Tuesday, 14 August 2018

BUDIDAYA KAKAP PUTIH POLIKULTUR UDANG WINDU DI TAMBAK

Membaca judul tulisan ini pasti anda kaget dan bertanya, bisakah ikan kakap putih dipelihara bersama (polikultur) dengan udang windu dalam satu petakan tambak ?. Jawabannya pasti bisa.

Seperti diketahui Kakap putih (Lates calcalifer, Bloch) biasa dikenal dengan nama Giant sea perch, atau seabass. Ikan ini biasa dikenal dengan nama lokal Pinrang bale Kanja (ikan bagus) semua orang menyukainya karena memilki daging yang putih halus dan sedikit duri. Keunggulannya itu sehingga termasuk ikan ekonomis penting di Indonesia yang memiliki pasar dan harga tinggi. Untuk pasaran lokal ikan kakap dari tambak ukuran berat 350 gram dapat dihargai Rp.30-50 ribu/ekor. Ikan kakap seberat itu biasanya seumuran dengan ikan bandeng yang dibudidaya di tambak yakni 3-4 bulan. “Biasanya ikan kakap ikut ditangkap ketika petambak sedang panen bandeng menggunakan jaring,” kata Zainuddin ketua Pokdakan Salopokko desa Waetuoe kecamatan Lanrisang, Pinrang.

Kakap putih berasal dari laut beruaya (migrasi) masuk ke perairan pantai, muara dan saluran tambak. Meski berasal dari laut namun dapat dibudidayakan di tambak air payau (campuran air laut dan air tawar) maupun di kolam air tawar. Hampir semua tambak-tambak udang dan bandeng yang ada di kabupaten Pinrang ditemui ikan kakap. Ikan kakap yang ditangkap di tambak benihnya berasal dari alam (laut) lolos masuk ke tambak bersamaan dengan air pasang. Benih itulah yang tumbuh sebagai hama bagi udang windu yang dibudidayakan.

Dikatakan Zainuddin, ikan kakap merupakan ikan predator karena dapat memangsa ikan-ikan kecil dan udang secara hidup-hidup yang ada dalam lingkungannya. Bila dikelola dengan baik polikultur kakap dengan udang windu akan sangat menguntungkan. Karena kedua komoditi ini sama-sama memiliki prospek pasar dan harga yang cukup bagus. Dari aspek teknis sudah sesuai syarat lingkungan antara udang windu dengan ikan kakap “Agar kakap tidak memangsa udang maka kita lebih awal tebar udangnya daripada benih ikan kakapnya,” kata Zainuddin.

Syarat lokasi tambak, konstruksi dan parameter kualitas air untuk budidaya kakap putih tidak menjadi masalah. Sebab selama ini kakap putih banyak ditangkap petambak saat panen bandeng. Demikian juga persiapan tambak seperti halnya yang telah dilakukan pembudidaya selama ini. Dari mulai pengeringan, pengapuran, pemupukan dasar, pemasukan air, penumbuhan makanan alami hingga tebar benih. Diharapkan, setelah dilakukan pengeringan tanah tambak dengan sinar matahari dapat membunuh bakteri pembusuk, menaikkan pH tanah, serta memudahkan dalam renovasi kolam agar tidak licin dan berlumpur. Pengapuran bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah, dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit. Selama budidaya, ikan memerlukan kondisi keasaman yang stabil yaitu pada pH 7 - 8. Untuk mengembalikan keasaman tanah pada kondisi tersebut, dilakukan pengapuran karena penimbunan dan pembusukan bahan organik selama budidaya sebelumnya menurunkan pH tanah. Pengapuran juga menyebabkan bakteri dan jamur pembawa penyakit mati karena sulit dapat hidup pada pH tersebut. Pengapuran dengan kapur tohor, dolomit atau zeolit dengan dosis 1 ton /ha atau 10 kg/100 m2 .

Pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi. Urea dan TSP diberikan dengan dicampur terlebih dahulu dan ditebarkan merata di dasar tambak. Selesai pemupukan tambak diairi sedalam 10 cm bagian pelataran dan dibiarkan 3-4 hari agar terjadi reaksi antara berbagai macam pupuk dan kapur dengan tanah. Hari ke-5 air tambak ditambah sampai menjadi sedalam 50 cm. Air media yang digunakan untuk pemeliharaan ikan kakap putih bersama udang windu harus terhindar dari polutan berupa pestisida atau bahan berbahaya lainnya. Pengisian air laut dilakukan sampai ketinggian air dari 80 – 100 cm dari dasar tambak.

Agar tidak menjadi hama bagi udang windu maka kita lebih awal tebar benur gelondongan udang windu sebanyak 20.000 ekor/ha. Sebulan kemudian dilakukan penebaran benih ikan kakap ukuran 2 cm sebanyak 1.000 ekor/ha. Memasuki umur 2 bulan udang windu mulai panen selektif size 40-60 ekor/kg. Pada saat ikan kakap umur 2 bulan sudah bisa memakan benih-benih ikan liar dari saluran masuk tambak sebagai makanan alaminya. Benih ikan liar seperti mujair paling cepat tumbuh dan berkembang biak di tambak. Benih-benih mujair inilah yang menjadi incaran kakap sebagai santapannya setiap saat. Kakap putih dapat dipanen setelah berumur 3-4 bulan dengan ukuran 200-300 gram per ekor.

Sumber:

Atjo A.S, 2018. BUDIDAYA KAKAP PUTIH POLIKULTUR UDANG WINDU DI TAMBAK. Didownload dari laman http://mfcepusluh.bpsdmkp.kkp.go.id/html/index.php?id=artikel&kode=430

No comments:

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...