Pengangkutan ikan merupakan salah satu kegiatan pasca
panen yang sangat berpengaruh terhadap kualitas ikan yang sampai ke konsumen.
Ikan bandeng yang sudah tidak segar lagi kurang disenangi konsumen dan
akibatnya harga menjadi lebih murah.
Ikan bandeng diangkut dalam keadaan mati segar. Agar kesegaran ikan terjaga cukup lama maka
perlu penanganan yang baik sejak ikan itu ditangkap hingga sampai ke tangan
konsumen. Pada dasarnya ikan membusuk
disebabkan adanya proses autolysis dan bakteri.
Autolysis adalah penguraian jaringan tubuh disebabkan oleh enzym yang
secara alami ada di dalam tubuh yang dalam keadaan ikan hidup enzym ini
berperan dalam pencernaan makanan. Demikian pula bakteri yang ada dalam insang,
usus dan otot mengeluarkan enzim yang beraksi pada daging ikan.
Penanganan
itu mencakup persiapan, pengemasan dan pelaksanaan pengangkutan. Persiapan
dilakukan segera setelah ikan bandeng ditangkap. Ikan-ikan disimpan dalam keranjang
(bambu/rotan) atau digelar di atas lantai tembok. Setelah itu diupayakan segera mati, jangan
dibiarkan ikan menggelepar-gelepar terlalu lama karena akan mempersingkat
kesegaran ikan. Tumpukan ikan yang cukup
tinggi di dalam keranjang bisa mempercepat ikan mati. Setelah ikan terkumpul cukup banyak, kemudian
dilakukan pembersihan dengan
menyemprotkan air bersih ke atas tumpukan ikan bandeng tersebut, hingga kotoran
hanyut. Bakteri yang terdapat pada
lumpur yang melekat pada tubuh ikan jika dibiarkan akan mempercepat proses
pembusukan tubuh ikan.
Ikan yang
sudah bersih dipersiapkan untuk proses pengemasan. Pada proses ini pertama-tama ikan dimasukkan
ke dalam wadah angkut yang berupa keranjang, drum atau tong plastik. Selanjutnya suhu di dalam wadah angkut
diupayakan sedingin mungkin, agar kerja enzim di dalam tubuh ikan dan bakteri
yang berperan dalam pembusukan terhambat.
Caranya adalah dengan memasukkan butiran es atau es curah kedalam wadah
angkut. Es ini ditempatkan diantara
lapisan-lapisan ikan. Berapa banyak es yang diperlukan? Yang paling baik satu kg es untuk satu kg
ikan (perbandingan 1:1).
Makin kecil perbandingan es
dengan ikan makin tinggi suhu
pegangkutan dan makin cepat es meleleh, seperi terlihat pada tabel di bawah ini
:
Perbandingan es dengan ikan
|
Temperatur di dalam wadah (oC)
|
Waktu untuk Es meleleh
seluruhnya (jam)
|
1: 1
|
0 hingga 1,1
|
17
|
1:4
|
2,2 hingga 4,4
|
6
|
1:6
|
6,6 hingga 7,7
|
5
|
Proses
pengemasan berakhir setelah wadah angkut ditutup rapat. Kegiatan selanjutnya adalah pengangkutan. Pada
pengangkutan perlu diperhatikan:
1.
Kesiapan
alat angkut. Hindarkan penggunaan
kendaraan yang berisiko mengalami gangguan di perjalanan. Penundaan masa pengangkutan yang disebabkan
kendaraan mogok akan berakibat kepada penurunan kualitas ikan
2.
Pengangkutan
dilakukan ketika suhu rendah, biasanya sore hingga malam hari
3.
Waktu
tempuh harus benar-benar diperhitungkan agar ikan bisa sampai di tempat
pemasaran pada saat yang tepat, yakni subuh atau paling lambat pagi hari.
Segera setelah ikan sampai ditujuan, ikan dibongkar dari wadah pengangkutan untuk dijajakan ke konsumen atau disimpan
dulu di dalam wadah penyimpanan baru dengan menempatkan ikan diantara
lapisan-lapisan es yang baru atau disimpan dalam wadah yang dilengkapi dengan
pendingin ruangan (freezer).
SUMBER:
Alipuddin M., 2003.
Modul Pemanenan dan Pengangkutan Ikan Bandeng. Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
REFERENSI:
Ahmad, T dkk. 1998. Budidaya Bandeng Secara
Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.
Balai Budidaya Air Payau, Jepara. 1984.
Pedoman Budidaya Tambak.
Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. Jepara.
Brackiswater Aquaculture Development and Training
Project. 1980. Fisheries Extension
Officers Training Manual. FAO-UNDP-BFAR Rep. Philippines. Quezon City.
Soeseno,S. 1987. Budidaya ikan dan udang dalam
tambak. PT Gramedia. Jakarta.