berperan sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan.

• Sepasang antanela untuk mencium pakan, 1 mulut, dan sepasang capit yang lebar dengan ukuran lebih panjang dibandingkan dengan ruas dasar capitnya.

• Enam ruas badan agak memipih dengan lebar badan rata-rata hampir sama dengan lebar kepala.

• Ekor. Satu ekor tengah memipih, sedikit lebar dan dilengkapi duri-duri halus, serta dua pasang ekor samping.

• Enam pasang kaki renang

• Empat pasang kaki jalan.

Jenis Dan Pola Makan

Lobster air tawar biasanya aktif mencari makan pada malam hari. Lobster air tawar termasuk pemakan segala. Bahan-bahan makanan dari hewani dan nabati sangat disukainya. Lobster menyukai cacing-cacingan dan pakan buatan.

Lobster termasuk jenis hewan yang tidak rakus. Kebutuhan pakan lobster sebenarnya sangat sedikit, yaitu hanya berkisar 2-3 gram per ekor lobster dewasa per hari. Kebutuhan pakan tersebut digunakan untuk pertumbuhan, pergantian sel-sel yang sudah rusak, dan perkembangbiakan.

Pemilihan Calon Induk

Pemilihan induk sebaiknya dilakukan sejak lobster berumur 2-3 bulan. Pada umur ini lobster mempunyai panjang tubuh 5-6 cm dengan ukuran tersebut berarti proses pertumbuhan lobster berjalan dengan baik. Selain proses pertumbuhan, yang hars diperhatikan dalam memilih induk yang berkualitas adalah lobster harus memilki nafsu makan yang tinggi, gerakannya lincah, dan warna tubuhnya cerah.

Pemilihan Calon Induk

Calon induk yang sudah dipilih dipisahkan denagn lobster lain dengan memindahkannya ke wadah lain. Pemindahan ini bertjuan untk emmpermudah pengontrolan.

Dalam pemeliharaan calon induk ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :

• Wadah pemeliharaan dan kepadatan tebar

• Pengontrolan dan penyesuaian calon induk

• Pemberian pakan

• Pencegahan penyakit.

Kebiasaan Reproduksi

Perilaku lobster air tawar yang cukup menarik untuk diamati adalah aktifitasnya saat perkawinan hingga muncul juvenil. Tahap awal yang dilaksanakan oleh setiap induk sebagai berikt :

• Mencari pasangan

• Melakukan percumbuan antar pasanagan

• Melakukan perkawinan

• Induk betina mengerami talur

• Induk betina mengasuh benih hingga waktu tertentu.

Pemindahan Induk Yang Telah Bertelur Induk betina yang telah mengeluarkan telur harus dipindahkan ke wadah lain agar telurnya menetas. Pemindahan ini bertujuan untuk mencegah dimakannya telu-telur oleh induk jantan atau induk betina yang lain, karena pada dasarnya lobster air tawar adalah binatang yang memiliki sifat kanibal.

Penetasan Telur

Telur-telur yang dikeluarkan induk lobster akan menetas setelah sekitar 1 bulan. Benih-benih akan lepas dari induknya setelah 4-5 hari sejak menetas.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah benih berumur 1-1,5 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara menyipon air dan kemudian benih ditangkap dengan menggunakan scop net.

MENGATASI HAMA DAN PENYAKIT

Lobster cukup tahan terhadap penyakit. Namn, bukan berarti lobster tidak akan terserang penyakit. Penyakit lobster pada umumnya dapat disebabkan oleh protozoa, bakteri, jamur, atau virus. Salah satu penyebab penyakit dapat mask ke dalam akuarium dan menyelang lobster melalui pakan yang tidak bersih dan air yang digunakan kotor. Pakan cacing yang tidak di cuci bersih dan langsng diberikan pada lobster. Misalnya, dapat saja mengandung bibit penyakit.

Jamur yang sering terkena pada lobster adalah lumut. Cara pencegahannya dengan menggunakan daun ketapang dengan cara mengambil daun ketapang sebanyak 6- 10 lembar yang sudah kering atau yang sudah dijemur kemudian ditebar ke dalam akuarium.

DAFTAR PUSTAKA

Asriani dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Lobster Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://3.bp.blogspot.com/-1R9qzjsBi7I/TcodQgKcUTI/AAAAAAAAADU/KpJs-xRHZlM/s1600/LAT.jpg&imgrefurl=http://irfanesukasuka.blogspot.com/2011/05/begini-niih-cara-budidaya-lobster-air.html&h=450&w=600&sz=66&tbnid=jqJD5BnruoVvKM:&tbnh=90&tbnw=120&zoom=1&usg=__tdZQCeMJsq1ATxbDPNpJwlmPP_g=&docid=vCHHzpSlH1_xFM&hl=id&sa=X&ei=6QqHUfjzJcXprAeqz4GYBQ&ved=0CDAQ9QEwAA&dur=7

Karjono dan adijaya, Dian. “ lobster akuarium 10 bulan kembali modal “. Trubus, april 2003.

Sukmajaya yade. “ lobster air tawar komoditas perikanan prospektif “. Penerbit PT Agro media pustaka, 2003.

Wiyanto, R. “ lobster air tawar, pembenihan dan pembesaran “. Jakarta : penebar swadaya, 2003.

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...