Benih yang dihasilkan dari pemeliharaan larva perlu
dipelihara lebih lanjut karena ikan berukuran besar lebih mahal harganya.
Ukuran benih hasil pemeliharaan larva biasanya bervariasi mulai dari larva
sampai ukuran S, yaitu panjang ikan 1 – 1.5 cm. Ukuran pasar untuk ikan Neon
Tetra adalah M (panjang ikan 1.5 – 2 cm) dan L (panjang ikan 2 – 3 cm). Untuk
memperoleh benih ukuran ikan S diperlukan waktu 1.5 bulan, ukuran M diperlukan
waktu pembesaran benih selama ± 1 bulan, dan untuk ukuran L diperlukan waktu 2
– 3 bulan.
PENYIAPAN AKUARIUM
Akuarium
yang digunakan berukuran sama dengan akuarium untuk pemeliharaan larva.
Persiapan wadah dimulai dengan mencuci akuarium sampai bersih lalu dikeringkan
dengan melap seluruh dinding dan dasar bagian dalam akuarium dengan busa
kering. Selanjutnya akuarium diisi dengan air. Air yang dapat digunakan untuk
pemeliharaan ikan Neon Tetra adalah air sumur, air mata air, atau air kolam
yang disaring dengan saringan kain halus. Sebaiknya sebelum digunakan air
diendapkan terlebih dulu selama 3 – 5 hari. Pengendapan air dapat dilakukan di
dalam tandon air.
Akuarium
diisi air sampai mencapai ketinggian 25 cm atau volume air dalam akuarium
mencapai 125 liter. Apabila menggunakan air yang telah diendapkan, tambahkan
larutan methylene blue 0.2 ppm sebanyak 3.75 ml dan garam sebanyak 98.5 gram.
Apabila menggunakan air yang tidak diendapkan terlebih dulu, tambahkan 7.5 ml
larutan methylene blue dan 98.5 gram garam. Aduk agar bahan-bahan yang
dimasukkan ke dalam air melarut dan tercampur merata. Kemudian dipasang 2 titik
aerasi.
PENEBARAN BENIH
Penebaran
benih dapat dilakukan setelah wadah pemeliharaan ikan selesai dipersiapkan.
Penebaran benih ikan hias tetra biasanya dimulai dari benih berukuran S dengan
panjang ikan 1 – 1.5 cm. Jumlah benih yang ditebarkan adalah 500 ekor per
akuarium. Untuk mendapatkan ukuran benih yang seragam dilakukan penyortiran
benih dengan menggunakan serok untuk memisahkan ukuran benih yang berbeda.
Penebaran
benih ikan Neon Tetra dapat dilakukan setiap saat. Cara menebarkan benih adalah
sebagai berikut : benih ikan ditempatkan dalam wadah atau kantung plastik, lalu
wadah yang berisi ikan tersebut diapungkan dipermukaan air dalam wadah
pemeliharaan beberapa waktu sampai suhu air di kedua wadah tersebut sama. Lalu
dengan perlahan wadah benih dimiringkan agar terjadi pencampuran air dan ikan
dengan sendirinya masuk ke air dalam wadah pemeliharaan.
Selama
pemeliharaan ikan berlangsung dilakukan kegiatan pemberian pakan, pengelolaan
air dan pengendalian penyakit ikan setiap hari secara rutin. Setelah dicapai
ukuran yang diinginkan maka masa pemeliharaan berakhir dan dilakukan kegiatan
pemanenan ikan.
PEMBERIAN PAKAN
Selama
pemeliharaan, benih ikan hias tetra harus diberi pakan. Pakan yang diberikan
adalah pakan alami, yaitu kutu air dan oligochaeta. Pakan alami tersebut
disediakan dengan cara mengkultur sendiri atau membeli. Keduanya umumnya diberikan
dalam keadaan hidup.
Frekuensi
pemberian pakan adalah 3 (tiga) kali sehari, yaitu pagi pukul 8.00, siang pukul
13.00, dan sore hari pukul 18.00. Kutu air diberikan pada pagi dan sore hari,
masing-masing pemberian sebanyak 170 ml dengan kepadatan 220 ekor kutu air per
ml atau setara dengan ± 38.000 ekor kutu air untuk 500 ekor ikan hias dalam
akuarium pemeliharaan. Oligochaeta diberikan pada siang hari secukupnya,
biasanya berkisar antara 3 – 5 sendok makan.
Pakan
alami diberikan dengan cara menebarkan pakan secara merata ke seluruh media
pemeliharaan ikan. Pakan alami yang diberikan adalah pakan yang telah dicuci
terlebih dulu dengan air, agar bersih dari kotoran maupun lumpur. Kutu air dan
oligochaeta dibersihkan dengan cara menempatkan masing-masing pakan tersebut
pada wadah terpisah yang berisi air bersih, kemudian disaring dan dibilas
dengan air bersih.
Kutu air
yang telah dibersihkan disimpan sebagian untuk pemberian sore hari. Oligochaeta
yang telah dibersihkan dapat digunakan untuk 3 (tiga) hari kemudian.
PENGELOLAAN AIR
Selama
pemeliharaan ikan hias tetra di dalam akuarium, air media pemeliharaan harus
dikelola agar kualitasnya tetap baik untuk kehidupan ikan. Air media
pemeliharaan akan kotor dengan adanya aktivitas ikan dan pemberian pakan. Hal
ini dapat dilihat dengan semakin keruhnya air dan terdapat kotoran yang
mengendap di dasar akuarium.
Air yang
kotor dapat menimbulkan masalah seperti peningkatan kandungan racun yang
berbahaya bagi ikan. Kotoran berupa feses ikan dan sisa pakan yang mati akan
mengurai dalam air dan menghasilkan racun.
Kotoran
dalam air media pemeliharaan dapat dikurangi jumlahnya dengan cara penyiponan
dan pergantian sebagian air. Penyiponan feses ikan dan sisa pakan dapat
dilakukan dengan menggunakan selang. Ujung selang yang satu di tempatkan dalam akuarium
dan yang satunya lagi ditaruh di lantai. Dengan bantuan gaya tarik bumi, air
akan tersedot ke bawah. Ujung selang dalam akuarium dapat diarahkan ke kotoran
yang akan dibuang.
Kegiatan
penyiponan dapat mengurangi jumlah air dalam akuarium, sehingga perlu
ditambahkan air baru dari tandon sejumlah air yang berkurang. Biasanya
pergantian air dilakukan sebanyak 30% dan 50 % dari volume air dalam akuarium
dan dilakukan secara bergantian setiap hari. Penambahan air baru ini akan
mengencerkan konsentrasi kotoran yang tidak terbuang saat penyiponan, sehingga
kualitas air layak untuk kehidupan ikan.
Setiap
dilakukan pergantian air sebanyak 50% harus diikuti dengan penambahan garam ke
dalam akuarium sebanyak 98.5 gram. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya
penyakit pada ikan.
Penambahan air baru ke dalam akuarium dapat
menimbulkan stres pada ikan. Oleh karena itu cara menambahkan air harus sedikit
demi sedikit dan tidak menimbulkan gejolak air. Pemasangan aerasi juga
merupakan satu cara untuk menjaga kualitas air. Aerasi yang cukup dapat
mengurangi kandungan racun yang berbentuk gas.
PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT
Di dalam
pemeliharaannya, ikan hias tetra sering diserang oleh penyakit bintik putih
(white spot) dan penyakit buluk (velvet disease). Penyakit bintik putih
menyerang kulit, sisik dan sirip ikan dengan tandatanda adanya bintik-bintik
putih pada organ yang diserang. Penyakit buluk juga menyerang organ yang sama
dengan mengakibatkan warna ikan menjadi kurang cerah. Ikan yang terserang
penyakit memperlihatkan gerakan yang berbeda dari biasanya dan kurang berminat
terhadap pakan yang diberikan.
Selama
pemeliharaan ikan perlu dilakukan pengecekan kesehatan ikan setiap pagi hari.
Hal ini bertujuan agar penyakit dapat segera diketahui dan dicegah
penyebarannya. Langkah-langkah yang dilakukan adalah mengamati bagian ekor ikan
apakah terdapat bintik-bintik putih, lalu mengamati warna tubuh ikan apakah
berubah menjadi suram, mengamati gerakan renang ikan dan melihat respons ikan
terhadap
pakan.
Untuk
mengobati ikan hias tetra yang sakit akibat serangan penyakit bintik putih
digunakan blitz ich sebanyak 6 (enam) tetes ke dalam air pemeliharaan,
sedangkan untuk pencegahannya digunakan obat yang sama sebanyak 4 (empat) tetes.
Untuk mengobati ikan yang terserang penyakit buluk digunakan garam sebanyak
98.5 gram dan 1.25 gram pura.
Sebelum
pengobatan dilakukan, air media pemeliharaan ikan dikurangi 50% baru
ditambahkan obat-obatan tersebut di atas. Selama pengobatan, yaitu 3 (tiga)
hari lamanya, ikan dipuasakan. Apabila diperlukan pengobatan yang lebih lama
waktunya, ikan diberi pakan sedikit saja.
SUMBER:
Hadiroseyani Y., 2003. Modul Pemeliharaan Larva sampai Ukuran Pasar
Ikan Neon Tetra. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
No comments:
Post a Comment