Wednesday, 31 October 2018

Teknologi Pakan Formulasi untuk Peningkatan Kualitas Warna Ikan Koi Strain Kohaku

TUJUAN DAN MANFAAT PENERAPAN TEKNOLOGI

Teknologi pakan formulasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas warna ikan Koi strain Kohaku. Manfaat yang dihasilkan adalah teknologi ini dapat diadopsi oleh pembudidaya ikan koi dan pengusaha pakan skala kecil dan menengah sehingga terjadi peningkatan kualitas warna ikan Koi strain Kohaku yang berdampak pada meningkatnya produksi ikan Koi strain Kahaku Grade I dan II hingga lebih dari 70%. Kegunaan teknologi ini adalah mudah dan aplikatif, biaya produksi rendah, digunakan hanya sekitar 1 bulan sebelum ukuran jual, selisih harga produksi ikan yang dipanen pada ukuran 4-5 inchi lebih tinggi hingga Rp. 1.500,- per ekor.

PERSYARATAN TEKNIS PENERAPAN TEKNOLOGI

 Teknologi diaplikasikan pada ikan Koi strain Kohaku berbagai ukuran siap jual;

 Wadah yang digunakan dapat berupa akuarium secara indoor ataupun kolam (beton, atau tanah) secara outdoor;

 Bahan baku pakan dapat menggunakan bahan baku lokal dengan formulasi kandungan nutrisi dan karotenoid yang telah ditentukan - Formulasi utama adalah tepung wortel dan astaksantin sintetis dengan dosis sesuai formulasi.

URAIAN SECARA LENGKAP DAN DETAIL SOP

Formulasi Pakan

Pengujian terhadap pakan dilakukan pada strain ikan Koi Kohaku, dengan perlakuan pakan AWKoi (pakan Koi strain Kohaku) yang berbeda. Dalam aplikasi dapat digunakan benih ikan Koi strain Kohaku dengan ukuran 9-13 cm, dipelihara dalam kolam beton secara langsung ataupun hapa pada kolam tanah dengan padat tebar 20 ekor per m3. Pakan diberikan 3 kali sehari (pagi, siang, sore), sebanyak 5% dari bobot biomasa. Pakan AWKoi dibuat dalam bentuk pellet tenggelam berdasarkan formulasi berikut ini :

Tabel 1. Formulasi pakan ikan Koi (AWKoi) strain Kohaku.

Pemilihan Bahan Baku Pakan

Bahan baku yang digunakan dalam formulasi pakan AWKoi dapat disesuaikan dengan ketersediaan dimana tempat teknologi ini akan diterapkan dengan melakukan analisis proksimat terlebih dahulu. Tepung ikan impor penggunaanya bisa digantikan sebagian dengan menggunakan tepung ikan lokal dengan kandungan protein minimal 60%, kecernaan pepsin (0,02%) lebih dari 90% dan TVBN < 120 ppm. Tepung wortel sebagai sumber karotenoid dapat disubtitusi dengan sumber karotenoid alami lainnya seperti tepung alga, karapas krustase, CGM dan tepung bunga marigold.

Proses Pembuatan Pakan

Pakan AWKoi dalam formulasi yang telah direncanakan dapat dibuat dengan proses yang sangat sederhana menggunakan alat pembuat pakan manual, semi mesin atau mesin dengan berbagai kapasitas produksi sesuai kebutuhan. Pada gambar 11 terdapat beberapa contoh alat pembuat pakan yang umumnya tersedia di tingkat pembudidaya.

Dalam proses pembuatan pakan menjadi pellet, pencampuran dan komposisi bahan baku pakan sangat menentukan keberhasilan dan tekstur pakan yang akan dihasilkan, Penimbangan jumlah bahan baku yang tepat sesuai dengan formulasi akan menentukan efektivitas penggunaan pakan pada ikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Dalam hal ini pakan AWKoi adalah pakan yang ditujukan bagi peningkatan kualitas warna ikan hias koi serta pertumbuhan yang optimal. Penimbangan bahan baku pakan harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kuantitas produksi pakan yang ingin dihasilkan.

Setelah penimbangan, proses dilanjutkan dengan pencampuran bahan baku pakan menjadi suatu adonan pakan yang homogen sebelum dilakukan tahapan pencetakan pakan (pelleting). Pencampuran pakan terlebih dahulu dimulai dari pencampuran bahan berbentuk tepung dari yang jumlahnya lebih sedikit dicampurkan dengan yang lebih banyak dan seterusnya. Jumlah bahan baku pakan yang sedikit dicampurkan dengan bahan baku tepung yang jumlahnya lebih banyak diaduk merata hingga homogen. Setelah bahan baku pakan berbentuk tepung tercampur rata dan homogen selanjutnya ditambahkan dengan bahan baku pakan yang berbentuk minyak (oil). Bila pencampuran tersebut masih buyar atau tidak kalis maka dapat ditambahkan dengan air sedikit demi sedikit. Adonan yang telah tercampur rata, homogen dan kalis, selanjutnya diproses menjadi pellet dalam alat penggiling atau pencetak pellet. Ukuran pellet yang diinginkan menjadi dasar dalam menyiapkan dan menggunakan ukuran lubang keluarnya pellet (pellet hole). Ukuran pellet hole ini menyesuaikan kebutuhan atau ukuran ikan yang akan diberikan pakan. Bila menggunakan mesin pencetak pellet yang sederhana, pellet yang keluar dari pellet hole sebaiknya dijejerkan atau ditempatkan dalam wadah yang lebar seperti tampah (Gambar 13). Pellet ini kemudan disebar dan diatur posisinya agar tidak menumpuk sehingga pellet tidak menempel satu sama lain. Pellet yang tersebar rata juga akan mempercepat proses pengeringan dan memudahkan proses selanjutnya.

Proses selanjutnya adalah pengeringan pellet atau pakan. Pengeringan dapat dilakukan dalam oven pada suhu 60⁰C untuk mempercepat proses, menggunakan spray dryer atau alat pengering semprot (Gambar 14) atau pengeringan manual menggunakan cahaya matahari atau diangin-anginkan.

WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN, PENGKAJIAN, PENGEMBANGAN, PENERAPANDAN WILAYAH/DAERAH YANG DIREKOMENDASIKAN

Kegiatan penelitian formulasi pakan untuk meningkatkan kualitas warna ikan Koi telah dilakukan dalam skala laboratorium pada tahun 2012 dan mendapatkan hasil yang signifikan dalam pertumbuhan, sintasan dan kualitas warna untuk ikan Koi strain Kohaku. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan penerapan teknologi formulasi pakan ikan Koi strain Kohaku tersebut pada sentra produksi di Blitar pada tahun 2013 dengan beberapa lokasi budidaya milik masyarakat pembudidaya ikan Koi. Hasil yang baik dan menggembirakan juga didapatkan di sentra produksi ini.

KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF Dari hasil kegiatan yang dilaksanakan dalam skala laboratorium hingga skala lapang di sentra produksi, tidak ditemukan dampak negatif yang dihasilkan. KELAYAKAN FINANSIAL DAN ANALISA USAHA

Pakan ini merupakan pakan formulasi yang lebih baik dibandingkan pakan komersial Koi yang telah ada dimana pertumbuhan sama baiknya namun kualitas warna yang dihasilkan jauh lebih baik. Selisih harga pakan Balai (Pakan AWKoi) dengan pakan Koi komersial sebesar Rp. 33.000,/kg (Tabel

1). Pakan AWKoi sangat adatif dan kompetitif di tingkat pembudidaya hingga penggemar ikan hias Koi. Pakan ini juga memiliki nilai ekonomis jika dibandingkan dengan pakan ikan konsumsi sebagaimana analisis usaha di bawah ini. Pada Benih Ukuran 12-15 cm di Kelompok Pembudidaya Koi Mina Brawijaya

 Ukuran Benih Awal 25 g

 Konsumsi Pakan 5% per hari (1,6 g/ekor/hari)

 Masa Pemeliharaan 1 Bulan

 Total Konsumsi Pakan = 48 gram/ekor (1,6 g x 300 hari)

 Biaya Pakan Per ekor ikan :

- Pakan Ikan Konsumsi Rp. 10.000 x 48 g/1.000g = Rp. 480,- /ekor = Rp. 480.000,- /1.000 ekor

- Pakan Koi Komersial =Rp. 50.000 x 48 g/1.000g = Rp. 2400,- /ekor = Rp. 2.400.000,- /1.000 ekor

- Pakan Balai (AWkoi) = Rp. 17.000 x 48 g/1.000g = Rp. 816,- /ekor = Rp. 816.000,- /1.000 ekor

 Harga jual ikan pada saat panen - Pakan Ikan konsumsi

 Grade I dan II = 27% x Rp. 8.500,- x 1.000 ekor = Rp. 2.295.000,-  Grade III dan IV = 73% x Rp. 6.500,- x 1.000 ekor = Rp. 4.745.000,-

 Total Rp. 7.040.000,- o Pakan Balai (AWkoi)  Grade I dan II = 73% x Rp. 8.500,- x 1.000 ekor = Rp.6.205.000,-

 Grade III dan IV = 27% x Rp. 6.500,- x 1.000 ekor = Rp. 1.755.000,- • Total Rp. 7.960.000,-

 Keuntungan Menggunakan Pakan Balai

- Selisih Harga Jual – Selisih Harga Pakan

- (Rp. 7.960.000 - Rp. 7.040.000) – (Rp. 816.000 - Rp. 480.000) = Rp. 584.000,- /1.000 ekor

Pada Benih Ukuran 40 cm di Kelompok Pembudidaya Beringin Koi Club Pokdakan Beringin Koi Club melakukan pemeliharaan ikan pada kolam tanah, dengan populasi 300 ekor yang telah terseleksi pola warnanya. Pada saat akan dipanen ikan didiberi harga penawaran sebesar Rp. 80.000,- /ekor (Rp. 24.000.000,-).Dengan menambah masa pemeliharaan selama 20 hari, menggunakan pakan AWkoi harga penawaran meningkat menjadi Rp. 100.000,/ekor (Rp. 30.000.000,-) . Penambahan

biaya pakan selama kurun waktu tersebut adalah Rp. 1.700.000,- (100 kg pakan AWkoi). Hal ini mengindikasikan bahwa selisih kenaikan harga dibandingkan dengan biaya pakan yang dikeluarkan adalah Rp. 4.300.000,- . Hasil ini merupakan nilai profit yang sangat signifikan.

SUMBER: Subarmia I. W., Meilisza N., Sukarman, Subandiyah S., Hirnawati R., dan Murniasih S., 2014. Teknologi Pakan Formulasi Untuk Peningkatan Kualitas Warna Ikan Koi Strain Kohaku. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2014. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan – Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Tuesday, 30 October 2018

BUDIDAYA CACING SUTERA

1. BIOLOGI CACING SUTRA

Cacing sutra (Tubifex sp) merupakan salah satu pakan alami yang paling banyak digunakan bagi kegiatan budidaya ikan khususnya pembenihan. Cacing sutra dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama Cacing rambut atau Cacing darah karena ukurannya yang sangat kecil seukuran rambut dan warnanya kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm. Cacing sutra ini bisa diperoleh dari hasil tangkapan di alam (perairan umum) atau mengkultur sendiri (budidaya). Cacing sutra merupakan salah satu alternatif pakan alami yang dapat dipilih untuk ikan fase larva hingga benih ataupun untuk ikan hias.

2. KLASIFIKASI CACING SUTRA

Phylum : Annelida

Class : Oligochaeta

Ordo : Haplotaxida

Famili : Tubificidae

Genus : Tubifex

Spesies : Tubifex sp

Cacing sutra (Tubifex sp) tidak memiliki insang dan bentuk tubuh kecil dan tipis. Cacing sutra membuat tabung pada lumpur di dasar perairan, di mana bagian akhir posterior tubuhnya menonjol keluar dari tabung bergerak bolak-balik sambil melambai-lambai secara aktif di dalam air, sehingga terjadi sirkulasi air dan Cacing sutra akan memperoleh oksigen melalui permukaan tubuhnya. Getaran pada bagian posterior tubuh dari Cacing sutra dapat membantu fungsi pernafasan. Cacing sutra tergolong hewan hermaprodit yang berkembang biak melalui telur dengan pembuahan secara eksternal. telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah jadi dua sebelum saat menetas.

3. SYARAT HIDUP CACING SUTRA

Cacing sutra dikenal juga sebagai Cacing rambut ini dapat hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman antara 0 – 4 cm. Pada prinsipnya hidupnya sama dengan hewan air lainnya yaitu ketergantungan dengan air. Air memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting untuk hidup dan dalam tumbuh kembangnya. Kualitas air yang cocok untuk budidaya Cacing sutra adalah:

 pH antara 5. 5 – 8. 0

 Suhu antara: 25 – 28o c

 DO (oksigen terlarut ) : 2, 5 – 7, 0 ppm

 Jumlah debit air secukupnya dan tidak terlalu besar mengingat Cacing ini sangat kecil.

4. PEMILIHAN LOKASI

 Lokasi yang cocok untuk budidaya Cacing sutra harus mendapatkan cahaya matahari yang cukup

 Kondisi air untuk budidaya harus mengandung lumpur dan kaya akan bahan organic

5. PERSIAPAN BIBIT

 Bibit Cacing sutra yang akan tebar, terlebih dahulu dikarantina selama 2-3 hari dengan cara dialiri air bersih dengan debit yang kecil sehingga bibit Cacing memiliki kandungan oksigen yang cukup dan kesehatan Cacing sutra akan terpelihara, jauh dari bakteri patogen yang sangat membahayakan bagi ikan yang memakannya

 Ciri morfologi Cacing sutra cecara mikroskopik adalah tubuhnya berwarna merah kecoklatan karena banyak mengandung haemoglobin. Pada setiap segmen di bagian punggung dan perut akan keluar seta dan ujungnya bercabang dua tanpa rambut. Bentuk tubuh agak panjang dan silindris, mempunyai dinding yang tebal terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya

6. WADAH DAN MEDIA KULTUR TUBIFEX

A. Kolam tanah

Media kultur Cacing Tubifex dengan wadah kolam tanah adalah berupa lumpur selokan setebal 5 cm yang dicampur rata dengan kotoran hewan (ayam, Kambing, burung dll) sebanyak 100 - 250 g/m2 atau dedak sebanyak 200-250 g/m2. Rendam media tersebut selama 3-4 hari. Kotoran hewan yang akan dipakai sebagai media harus dibersihkan dari bahan-bahan lain dan dijemur di bawah terik matahari selama 1 hari atau dalam kondisi kering. Setelah di rendam selama 3-4 hari, aliri media dengan air secara kontiniu dengan debit yang kecil

B. Bak semen

Wadah kultur dengan bak semen dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengisi dasar bak dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggap banyak mengandung bahan organik hingga ketebalan mencapai 10 cm. selanjutnya masukkan kotoran hewan kering sebanyak tiga karung atau sesuaikan dengan luas wadah, kemudian sebar secara merata dan selanjutnya diaduk dengan lumpur. Setelah dianggap rata kemudian genangi bak semen tersebut dengan air dengan kedalaman maksimum 5 cm atau sesuaikan dengan panjang pipa pembuangan. Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di bak semen yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar kandungan gas hilang.

C. Media Tray / Nampan Plastik

Media dengan mengunakan nampan plastik dilakukan dengan sistim rak. Saluran masuknya air cukup ditaruh pada nampan paling atas. Kemudian beri lubang pada samping nampan tepat ditengah. Sehingga nampan paling atas jika sudah terisi setengah kelebihan air akan mengalir pada nampan dibawahnya. Dan untuk bagian paling bawah . Sebelum diisi air, beri nampan campuran lumpur sawah dan pasir. Untuk menambah nutrisi, beri lumpur yang telah dicampur dengan kotoran hewan dan ampas tahu yang sudah difermentasi dengan EM4. Diamkan dahulu 5 hari. Kemudian air dimasukkan setinggi 5 cm,

D. Rak Terpal Bersusun

Media budidaya yang digunakan pada metode rak terpal bersusun adalah dengan melakukan proses fermentasi campuran tanah, pasir, dan kotoran hewan dengan bahan EM-4. Setelah media terfermentasi dengan baik, kemudian dilakukan pemindahan media kedalam wadah rak terpal bersusun. Selanjutnya wadah tersebut digenangi air setebal 5 cm dari permukaan media. Kemudian dibiarkan sampai media tidak berbau.

7. PEMUPUKAN

Pemupukan perlu dilakukan sebagai Asupan makanan untuk pertumbuhan Cacing sutra. Pemupukan dilakukan dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/m2 sebagai sumber makanan Cacing sutra. Cacing sutra sangat menyukai bahan organik sebagai bahan makanannya. Pemupukan ulang dengan menambahkan kotoran ayam sebanyak 9 % dari volume awal dapat dilakukan setiap minggu.

8. PENANAMAN BIBIT

Setelah media dalam setiap wadah kultur Cacing sutra direndam selama 5-7 hari atau sampai media kultur tidak berbau. Dilakukan penebaran Bibit yang telah dibersihkan. Bibit Cacing ditebar 1 liter/m2 kedalam lubang-lubang kecil dalam media kultur dengan jarak antara lubang sekitar 10-15 cm. Cacing sutra ini ditebarkan secara merata. Selama proses budidaya wadahpemeliharaan dialiri air dengan debit 2-5 Liter/detik (arus lamban).

9. PEMELIHARAAN

- Selama pemeliharaan, air dialirkan kedalam media secara terus menerus dengan debit air yang cukup untuk menjamin ketersediaan oksigen dalam media

- Makanannya adalah bahan organik yang bercampur dengan lumpur atau sedimen di dasar perairan

- Selama pemeliharaan Cacing diberi pakan sebanyak 100% dari bobot biomassa dengan frekuensi 3 hari sekali

- Bahan pakan yang diberikan berupa ampas tahu atau campuran (ampas tahu + molase+ probiotik)

10. PEMANENAN

- Panen bisa dilakukan setiap dua minggu sekali selama beberapa minggu secara berturut-turut selama budidaya berlangsung.

- Pemanenan Cacing sutra dilakukan dengan menggunakan serok dengan bahan yang halus/lembut

- Cacing sutra yang baru panen masih bercampur dengan media budidaya, dimasukkan kedalam ember atau bak yang diisi air kira –kira 1 cm diatas media budidaya. Kemudian ember ditutup hingga bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama enam jam hingga Cacing sutra naik ke permukaan media budidaya.

- Cacing rambut yang sudah menggerombol diatas media kemudian diambil dengan tangan, kemudian dipindahkan ke wadah bersih yang telah dipasang aerasi

SUMBER:

Direktorat Pakan, 2016. Budidaya Cacing Sutra (Tubifex sp). Direktorat Pakan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan Dan Perikanan, Jakarta

Monday, 29 October 2018

NUTRISI PAKAN IKAN

Fungsi makanan bagi ikan adalah sebagai sumber energi yang diperlukan dalam proses fisiologis ditubuh ikan. Oleh karena itu makanan harus mengandung zat-zat pengahasil energi yaitu protein, lemak, karbohidrat selain itu juga makanan harus mengandung vitamin, mineral, serat dan air. Zat-zat makanan yang terkandung didalam makanan tersebut disebut zat gizi atau nutrien.

A. Protein

Protein merupakan unsur yang paling penting dalam penyusunan formulasi pakan karena usaha budidaya mengharapkan pertumbuhan ikan yang cepat. Dalam hal ini mempunyai fungsi bagi tubuh ikan yaitu :

1. Sebagai zat pembangun yang membentuk jaringan baru untuk pertumbuhan, menganti jaringan yang rusak maupun untuk reproduksi.

2. Sebagai zat pengatur yang berperan untuk pembentukkan enzim dan hormon penjaga dan pengatur berbagai proses metabolisme didalam tubuh.

3. sebagai zat pembakar karena unsur karbon yang terkandung didalamnya dapat difungsikan sebagai sumber energi pada saat kebutuhan energi tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Molekul protein tesusun dari sejumlah asam amino sebagai bahan dasar. Mutu protein sangat ditentukan oleh komposisi asam amino penyususunnya komposisi ini akan berbeda antara satu bahan dengan bahan lainnya. Kebutuhan protein sangat bervariasi tergantung pada umur, stadia ikan. Ikan pada stadia yang muda membutuhkan tingkat protein yang tinggi untuk mendukung pertumbuhannya daripada ikan yang dewasa. Pakan formula untuk larva, benih umumnya mengandung 5 – 10% protein lebih tinggi dibandingkan pada pakan formula untuk ikan-ikan yang lebih besar.

B. Lemak

Dalam kimia pakan istilah lemak disebut juga fat, lipid, oil. Lemak berfungsi sebagai sumber energi dan membantu penyerapan mineral-mineral tertentu (terutama kalsium) serta vitamin yang mudah larut dalam leman (vitamin A, D, E, K). Dalam kaitannnya dengan pakan buatan pengunaan lemak berpengaruh pada tekstur dan rasa pakan yang dibuat. Lemak tergolong mudah teroksidasi sehingga penggunaanya dalam pembuatan pakan jumlahnya dibatasi. Jika kandungan lemak yang digunakan terlalu tinggi akan tidak efiseien. Sebab ikan yang mengkonsumsi lemak terlalu tinggi cenderung makan dalam jumlah sedikit.

C. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat sumber energi dan pada umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan yang pembentukkannya melalui proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Fungis karbohidar dalam pakan berfungsi sebagai sumber energi yang murah dan juga sebagai perekat. Dalam formulasi pakan karbohidrat termasuk kelompok yang sering disebut NFE (Nitogen Free Extract) atau dalam bahasa Indonesia BETN (Bahan Extract Tanpa Nitrogen). Kemampuan ikan untuk memanfaakan karbohidrat sangat tergantung pada jenis ikan. Pada ikan karnivora kadar karbohidrat lebih dari 12% dalam pakannya akan menyebabkan penimbunan glikogen dalam hatinya yang dapat menyebabkan kematian. Tetapi ikan pemakan segala (omnivora) dapat hidup baik dengan kadar karbohidratnya lebih dari 50%. Serat termasuk keluarga karbohidrat yang sukar dicerna. Serat biasanya digolongkan sebagai bahan bukan sumber energi namun penambahan serat dapat memperbaiki proses asimilasi zat-zat makanan, memantapkan bentuk pakan yang berguna membentuk gumpalan ampas makanan menjadi feses (kotoran) yang mudah dikeluarkan dari saluran makanan. Pengunaan serat kasar pada makanan ikan tidak lebih dari 8% karena jika terlalu banyak akan menganggu proses pencernaan dan penyerapan sari makanan.

D. Vitamin

Vitamin adalah senyawa komplek yang dibutuhkan dalam berbagai proses. Walaupun tidak merupakan sumber tenaga tetapi dibutuhkan sebagai sumber katalisator terjadinya proses metabolisme didalam tubuh. Secara umum vitamin dibedakan menjadi dua macam yaitu vitamin yan larut dalam lemak (Vitamin A, D, E, K) dan vitamin yangt larut dalam air (Vitamin B dan C). Kekurangan vitamin dapat menyebabkan terjadinya gejala umum seperti napsu makan turun, warna ikan abnormal, ikan kelihatan gelisah, keseimbangan ikan hilang, pembentukan lendir terganggu, ikan mudah terserang penyakit atau bakteri, ikan mudah kena luka bakar karena sinar matahari.

E. Mineral

Mineral dalam makanan ikan mempunyai peranan penting karena ikan tida dapat memproduksi mineral sendiri. Zat-zat mineral dalam tubuh ikan banyak memiliki fungsi antara lain : membentuk bagian dari kerangka, gigi, kulit dan hemoglobin. Mempertahankan sistem celloid (tekanan osmose, vicosity, difusi) dan sebagai buffer untuk mempertahankan keasaman pada lenel tertentu.

F. Air

Kadar air merupakan pengencer nutrien dalam bahan pakan. Kadar air dalam bahan pakan sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme dan pembentukan cairan tubuh. Ikan-ikan air tawar menyerap air melalui selaput permeabel pada ingsang dan alat tubuh lainnya, sedangkan ikan laut menelan air melalui mulut.

Sumber:

Riva’i A. 2012. Aspek Nutrisi Makanan Ikan. Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Friday, 26 October 2018

CARA MAKAN IKAN

A. Ikan Pengerogot (Grazer)

Ikan yang mengambil makanan dengan cara memunguti sedikit demi sedikit secara berkelompok ataupun satu persatu. Contohnya ikan nilem , ikan mujair, ikan sepat siam ikan-ikan ini biasanya memunguti jasad-jasad yang menempel disela-sela dedaunan tanaman air.

B. Ikan Pemangsa (predator)

Ikan-ikan buas biasanya digolongkan pada ikan-ikan pemangsa, Mangsa dari ikan-ikan predator biasanya adalah hewan-hewan makroskopik yang sampir sama dengan mukaan mulutnya, selain itu juga terdapat gigi yang tajam didalam mulutnya untuk menahan dan memegang mangsanya. Contohnya ikan cakalang, ikan tuna, ikan layur dll.

C. Ikan Penyaring (strainer)

Ikan yang mengambil makanan dengan cara menyeser dengan mulutnya terbuka sambil tetap bergerak maju. Biasanya ikan-ikan pemakan plankton, dengan membuka mulutnya sambil berenang plankton akan tersaring masuk kedalam rongga mulutnya, ketika mulutnya dikatupkan air akan keluar lewat celah ingsangnya sedangkan plankton akan tertinggal dicelah tulang ingsangnya. Contoh ikan penyaring ikan kembung.

D. Ikan Pengisap (sucker)

Ikan yang mengambil makanan dengan cara mengisap lumpuratau pasir didasar perairan makanannya terdiri dari jenis organisme penghuni dasar (bentos), detritu, bakteri dan cendawan. Contoh ikan pengisp yaitu ikan mas.

E. Ikan Parasit

ikan yang mengambil makanannya dengan cara mengisap makanan dengan jalan mengisap sari makanan dari tubuh ikan atau hewan lain dalam keadaan segar/ikan masih hidup. Kebanyakan terdapat pada ikan-ikan dilaut.

Sumber:

Riva’i A. 2012. Aspek Nutrisi Makanan Ikan. Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Thursday, 25 October 2018

KEBIASAAN MAKAN IKAN

Pengetahuan mengenai jenis-jenis makanan ikan sangat penting karena dengan pengetahuan ini dapat dibuat makanan yang sesuai dengan sifat alami ikan bersangkutan. Pemahamana pengetahuan feeding habits ini memiliki arti penting untuk memberikan makanan yang cocok dan disukai ikan sehingga makanan tersebut dapat termakan.

A. Makanan Nabati

Makanan nabati adalah makanan yang berupa bahan tumbuh-tumbuhan berukuran besar yang mudah dilihat secara kasat mata. Ikan yang makanannya berupa bahan-bahan nabati ini disebut ikan herbivora atau ikan vegetaris.

Beberapa contoh makanan nabato antara lain adalah ganggang benang atau alga filamen. Beberapa contoh jenis-jenis ikan herbivor antara lain ikan tawesx, nilem, jelawat, sepat siam, bandeng, gurami dan baronang.

Ikan herbivora pada umumnya mudah menerima makanan tambahan maupun makanan buatan. Beberapa makanan tambahan yang diberikan misalnya dedak halus, bungkil kelapa, bungkil kacang dan sisa-sisa sayuran. Pemebrian makanan buatan sebaiknya dicampur dengan bahan hijauan seperti tepung daun turi, tepung daun lamtoro, tepung daun singkong dll.

B. Makanan Hewani

Makanan hewani adalah makanan yang berasal dari bagianp-bagian hewan makroskopik atau makanan yang berdaging. Ikan-ikan yang makan bahan hewani disebut ikan karnivora atau ikan pemakan daging. Daging yang diberikan dapat berupa bangkai maupun hewan hidup yang berukuran kecil. Beberapa contoh ikan karnivora yaitu ikan gabus, ikan betutu, ikan sidat, ikan arwana, ikan kakap putih, ikan kerapu dll. Ikan-ikan karnivora pada umumny agak sulit menerima makanan tambahn terutama pakan buatan. Jenis ikan ini pada umumnya menyukai makanan berupa cincangan atau gilingan daging ikan atau hewan-hewan lain yang masih segar. Apabila diberikan makan buatan ikan ini memerlukan latihan yang lama dan komposisinya harus banyak mengandung bahan hewani dan aroma cukup merangsang (aroma dagingnya).

C. Makanan campuran

Makanan campuran adalah makanan hewani dan nabati, jenis makanan ini dapat dimakan selagi masih hidup seperti, gangang, lumut, serangga cacing dan juga dalam bentuk mati seperti limbah industri pertania, bangkai dll. Ikan yang suka menyantap makanan campuran ini disebut ikan omnivora. Beberapa contoh ikan omnivora yaitu ikan mas, mujair, lele dll. Ikan omnivora lebih mudah menerima makanan tambahan maupun makanan buatan sewaktu masih larva, benih maupun dewasa.

D. Plankton

Plankton adalah organisme hidup yang melayang-layang didalam perairan, gerakannnya pasif dan hanya mengikuti arah arus perairan. Secara bioloogis plankton terdir dari 2 jenis plankton nabati (phytoplankton ) contohnya chlorella, tetraselmis, skeletonema, sprirulina dan plankton hewani (zooplankton) contohnya branchianus, moina, daphnia, artemia, cyclops. Beberapa contoh ikan pemakan plankton yaitu ikan tambakan, iana layang. Ikan pemakan plankton baik dari larva sampai dewasa dapat meneraima makanan tambahan maupun buatan.

E. Detritus

Detritus adalah kumpulan bahan organik yang telah hancur dan terdapat didalam perairan. Jika didarathancuran bahan organik berasal dari tumbuhan atau hewan seperti alga, cendawan, kotoran hewan atau manusia limbah industri, limbah pertanian. Ikan pemakan detritus dapat menerima makanan tambahan dan buatan dalam bentuk hancuran sehingga sifat fisiknya mirip dengan detritus, hal ini disebabkan ikan detritus suka mengambil makana yang mengendap didasar perairan.

Sumber:

Riva’i A. 2012. Aspek Nutrisi Makanan Ikan. Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...