Friday, 2 June 2017
MENGENAL DAN MELESTARIKAN PENYU
Penyu
adalah kura-kura
laut yang
ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut data para ilmuwan,
penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus.
Pada masa itu Archelon,
yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah berenang
di laut purba seperti penyu masa kini.
Penyu
memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya
ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam
air, sesekali hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia
itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu
karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya bermigrasi
dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer
dapat ditempuh 58 - 73 hari.
Penyu
adalah kura-kura
laut yang
ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut data para ilmuwan,
penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus.
Pada masa itu Archelon,
yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah berenang
di laut purba seperti penyu masa kini.
Penyu
memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya
ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam
air, sesekali hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia
itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu
karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya bermigrasi
dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer
dapat ditempuh 58 - 73 hari.
Penyu
mengalami siklus bertelur yang
beragam, dari 2 - 8 tahun sekali. Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh
hidupnya di laut, betina sesekali mampir ke daratan untuk bertelur. Penyu
betina menyukai pantai
berpasir yang sepi dari manusia dan sumber bising dan cahaya sebagai tempat
bertelur yang berjumlah ratusan itu, dalam lubang yang digali dengan sepasang
tungkai belakangnya. Pada saat mendarat untuk bertelur, gangguan berupa cahaya
ataupun suara dapat membuat penyu mengurungkan niatnya dan kembali ke laut,
juga penyu menggunakan magnetism bumi sebagai bantuan untuk kembali ke kampung
halamannya ketika saat masih menjadi tukik, dan kembali saat sudah dewasa untuk
bertelur.
Penyu
yang menetas di perairan pantai Indonesia
ada yang ditemukan di sekitar kepulauan Hawaii.
Penyu diketahui tidak setia pada tempat kelahirannya.
Tidak
banyak regenerasi
yang dihasilkan seekor penyu. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh
seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik (bayi penyu) yang
berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa. Itu pun tidak
memperhitungkan faktor perburuan oleh manusia dan pemangsa
alaminya seperti kepiting, burung dan tikus di pantai, serta ikan-ikan besar begitu
tukik tersebut menyentuh perairan dalam.
Sumber:
BPSPL,
2017. Mari Kita Lestarikan Penyu. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut
(BPSPL) Padang.
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyu
Thursday, 1 June 2017
MENGENAL DUGONG DAN MARI KITA LESTARIKAN
Dugong
(Dugong dugon) atau duyung adalah sejenis mamalia
laut yang merupakan salah satu anggota Sirenia
atau lembu laut yang masih bertahan hidup selain manatee.
Duyung bukanlah ikan karena menyusui anaknya dan masih merupakan kerabat evolusi
dari gajah.
Ia merupakan satu-satunya hewan yang mewakili suku
Dugongidae. Selain itu, ia
juga merupakan satu-satunya lembu laut yang bisa ditemukan di kawasan perairan
sekurang-kurangnya di 37 negara di wilayah Indo-Pasifik,
walaupun kebanyakan duyung tinggal di kawasan timur Indonesia dan perairan
utara Australia.
Duyung atau dugong adalah satu-satunya mamalia laut herbivora atau maun (pemakan dedaunan),
dan semua spesies sapi laut hidup pada perairan segar dengan suhu air tertentu.
Duyung
sangat bergantung kepada rumput laut sebagai sumber makanan, sehingga penyebaran hewan
ini terbatas pada kawasan pantai tempat ia dilahirkan. Hewan ini membutuhkan
kawasan jelajah yang luas, perairan dangkal serta tenang, seperti di kawasan teluk dan hutan bakau.
Moncong hewan ini menghadap ke bawah agar dapat menjamah rumput laut yang
tumbuh di dasar perairan.
Duyung
menjadi hewan buruan selama beribu-ribu tahun karena daging
dan minyaknya.
Kawasan penyebaran dugong semakin berkurangan, dan populasinya semakin
menghampiri kepunahan. IUCN mengklasifikasikan
dugong sebagai spesies hewan yang terancam, manakala CITES melarang atau
mengharamkan perdagangan barang-barang produksi yang dihasilkan dari hewan ini.
Walau pun spesies ini dilindungi di beberapa negara, penyebab utama penurunan
populasinya di antaranya ialah karena pembukaan lahan baru, perburuan,
kehilangan habitat serta kematian yang secara tidak langsung disebabkan oleh
aktivitas nelayan dalam menangkap ikan. Duyung bisa mencapai usia hingga 70
tahun atau lebih, serta dengan angka kelahiran yang rendah yang mengancam
menurunnya populasi
duyung. Duyung juga terancam punah akibat badai, parasit, serta hewan pemangsa
seperti ikan hiu,
paus pembunuh
dan buaya.
Sumber:
BPSPL,
2017. Mari Kita Lestarikan Dugong. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Laut (BPSPL) Padang.
https://id.wikipedia.org/wiki/Duyung
Thursday, 25 May 2017
ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN PATIN BERSAMA SELADA
Akuaponik secara sederhana dapat diartikan sebagai sistim
terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) dan Hidroponik (budidaya tanaman
non-tanah) atau teknologi budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan
dengan tanaman.
Sejak tahun 2005 teknik budidaya ikan air tawar dengan
sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor
sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan
budidaya ikan khususnya di perkotaan.
Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air akibat limbah
budidaya (sisa pakan dan metabolisme ikan, penyebab tingginya N dan P dalam
air) akan diserap dan dimanfaatkan oleh akar sebagai sumber nutrien bagi
tanaman. Akibat dari mekanisme tersebut maka air yang digunakan sebagai media
budidaya ikan akan terpurifikasi sehingga tidak perlu diganti selama periode
pemeliharaan (hanya perlu ditambah untuk mengganti air yang hilang akibat
penguapan).
Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim
akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, 2005), dapat mereduksi
ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l
menjadi 0,013-0,25 mg/l (Nugroho dan Sutrisno, 2002). Selain itu, akuaponik
juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik,
2012), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari pesisir hingga pegunungan.
Untuk memberikan gambaran tentang peluang pengembangan
akuaponik, maka dapat dilihat Analisa Usaha Pembesaran Ikan Patin Bersama Selada
sebagai berikut:
Sumber:
BPPBAT Bogor, 2014.
Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air dan Lahan. Bogor, Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Air Tawar.
http://pusluh.kkp.go.id/mfce/halaman-album-46-perikanan-budidaya-html
diakses pada 09/08/2016.
https://www.google.co.id/search
Sutrisno, dkk.
2013. Teknologi Budidaya Ikan Air Tawar Sistem Akuaponik.
Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta,
Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Wednesday, 24 May 2017
ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN MAS BERSAMA SELADA
Akuaponik secara sederhana dapat diartikan sebagai sistim
terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) dan Hidroponik (budidaya tanaman
non-tanah) atau teknologi budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan
dengan tanaman.
Sejak tahun 2005 teknik budidaya ikan air tawar dengan
sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor
sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan
budidaya ikan khususnya di perkotaan.
Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air akibat limbah
budidaya (sisa pakan dan metabolisme ikan, penyebab tingginya N dan P dalam
air) akan diserap dan dimanfaatkan oleh akar sebagai sumber nutrien bagi
tanaman. Akibat dari mekanisme tersebut maka air yang digunakan sebagai media
budidaya ikan akan terpurifikasi sehingga tidak perlu diganti selama periode
pemeliharaan (hanya perlu ditambah untuk mengganti air yang hilang akibat
penguapan).
Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim
akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, 2005), dapat mereduksi
ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l
menjadi 0,013-0,25 mg/l (Nugroho dan Sutrisno, 2002). Selain itu, akuaponik
juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik,
2012), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari pesisir hingga pegunungan.
Untuk memberikan gambaran tentang peluang pengembangan
akuaponik, maka dapat dilihat Analisa Usaha Pembesaran Ikan Mas Bersama Selada
sebagai berikut:
NO.
|
URAIAN
|
VOLUME
|
SATUAN
|
HARGA SATUAN
|
JUMLAH
|
1.
|
INVESTASI
|
||||
a.
|
Pembuatan/pembelian wadah budidaya
|
||||
|
- Kolam
Terpal 4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24
bulan)
|
1
|
buah
|
400.000
|
400.000
|
b.
|
Peralatan
|
||||
|
- Mesin Pompa
Air (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
|
1
|
buah
|
150.000
|
150.000
|
|
- Pipa PVC
1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
|
6
|
batang
|
15.000
|
90.000
|
|
- Knee
1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
|
12
|
buah
|
4.500
|
54.000
|
|
- Ember 10 L
(JUE = 2 tahun = 24 bulan)
|
30
|
buah
|
7.500
|
225.000
|
|
- Batu apung
(JUE = 3 tahun = 36 bulan)
|
45
|
kg
|
9.000
|
405.000
|
|
JUMLAH 1 (INVESTASI)
|
1.324.000
|
|||
2.
|
BIAYA TETAP
|
||||
a.
|
Penyusutan Wadah Budidaya
|
||||
|
- Kolam
Terpal 4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24
bulan)
|
4
|
bulan
|
16.667
|
66.667
|
b.
|
Penyusutan Peralatan
|
||||
|
- Mesin Pompa
Air (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
|
4
|
bulan
|
12.000
|
48.000
|
|
- Pipa PVC
1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
|
4
|
bulan
|
2.500
|
10.000
|
|
- Knee
1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
|
4
|
bulan
|
1.050
|
4.200
|
|
- Ember 10 L
(JUE = 2 tahun = 24 bulan)
|
4
|
bulan
|
9.375
|
37.500
|
|
- Batu apung
(JUE = 3 tahun = 36 bulan)
|
4
|
bulan
|
11.250
|
45.000
|
c.
|
Gaji Tenaga Kerja
|
4
|
orang/bulan
|
100.000
|
400.000
|
d.
|
Listrik (20 - 30 watt x 24 jam x 30 hari)
|
4
|
bulan
|
20.000
|
80.000
|
|
JUMLAH 2
(BIAYA TETAP)
|
691.367
|
|||
3.
|
BIAYA VARIABEL (OPERASIONAL)
|
||||
a.
|
Benih
|
||||
|
- Benih Ikan
Mas; Ukuran 3 - 5
|
1.500
|
ekor
|
75
|
112.500
|
|
- Benih Selada
|
30
|
unit
|
5.000
|
150.000
|
c.
|
Pakan
|
||||
|
- Pakan
Pabrik
|
125
|
kg
|
8.500
|
1.062.500
|
d.
|
Bahan-bahan habis pakai
|
||||
|
- Probiotik
|
1
|
liter
|
25.000
|
25.000
|
|
- Obat-obatan
ikan
|
1
|
paket
|
50.000
|
50.000
|
|
- Media
filter
|
20
|
unit
|
7.500
|
150.000
|
|
JUMLAH 3 (BIAYA OPERASIONAL)
|
1.550.000
|
|||
4.
|
BIAYA TOTAL (TETAP + VARIABEL)
|
2.241.367
|
|||
|
- Mas = Rp.
1.540.667
|
||||
|
- Selada =
Rp. 550.700
|
||||
5.
|
PENERIMAAN
|
||||
|
- Panen Mas
(Size 7 - 10)
|
100
|
kg
|
16.000
|
1.600.000
|
|
- Panen Selada (3 bln x 2 musim x 30 unit x 2 kg)
|
360
|
kg
|
3.000
|
1.080.000
|
|
JUMLAH 5
|
2.680.000
|
|||
6.
|
KEUNTUNGAN = (PENERIMAAN - BIAYA TOTAL)
|
438.633
|
|||
|
- Mas = Rp.
59.333
|
||||
|
- Selada =
Rp. 529.300
|
||||
7.
|
KEUNTUNGAN (JIKA TENAGA KERJA TIDAK DIBAYAR)
|
838.633
|
|||
8.
|
ANALISA-ANALISA
|
||||
|
IKAN MAS
|
||||
|
- Harga Pokok
Penjualan = (biaya total/volume prod)
|
Rp./satuan
|
15.407
|
||
|
- R/C
ratio =
(penerimaan/biaya total)
|
-
|
1
|
||
|
- B/C
ratio =
(keuntungan/biaya total)
|
-
|
0
|
||
|
- Payback
Period =
(investasi/keuntungan)
|
kali usaha
|
9
|
||
|
-
Net Interest Margin =
keuntungn/penerimn x 100)
|
%
|
5
|
||
|
SELADA
|
||||
|
- Harga Pokok
Penjualan = (biaya total/volume prod)
|
Rp./satuan
|
1.530
|
||
|
- R/C
ratio =
(penerimaan/biaya total)
|
-
|
2,0
|
||
|
- B/C
ratio =
(keuntungan/biaya total)
|
-
|
1,0
|
||
|
- Payback
Period =
(investasi/keuntungan)
|
kali usaha
|
1
|
||
|
-
Net Interest Margin =
keuntungn/penerimn x 100)
|
%
|
49
|
Sumber:
BPPBAT Bogor, 2014.
Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air dan Lahan. Bogor, Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Air Tawar.
http://pusluh.kkp.go.id/mfce/halaman-album-46-perikanan-budidaya-html
diakses pada 09/08/2016.
https://www.google.co.id/search
Sutrisno, dkk.
2013. Teknologi Budidaya Ikan Air Tawar Sistem Akuaponik.
Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta,
Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Subscribe to:
Posts (Atom)
ANALISIS EFEKTIVITAS PERCONTOHAN PENYULUHAN PERIKANAN: PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA IKAN BAWAL AIR TAWAR DENGAN MEDIA KOLAM TERPAL BUNDAR PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN (POKDAKAN) JUARA BERSAMA
RINGKASAN EKSEKUTIF Percontohan penyuluhan perikanan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan menguji efektivitas penerapan teknologi budida...

-
Sumber: Tim Fasilitator Pusluhdaya KP. 2016. Bahan Tayang "Penu...