DESKRIPSI TEKNOLOGI
Tujuan Dan Manfaat Penerapan Teknologi
Memproduksi ikan hias laut klown hasil budidaya sehingga tekanan terhadap populasi alam oleh penangkapan dapat ditekan.
Menerapkan teknik produksi benih ikan hias clownfish di hatchery masyarakat.
Menganekaragamkan usaha budidaya laut
Menunjang ekspor ikan hias yang bersertifikat
PENGERTIAN-DEFINISI
Teknologi pembenihan adalah hasil serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan kemudian dikompilasi sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh untuk memproduksi benih. Ikan Klown adalah ikan hias laut dengan nama umum true clownfish, di Indonesia biasa disebut ikan klown, nemo, giru dengan nama latin Amphiprion percula. Hatchery adalah tempat pemeliharaan calon induk, induk dan pemeliharaan larva hingga benih. Benih adalah larva ikan klown yang sudah bermetamorfosa menyerupai ikan dewasa dengan ukuran panjang total 1,2-3,0 cm
RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS
Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi
Tersedia fasilitas air laut, air tawar, listrik, filter pasir.
Tersedia hatchery ikan laut
Tersedia sarana transportasi yang memadai
Tersedia pakan alami (Nannochloropsis, rotifer, kopepod)
Rincian Teknologi
Pembenihan ikan klown (A. ocellaris) telah dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut sejak tahun 2005. Sedangkan pembenihan ikan klown biak (A. percula) dilakukan pada tahun 2010. Induk dipelihara dengan diberi pakan buatan, cacing Nereis, udang mysids (jembret) dan kopepoda untuk memperbaiki pemijahan induk. Induk jantan yang produktif umumnya berukuran pada kisaran panjang total 4,6 – 6,2 cm. Induk ikan betina yang memijah ukurannya berkisar pada panjang total 6,8 - 9,5 cm. Induk ikan klown yang produktif biasanya memijah 3-4 kali/bulan. Jumlah telur yang dihasilkan sangat bervariasi dari 20 butir- 1.900 butir. Berbagai pengkayaan rotifer pada pemeliharaan larva dan benih ikan klown tidak berpengaruh nyata terhadap sintasan dan pertumbuhannya. Begitu juga dengan warna benih yang dihasilkan. Awal pergantian air dengan sistem air mengalir maupun dengan membuang air lama dan diganti dengan air baru dapat dilakukan dari umur larva 5 hari. Pada pemeliharaan benih ikan klown di KJA, penambahan shelter daun kelapa, rumput laut dan kontrol dapat mempercepat perkembangan baik pola warna belang putih maupun warna hitam pada tepi sirip dorsal, pectoral, anal dan caudal daripada dengan penambahan shelter anemone. Tetapi sintasan yang dihasilkan pada perlakuan anemone memberikan sintasan yang lebih tinggi daripada perlakuan lainnya. Pemeliharaan larva dan benih dapat dilakukan di lingkungan indoor dan outdoor. Pemeliharaan larva dengan menggunakan kopepod dan rotifer sangat mendukung pertumbuhan larva dan peningkatan kualitas warna benih yang dihasilkan.
Teknik produksi massal benih ikan klown
Proses alami membuat induk jantan dan betina berpasangan dilakukan berdasarkan ukuran panjang tubuh. Ikan klown (A. ocellaris) berukuran lebih kecil dengan panjang total 4,6 - 6 cm menjadi calon pejantan, sedangkan induk yang besar dengan panjang total > 6,6 cm menjadi induk betina. Pada ikan klown biak (A. percula) induk jantannya memiliki kisaran panjang total 4,6- 6,2 cm dan induk betina berukuran panjang total 6,8-9,5 cm. Disamping panjang tubuh sebagai penentu jenis kelamin, secara morfologi jantan terlihat lebih kurus dan umumnya ikan jantan berwarna lebih cerah. Ikan betina tampak lebih gemuk. Dalam pemilihan warna induk hendaknya diperhatikan pola warna yang bagus. Dengan warna induk yang bagus diharapkan warna benih yang dihasilkanpun akan bagus. Induk dipelihara dalam akuarium 60 x 30 x 30cm3 yang dilengkapi dengan pipa air masuk dan keluar, aerasi dan tempat penempelan telur.
Beberapa teknik membuat induk berpasangan secara buatan :
1. Calon induk dipisahkan menurut ukuran lalu diaklimatisasi dengan perendaman air tawarsekitar 3 menit dan dapat pula ditambahkan obat anti bakterial erubaju 5 ppm .
2. Induk jantan dimasukkan ke dalam akuarium terlebih dahulu kemudian diikuti induk betina.
3. Selama induk berpasangan harus diamati. Jika tampak induk ikan beriringan berarti keduaikan berjodoh tetapi jika terlihat adanya saling menyerang berarti tidak berjodoh dan harus segera dipisahkan atau dicarikan calon induk betina atau jantan yang baru.
4. Sepasang induk ikan klown dapat memijah secara alami setelah 3-6 bulan masapemeliharaan dengan frekuensi 1-4 kali setiap bulannya (interval pemijahan 8-13 hari).Untuk mempercepat pemijahan dapat juga digunakan pasangan induk dari alam.
Dalam pemeliharaan induk diperlukan sistem air mengalir dengan persentasi penggantian air 200 %/hari. Pakan yang diberikan dapat berupa pakan buatan komersial atau pakan segar seperti: kopepod, udang jembret, dan cacing laut. Frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari dan penyiponan dilakukan minimal tiap minggu.
Pemijahan ikan klown dapat terjadi pada pagi, siang, sore maupun malam hari. Betina yang memijah akan menempelkan telur pada sarang berupa bidang segitiga semen, pipa pvc, maupun pada sudut akuarium dan pejantan akan mengikuti induk betina untuk kemudian segera membuahi telur. Telur kemudian dijaga oleh induk jantan dan betina dengan cara mengibaskan ekor dan sesekali membersihkan telur menggunakan mulutnya hingga telur menetas.
Masa inkubasi telur adalah 6 - 7 hari. Pemanenan dilakukan pada hari ke-enam, untuk menghindarkan kanibalisme induk terhadap larva yang baru menetas. Pasangan induk yang produktif mampu memijah hingga lebih dari 50 kali secara terus menerus dalam satu tahun. Jumlah telur yang dipijahkan berkisar antara 137 hingga 1.720 butir. Pemeliharaan Larva Setelah telur diinkubasi 6-7 hari, dilakukan pemanenan telur. Proses pemanenan telur dilakukan dengan cara melepas telur dari substratnya menggunakan pisau bedah secara perlahan. Proses pemanenan ini memerlukan ketrampilan khusus agar telur tidak rusak saat dilepas dari substratnya. Kemudian telur ditebar dalam wadah pemeliharaan larva yaitu bak polycarbonate atau fiberglass yang berbentuk bulat dengan kapasitas 200 l (diameter 64 cm dan tinggi bak 70 cm).
Ke dalam media pemeliharaan larva ditambahkan fitoplankton Nannochloropsis ± 100.000 sel/ml, rotifer 5-10 ind/ml, naupli kopepod 20 ind./l. Rotifer dan kopepod adalah pakan bagi larva ikan klown, sedangkan Nannochloropsis berfungsi menurunkan kecerahan media dan menjadi pakan bagi rotifer. Pemberian Nannochloropsis dan rotifer dilakukan mulai hari pertama menetas hingga hari ke-15. Nannochloropsis ditambahkan setiap pagi, sedangkan pemberian rotifer dapat dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari disesuaikan dengan jumlah rotifer yang tersisa pada media pemeliharaan. Kepadatan rotifer pada media pemeliharaan dipertahankan minimal 5 ind/ml. Naupli artemia diberikan mulai hari ke-7 hingga panen, sebanyak 5- 20 ind/ larva/hari, sesuai dengan tingkat konsumsi dan pertambahan umur dan ukuran larva. Pembersihan dasar bak pemeliharaan mulai dilakukan pada hari ke-5 dengan metode siphon. Pembersihan berikutnya dilakukan dalam selang 5 hari sekali. Pergantian air mulai dilakukan pada hari ke-5 sebanyak 30% dari volume media pemeliharaan. Pergantian air berikutnya dilakukan setiap pagi minimal sebanyak 50%. Pergantian air dapat dilakukan dengan cara membuang air lama terlebih dahulu baru mengganti dengan air baru, atau dengan sistem air mengalir (dengan aliran yang sekitar 20ml/menit), atau kombinasi dari keduanya.
Pemeliharaan larva dilakukan selama 15 - 20 hari.
Pemeliharaan Benih I
Pemeliharaan benih berukuran 1,2 - 2,5 cm dilakukan dengan menggunakan berbagai wadah seperti akuarium, box plastik, bak fiber, maupun bak beton dengan kepadatan 5 ekor/liter. Pakan buatan yang diberikan sebaiknya telah diberi astaxanthin untuk meningkatkan kecerahan warna ikan. Prosentase pakan buatan yang diberikan berkisar 3-5 % /berat tubuh. Frekuensi pemberian pakan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Selain itu pada pemeliharaan benih dapat pula ditambahkan pakan alami (kopepod) atau artemia dengan kepadatan 200-400 ind artemia/ekor benih ikan. Pemeliharaan benih ini dilakukan selama 1-2 bulan.
Pemeliharaan Benih II
Setelah benih berukuran 2,5cm, benih sebaiknya dipelihara di outdoor agar mendapat sinar matahari penuh. Benih dipelihara dalam jaring berukuran 1x1x1 m3. Pakan yang diberikan yaitu pakan buatan dan kopepod. Prosentase pakan buatan yang diberikan berkisar 3-5 % /berat tubuh. Frekuensi pemberian pakan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Selain itu pada pemeliharaan benih dapat pula ditambahkan pakan alami (kopepod) kepadatan 200-400 ind/ekor benih ikan. Pemeliharaan di lingkungan outdoor dilakukan sekitar 3-4 bulan. Benih yang dipelihara di lingkungan yang mendapat sinar matahari penuh memiliki warna jingga, hitam, putih yang cerah.
Kultur kopepod
Kultur kopepod dilakukan pada bak 2 ton berukuran pxlxt = 2x1x1 m3. Kepadatan kopepod awal 20-100 ind/l. Pakan yang diberikan berupa plankton Nannochloropsis dan pakan buatan.
Bak fiber 2 m diisi 3 N. oculata sebanyak 25 % dari volume bak, kemudian ditambahkan air laut yang sudah disaring sebanyak 25 % dari volume bak. Tambahkan pakan buatan 250 gram ke dalam bak, biarkan larut dalam air media selama 2 hari, kemudian masukkan bibit copepoda yang sudah dihitung.
Setelah tiga hari ditambahkan N. oculata 25 % dari volume bak bersama pakan ikan buatan sebanyak 250 gram. Biarkan selama tiga hari dan ditambahkan air laut 25 % dari volume bak dan ditambahkan pakan ikan buatan 250 gram Setelah kultur satu minggu copepoda dipanen. Kegiatan diseminasi ikan klown biak (true clownfish) baru dilakukan pada tahun 2013. Sampai saat ini induk sudah bertelur, pemeliharaan larva sedang berlangsung, pemeliharaan benih ukuran 2,5 cm dilakukan dibak reservoar (limpahan air dari bak induk)
KEUNGGULAN TEKNOLOGI
Teknologi Pembenihan Ikan Klown
Tidak memerlukan modal yang besar
Dapat dilakukan dalam skala rumah tangga
Dapat dilakukan secara individu dan bahkan dapat dilakukan oleh nelayan penangkap ikan hias
Sumber calon induk mudah didapatkan
Tingkat reproduksi yang cepat
Sintasan benih dapat mencapai 50% sehingga dapat diproduksi benih ikan hias yang tinggi untuk memenuhi permintaan pasar internasional yang cukup tinggi.
Keberhasilan teknologi
Pemijahan induk dapat dilakukan dengan manipulasi pakan (pakan buatan + supplemen, dan pakan alami (jembret, copepod, dan lain-lain).
Ikan klown mempunyai pola warna yang bervariasi.
Perbaikan kualitas warna dapat dilakukan dengan pemberian copepod dan pemeliharaan di lingkungan outdoor.
Larva dan benih dapat dipelihara pada salinitas 10-40 ppt.
Benih dapat dipelihara dengan sistem resirkulasi
Mudah diterapkan dalam sistem usaha kelautan dan perikanan
Secara ekologi keberhasilan pembenihan ikan hias ini akan berdampak positif terhadap ekosistem terumbu karang
Mendukung program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat pesisir
Tidak membutuhkan sarana yang luas dan banyak biaya
Keberhasilan perbenihan ikan ini akan meningkatkan devisa Negara melalui ekspor ikan hias
LOKASI PENELITIAN DAN WILAYAH/DAERAH REKOMENDASI
Perbenihan ikan hias laut klown ini dapat dilakukan di lokasi yang mempunyai hatchery bandeng/kerapu, atau ikan laut/payau, sehingga menghemat dalam penyediaan pakan alami (Nannochloropsis, rotifer, copepod). Lokasi yang telah diuji coba pada tahun 2013 adalah di desa Sanggalangit, Kec. Gerokgak, Buleleng-Bali dalam program disseminasi hasil penelitian. Ke depan teknologi ini dapat dikembangkan di lokasi penghasil ikan hias yang mempunyai fasilitas hatchery ikan laut untuk diversifikasi budidaya laut. Selain lokasi yang sudah berjalan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang ramah lingkungan dan tidak ada dampak negatif.
TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan hatchery dan peralatannya, seluruhnya dapat diperoleh di dalam negeri. Pakan alami yang digunakan dapat dikultur sendiri.
Sumber:
Setiawati K.M., Kusumawati D., Hutapea J.H., , Boer D.R., 2013. Teknologi pembenihan ikan hias laut ikan klown (Amphiprion percula). Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan – Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
No comments:
Post a Comment