A. Model/Bentuk Komunikasi
Model/bentuk komunikasi terbagi kedalam:
1. Komunikasi Langsung: komunikator dan komunikan langsung berkomunikasi (tatap muka, menggunakan media)
- Komunikasi vertikal : terjadi antara bawahan terhadap atasan atau sebaliknya dalam konteks laporan atau menyampaikan hasil suatu kegiatan
- Komunikasi horizontal : terjadi sesama pejabat atau staf dalam konteks diskusi bekerjasama dalam menyelesaian suatu kegiatan
- Komunikasi top down : terjadi pada saat pimpinan suatu instansi atau unit kerja memberikan pengarahan, bimbingan dan pertemuan dimana atasan memiliki informasi yang layak dan patut diketahui oleh bawahan
- Komunikasi botom-up : interaksi yang terjadi bawahan dengan atasan dalam beberapa konteks pekerjaan
- Komunikasi internal : komunikasi antara pejabat maupun staf dalam satu lingkup instansi atau organisasi.
- Komunikasi eksternal : segala bentuk interaksi yang terjadi antara individu atau instansi dengan instansi lainnya.
- Tidak ada tanya jawab
- Pesan harus jelas dan tepat dan menarik
- Media penyuluhan (leaflet, brosur, poster dll) agar mudah dipahami oleh sasaran penyuluhan
- Indra penglihatan, misalnya bahan cetakan, album foto, slide tanpa suara; yang hanya dapat digunakan untuk sasaran penyuluhan yang dapat melihat.
- Indra pendengaran, misalnya Radio, yang hanya pemutaran tape recorder, obrolan sore; dapat digunakan jika sasaran penyuluhan tidak mengalami gangguan pendengaran.
- Kombinasi indra penerima, misalnya demontrasi cara/hasil, pemutaran film, tv; merupakan kombinasi antara indra (AVA = Audio Visual Aids).
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas dan Efisiensi dari Komunikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi dari komunikasi adalah berupa:
1. Dilihat dari komunikator atau sumber komunikasi
Dilihat dari komunikator maka komunikasi dipengaruhi oleh:
a. Kecakapan Komunikator
Ada 3 karakteristik dari Komunikator/Sumber:
1) Kredibilitas
Suatu kondisi dimana si sumber di nilai punya pengetahuan, keahlian atau pengalaman sehingga pihak penerima menjadi percaya bahwa pesan yang disampaikan bersifat obyektif
Kredibilitas dipengaruhi oleh:
- Keahlian (ekspertise)
- Kepercayaan (trustworthiness)
Proses pembentukan pengetahuan, pendapat, sikap, dan tingkah laku yang terjadi dalam diri penerima disebut: INTERNALISASI
Menurut Rogers (1983) Credibility:
- Competence credibility, dikaitkan dengan status/kedudukan formal/jabatan.
- Safety credibility, tidak dikaitkan dgn status keahliannya karena pekerjaan formalnya.
- Orang-orang dengan safety credibility dipandang lebih jujur, terbuka dan dekat dengan masyarakat”.
2) Daya tarik sumber
Daya tarik sumber timbul karena adanya proses identifikasi dalam diri pihak penerima.
Contoh: Senang menggunakan celana jeans diidentifikasi sebagai orang modern, elit dan kota.
Proses identifikasi bisa bersifat temporer bila pihak penerima masih pantas untuk ditiru.
3) Kekuatan/kekuasaan sumber (source power), terdiri dari:
- Kharisma
- Wibawa otoritas
- Kompetensi/keahlian
- Compliance/pemenuhan
Sumber dinilai punya kekuatan/kekuasaan, apabila ia mampu memberikan imbalan dan hukuman kepada penerima, berarti seseorang mau menerima ide/anjuran dari sumber karena adanya harapan menerima imbalan atau menghindari hukuman, proses ini disebut COMPLIENCE.
Komunikator yang baik adalah menguasai cara-cara penyampaian buah pikiran baik secara lisan maupun secara tertulis. Dengan kata lain komunikator harus menguasai teknik berbicara dan teknik membuat surat (naskah). Ia harus cakap memilih simbol/lambang yang tepat untuk mengungkapkan buah pikiranya dan harus cakap membangkitkan minat para pendengar atau pembaca. Di samping itu harus pandai pula menarik perhatian dan menyajikannya. Keterangan-keterangannya harus sistematis dan jelas. Sebagai contoh pembicaraan seorang bawahan kepada atasan atau teman yang setingkat, jelas akan berbeda.
Demikian pula pembicara yang berbicara di depan masyarakat tertentu, akan menyesuaikan pada sifat-sifat masyarakat tersebut, tanpa mengadakan penyesuaian sebelumnya maka komunikasi menjadi tidak lancar atau bahkan macet sama sekali. Sebagai contoh, bila kita berbicara di depan masyarakat Madura, akan lebih berhasil bila kita banyak menggunakan kata-kata Arab seperti insya Allah, Atas Ridho Allah, Masya Allah, dan sebagainya., karena kebanyakan orang Madura beragama Islam. Oleh karena itu dalam berkomunikasi harus memperhatikan keadaan masyarakat sekitar harus dengan memahami keadaan masyarakat tersebut, seperti kebisaan, aliran agama dan kepercayaan dan sebagainya. Dengan memahami hal-hal tersebut komunikasi akan menjadi lancar.
b. Saluran Komunikasi
Komunikasi dipengaruhi oleh saluran atau alat tubuh dari komunikator, terutama dalam komunikasi lisan. Suara yang besar dan jelas, ucapan yang jelas, tingkah laku yang baik akan menyebabkan pembicaraanya menarik. Juga tangan yang sehat dengan gerak-gerik yang baik dapat mendukung pembicaraan, oleh karena itu bila ingin berhasil dalam komunikasi alat-alat tubuh kita harus baik terutama alat-alat indera dan alat bicara.
2. Dilihat dari segi reseptor (penerima)
Keberhasilan komunikasi tidak hanya tergantung pada pihak komunikator (sumber), tetapi juga tergantung dari reseptor. Walaupun pihak komunikator telah memenuhi persyaratan, akan tetapi bila pihak reseptor kurang memenuhi maka hasil komunikasi tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Pengaruh-pengaruh dari pihak reseptor tersebut adalah:
a. Kecakapan komunikator reseptor
Hasil komunikasi ditentukan oleh kecakapan berkomunikasi reseptor. Kecakapan ini terutama kecakapan mendengarkan dan membaca. Walaupun komunikator cakap berbicara atau menulis, akan tetapi bila reseptor kurang cakap mendengarkan dan membaca, maka hasil komunikasi kurang memenuhi harapan, oleh karena itu agar hasil komunikasi baik maka reseptor harus menguasai teknik mendengarkan dan teknik membaca. Dalam mendengarkan reseptor harus cakap memusatkan perhatian, mengambil inti sari dari suatu pembicaraan, dan harus dapat membedakan mana pokok permasalahan dan mana yang hanya merupakan penjelasan-penjelasannya saja, harus bersifat kritis, dan sebagainya. Dalam membaca ia harus dapat menangkap banyak kata-kata secara sekaligus dan menafsirkannya secara tepat.
b. Sikap Reseptor
Hasil komunikasi dipengaruhi pula oleh sikap reseptor (penerima). Kadang-kadang reseptor selalu menaruh curiga terhadap pembicara (prejudice), atau kadang-kadang bersikap apriori artinya telah menentukan kesimpulan sebelum ada data-data yang lengkap. Sebagai contoh seorang reseptor (pendengar suatu penceramah) telah menganggap rendah kepada seseorang penceramah atau terlalu memandang tinggi kepada seorang penceramah atau pembicara. Sikap yang demikian menyebabkan hasil komunikasi kurang murni. Adapun sebab-sebabnya timbul sikap yang demikian itu banyak sekali. Sebagai contoh seorang reseptor (pendengar) adalah lulusan SekolahTinggi (Sarjana) dan penceramah ternyata hanya lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), maka sarjana tadi cenderung merendahkan si penceramah yang hanya lulusan Sekolah Menengah Atas tersebut. Sikap sarjana tadi salah, sebab belum tentu penceramah hanya lulusan SMA, ternyata sudah banyak mengikuti kursus-kursus. Sehingga mengenai bahan yang diceramahkan betul-betul telah ia kuasai. Contoh lain ada seorang pendengar ceramah (reseptor), mengikuti suatu kursus, ternyata salah seorang fasilitator dalam kursus tersebut adalah rivalnya (saingan) dalam memperebutkan seorang gadis dan dalam perebutan tersebut, pengikut kursus telah kalah akibatnya ia sangat benci kepada fasilitator tersebut, sehingga bersikap acuh tak acuh terhadap penceramah tersebut. Sikap yang demikian adalah kurang objektif dan kurang rasional sehingga pikirannya menjadi tertutup alias buntu. Oleh karena itu sebagai reseptor (pendengar/pembaca) seseorang bila ingin berhasil dalam komunikasi harus bersikap wajar, apa adanya. dan siapapun yang menjadi penceramah/pembicara harus diterima sebagai apa adanya tanpa sikap curiga atau apriori.
c. Pengetahuan reseptor (pendengar/pembaca)
Hasil komunikasi di pengaruhi pula oleh kekayaan pengetahuan si reseptor, dengan pengetahuan yang banyak seorang pendengar dapat dengan cepat menangkap isi dari suatu pesan atau suatu bacaan dan mudah menafsirkan maksud dari pembicara/penulis tersebut. Sebaliknya pendengar/pembaca yang pengetahuannya sangat terbatas akan sulit menangkap pembicaraan atau bacaan. Contoh yang jelas adalah ketika kita mendengarkan suatu ceramah Bahasa Inggris atau mambaca bacaan Bahasa Inggris, karena pengetahuan dalam Bahasa Inggris tersebut terbatas, maka sulit mencernanya.
d. Komunikasi dipengaruhi pula oleh sistem sosial
Artinya si pendengar/pembaca harus memahami kedudukan pembicara. Sebagai contoh bila kita menghadiri suatu ceramah tertentu dan si penceramah kebetulan seorang yang berasal dai luar negeri dan tindak tanduknya seenaknya sendiri, maka kita tidak boleh bersikap negatif atau acuh tak acuh. Sebab tiap penceramah memiliki kebiasaan-kebiasaan tersendiri. Demikian pula bila kita ada di suatu kantor tertentu atau masyarakat tertentu kita sebagai reseptor (pendengar) harus dapat menyesuaikan diri, artinya memahami tata tertib dan tata pergaulan masyarakat tersebut. Dengan cara itu maka kita dapat menjadi pendengar yang baik, dan jika tidak dapat menyesuaikan terhadap kebiasaan-kebiasaan atau tradisi-tradisi pembicara/penulis, maka komunikasi menjadi terhambat, oleh karena itu sebagai pendengar atau pembaca harus dapat menyesuikan diri terhadap sistem sosial dari pihak pembaca/penulis.
e. Saluran Komunikasi
Komunikasi dipengaruhi pula oleh saluran komunikasi, (pendengaran/penglihatan) dari pihak reseptor. Bila pendengaran, penglihatan, atau indera lainnya kurang sempurna maka komunikasi juga tidak akan sempurna, karena dengan kurang sempurnanya alat-alat penyalur tersebut (indera) maka tangkapan dapat kurang jelas. Oleh karena itu agar komunikasi dapat lancar dan berhasil, maka indera kita harus baik.
No comments:
Post a Comment