Thursday, 26 September 2013

BUDIDAYA IKAN KERAPU MACAN

Ikan kerapu merupakan ikan bernilai ekonomis tinggi dan permintaan kerapu hidup untuk konsumsi semakin meningkat. Selama ini kebutuhan akan ikan kerapu ukuran konsumsi diperoleh dari penangkapan di alam, yaitu di perairan karang. 
            Dalam budidaya, keberhasilan di bidang produksi sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain penyediaan benih, kualitas air, pengelolaan dan sebagainya. Penyakit merupakan salah satu kendala utama dalam keberhasilan produksi yang sangat merugikan. Timbulnya penyakit adalah suatu proses yang dinamis dan merupakan interaksi antara inang (host), jasad penyakit (patogen) dan lingkungan. Lingkungan terutama sifat fisik, kimia dan biologi perairan akan sangat mempengaruhi keseimbangan ikan sebagai inang dan organisme penyebab penyakit. Lingkungan yang baik akan meningkatkan daya tahan ikan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah stress dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan patogen.
            Tingkat keberhasilan usaha budidaya ikan selain ditentukan oleh pemberian pakan yang tepat juga sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan tempat hidupnya. Dinamika kondisinya sangat mudah terpengaruh oleh bahan kimia terlarut, iklim mikro dan perlakuan yang dilakukan. Oleh karena itu kita harus memahami kualitas air dan interaksinya.
KLASIFIKASI
             Klasifikasi Ikan kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus) digolongkan pada :
Class                            : Chondrichthyes
Sub class                      : Ellasmobranchii
Ordo                            : Percomorphi
Divisi                           : Perciformes
Famili                          : Serranidae
Genus                          : Epinephelus
Species                        : Epinepheus sp

MORFOLOGI
            Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillarry lebar diluar                           mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior. 

HABITAT  DAN KEBIASAAN MAKAN
            benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam                           dengan dasar terdiri dari pasar berlumpur. Ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan cara makannya "mencaplok" satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan
sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai kenis krustaceae (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak).

CARA BERKEMBANG BIAK
            Di dalam tangki percobaan ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang                           bersama-sama dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00. jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari berat  tubuh betina, contoh betina berat 8 kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir. Telur yang telah dibuahi bersifat "non adhesive" yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 -0,85 mm. Telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi benih yang aktif berenang. Benih inilah yang umum tertangkap oleh nelayan. Kelimpahan  benih ikan kerapu ini sepanjang tahun tidak sama. Kelimpahan yang paling tinggi disekitar Teluk Banten terjadi pada bulan Februari sampai April.

            Ikan kerapu yang telah berhasil dibenihkan diantaranya adalah ikan kerapu tikus, kerapu macan, kerapu lumpur dan kerapu malabar.  Sedangkan kerapu alis/Napoleon dan kerapu sunu masih dalam penelitian.   Dalam teknik pembenihan untuk ikan kerapu tikus, macan, malabar dan lumpur pada prinsipnya sama.

TEKNIK PEMBENIHAN
Pemijahan induk
            Keberhasilan pemijahan induk ikan kerapu merupakan kunci awal dari seluruh mata rantai kegiatan produksi benih ikan kerapu.  Dengan pengelolaan induk yang baik akan dihasilkan produksi telur dengan mutu yang baik sehingga pada akhirnya akan diharapkan produksi benih ikan kerapu dengan sintasan yang tinggi.
a.    Pengelolaan induk
            Induk ikan kerapu berasal dari hasil penangkapan di alam. Induk dipelihara dalam bak beton berbentuk bulat  (Æ 10 meter dan kedalaman 3 meter). Bak pemeliharaan induk juga sekaligus merupakan bak pemijahan. Sirkulasi air dalam bak pemeliharaan induk dilakukan terus menerus sebanyak 200 - 300 % setiap harinya dengan menggunakan pompa elektromotor 20 PK (Æ pipa 8”) kemudian dilengkapi pipa distribusi ke dalam bak induk dengan Æ 4”. Dalam bak diberi aerasi sebanyak 20 titik dengan jarak titik satu dengan yang lainnya kurang lebih 2 meter. Untuk menjaga kualitas air dalam bak induk tetap prima dilakukan dengan mengatur pembuangan air atas dan air bawah. Siang hari dilakukan pembuangan air bawah dan malam hari dilakukan pembuangan air atas. Selama masa pemeliharaan induk, dilakukan pemberian pakan berupa ikan segar dengan kandungan lemak rendah. Jenis-jenis ikan yang biasa diberikan pada induk ikan kerapu  adalah ikan layang, ikan selar, ikan teri, ikan belanak dan cumi-cumi. Dosis pemberian pakan adalah 3-5 % dari total berat induk Pemberian pakan dilakukan pagi hari antara jam 07.00 – 08.00 I setiap harinya. Induk juga diberikan tambahan vitamin E @ tocopherol (Nature E) dengan dosis 100 IU per kg induk per minggu yang bertujuan untuk memacu perkembangan gonade ikan. Sedangkan untuk menambah daya tahan induk terhadap serangan penyakit diberikan vitamin C dengan dosis 50 mg/kg induk setiap  2 minggu sekali. Induk juga diberikan vitamin B-Compleks dengan dosis 50 mg/kg induk per 2 minggu sekali dengan tujuan untuk menambah nafsu makan ikan.
b.   Pemijahan induk  
Metoda pemijahan ikan kerapu pada dasarnya dapat dilakukan dengan manipulasi hormonal (aplikasi hormon steroid) dan manipulasi lingkungan.  Pemijahan alami dengan manipulasi lingkungan. Setiap pagi, setelah induk kerapu diberi makan, air dalam bak pemijahan diturunkan sampai kedalaman ± 50 cm diatas sirip punggung. Kondisi ini dibiarkan selama 5-7 jam dan air masuk (inlet) tetap dibiarkan mengalir. Perlakuan ini dapat menaikkan suhu air + 1-3o C. Kemudian pada sore hari mulai jam 15.00, dilakukan penambahan air laut segar sampai mencapai ketinggian optimal (3 meter) dan dilakukan sirkulasi sepanjang malam hari. Perlakuan ini dilakukan secara terus menerus sampai terlihat tanda-tanda birahi. Ciri-ciri induk ikan kerapu betina yang siap memijah adalah perut gendut dan lubang genital kemerahan. Sedangkan untuk induk jantan yang matang gonade mempunyai ciri-ciri kulit lebih terang, agresif (selalu mengejar betina) dan lubang genital kemerahan. Pemijahan ikan kerapu terjadi pada bulan gelap (bulan lunar) yaitu antara tanggal 20 – 10 bulan lunar dan terjadi pada malam hari antara jam 20.00 – 02.00
c.   Panen telur
            Telur ikan kerapu  hasil pemijahan yang baik mempunyai ciri-ciri berbentuk bulat, Æ 700-800 mikron, melayang di permukaan air dan transparan. Sedangkan telur yang jelek atau tidak berkembang selnya dengan sempurna mempunyai kenampakan keruh dan setelah beberapa saat ditampung akan mengendap. Setiap kali terjadi pemijahan induk, telur ditampung dalam bak penampungan telur yang dilengkapi jaring hapa (egg collector). Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari antara jam 06.00 – 07.00. Telur hasil panenan ditampung dalam akuarium dan dilakukan seleksi dan penghitungan jumlah telur dengan metoda volumetri. Setelah 18 – 25 jam dari saat pembuahan, pada suhu 27 – 28o C  telur ikan kerapu akan menetas.

Pemeliharaan larva
            Kegiatan pemeliharaan larva dimulai dari persiapan bak, penebaran dan penetasan telur, perkembangan larva,  pakan dan pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, penanggulangan penyakit dan panen benih.
a.    Persiapan bak
-       Bak pemeliharaan larva berbentuk segi empat dengan volume 12,5 ton (5 x 2 x 1,25 meter).
-       Sebelum diisi bak dibersihkan dengan kaporit (100-150 ppm), dibilas dengan air tawar dan sabun serta kemudian dikeringkan.
-       Aerasi yang digunakan untuk mensuplai oksigen dipasang dengan jarak antar titik sekitar 50 cm.
-       bak diisi dengan air laut. Air laut disaring melalui filter pasir. Salinitas air laut berkisar 30 – 32 ppt. Pengisian dilakukan sehari sebelum penebaran telur serta diberi aerasi kuat selama 24 jam. Hal ini dimaksudkan untuk mempertinggi kadar oksigen terlarut yang berguna untuk penetasan telur.

b.   Penebaran telur
-       Setelah  persiapan bak selesai, telur ditebar dengan kepadatan telur yang ditebar antara 10-20 butir/lite.   Penebaran telur dilakukan setelah perkembangan embrio mencapai stadia neurola akhir, karena  dari hasil pengamatan pada stadia ini perkembangan embrio sampai menetas memerlukan waktu relatif lama. Telur yang ditebarkan sebelum stadia neurola sering terjadi kerusakan karena perkembangan stadia sebelumnya (blastula dan gastrula) sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan dan perkembangan embrio pada stadia tersebut berjalan relatif cepat.
-       Telur menetas antara 18-20 jam setelah pemijahan pada suhu 27-19 o C.
-       Larva ikan kerapu baru menetas disebut sebagai D-0.  Untuk menjaga kualitas air, cangkang-cangkang telur dan telur yang tidak menetas segera disiphon.
c.   Perkembangan larva
-       Pada saat awal penetasan, aerasi dikecilkan. Hal ini dimaksudkan agar larva kerapu yang baru menetas tidak teraduk oleh arus yang ditimbulkan aerasi.
-       Pada saat menetas (D-0) sampai D-2, larva kerapu belum memanfaatkan pakan dari luar karena masih memiliki cadangan pakan berupa kuning telur.
-       larva mulai membutuhkan pakan dari luar yaitu rotifera (Brachionus plicatilis).
-       Pada umur D-8, bakal sirip punggung dan sirip perut mulai tampak berupa tonjolan. Pada D-10 tonjolan tersebut sudah terlihat panjang dan berbentuk spina. Pertambahan panjang spina berlangsung sampai D-30 s/d D-35 dan selanjutnya akan berubah bentuk menjadi duri keras pertama pada sirip punggung dan sirip perut.
-       Pada D-40, larva ikan kerapu sudah mulai menjadi ikan muda, hal ini ditandai dengan timbulnya pigmentasi warna putih transparan sampai coklat muda (krem) seperti ikan dewasa.
d.   Pakan dan pemberian pakan
-       Pakan yang dipersiapkan untuk larva ikan kerapu terdiri dari pakan alami dan pakan buatan.  Pakan alami yang dipersiapkan melalui kultur massal secara terpisah seperti Chlorella Sp. ; rotifera (Brachionus plicatilis);  Artemia dan jambret (Mysidaceae).
-       Sedangkan pakan buatan diberikan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi larva jika pakan alami tidak mencukupi. 
e.   Pengelolaan kualitas air
-       Dilakukan penyiponan dasar bak bila terlihat dasar bak kotor, larva juga diberikan Chlorella Sp. dengan kepadatan 250-300 ribu sel/ml. Pemberian Chlorella Sp. ini terus dilakukan sampai larva berumr D-30.
-       Pergantian air juga dilakukan sesuai dengan umur larva. Pada D-5 sampai D-9 pergantian air 5 % per hari. Pada   D-10 sampai D-19 pergantian air 10-15 % per hari. D-20 sampai D-30 pergantian air 20-30 % per hari dan mulai    D-30 pergantian air dilakukan 50 % per hari.    
-       Pemanenan dapat dilakukan setelah larva berumur 50 - 90 hari atau telah mencapai ukuran panjang 4-5 cm (2”).          

TEKNIK PEMBESARAN IKAN KERAPU
            Kegiatan budidaya ikan kerapu yang sudah mulai berkembang adalah pembesaran dalam karamba jaring apung (KJA) di laut. Meskipun begitu, tidak tertutup kemungkinan untuk budidaya ikan kerapu di bak terkontrol secara intensif maupun di kolam air laut (tambak).
Pembesaran di KJA
a.    Pemilihan lokasi
            faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan kegiatan budidaya ikan kerapu di KJA adalah pemilihan lokasi. Parameter yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi tersebut adalah:
·         Lokasi terlindung dari gangguan angin dan gelombang yang kuat.
Kedalaman air minimal 15 m,
·         Lokasi harus  terhindar dari pengaruh pencemaran, mudah diperoleh sarana dan prasarana yang diperlukan. Selain itu lokasi tersebut  memenuhi persyaratan fisika dan kimia air seperti :
-     Salinitas 20-35 ppt
-          Suhu 27-32 o C
-          DO > 5 ppm
-          PH 7,5-9,0
-          Ammonia dan nitrit < 0,1 ppm
b.    Sarana budidaya
·         Kerangka/rakit : berfungsi untuk menempatkan kurungan (jaring), terbuat dari bahan bambu, kayu atau pipa galvanis yang telah dicat anti  karat. Bentuk dan ukuran kerangka/rakit bervariasi tergantung dari ukuran yang digunakan, sebuah rakit biasanya terdiri dari empat buah kurungan (jaring).
·         Pelampung : berfungsi untuk mengapungkan keseluruhan sarana budidaya, dapat digunakan pelampung dari bahan drum oplastik, drum besi atau pelampung styrofoam. Ukuran dan jumlah pelampung yang dipergunakan disesuaikan dengan besarnya beban  dan daya apung dari pelampung, Pelampung diikatkan pada rakit  dengan tali polyethylene (PE) Æ 0,8-1,0 cm.
·         Kurungan atau wadah untuk memelihara ikan : terbuat dari bahan polyethylene (PE).   Pemilihan bahan-bahan ini didasarkan atas daya tahannya terhadap pengaruh lingkungan dan harganya relatif lebih murah jika dibandingkan degan bahan-bahan yang lain.  Bentuk dan ukuran kurungan bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan serta faktor kemudahan dalam pengelolaannya.  Ukuran kurungan ummnya adalah (2 x 2 x 2) m3; (3 x 3 x 3)m3 atau (3 x 3 x 5) m3.  Lebar mata (mesh size) kurunga disesuaika degan ukuran ikan yang dibudidayakan, misalnya untuk ikan panjang kurang dari 10 cm lebar mata digunakan adalah 8 mm (5/16 “), panjang ikan 10-15 cm lebar mata 25 mm (1”) serta apabila panjang ikan  > 15 cm lebar mata adalah 25-50 mm (1-2”)
Jangkar : berfungsi untuk menahan keseluruhan  sarana budidaya agar tetap pada tempatnya.  Jangkar yang dipergunakan harus mampu menahan sarana  budidaya  dari pengaruh arus, angin dan gelombang.  Jangkar dapat terbuat dari besi, karungberisi pasir atau balok semen/beton. Jangkar diikat dengan tali PE dan  panjangnya tergantung kedalaman perairan, biasanya       3 kali kedalaman perairan pada saat  pasang tinggi.

 Tehnik Pembesaran
·         Penebaran Benih : Benih ikan kerapu ukuran panjang           4-5 cm (2”) dari hasil tangkapan di alam maupun dari hasil produksi di tempat pembenihan (hatchery) biasanya didederkan terlebih dahulu dalam bak beton atau waring nylon sampai mencapai ukuran glondongan (10 cm) untuk kemudian ditransfer ke karamba jaring apung di laut sampai mencapai ukuran konsumsi. Padat  penebaran untuk benih yang beratnya 20-50 gram/ekor adalah         100 ekor/m3 .
·         Pakan : Pakan yang biasanya diberikan dalam pembesaran ikan kerapu adalah ikan rucah (trash fish) dalam bentuk segar, seperti ikan selar, tamban atau layang. Jenis ikan ini mengandung protein tinggi dan kadar lemaknya rendah. Rasio konversi pakan biasanya berkisar antara 7-8, artinya untuk mendapatkan daging ikan 1 kg diperlukan 7-8 kg ikan rucah.  Pakan yang diberikan sebaiknya dalam keadaan segar dengan dosis 5-10 % dari bobot biomas setiap harinya. 
Pengelolaan ikan : Kurungan apung sebagai tempat untuk membudidayakan ikan kerapu  merupakan lingkungan yang terbatas, sehinga kebebasan ikan terbatas pula.  Akibat dari keadaan ini terjadi pertumbuhan yang tidak
·         seragam karena adanya persaingan dalam  mendapatkan makanan, ruang gerak maupun perbedaan  aktivitas ikan.
·         Untuk itu dilakukan penjarangan dengan jalan mengurangi kepadatan dipindah ke jaring lainnya.
·         Pengelolaan sarana budidaya : Sarana budidaya berupa rakit, kurungan apung, pelampung dan sarana lainya harus mendapat perawatan secara berkala. 
·         Pengendalian Penyakit :  Penyakit yang banyak  menyerang ikan kerapu  yang dibudidayakan dalam karamba jaring apung adalah disebabkan oleh krustacea, trematoda, protozoa, jamur, bakteri dan virus. Krustacea dan trematoda biasanya menyerang insang, sedangkan protozoa, jamur, bakteri dan virus menyerang bagian tubuh yang luka. Gejala ikan kerapu yang sakit berbeda-beda tergantung penyakit yang menyerangnya serta daya tahan tubuh ikan yang diserang. Gejala tersebut harus diketahui untuk menentukan cara pengendalian yang tepat dan efisien.


Panen : Ukuran panen dapat disesuaikan dengan permintaan pasar. Biasanya ukuran yang dikehendaki pasar (ukuran konsumsi) adalah 0,5-1,5 kg per ekor ikan. Untuk mencapai ukuran 500-800 gram, ikan kerapu tikus berbobot tebar    20-50 gram harus dipelihara selama 10-12 bulan. Sedang untuk kerapu macan membutuhkan waktu 6-8 bulan.
·         Selama masa pemeliharaan diperlukan seleksi ukuran (grading) setetah bulan kelima untuk mengurangi variasi ukuran yang terlalu tajam sehingga diharapkan ukuran panen pada bulan ke-12 adalah relatif seragam. Ikan kerapu tikus mempunyai harga jual yang tinggi biasanya dalam keadaan hidup. Untuk itu penanganan pasca panen juga harus dilakukan dengan sangat hati-hati.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1993. Petunjuk Pelaksanaan Penangulangan Penyakit Ikan. Direktorat Sumber Hayati. Ditjen Perikanan. Jakarta.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. III No. 4 Tahub 1997
Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma, et. al. 1998, Tanaman berkhasiat Obat di Indonesia, hal 133-136, Penerbit Pustaka Kartini.
Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma dan Dr. Setiawan Dalimartha., 1997 Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Hal 80-82, Penebar Swadaya, Jakarta.
Resmiyati Purba, Waspada, Mustahal dan Susanti Diani. 1993.Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Kerapu Macan  (Epinephelus fuscoguttatus) Umur Sampai 35 Hari Dengan Padat Tebar Yang Berbeda. Jurnal Penelitan Budidaya Pantai. Vol. 9. No. 5.1993. Bojonegoro-Serang.
Santoso B dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kerapu Macan Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Susanti Diani dan Akhmad Rukyani. 1989. Pengendalian Penyakit Dalam Kurungan Apung di Laut. Makalah temu tugas pemanfaatan sumberdaya hayati lautan bagi budidaya, Serang. 23 – 24 Mei 1989.
Zufran et.al.,Parasit pada Ikan Kerapu Di Panti Benih dan Upaya Penanggulangannya,Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia vol.III No.4 Tahun 1997

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN KERAPU BATIK


Virus
Penyakit virus yang menyerang pada ikan kerapu adalah VNN (Viral Nervous necrosis) yang disebabkan oleh Iridovirus.  Virus ini menyerang secara meluas sejak tahun 1998.  virus ini menyebabkan kematian massal pada juvenile/larva.  Larva yang terserang mula-mula tenggelam didasar bak kemudian akan mengapung di permukaan air dengan kondisi perut mengembang.

Bakteri
Penyakit bakteri yang menyerang ikan kerapu adalah kerusakan pada sirip, sehingga serangan bakteri ini sering disebut juga dengan Bacterial fin rot Diseases.

Jamur
Penyakit jamur yang menyerang ikan kerapu dapat menyebabkan sakit apabila tumbuh pada suatu organisme.  Ada dua macam penyakit kerapu yang disebabkan oleh jamur, yaitu Saprolegniasis yang disebabkan oleh jamur Saprolegnia Sp., dan Ichthyosporidosis yang disebabkan oleh jamur Ichtyosporidium Sp.  Serangan Saprolegniasis ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi putih keabu-abuan, sedangkan tanda adanya serangan Ichthyosporidosis ditandai dengan luka berlubang.
Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Pada Ikan Kerapu

Penyakit
Pencegahan & Pengobatan  (Diambil dari beberapa literature)
Penyakit virus yang menyerang pada ikan kerapu adalah VNN (Viral Nervous necrosis) yang disebabkan oleh Iridovirus. 
Untuk mencegah perbanyakan / penyebaran virus tersebut  (Menurut Mahardika et al. 2002) maka perlu pembuatan inokulum iridovirus dari jaringan limpa ikan yang positif terserang iridovirus dimungkinkan mengandung factor interferon yang diproduksi dalam jaringan limpaikan donor sehingga dapat mencegah perbanyakan virus tersebut, pengenceran inokulum yang mengandung sedikit virion dimana penyebaran virus ini tidak mampu dicegah oleh interferon yang jumlahnya sedikit sehingga infeksi yang ditimbulkan lebih tinggi.
Penyakit bakteri yang menyerang ikan kerapu adalah kerusakan pada sirip, sehingga serangan bakteri ini sering disebut juga dengan Bacterial fin rot Diseases.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan bila ikan kerapu terserang penyakit ini adalah merendam ikan dalam larutan nitrofurazone 15 ppm selama 4 jam, dengan sulphonamide 50 ppm selama 4 jam, dengan clhoramphenicol 50 ppm selam 2 jam, dengan acriflavin 100 ppm selama 1 menit tapi bila gejala masih ringan dapat dilakukan perendaman dalam air tawar selama 5 – 10 menit.
Penyakit kerapu yang disebabkan oleh jamur, yaitu Saprolegniasis yang disebabkan oleh jamur Saprolegnia Sp, dan Ichthyosporidosis yang disebabkan oleh jamur Ichtyosporidium Sp. 
 Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan merendam ikan dalam larutan methylene blue 0,1 ppm selama 15 – 45 menit dan diulangi selama 3 hari berturut – turut. (Menurut Murdjani,M Abdul Rahman,1999)


Penyakit
Pencegahan & Pengobatan (Dengan Menggunakan Bahan Alami)
Penyakit virus yang menyerang pada ikan kerapu yang dapat menyebabakan kematian dengan ciri-ciri larva yang aterserang mula-mula tenggelam di dasar bak kemudian akan mengapung dipermukaan air dengan kondisi perut mengembung.
Untuk pengobatan penyakit akibat virus sampai sekarang ini belum ditemukan jenis obat untuk pengobatan, tetapi untuk pencegahannya dapat dilakukan perendaman dengan menggunakan daun miyana atau sambilito (anti biotic alami)
Penyakit bakteri yang menyerang ikan kerapu adalah dengan ciri – ciri ikan yaitu mengalami kerusakan pada sirip.

Untuk pencegahan atau pengobatan penyakit akibat bakteri ini dapat digunakan kunyit dengan merebus dan mengambil ekstraknya kemudian dilakukan perendaman dan untuk dosisnya disesuaikan dan daun jinten sebagai (anti septik alami) 
Penyakit kerapu yang disebabkan oleh jamur dapat ditandai dengan luka berlubang pada bagian kepala dan sekitarnya.

Untuk pengobatan atau pencegahan penyakit akibat jamur ini dapat digunakan bahan alami yaitu daun sirih, miana atau lengkuas direbus dan diambil ekstraknya kemudian dilakukan perendaman dan untuk dosisnya disesuaikan. 

DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto febriko Sapto, 2004.  Budidaya Ikan Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung. Departemen   Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.  Balai Budidaya Air Payau Sitobondo.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 2004. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kalautan dan Perikanan. Gondo Bali.
Triastutik Gemi, 2004.  Pengendalian Penyakit Ikan dan Udang.  Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.  Balai Budidaya Air Payau Sitobondo
Purwanti A. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Keparu Batik Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Wednesday, 25 September 2013

BUDIDAYA KERAPU BATIK


Ikan kerapu merupakan mata dagangan internasional yang harganya mahal, dan permintaannya semakin meningkat sehingga dimasukkan dalam komoditas unggulan yang ditekankan dalam program intensifikasi budidaya perikanan.  Selama ini untuk memenuhi kebutuhan benih kerapu masih mengandalkan dari hasil tangkapan di alam.  Hal ini menyebabkan ketersediaannya tidak berkesinambungan.
            Namun sejak tahun 1990 budidaya laut di Indonesia terlihat semakin meningkat seiring dengan adanya keberhasilan dalam kegiatan pembenihan benih dan berbagai jenis ikan laut ekonomis penting telah berhasil diproduksi secara massal, tidak terlalu banyak lagi mengandalkan di alam.  Berbagai jenis ikan yang telah dikuasai tekniloginya, ikan kerapu batik masih merupakan salah satu andalan dalam budidaya laut di Indonesia.
Kerapu batik merupakan jenis ikan kerapu yang harganya mahal terutama yang mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik akan komoditas ini stabil bahkan cenderung meningkat.  Namun demikian yang masih menjadi perhatian utama adalah ketersediaan benih yang belum dapat tepenuhi baik jumlah, mutu maupun kesinambungannya.
Ikan kerapu secara umum dikenal sebagai hewan karnivora yang buasa dan rakus, memakan berbagai jenis ikan, crustacean dan kadang – kadang juga memakan cepalopoda  (cumi-cumi).  Seringkali hidup menyendiri dan menyukai naungan sebagai tempat sembunyi.  Ikan kerapu lebih suka menghindar dari sinar matahari langsung, kecuali sewaktu mencari makan dan saat memijah.
Ikan kerapu adalah jenis ikan laut yang dapat ditemukan didaerah sub tropika dan tropika dari seluruh daerah lautan.  Kebanyakan species ini tinggal didaerah karang, karang mati atau berlumpur.  Ikan kerapu ini sering pula ditemukan di daerah pasang dan laut dengan kedalaman sekitar 40 m (Heemstra & Randall, 1993).
Distribusi geografis ikan kerapu  di mulai dari Pasifik Selatan hingga Pulau Guam, New Caledonia dan Selatan Australia.  Pada bagian Timur Samudra Hindia dimulai dari Barat Austalia dan Nicobars,  sedangkan pada Kepulauan Indonesia tersebar Di Riau, Jawa, Bali, NTB dan Maluku.
Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut yang semakin digemari oleh masyarakat.  Kebutuhan ikan kerapu ini masih mengandalkan tangkapan dari alam sehingga lambat laun memungkinkan terjadinya penagkapan yang berlebihan (over fishing) baik dari segi ukuran maupun jumlah.  Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka diperlukan upaya budidaya.  Adapun kendala utama yang
dihadapi di dalam budidaya ikan kerapu adalah sering terjadi kematian massal yang diduga disebabkan oleh penyakit, baik itu penyakit akibat jamur, bakteri maupun yang disebabkan oleh virus.
Penyakit didefenisikan sebagai suatu ketidaknormalan pada struktur atau fungsi tubuh yang ditunjukkan dengan gejala yang spesifik atau non spesifik.  Kesalahan managemen dan lingkungan yang bermasalah dapat menimbulkan penyakit pada usaha budidaya ikan kerapu.  Jaringan atau organ yang rusak, penurunan berat badan dan adanya kematian merupakan indikasi timbulnya penyakit.  Dampak yang ditimbulkan adalah penurunan produk perikanan / budidaya, oleh karena itu pnyakit dan lingkungan perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga kerugian dari segi ekonomi dapat ditekan.
Beberapa factor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit yaitu adanya interaksi antara inang (Host), penybab penyakit (Pathogen) dan lingkungan.  Penyakit yang akan timbul apabila ikan yang dipelihara rentang terhadap penyakit
dan kondisi lingkungan yang buruk yang menyebabkan peningkatan serangan penyakit serta penurunan kekebalan dari inang.
Factor – factor yang dapat menimbulkan penyakit adalah perubahan / fluktuasi suhu yang sangat tinggi, adanya radiasi sinar ultra violet dari matahari.  Sedangkan factor – factor kimia seperti kontaminasi lingkungan dengan obat – obatan, racun, penggunaan bahan kimia yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya penyakit.  Keberadaan virus, bakteri jamur maupun parasit diperairan merupakan factor biologi fluktuasi suhu, kelarutan gas, pH dan ketersediaan makanan.
Kestabilan lingkungan terutama parameter fisika dan kimia air pada media pemeliharaan akan menentukan kesehatan ikan yang kita pelihara.  Fluktuasi suhu, pH, salinitas atau oksigen terlarut yang melebihi batas optimum dapat menimbulkan stress dan pada akhirnya akan menimbulkan penyakit.  Kunci sukses dalam upaya pemeliharaan ikan adalah mampu memahami dan mengelola lingkungan dalam hal ini air sebagai media pemeliharaan.  Pemahaman terhadap pentingnya peranan lingkungan dan mengetahui penyebab penyakit adalah pentingnya dalam upaya pengendalian dan control penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto febriko Sapto, 2004.  Budidaya Ikan Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung. Departemen   Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.  Balai Budidaya Air Payau Sitobondo.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 2004. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kalautan dan Perikanan. Gondo Bali.
Triastutik Gemi, 2004.  Pengendalian Penyakit Ikan dan Udang.  Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.  Balai Budidaya Air Payau Sitobondo
Purwanti A. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Keparu Batik Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

BUDIDAYA KAKAP MERAH


Usaha budidaya ikan kakap merupakan salah satu usaha yang penting. Hal ini disebabkan karena usaha ini selain untuk memenuhi kebutuhan protein hewani secara nasional masih kurang, juga sebagai salah satu sumber pendapatan. Namun, usaha ini dibatasi oleh tingginya mortalitas. Tingginya mortalitas ini sering dihubungkan dengan masalah penyakit.
Penyakit adalah gangguan terhadap fungsi sebagian atau seluruh organ tubuh dikarenakan adanya faktor-faktor abiotik (kwalitas air dan makanan) dan faktor biotik (organisme penyebab penyakit atau patogen). Patogen adalah suatu organisme penyebab penyakit.
Ikan kakap putih dan ikan kakap merah di Indonesia biasa hanya disebut ikan kakap, menurut taksonominya kedua jenis ini jelas berbeda; kakap putih berasal dari famili Centropomidae dan kakap merah termasuk famili Lutjanidae. Sifat hidupnya pun diantaranya berbeda bila dibandingkan, ikan kakap merah hanya hidup dilaut, sedangkan kakap putih selain dapat hidup dilaut juga diair tawar. Pada beberapa daerah di Indonesia ikan kakap dikenal dengan beberapa nama, seperti pelak, petakan, cabek, cabik (Jawa Tengah dan Jawa Timur), dubit tekong (Madura), talungsur, pica-pica, Kaca-kaca (Indonesia bagian timur).


Taksonomi
v  Philum             : Chordata
v  Sub Philum      : Vertebrata
v  Klas                  : Pisces
v  Sub Klas           : Teleostei
v  Ordo                : Percomorphi
v  Familia                        : Lutjanidae
v  Genus              : Lutjanus
v  Species            : Lutjanus sanguineus

Tanda-tanda Khusus
a.  Badan memanjang, gepeng dan batang sirip ekor lebar
b.  Mata warna merah cemerlang
c.  Mulut lebar, sedikit serong dengan geligi halus
d.  Bagian atas penutup insang terdapat lubang kupin‰g bergerigi
e.  Sirip punggung berjari-jari keras sebanyak 7-9 dan jari-jari lemah 10-11.      Sirip dubur berjari-jari keras 3 dan jari-jari lemah 7-8, sedangkan bentuk sirip ekor bulat
f.   Pada waktu masih burayak (umur 1-3 bulan warnanya gelap), dan setelah menjadi gelondongan (umur 3-5 bulan) warnanya terang dengan bagian punggung berwarna coklat kebiru-biruan yang selanjutnya berubah menjadi keabu-abuan dengan sirip berwarna abu-abu gelap.


Distribusi / Penyebaran
Kakap merah menyebar di daerah tropis dan sub tropis daerah pasifik barat dan samudra india. Yang meliputi : Australia, Papua New Guinea, Indonesia, Philipina, Jepang, China, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Bangladesh, India, Srilangka, Pakistan, Iran, Oman, dan negara-negara disekitar laut Arab. Penyebarab ikan kakap putih di indonesia terutama terdapat dipantai utara Jawa, disepanjang perairan pantai Sumatera bagian timur, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Arafuru.
Ikan kakap merah mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap variasi kadar garam (euryhaline) Ikan kakap merah betina mulai menjadi dewasa setelah mencapai berat 4-6 kg. Sedangkan yang jantan mencapai berat 3 kg. Jumlah telur bervariasi mengikuti berat badan. Induk ikan seberat 5-11 kg dapat menghasilkan telur sebanyak 2-7 juta butir. Ukuran telur antara 0,4-0,5 mm. Dalam waktu 18 jam setelah pembuahan telur menetas menjadi larva dengan ukuran rata-rata 1,49 mm. Dalam waktu sekitar 30 hari maka larva akan tumbuh menjadi burayak yang berukuran antaran 1,3-1,7 cm.
Kakap tergolong ikan buas dan pertumbuhannya sangat cepat. Pakan kegemaranya terdiri dari plankton hewani, udang-udangan dan ikan-ikan kecil lainnya.

Persyaratan Lokasi
a)   Terlindung dari angin dan arus yang kuat.
b)   Memiliki sirkulasi air yang cukup, kisaran fluktuasi pasang surut 2 – 3 m.
c)    Memiliki kedalaman 5 – 20 m.
d)   Suhu 260C - 310C, salinitas 13 - 31 ‰, pH 7,8-8,5

Pemeliharaan
Benih kakap yang sudah berukuran gelondongan dipindahkan ke jaring apung yang berukuran 3 x 3 x 3 m atau 5 x 5 x 5 m.   Pengelolaan di jaring apung relatif lebih mudah dibandingkan pengelolaan yang dilakukakan di tambak.  
Pakan yang diberikan adalah ikan rucah segar dengan perbandingan 4 % dari berat tubuhnya, diberikan satu kali dalam satu hari.    Setelah dipelihara selama 2 bulan ikan kakap sudah dapat dipanen dengan ukuran konsumsi seberat 0,5-0,6 kg.

DAFTAR PUSTAKA
Asikin,1996.  Budidaya Kakap. PEnebar Swadaya. Jakarta.
Murtidjo A, Bambang. 1997. Budidaya Kakap dalamTambak dan Keramba.   Kanusius. Yogjakarta.
Direktorat Jendral Perikanan. 1998. Penanggulangan Penyakit pada Ikan Kakap.   

Daud H. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kakap Merah Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...