Friday, 10 August 2018

Penyakit Yang Sering Menyerang Ikan Lele

Penyakit pada ikan lele cukup beragam dan memerlukan penanganan yang berbeda-beda tergantung jenis penyakitnya. Untuk mengetahui jenis penyakit apa yang menimpa ikan lele peliharaan kita, bisa dilihat dari gejala-gejala luar ikan lele. Meski lele termasuk ikan yang tahan hidup dalam air yang berkualitas buruk, tetapi sanitasi air memegang peranan penting dalam menunjang kesehatan lele.

Penyakit pada ikan lele biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat parasit yang hidup pada tubuh ikan lele, mikroorganisme ini biasanya berupa virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil. Beberapa penyebab penyakit pada ikan lele antara lain:

1. Penyakit karena Bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla

Bentuk bakteri ini seperti batang dengan cambuk yang terletak di ujung batang, dan cambuk ini digunakan untuk bergerak. Ukurannya 0,7-0,8 x 1-1,5 mikron. Biasanya diakibatkan karena kondisi kualitas air yang buruk.

Gejala: munculnya borok (ulcer), dropsy/ kembung, iritasi sirip, sisik menguak. Lele bernafas megap-megap di permukaan air.

Pencegahan: lingkungan harus tetap bersih, termasuk kualitas air harus baik.

Pengobatan: melalui makanan antara lain pakan dicampur Oxytetracycline (OTC) dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut atau dengan Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3-4 hari.

2. Penyakit tuberculosis yang disebabkan bakteri Mycobacterium fortoitum

Gejalanya: tubuh ikan berwarna gelap,mata melotot, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring. Apabila menginfeksi kulit,timbul bercak-bercak merah dan menjadi luka,sirip dan ekor geripis.

Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan

Pengobatan: dengan Terramycin atau OTC dicampur dengan makanan 5-7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5-15 hari.

3. Penyakit karena Jamur/Saprolegnia. Penyebab: jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah.

Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.

Pengobatan: Perendaman dengan larutan PK (1 gram/100 liter) selama 90 menit atau Garam dapur 1.000 ppm selama 15-30 menit) atau Methylene blue 3-5ppm selama 24 jam.

4. Penyakit bintik putih dan gatal (Trichodiniasis)

Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.

Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya (meningkatkan frekuensi pergantian air), menjaga stamina dan meningkatkan ketahanan tubuh ikan melalui imunostimulan (misal vitamin C)

Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi dengan garam dapur 300 ppm atau Kalium Permanganat (PK) 4 ppm selama 12 jam.

5. Penyakit Cacing Kulit (Gyrodactiliosis)

Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip.

Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.

Pengendalian: (1) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (2) menyelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 0,01% selama ±30 menit; (3) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit;

6. Penyakit Columnaris (Luka Kulit, Sirip dan Insang)

Penyebab: Infeksi bakteri Flexbacter columnaris ini umumnya berkaitan dengan kondisi stress akibat fluktuasi suhu yang ekstrim dan kualitas air yang buruk.

Gejala: luka disekitar mulut,kepala,badan atau sirip. Luka berwarna putih kecoklatan kemudian berkembang menjadi borok. Apabila menginfeksi sirip maka sering dicirikan dengan rontok sirip.

Pengendalian: Manajemen kesehatan ikan terpadu (inang,lingkungan dan pathogen), Pemberian OTC 50-75 mg/kg ikan/hari melalui pakan

Sumber:

Mujiyono, 2017. Penyakit pada Ikan Lele. Didownload dari laman http://mfcepusluh.bpsdmkp.kkp.go.id/html/index.php?id=artikel&kode=425

Wednesday, 8 August 2018

Cara Menebar Benih Lele Tanpa Stres

Penebaran benih adalah salah satu faktor yang menjadi kunci keberhasilan dalam usaha ternak dan budidaya lele. Kita semua tahu bahwa lele yang ditebarkan secara tidak benar akan mudah stres, sehingga lebih mudah terserang penyakit dan akhirnya mati.

Oleh karena itu, selain memperhatikan kualitas air kolam, kita juga harus memperhatikan secara betul proses penebaran benih lele kita, agar lele yang kita tebar memiliki kondisi tubuh yang fit, yang pada akhirnya meningkatkan tingkat keberlangsungan hidup lele kita (survival rate) dan memaksimalkan keuntungan kita dalam usaha ternak dan budidaya lele ini.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses penebaran benih lele adalah kualitas air kolam, ketinggian air kolam, proses adaptasi benih lele dengan kolam baru, dan waktu yang sesuai untuk menebarkan benih lele. Di bawah ini kami memberikan daftar yang mencakup keseluruhan faktor tersebut untuk proses pembenihan lele yang benar dan minim kematian.

1. Kedalaman Air Kolam 30 – 40 cm.

Kedalaman yang terlalu rendah akan mengakibatkan populasi ikan per meter persegi overcrowded, selain itu, lele merupakan ikan yang tidak terlalu cocok dengan panas sinar matahari langsung, oleh karena itu kedalaman air kolam yang terlalu rendah tidak memberikan ikan lele tempat ‘bersembunyi’ yang cukup dari sinar matahari.

2. Air Kolam Memiliki Pakan Alami (Plankton)

Sebelum dimasukkan, air kolam yang baik berwarna hijau muda jernih (bukan hijau muda pekat). Jika anda menggunakan kolam terpal, anda bisa memunculkan plankton sebagai pakan alami lele dengan cara menambahkan sedikit lumpur sawah dan kotoran kambing dalam air kolam sebelum memasukkan benih. Setelah didiamkan dua hari, air kolam akan menjadi berwarna agak kehijauan (tidak jernih sekali). Hal tersebut merupakan ciri kolam yang telah berisi plankton yang dapat digunakan oleh benih lele sebagai sumber pakannya.

3. Mengadaptasi Benih Lele dengan Kolam Baru

Benih lele yang baru saja dibeli dan ditransportasikan tidak boleh langsung ditebar begitu saja ke dalam kolam. Mereka telah menempuh perjalanan jauh yang berguncang-guncang, benih lele ada dalam keadaan stres dan kolam milik kita tentu saja memiliki suhu dan pH yang berbeda dengan kolam tempat kita membeli lele.

Meski lele pada usia benih tergolong kuat dibanding pada usia lainnya, ada baiknya jika kita mengadaptasikan terlebih dahulu benih lele tersebut. Cara mengadaptasikannya adalah sebagai berikut:

Apungkan ember/jerigen/drum/plastik tempat kita mewadahi bibit lele yang kita beli di atas kolam yang akan kita tebarkan. Hal ini dilakukan untuk membuat lele terbiasa dengan suhu kolam kita. Apungkan selama kira-kira 10 – 15 menit.

Buka tutup wadah secara perlahan-lahan dan biarkan air kolam masuk sedikit demi sedikit. Miringkan wadah lele secara perlahan-lahan agar air di dalam wadah bertukar dengan air kolam, dan biarkan benih lele keluar dengan sendirinya.

Jangan pernah melakukan proses penebaran secara langsung dan jangan pernah menebar benih lele pada siang hari. Penebaran hanya boleh dilakukan pada pagi dan sore hari, karena pada siang hari suhu air kolam terlalu panas sehingga dapat mengakibatkan benih lele stres ketika ditebarkan.

4. Penambahan Antibiotik Sebelum Penebaran

Ini merupakan cara tambahan (opsional) yang dapat anda lakukan sebelum anda menebarkan bibit lele anda. Yakni dengan cara merendam bibit atau benih lele dalam larutan antibiotik selama 15 menit. Larutan antibiotik tersebut dapat berupa OTC, tetrasiklin, dan supertetra sebanyak 1 sendok teh/10 liter air. Guna dari antibiotik ini adalah untuk mengantisipasi penyakit yang melekat pada kulit lele, dan memastikan bakteri tidak masuk pada luka di kulit lele yang mungkin terjadi akibat gesekan antar lele. Biasanya penjual bibit lele sudah menambahkan antibiotik ini pada benih lele yang anda beli.

Kami harap Artikel di atas dapat membantu anda untuk meminimalkan tingkat kematian pada benih lele anda yang diakibatkan oleh penyakit dan stres. Semoga usaha budidaya lele yang anda lakukan sukses besar dan menghasilkan ikan lele yang berkualitas.

Sumber:

http://mfcepusluh.bpsdmkp.kkp.go.id/html/index.php?id=artikel&kode=429

Tuesday, 7 August 2018

Dedak Fermentasi Pacu Pertumbuhan Bandeng di Tambak

Tidak sedikit petambak bandeng tradisional di Pinrang mengeluh soal lambatnya pertumbuhan ikan di tambak. Padahal di dalam tambak cukup tersedia makanan alami seperti klekap, lumut dan tumbuhan air lainnya. Namun bandeng tetap saja kerdil tidak mau cepat gemuk karena gairah makannya berkurang.

Seperti diketahui, pertumbuhan bandeng di tambak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selain kualitas nener, pertumbuhan bandeng juga dapat dipengaruhi oleh daya dukung tambak, iklim dan cuaca.

Untuk menyisiati lambatnya pertumbuhan bandeng tersebut maka petambak melakukan berbagai perlakukan dengan cara mencoba-coba berdasarkan informasi pengalaman dari petambak yang sukses maupun informasi dari penyuluh perikanan. Seperti halnya Zainuddin, salah seorang petambak bandeng di Lanrisang, Pinrang sudah beberapa siklus sukses panen bandeng ukuran size 2-3 ekor/kg hanya dalam waktu budidaya 4 bulan dengan tebar 3.000 ekor nener gelondongan. Padahal petambak lainnya dengan jumlah tebar yang sama bisa panen ukuran size yang sama dalam waktu budidaya 6-7 bulan.

Ternyata, Zainuddin menggunakan dedak padi. Sekarang bukan rahasia lagi, kesuksesan Zainuddin budidaya bandeng sudah menyebar ke petambak lainnya. Dedak yang diberikan pada bandeng lebih dahulu dibusukkan melalui proses fermentasi. Dedak yang difermentasi memeiliki banyak manfaat. Selain menstabilkan populasi plankton di tambak juga menambah nutrisi dalam air sehingga dapat memacu nafsu makan bandeng.

Untuk membuat dedak fermentasi tidaklah sulit. Pertama-tama siapkan bahannya berupa dedak padi, ragi roti, molase (tetes tebu) dan air bersih. Sedangkan peralatan yang diperlukan cukup sederhana yaitu ember, waskom atau jerigen plastik ukuran volume 20-30 liter.

Langkah kerjanya adalah pertama memasukkan dedak halus sebanyak 5 kilogram ke dalam waskom pastik. Kemudian masukkan air tawar bersih 20 liter sambil aduk perlahan, tambahkan molase sebanyak 1,5 liter. Selanjutnya tambahkan ragi roti sebanyak 20 gram sambil aduk merata. Setelah tercampur rata selanjutnya dimasukkan ke dalam jerigen lalu ditutup rapat. Biarkan selama 2 hari proses fermentasi selesai ditandai dengan bau khas tape.

Selanjutnya hasil fermentasi itu ditebar merata ke tambak sebelum ditebari nener maupun setelah ada bandeng. Waktu aplikasi sebaiknya pada saat mata hari cerah atau panas agar cepat bereaksi. Kegiatan penebaran fermentasi dedak dilakukan setiap 4 hari sekali sampai plankton tambak tumbuh subur. Plankton subur ditandai dengan warna air coklat kehijauan dengan tingkat kecerahan sekitar 25 cm. Usahakan populasi plankton tidak sampai terlalu padat sebab akan menyebabkan ikan kekurangan oksigen terutama pada malam menjelang pagi.

Sumber:

Adjo A.S., 2018. Dedak Fermentasi Pacu Pertumbuhan Bandeng di Tambak. Didownload dari laman http://mfcepusluh.bpsdmkp.kkp.go.id/html/index.php?id=artikel&kode=431

Friday, 3 August 2018

BUDIDAYA IKAN NILA

Budidaya ikan nila tidaklah sulit. Ikan nila masih satu kerabat dengan ikan mujair. Kedua ikan ini mempunyai kemiripan sifat. Mudah berkembang biak dan mempunyai kemampuan adaptasi yang baik. Di alam bebas, ikan nila banyak ditemukan di perairan air tawar seperti sungai, danau, waduk dan rawa. Suhu optimal bagi pertumbuhan ikan nila berkisar 25-30oC dengan pH air 7-8. Ikan nila termasuk hewan pemakan segala atau omnivora. Makanan alaminya plankton, plankton, tumbuhan air dan berbagai hewan air lainnya. Pakan buatan untuk budidaya ikan nila sebaiknya berkadar protein sekitar 25%. Biaya pakan untuk budidaya ikan nila relatif lebih murah. Tidak seperti budidaya ikan mas atau ikan lele yang membutuhkan pakan dengan kadar protein tinggi, sekitar 30-45%. Untuk memulai budidaya ikan nila ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan, yakni pemilihan benih, persiapan kolam, pemberian pakan, hingga penanganan penyakit. Memilih benih ikan nila Pemilihan benih merupakan faktor penting yang menentukan tingkat keberhasilan budidaya ikan nila. Untuk hasil maksimal sebaiknya gunakan benih ikan berjenis kelamin jantan. Karena pertumbuhan ikan nila jantan 40% lebih cepat dari pada ikan nila betina. Budidaya ikan nila secara monosex (berkelamin semua) lebih produktif dibanding campuran. Karena ikan nila mempunyai sifat gampang memijah (melakukan perkawinan). Sehingga bila budidaya dilakukan secara campuran, energi ikan akan habis untuk memijah dan pertumbuhan bobot ikan sedikit terhambat. Saat ini banyak yang menyediakan bibit ikan nila monosex. Bila sulit mendapatkannya, bibit ikan nila monosex bisa dibuat sendiri. Caranya bisa dilihat dalam artikel budidaya pembenihan ikan nila. Persiapan kolam budidaya Budidaya ikan nila bisa menggunakan berbagai jenis kolam, mulai dari kolam tanah, kolam semen, kolam terpal, jaring terapung hingga tambak air payau. Dari sekian jenis kolam tersebut, kolam tanah paling banyak digunakan karena cara membuatnya cukup mudah dan biaya konstruksinya murah. Silahkan lihat cara membuat kolam tanah. Keunggulan lain kolam tanah adalah bisa menjadi tempat tumbuh berbagai tumbuhan dan hewan yang bermanfaat sebagai pakan alami bagi ikan. Sehingga bisa mengurangi biaya pembelian pakan buatan atau pelet. Untuk memulai budidaya ikan nila di kolam tanah, perlu langkah-langkah persiapan pengolahan tanah. Mulai dari penjemuran, pembajakan tanah, pengapuran, pemupukan hingga pengairan. Berikut langkah-langkahnya: Langkah pertama adalah pengeringan dasar kolam. Kolam dikeringkan dengan cara dijemur. Penjemuran biasanya berlangsung selama 3-7 hari, tergantung kondisi cuaca. Sebagai patokan, penjemuran sudah cukup bila permukaan tanah terlihat retak-retak, namun tidak sampai membatu. Bila diinjak masih meninggalkan jejak kaki sedalam 1-2 cm. Selanjutnya, permukaan tanah dibajak atau dicangkul sedalam kurang lebih 10 cm. Sampah, kerikil dan kotoran lainnya dibersihkan dari dasar kolam. Bersihkan juga lumpur hitam yang berbau busuk, biasanya berasal dari sisa pakan yang tidak habis. Kolam yang telah dipakai biasanya memiliki tingkat keasaman tinggi (pH rendah), kurang dari 6. Padahal kondisi pH optimal untuk budidaya ikan nila ada pada kisaran 7-8. Untuk menetralkannya lakukan pengapuran dengan dolomit atau kapur pertanian. Dosis pengapuran disesuaikan dengan keasaman tanah. Untuk pH tanah 6 sebanyak 500 kg/ha, untuk pH tanah 5-6 sebanyak 500-1500 kg/ha, untuk pH tanah 4-5 sebanyak 1-3 ton/ha. Kapur diaduk secara merata. Usahakan agar kapur bisa masuk ke dalam permukaan tanah sedalam 10 cm. Kemudian diamkan selama 2-3 hari. Setelah itu lakukan pemupukan. Gunakan pupuk organik sebagai pupuk dasar. Jenisnya bisa pupuk kompos atau pupuk kandang. Pemberian pupuk organik berguna untuk mengembalikan kesuburan tanah. Dosisnya sebanyak 1-2 ton per hektar. Pupuk ditebar merata di dasar kolam. Biarkan selama 1-2 minggu. Setelah itu, bila dipandang perlu bisa ditambahkan pupuk kimia berupa urea 50-70 kg/ha dan TSP 25-30 kg/ha, diamkan 1-2 hari. Tujuan pemupukan untuk memberikan nutrisi bagi hewan dan tumbuhan renik yang ada di lingkungan kolam. Sehingga hewan atau tumbuhan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pakan alami ikan. Langkah selanjutnya, kolam digenangi dengan air. Pengairan dilakukan secara bertahap. Pertama, alirkan air ke dalam kolam sedalam 10-20 cm. Diamkan selama 3-5 hari. Biarkan sinar matahari menembus dasar kolam dengan sempurna, untuk memberikan kesempatan pada ganggag atau organisme air lainnya tumbuh. Setelah itu isi kolam hingga ketinggian air mencapai 60-75 cm. Cara pengolahan kolam tanah secara lebih mendetail bisa dilihat di persiapan kolam tanah untuk budidaya ikan. Penebaran benih ikan nila Kolam yang telah terisi air sedalam 60-75 cm siap untuk ditebari benih ikan nila. Padat tebar kolam tanah untuk budidaya ikan nila sebanyak 15-30 ekor/m2. Dengan asumsi, ukuran benih sebesar 10-20 gram/ekor dan akan dipanen dengan ukuran 300 gram/ekor. Sebelum benih ditebar, hendaknya melewati tahap adaptasi terlebih dahulu. Gunanya agar benih ikan terbiasa dengan kondisi kolam, sehingga resiko kematian benih bisa ditekan. Caranya, masukkan wadah yang berisi benih ikan nila ke dalam air kolam. Biarkan selama beberapa jam. Kemudian miringkan atau buka wadah tersebut. Biarkan ikan keluar dan lepas dengan sendirinya. Pemeliharaan budidaya ikan nila

Setelah semua persiapan selesai dilakukan dan benih sudah ditebarkan ke dalam kolam, langkah selanjutnya adalah merawat ikan hingga usia panen. Tiga hal yang paling penting dalam pemeliharaan budidaya ikan nila adalah pengelolaan air, pemberian pakan dan pengendalian hama penyakit.

a. Pengelolaan air

Agar pertumbuhan budidaya ikan nila maksimal, pantau kualitas air kolam. Parameter penentu kualitas air adalah kandungan oksigen dan pH air. Bisa juga dilakukan pemantauan kadar CO2, NH3 dan H2S bila memungkinkan.

Bila kandungan oksigen dalam kolam menurun, perderas sirkulasi air dengan memperbesar aliran debit air. Bila kolam sudah banyak mengandung NH3 dan H2S yang ditandai dengan bau busuk, segera lakukan penggantian air. Caranya dengan mengeluarkan air kotor sebesar ⅓ nya, kemudian menambahkan air baru. Dalam keadaan normal,pada kolam seluas 100 m2 atur debit air sebesar 1 liter/detik.

b. Pemberian pakan

Pengelolaan pakan sangat penting dalam budidaya ikan nila. Biaya pakan merupakan komponen biaya paling besar dalam budidaya ikan nila. Berikan pakan berupa pelet dengan kadar protein 20-30%.

Ikan nila membutuhkan pakan sebanyak 3% dari bobot tubuhnya setiap hari. Pemberian pakan bisa dilakukan pada pagi dan sore hari. Setiap dua minggu sekali, ambil sampel ikan nila secara acak kemudian timbang bobotnya. Lalu sesuaikan jumlah pakan yang harus diberikan.

Perhitungan dosis pakan budidaya ikan nila:

Dalam satu kolam terdapat 1500 ekor ikan nila berukuran 10-20 gram/ekor. Rata-rata bobot ikan → (10+20)/2 = 15 gram/ekor. Perhitungan pakannya → 15 x 1500 x 3% = 675 gram = 6,75 kg per hari Cek bobot ikan setiap dua minggu untuk menyesuaikan jumlah pakan.

c. Pengendalian hama dan penyakit

Seperti telah disebutkan sebelumnya, ikan nila merupakan ikan yang tahan banting. Pada situasi normal, penyakit ikan nila tidak banyak mengkhawatirkan. Namun bila budidaya ikan nila sudah dilakukan secara intensif dan massal, resiko serangan penyakit harus diwaspadai.

Penyebaran penyakit ikan sangat cepat, khususnya untuk jenis penyakit infeksi yang menular. Media penularan biasanya melewati air. Jadi bisa menjangkau satu atau lebih kawasan kolam. Untuk penjelasan lebih jauh silahkan baca hama dan penyakit ikan nila.

Pemanenan ikan nila

Waktu yang diperlukan untuk budidaya ikan nila mulai dari penebaran benih hingga panen mengacu pada kebutuhan pasar. Ukuran ikan nila untuk pasar domestik berkisar 300-500 gram/ekor. Untuk memelihara ikan nila dari ukuran 10-20 gram hingga menjadi 300-500 gram dibutuhkan waktu sekitar 4-6 bulan.

SUMBER:

Alamtani. 2017. Panduan Lengkap Budidaya Ikan Nila. Didownload dari laman https://alamtani.com/budidaya-ikan-nila/

ANALISIS EFEKTIVITAS PERCONTOHAN PENYULUHAN PERIKANAN: PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA IKAN BAWAL AIR TAWAR DENGAN MEDIA KOLAM TERPAL BUNDAR PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (POKDAKAN) JUARA BERSAMA

RINGKASAN EKSEKUTIF Percontohan penyuluhan perikanan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan menguji efektivitas penerapan teknologi budida...