Memasuki tahun 2017, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tetap
terus memfokuskan program percepatan pembangunan di sektor kelautan dan
perikanan serta pemberantasan penangkapan ikan secara ilegal (illegal
fishing). Upaya yang dilakukan salah satunya melalui penegakan hukum dan
pengamanan laut Indonesia sebagai program prioritas KKP bersama Satgas
115.
“KKP tetap concern kepada penegakan hukum dan pengamanan laut,” ujar
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat acara Refleksi
2015-2016 dan Outlook 2017 bersama para pemimpin redaksi media massa di
Kantor KKP, Gedung Mina Bahari IV Jakarta, Rabu (14/12).
Susi mengungkapkan, pada 2017 ini KKP akan tetap menjalankan
tugasnya, salah satunya memberantas illegal fishing. Hal ini sesuai
dengan visi pemerintah dalam mewujudkan laut sebagai masa depan bangsa.
“Tetap memberantas illegal fishing dengan menenggelamkan kapal.
Bedanya, sekarang ini kami menenggelamkan kapal tapi tidak diekspos
media. Karena menurut saya sudah cukup memberikan efek jera,” ungkap
Susi.
Dalam dua tahun terakhir, KKP telah menenggelamkan sebanyak 236 kapal
yang terdiri atas 229 kapal asing dan 7 kapal Indonesia pelaku illegal
fishing. Sementara pelanggaran yang telah ditangani sebanyak 481 kasus,
termasuk 209 kasus berkekuatan hukum tetap (in kracht).
Lebih lanjut Susi juga mengatakan, akan terus melakukan koordinasi
dengan lembaga lain untuk menjaga keamanan di wilayah pesisir agar hasil
laut lainnya dapat terawasi langsung oleh pemerintah.
“Kita terus mencoba mengamankan barang-barang Indonesia yang akan
diselundupkan ke luar negeri. Intinya untuk menjaga kedaulatan kita
tetap konsisten”, ungkapnya.
Pada 2017, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) KKP sebesar
Rp 9,27 triliun. Angka tersebut turun sebesar Rp 4,53 triliun
dibandingkan APBN KKP Tahun 2016 sebesar Rp13,8 triliun. Susi optimis,
kementeriannya akan menggunakan anggaran tersebut agar digunakan untuk
pengawasan dan pembelian bantuan untuk nelayan.
“Kemarin anggaran KKP disetujui DPR sebesar 9,27 triliun Rupiah.
Lebih sedikit dari kemarin. Tapi ya memang itu yang saya inginkan,
sedikit yang penting tepat sasaran dan penggunaannya.”, ungkap Susi.
Adapun kegiatan KKP di 2017, ialah memberikan bantuan untuk
kesejahteraan nelayan, KKP akan memberikan bantuan berupa 1.080 kapal
penangkap ikan (ukuran < 5GT – 120 GT), 22 kapal pengangkut (ukuran
70GT dan 100Gt), 2.990 alat tangkap dan 500.000 asuransi nelayan.
Sementara di sektor pengawasan, KKP akan melakukan operasi pengawasan
selama 150 hari, menyiapkan 8 unit speedboat pengawasan, 1 unit
detention center, 140 hari airbone surveilance dan menyiapkan 526
asuransi awak kapal.
Sumber:
http://kkp.go.id/2016/12/14/tahun-2017-kkp-fokus-kawal-kedaulatan-laut-indonesia/
Wednesday, 30 November 2016
Tuesday, 29 November 2016
PERAWATAN BENIH IKAN MASKOKI
Mengatur
padat penebaran benih berfungsi agar pertumbuhan burayak cepat besar dan tidak
mudah terserang penyakit. Berdasarkan catatan (T. Kafuku & H. Ikenoue,
1983), larva yang baru menetas dipelihara dalam kolam bak semen atau bak fiber
dengan padat penebaran 200-300 ekor/m2.
Padat penebaran ikan yang sudah berumur satu bulan atau panjang tubuh sekitar 2
cm yaitu 100-150 ekor/m2, umur dua bulan 75-100 ekor/m2, dan umur tiga bulan
atau panjang tubuh sudah sekitar 5 cm yaitu 40-60 ekor/m2.
Apabila luas
kolam tidak cukup untuk menampung jumlah burayak yang ada maka sebaiknya dilakukan
seleksi benih terlebih dahulu, yaitu hanya benih berkualitas saja yang
dibesarkan. Burayak maskoki umur di bawah
sebulan sebaiknya diberi pakan berupa jasad renik seperti
Inflisoria, Rotifera, dan Chordata.
Jasad renik
tersebut sangat baik untuk mempercepat pertumbuhan burayak. Organisme kecil ini
diperoleh dari air tergenang yang banyak mengandung bahan organik. Ukuran
tubuhnya sangat kecil dan lazim disebut kutu air. Sebenarnya ada banyak jenis
kutu air tersebut, di antaranya ialah Branchionus sp., Keratela
sp., Picodina sp.,
Daphnia sp.,dan Moinci
sp. Pemberian pakan tersebut secara adlibitum (tersedia setiap saat). Burayak yang sudah berumur 1-2 bulan sudah bisa diberi pakan
cacing sutera (tubfiex worm). Cacing ini banyak mengandung crude oil dan protein yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan. Sebagai pakan tambahan, burayak dapat diberi pelet halus
yang mengandung vitamin dan mineral seperti White Crane CR, CR 6, Tetra Gold Medal
for Quick Growth, atau Izeki Ultra L. Cacing sutera ini disediakan secara adlibthum. Cara pemberiannya ialah
gumpalan cacing sutera yang sudah bersih diletakkan di dalam piring kaca, lalu
dimasukkan ke dalam kolam. Agar tetap tersedia hingga malam hari, cacing sutera
perlu ditambah setiap sore. Pakan berupa cacing sutera ini dapat diberikan sampai
maskoki dewasa. Pakan lain yang juga dapat diberikan adalah cacing super yang
sudah dibekukan.
Cacing
Beku
Cacing segar
Seleksi bertujuan
untuk menghasilkan produk berkualitas baik berdasarkan bentuk tubuh, kelengkapan
sirip, dan warna. Seleksi diawali sejak burayak berumur dua minggu dan
berukuran tubuh mencapai 1 cm.
Pengamatan selektif ditujukan pada sirip ekor. Maskoki yang tidak berekor atau
ekorya tunggal seperti ekor
ikan mas harus dibuang.
Pada
penyeleksian ini dibutuhkan sarana pendukung berupa serokan berbahan halus
ukuran 15 cm dengan kedalaman 5 cm
dan baskom warna putih ukuran 30 cm. Seleksi dimulai pada pagi hari pukul 08.00. Perhatikan
dengan seksama
burayak yang sedang berenang bergerombol. Bila di antaranya ada yang tidak
bersirip ekor maka secara perlahan ikan tersebut diserok bersama dengan
beberapa ekor ikan lain dan dimasukkan ke dalam baskom. Ikan yang rusak
dibuang, sedangkan ikan lain dikembalikan ke dalam kolam. Seleksi dilakukan
setiap hari hingga burayak berumur satu bulan atau sudah tidak ada lagi burayak
yang rusak.
Seleksi
kedua dilakukan saat anak ikan sudah berumur tiga bulan. Seleksi diutamakan
pada bentuk tubuh, sirip, dan wama. Untuk red oranda dan red cap oranda hasil
seleksi terbagi tiga kelas, yaitu kelas A, B, dan C. Red oranda kelas A
merupakan kualitas kontes. Bentuk tubuhnya bulat telur, jambul besar, berekor
lebar, dan sirip punggung tegak. Sirip tidak ada yang terpelintir atau patah
dan wama tubuh sampai ke pangkal ekor merah oranye cemerlang. Untuk kelas B,
bentuk tubuh dan lainnya sama dengan kelas A, hanya berbeda pada jambul yang
kurang besar. Sementara ikan yang tidak termasuk pada kelas A maupun kelas B
digolongkan dalam kelas C. Red oranda kelas B dan kelas C dapat disatukan dalam
satu kolam, sedangkan red oranda kelas A yang berkualitas kontes harus dipisahkan
dalam kolam tersendiri walaupun jumlahnya hanya sedikit. Red cap oranda terbagi
dalam dua kelas, yaitu kelas kontes dan kelas komersial, Ciri-ciri red cap
oranda kualitas kontes antara lain bentuk tubuh bulat telur, jambul lebar
berwarna merah darah, seluruh tubuh berwama putih mutiara cemerlang, sirip
punggung tegak utuh, sirip ekor lebar, dan pangkal ekor berdiri. Bentuk jambul
red cap oranda harus tinggi, melebar, dan warna merahnya tidak boleh ada yang
keluar dan jambul.
Memilih calico oranda yang berkualitas kontes
hanya dengan memperhatikan komposisi warna dan corak yang ada pada tubuhnya.
Ciri lainnya mirip dengan cara memilih red oranda. Oranda red pompom terbagi
atas tiga kelas. Kelas A merupakan kualitas kontes. Dalam memilih kelas A yang
diperhatikan adalah bentuk pompomnya harus tinggi, sama besar, dan harus berwarna
merah darah. Pompom harus berdiri tegak dan tidak terkulai. Pilih warna yang
jarang seperti cokelat cemerlang pada chocolate
oranda red pompom atau putih cemerlang seperti diamond oranda red pompon. Menilai bentuk tubuh sama dengan menilai
bentuk tubuh pada red oranda. Antara
oranda red pompom kelas A dan kelas B hanya berbedaan pada ukuran dan tegak
tidaknya pompom. Sementara ikan yang tidak termasuk dalam kelas A dan B
digolongkan dalam kelas C.
Menyeleksi burayak
bubble eyes dan telescope eyes dapat dilakukan setelah burayak berukuran 1 cm. Seleksi pertama ditujukan untuk
penyortiran burayak bertubuh bengkok tidak berekor, dan bentuk ekor seperti
ikan mas. Pada umur dua bulan, mata sudah terbentuk. Untuk tipe mata balon,
ukuran mata bukan merupakan tujuan utama penyeleksian. Ini disebabkan mata yang
kecil atau tidak sama besar dapat diolah menjadi sama besar. Namun, bila
memilih bubble eyes untuk bakalan kontes, bentuk balon harus sama besar dan warnanya tidak gelap.
Penilaian
juga ditujukan pada bentuk tubuh. Bentuk tubuh bubble eyes harus panjang, punggung datar, tidak bersirip punggung,
ekor panjang, dan belahan ekor harus dalam. Untuk telescope eyes, apa pun tipenya, mata mempunyai nilai sendiri.
Sebagai contoh, telescope eyes tipe butterfly bertubuh bentuk bulat, sirip
punggung tegak, sirip ekor membentang lebar seperti sayap kupu-kupu, kedua mata
harus sama besar, tinggi tonjolan mata harus sejajar dengan kepala, dan warna
mata juga harus sama dengan warna kepala.
Red tossa
atau red-white tossa sudah bisa dilihat perbedaannya setelah berumur 2-3 bulan bila perkembangan warnanya
sempurna. Warna hitam kehijauan pada tubuh tossa akan dominan pada umur sebelum
dua bulan. Selanjutnya, pigmen pembawa warna hitam (melanopkore) secara perlahan akan digantikan oleh pembawa
warna kuning (xanthophore).
Untuk
mempercepat terjadinya
perubahan warna menjadi merah cemerlang, anakan tossa diberi pakan yang banyak
mengandung spirulina dan sent (crude fiber) seperti CR5 atau Ultra P-DX
dan Biriiant F-DX yang mengandung Chitin Chitosan 3%. Untuk tossa yang membawa
warna putih, warna tersebut menjadi lebih berkilau.
Dalam
penyortiran anakan pearlscale yang perlu diutamakan adalah memperhatikan bentuk
tubuh dan sisiknya. Bentuk tubuh harus bulat seperti bola pingpong dan sisik di
tubuhnya harus tampak kasar menonjol seperti butiran buah jagung. Sementara kepalanya
kecil membentuk segitiga. Sirip punggung utuh dan sirip ekor membuka lebar. Belahan
pada sirip ekor harus terlihat jelas. Bila tidak menggunakan induk dari tipe
crown pearlscale maka sulit dijumpai anakan yang berjambul di kepalanya. Bila
salah satu induk bertipe crown pearlscale maka anakan yang dihasilkan ada yang
berjambul di kepala dan ada yang tidak. Pada umur tiga bulan, jambul di kepala
sudah tampak jelas dan dapat diseleksi. Membedakan warna tubuh ranchu dapat
dilakukan pada umur minimal dua bulan. Pada umur satu bulan, sel pembawa warna
hitam (melanophore) masih mendominasi sehingga belum dapat membedakan
wama tubuh, Memasuki umur dua bulan barulah terjadi pembahan warna karena
perlahan-lahan sel
pembawa warna kuning (xanthophore) masuk ketubuh ranchu sehingga warna
tubuh menjadi kombinasi hitam kuning. Memasuki umur tiga bulan warna hitam di
tubuh ranchu semakin sedikit dan warna kuning berubah menjadi orange kemerahan. Pada umur tiga
bulan ini sel pembawa warna merah (erythrophore) mulai mendominasi. Bila
pada umur tiga bulan sel pembawa warna masih didominasi oleh melanophore maka
dapat dipastikan bahwa ranchu akan tetap berwarna hitam.
Untuk
mempertahankan agar pewarnaan tubuh tetap didominasi oleh sel pigmen melanophore,
ranchu perlu diberi bahan pakan yang mengandung lemak seperti cacing sutera
atau cacing super. Selain itu, ranchu perlu diletakkan di tempat yang teduh
dengan suhu air maksimal 22OC. Jika panas terlalu tinggi, warna ranchu
hitam Iebih cepat berubah menjadi merah. Walaupun demikian, terkadang setelah
dewasa warna tersebut pun dapat berubah menjadi merah. Untuk melihat
dominasi sel pewarna tubuh, perlu diperhatikan bagian perutnya. Bila perut
berwarna putih kelabu maka dapat dipastikan bahwa secara perlahan-lahan wama
putih tersebut akan merambat naik ke atas dan berubah menjadi kuning. Lambat
laun perubahan menjadi menyeluruh dan warna kuning berkombinasi hitam akan
berubah menjadi merah. Bila wama perut kuning kehitaman atau bahkan hitam
pekat, dapat dipastikan bahwa warnanya tidak akan berubah.
Pada umumnya semua jenis maskoki umur satu bulan
masih herwarna hitam. Maskoki yang warna tubuhnya cepat berubah menjadi merĂ h
bila berwarna hitarn kehijauan. Untuk mempercepat perubahan warna, suhu udara
ditingkatkan menjadi minimal 26° C.
Selain itu, maskoki diberi pakan pelet yang banyak mengandung spirullina seperti
Hal Feng, CR5, CR6, atan Ultra P-DX dan Brilliant F-DX yang mengandung Chitin Chitosan 3%. Bila pelet yang ada berukuran agak besar, pelet tersebut
sebaiknya ditumbuk bingga halus dahulu sebelum diberikan. Sementara airnya harus
diganti tiga hari sekali agar sinar matahari dapat langsung diterima tubuh.
Perlu diperhatikan bahwa pemberian pakan yang mengandung banyak lemak seperti
cacing sutera atau cacing super harus dihindari karena sangat berisiko, yaltu
pertumbuhan fisiknya menjadi agak terlambat.
Sumber:
Nurleli. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan:
Budidaya Ikan Maskoki. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
BPSDMKP.
Monday, 28 November 2016
PERSIAPAN WADAH BUDIDAYA IKAN MASKOKI
Wadah dan volume yang dapat digunakan untuk membudidayakan maskoki ada beberapa macam
antara lain adalah: bak semen, bak fiber, kolam atau akuarium. Pemilihan wadah
budidaya ini sangat bergantung kepada skala produksi budidaya maskoki. Wadah budidaya maskoki ini sebaiknya
ditempatkan di ruang teduh.
Gambar Wadah budidaya maskoki
Akuarium
yang berbentuk bulat sangat cocok untuk memelihara maskoki yang tubuhnya bulat
gempal. Akuarium bulat yang berdiameter 15
cm cocok untuk memelihara maskoki yang tubuhnya berukuran kecil, sekitar
3-4 cm sebanyak tiga ekor. Jika berukuran sedang (5-6 cm), akuarium hanya diisi
dua ekor. Akuarium ini tidak cocok memelihara maskoki yang berukuran tubuh besar
(6,5—8 cm) ke atas.
Jika mau
memelihara maskoki yang berukuran besar sampai jumbo, akuarium persegi empat
dapat dipilih karena ukuran akuariumnya bervariasi. Akuarium yang berukuran 60
cm x 30 cm x 35 cm dapat diisi
maskoki ukuran kecil sebanyak 8 ekor atau 6 ekor maskoki berukuran sedang. Bila
akan memelihara maskoki berukuran
besar, dapat
dimasukkan 3 ekor, sedangkan maskoki berukuran extra large (10—12 cm)
cukup satu ekor saja. Jika mau memeihara seekor maskoki yang berukuran jumbo (14—15 cm) harus menggunakan akuarium
berukuran 80 cm x 40 cm x 37 cm.
Selain itu, akuarium persegi empat sangat sesuai untuk memelihara maskoki yang
tubuhnya berbentuk bulat panjang.
Strain
maskoki yang cocok dipelihara di dalam akuarium adalah maskoki yang keindahan
warna dan keunikan tubuhnya cenderung dinikmati dan sisi samping (side view) seperti red-white tossa, panda dragon eyes,
chocolate oranda red pompom, red cap oranda, red-white ranchu, dan big head pearlscale combination colour.
Wadah yang
cocok untuk pemeliharaan maskoki selain akuarium yaitu kolam bak semen, bak fiberglass,
dan kontainer kecil yang terbuat dan plastik. Adapun ukuran dan bentuk kolam bak semen disesuaikan dengan luas tanah
yang akan digunakan. Untuk pemeliharaan maskoki berukuran extra large sampai
jumbo dengan jumlah 10-15 ekor dibutuhkan kolam berukuran 200 cm x 300 cm dengan kedalaman air 15 cm. Bila menggunakan baik fiberglass berukuran 100 cm x 150 cm x 40 cm,
dapat untuk memelihara maskoki ukuran large sebanyak 10—12 ekor.
Bila memilih
kontainer kapasitas 70 liter cukup diisi tiga ekor maskoki berukuran large atau satu ekor maskoki berukuran extra large dan jumbo. Tidak
ada strain maskoki yang khusus dipelihara di dalam bak/kolam. Akan tetapi, bila
keindahan warna dan keunikan bentuk fisiknya terletak pada bagian atas maka bak
atau kolam dapat dipilih untuk wadahnya. Strain maskoki yang keindahaimya cenderung dinikmati dan posisi
atas (top view) antara lain strain ranchu (seperti
red-white ranchu), strain bubble eyes, dan strain butterfly.
Sarana
pendukung utama yang harus disediakan di dalam akuarium di antaranya aerator atau blower yang
berfungsi sebagai pemasok oksigen ke dalam air. Selain itu, juga disediakan silkulator
(aquarium liquid filter) yang berfungsi ganda sebagai penyaring kotoran
dan pemasok oksigen. Sarana pendukung lain yang juga berfungsi sebagai alat
pembersih kotoran
yaitu selang penvifon dan serokan. Sementara sarana pendukung lain yang tidak
kalah pentingnya adalah lampu UV (ultra violet biolite) yang berfungsi
sebagai penerang, terutama pada malam hari. Gunakan lampu UV 10 watt untuk akuarium berukuran 60 cm
x 30cm x 35 Cm dan berukuran 80 cm
x 40 cm x 37 cm, serta kontainer
mini berkapasitas 70 liter.
Untuk bak fiberqlass 100 cm x 150 cm
sebaiknya dipasang
lampu 25 watt. Sementara untuk
kolam berukuran 200 cm x 350 cm x 50 cm, lampu yang digunakan UV 40 watt. Patut diketahui, lampu neon memancarkan cahaya yang tidak
menimbulkan panas sehingga tidak meningkatkan suhu air.
Sumber:
Nurleli. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan:
Budidaya Ikan Maskoki. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
BPSDMKP.
Sunday, 27 November 2016
Wednesday, 23 November 2016
PEMIJAHAN IKAN MASKOKI
Untuk
pemijahan maskoki sarana utama yang harus disiapkan yaitu kolam pemijahan dan
substrat perekat telur. Substrat dapat berupa tanaman air yang mengapung seperti
apu-apu atau eceng gondok (Eichornia sp.). Berdasarkan pengalaman,kedua
jenis tanaman air ini sangat disukai induk maskoki untuk melekatkan telur
karena perakarannya lebat, rimbun, dan panjang menjuntai.
Eceng
gondok atau apu-apu terpilih harus dalam kondisi sehat. Untuk eceng gondok,
daunnya harus kaku, kecil, dan berwarna hijau tua. Gondok dipangkal batang
jangan ada yang pecah dan batang tidak tinggi. Sementara untuk apu-apu, daunnya
harus bertumpuk lebat, tidak sobek, dan berwama hijau muda.
Sebelum digunakan, kedua tanaman air tersebut harus disucihamakan terlebih dahulu agar tidak membawa bibit penyakit. Caranya ialah daun yang rusak dibuang dan akar dicuci dengan air mengalir. Setelah bersih, tanaman air ini dimasukkan ke dalam wadah berukuran 30 cm yang sudah diisi air sebanyak 3/4 bagian dan sudah dilarutkan butiran kristal PK (permanganat kalium) 0,5 gram. Tanaman air tersebut direndam selama 2 jam. Setelah direndam. tanaman sudah siap digunakan.
Sebelum digunakan, kedua tanaman air tersebut harus disucihamakan terlebih dahulu agar tidak membawa bibit penyakit. Caranya ialah daun yang rusak dibuang dan akar dicuci dengan air mengalir. Setelah bersih, tanaman air ini dimasukkan ke dalam wadah berukuran 30 cm yang sudah diisi air sebanyak 3/4 bagian dan sudah dilarutkan butiran kristal PK (permanganat kalium) 0,5 gram. Tanaman air tersebut direndam selama 2 jam. Setelah direndam. tanaman sudah siap digunakan.
Selain kedua jenis tanaman air tersebut, substrat perekat telur pun dapat dibuat dari bahan ijuk. Substrat ini dibuat dengan cara ijuk sebanyak satu genggam diikat, lalu disisir agar batang kasarnya terlepas. Setelah membentuk seperti akar, ijuk tersebut diikat pada sepotong styrofoam, lalu dimasukkan ke dalam wadah yang sudah diisi air. Sebelumnya ke dalam air tersebut sudah dilarutkan butiran kristal PK sebanyak 0,5 gram. Selanjutnya, ijuk direndam selama 3-4 jam. Setelah itu, ijuk sudah siap digunakan.
Kondisi air
yang dikehendaki maskoki untuk berpijah harus memenuhi persyaratan suhu, pH,
dH, dan kandungan oksigen terlarut. Untuk dapat berpijah, suhu air hams
berkisar 20-25O C,
kemasaman (pH) air 7-7,5, kesadahan (dH) sekitar 4, dan kadar kandungan oksigen
terlarut di atas5 mg/l.
Ambang batas
toleransi suhu air sekitar 17OC
dan 27OC. Bila suhu
air terlalu rendah maka maskoki akan menjadi malas bergerak dan kehilangan
nafsu makan. Sebaliknya bila suhu air melebihi ambang batas toleransi, maskoki
akan lebih banyak bergerak di permukaan air sehingga proses perkawinannya pun
sulit terjadi. Ambang
batas tolerasi kemasaman air (acidity) 6,8 dan alkalidity 8,3.
Bila pH air kolam di bawah ambang batas toleransi tersebut maka maskoki akan
mengalami acidosis yang ditandai dengan hilangnya nafsu makan akibat penimbunan
ion hidrogen di dalam tubuh. Bila pH air tinggi atau melebihi ambang batas alkalidity
maka maskoki akan mengalami alkalidosis, yaitu produksi lendir di
tubuh meningkat dan maskoki tidak mau memijah.
Sementara
ambang batas toleransi kesadahan air (dH) adalah 6. Bila dH air melebihi ambang
batas tersebut maka maskoki akan menjadi stres dan dapat menemui kematian.
Meningkatkan suhu air yang rendah dapat menggunakan heater (pemanas
air). Sementara bila suhu air tinggi, tanaman air seperti eceng gondok harus
diperbanyak. Daun eceng gondok dapat meredam panas sinar matahari. Selain
dengan eceng gondok, penggunaan penutup dan jaring net yang dipasang di atas
kolam dapat dilakukan agar sinar matahari
tidak langsung menyinari air. Untuk menetralisir pH dan dH, dapat digunakan
Tetra Black Water, Tetra AquaSafe, atau Izeki Super Clean dengan dosis 1 tetes/5 liter air.
Sementara
untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air, dapat dilakukan dengan
mengaktifkan aerator dan melarutkan Oxydan dengan tĂ karan 1 gram/20 liter air. Waktu yang tepat
untuk memasangkan calon induk adalah pada sore hari sekitar pukul 17.30—18.00. Pemasangan calon induk
terdiri dan seekor induk betina dan dun ekor pejantan. Dapat juga dipasangkan
dua ekor induk betina dengan tiga ekor pejantan yang ukuran tubuhnya sama.
Jumlah pejantan lebih banyak dan induk betina karena seekor induk betina
berkualitas tidak cukup hanya dilayani oleh seekor pejantan.
Proses
perkawinan terjadi sekitar 3-5 hari setelah calon induk dipasangkan. Perkawinan
berlangsung pada pagi hari sekitar pukul 07.00—07.30. Prosesi perkawinan berlangsung dengan diawali oleh
dua ekor pejantan mengikuti betina dan saling bergantian menggesek-gesekkan
siripnya ke organ reproduksi betina. Betina yang terangsang akan segera
mengelilingi substrat dan melepaskan telurnya. Telur yang melekat pada substrat
segera dibuahi oleh pejantan. Ukuran telur berkualitas sekitar 0,8-1,3 mm. Setiap induk betina dapat
menghasilkan telur sebanyak 3.500-4.500
butr
Setelah
terlihat telur banyak melekat pada substrat, kedua induk
segera dikembalikan ke dalam kolam masing-masing. Kedua induk diberi pakan pelet yang mengandung vitamin dan mineral tidak dapat menetas pada suhu di bawah 12,5OC. Pada suhu 18-21OC, telur akan menetas sekitar 4-5 hari Sementara pada suhu 24-27OC, telur akan menetas 2-3 hari. Panjang larva yang baru menetas sekitar 5 mm. Di perut larva tergantung kantong telur (yolk sac) yang berfungsi sebagai persediaan makanan sebelum burayak mampu mencari makanan sendiri. Larva tersebut melekat pada substrat dinding kolam, atau dasar kolam.
segera dikembalikan ke dalam kolam masing-masing. Kedua induk diberi pakan pelet yang mengandung vitamin dan mineral tidak dapat menetas pada suhu di bawah 12,5OC. Pada suhu 18-21OC, telur akan menetas sekitar 4-5 hari Sementara pada suhu 24-27OC, telur akan menetas 2-3 hari. Panjang larva yang baru menetas sekitar 5 mm. Di perut larva tergantung kantong telur (yolk sac) yang berfungsi sebagai persediaan makanan sebelum burayak mampu mencari makanan sendiri. Larva tersebut melekat pada substrat dinding kolam, atau dasar kolam.
Untuk menjaga agar kualitas air tidak menurun
maka bagian atas kolam ditutupi dengan terpal atau tripleks. Tutup tersebut
dibuka setelah 2-3 hari, kemudian dan larva sudah bisa berenang mencari pakan
berupa fitoplankton di sekitar akar tanaman. Seminggu kemudian, larva yang
sudah disebut burayak ini dapat memangsa Infusoria, Clorodera, Daphnia, dan Hama. Burayak umur dua
minggu dapat menyantap pelet halus seperti White Crane CR atau Izeki Ultra.
Cara lain
yang lazim digunĂ¡kan untuk mengawinkan maskoki adĂ lah dengan metode stripping.
Metode stripping yang umuin dilakukan adalah telur diambil dan
disatukan dengan sperma jantan di dalam wadah. Namun, stripping yang
dilakukan peternak di Tong Kwan Pu (Dangguan, Cina) berbeda, yaitu langsung di
dalam kolam. Teknis perlakuannya adalah pada pagi hari dua orang masuk ke dalam
kolam yang masing-masing membawa wadah berisi jantan dan betina. Secara bersamaan
keduanya mengurut
perut induk maskoki yang dihadapkan ke substrat perekat telur sampai sel telur
dan sperma keluar. Setelah telur dan sperma keluar, kedua induk dikembalikan ke
kolam induk.
Dengan
metode stripping, tingkat keberhasilan pemijahan sangat rendah. Telur
yang menetas hanya sekitar 10—15% atau sekitar 500 ekor. Namun, pemijahan
dengan cara ini lebih cepat. Secara normal, sepasang induk maskoki yang sudah
matang gonad akan menyelesaikan perkawinan dalam waktu 2-3 hari, sedangkan
dengan metode stripping sebanyak 25 pasang dapat dikawinkan hanya dalam
waktu 2 jam.
Sumber:
Nurleli. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan:
Budidaya Ikan Maskoki. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
BPSDMKP.
Monday, 21 November 2016
CALON INDUK MASKOKI
Untuk
membedakan antara maskoki jantan dan betina tidaklah sulit. Pada dasarnya ada
dua cara yang dapat dipilih. Pertama dengan melihat bentuk organ reproduksinya
dan kedua melalui tanda yang ada pada siripnya. Untuk mengenali perbedaan organ
reproduksinya, maskoki harus ditangkap dan dibuat terlentang. Bila organ
reproduksinya berbentuk oval dan kecil, maskoki tersebut berkelamin jantan.
Namun, bila organ reproduksinya berbentuk bulat dan sedikit menonjol, dapat
dipastikan maskoki berjenis kelamin betina. Adapun mengenali jenis kelamin
melalui siripnya dengan memperhatikan sirip keseimbangan di bagian depan yang
juga berfungsi sebagai sirip insang. Bila tulang siripnya besar dan pada bagian
pangkalnya ada beberapa benjolan kecil berwarna putih maka dipastikan maskoki ini
berjenis kelamin jantan karena betina tidak ada tanda tersebut. Tulang sirip insang
jantan lebih tebal dibandingkan dengan tulang sirip insang betina.
Untuk
mendapatkan calon induk yang berkualitas dapat dengan membeli dari peternak
besar yang produksinya berkualitas baik. Sekalipun harganya mahal, tetapi
kualitas anak yang dihasilkan memuaskan. Bila menghendaki yang berharga sedikit
lebih murah maka pilihlah calon induk yang umurnya muda. Namun, tidak
dianjurkan memilih induk yang diperjualbelikan di pedagang ikan hias karena biasanya
induk tersebut sudah tidak produkif lagi, kurang subur, atau telurnya sulit
menetas. Penyebabnya adalah umur induk sudah melampaui batas produktivitas atau
induk pernah terserang penyakit pada organ reproduksinya. Menyilangkan dua
strain yang berbeda tidak dianjurkan karena anak yang dlihasilkan tidak
berkualitas dan sulit untuk dipasarkan. Namun, perkawinan silang dapat saja
dilakukan dalam kurun waktu yang lama
untuk menghasilkan bentuk tubuh yang lebih menarik atau variasi warna yang
fantastik. Contoh perkawinan silang yang menghasilkan bentuk
tubuh lebih menarik yaitu crown pearlscale atau maskoki mutiara jambul. Sementara contoh perkawinan silang yang menghasilkan variasi warna menawan yaitu panda dragon eyes atau maskoki owo hitam putih.
Maskoki
sudah matang kelamin pada umur 5-6 bulan, tetapi telur yang dihasilkan berjumlah sedikit, berukuran
kecil, dan burayaknya berkualitas rendah. Selain itu, burayak menjadi rentan
terhadap serangan penyakit dan perkembangan tubuhnya lambat. Dengan demikian,
umur maskoki yang ideal untuk dijadikan induk adalah 1,5-3,5 tahun agar burayak yang dihasilkan cepat besar dan tahan
terhadap serangan penyakit. Untuk mengetahui maskoki betina sudah matang
kelamin, perhatikan bentuk perut dan organ reproduksinya. Bila kloakanya tampak
melebar, perut membesar, dan perut terasa lembek bila dipegang maka dapat
dipastikan maskoki betina tersebut sudah matang kelamin dan siap bertelur.
Sementara tanda maskoki jantan matang kelamin bila benjolan kecil berwarna putih
pada sirip insang terlihat jelas.
Bentuk fisik calon induk yang baik harus
sempuma. Tubuh induk ideal di antaranya bulat pendek, sirip punggung lebar dan
berdiri tegak, serta ekor terbelah dua simetris sama lebar. Untuk strain yang
berjambul, bentuk jambul harus besar, tinggi, dan berwarna cemerlang. Sementara
untuk strain bufterfly, kedua mata hams seimbang sama besar, bentangan ekor harus
lebar, dan belahan di ekor harus simetris sama besar. Lain halnya untuk strain
ryukin, kepala harus kecil dan membentuk segitiga. Selain itu, sirip punggung
harus tegak dan lebar, ekor hams panjang dengan belaban ekor simetris sama
besar. Adapun untuk strain ranchu, jambul yang menyerupai brokoli harus
menutupi seluruh muka. Selain itu, tubuh strain ranchu harus bulat gempal,
punggung bungkuk, dan pangkal ekor tegak. Dengan mengetahui syarat-syarat
tersebut, agaknya maskoki yang bertubuh cacat tidak baik untuk dijadikan induk.
Pemeliharaan yang terpisah juga
memudahkan perawatan karena pakan yang diberikan untuk calon induk betina
berlainan dengan calon induk jantan. Dalam pemeliharaan sepuluh ekor calon
induk yang terdiri dan lima ekor calon induk betina dan lima ekor calon induk
jantan dibutuhkan dua buah akuarium berukuran 100 cm x 70 cm x 50 cm. Sementara
lamanya perawatan tergantung dan umur calon induk itu sendiri karena calon
induk yang baik berumur
minimal 1,5 tahun. Namun, bila hanya menunggu sampai matang kelamin, perawatan
dilakukan selama 2-3 bulan.
Pakan yang
baik untuk calon induk betina berupa jentik nyamuk (Mosquito larvacide) yang
sudah disucihamakan. Sebagai pakan tambahan, berikan pelet yang mengandung
mineral kalsium, protein minimal 30%, fiber 2%, dan vitamin (A, D3, B1, seita
E). Untuk calon induk jantan dapat diberi cacing super (blood worm) segar dan pelet yang kandungannya
sama untuk betina. Pemberian
pakan sebaiknya diatur 5-6 kali sehari. Pagi hari pukul 06.30 diberikan pakan
segar dengan jumlah sekali makan habis agar tidak tersisa. Selanjutnya, pukul 10.00 dan pukul 13.000 diberikan pelet dengan takaran
sekali makan habis. Pemberian pelet diulangi lagi pada pukul 17.00 dengan takaran yang sama. Agar
kebersihan air terjaga, setiap kali pemberian pakan tersebut sebaiknya kotoran
dibersihkan terlebih dahulu. Setelah itu, pakan diberikan lagi pada pukul 20.00 berupa pakan segar dalam jumlah
yang lebih banyak sebagai persediaan jika maskoki lapar di malam hari.
Sumber:
https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2F2.bp.blogspot.com%2F-epnOutlXFvQ%2FVRtrlcC07wI%2FAAAAAAAAFE4%2FyevnNBushbE%2Fs1600%2Fikan-mas-koki-mutiara2.jpg&imgrefurl=http%3A%2F%2Fakuariumhias.blogspot.com%2F2015%2F03%2Fbudidaya-ikan-mas-koki.html&docid=9bNJlj6uXB_flM&tbnid=ho-BSeuxKdbEoM%3A&w=800&h=400&bih=667&biw=1366&ved=0ahUKEwi489b5nqHNAhXFvY8KHRBGDhIQMwhkKD4wPg&iact=mrc&uact=8
Nurleli. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan:
Budidaya Ikan Maskoki. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
BPSDMKP.
Friday, 18 November 2016
Tuesday, 15 November 2016
INFO PERIKANAN: GEODINAMIKA DAN LAUT DALAM UNTUK PEMBANGUNAN KELAUTAN NASIONAL
Pendahuluan
Geodinamika sebagai cabang keilmuan dari geologi memegang peranan penting untuk mengungkap potensi sumber daya yang berada di bawah perairan laut dalam (deep sea) ataupun dasar laut (seafloor). Konsep klasik tentang tatanan tektonik lempeng dunia (plate tectonic) yang berkembang pada pertengahan abad ke-20, pada saat ini semakin berkembang pesat bersamaan dengan perkembangan teknologi instrumentasi kelautan abad ke-21. Kawasan laut dalam (kedalaman > 200 m) di Indonesia, berada di Kawasan Samudera Hindia Perairan Barat Sumatera dan Selatan Jawa, serta Perairan Kawasan Timur Indonesia. Kawasan Timur Indonesia ditempati oleh dua pulau besar yaitu Sulawesi dan Papua serta gugusan pulau kecil yang terdiri dari Kepulauan Banda Selatan, Kepulauan Sunda Kecil (Nusatenggara), Maluku dan Halmahera, memiliki tatanan tektonik dan kondisi geodinamika aktif. Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang mengedepankan program Poros Maritim Nusantara, pembangunan kelautan nasional akan menjadi fokus utama. Karena itu, hasil penelitian potensi sumber daya laut dalam dan kondisi geodinamikanya diharapkan dapat berkontribusi bagi pembangunan kelautan nasional Indonesia. Utamanya pada Kawasan Timur Indonesia.
Tatanan Tektonik Kawasan Timur Indonesia
Kawasan Timur Indonesia terbentuk melaui proses geologi yang sangat kompleks akibat dari konvergensi tiga lempeng utama yaitu Lempeng Benua Eurasia yang relatif stabil, Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak relatif ke barat, dan Lempeng Benua Australia yang bergerak relatif ke utara. Pergerakan Lempeng Eurasia sejak 100 juta tahun yang lalu hingga sekarang telah mengalami perputaran searah jarum jam. Pergerakan mengarah ke utara pada zaman Kenozoikum terlihat dengan ditemukannya liniasi magnetik lantai samudera (seafloor magnetic lineations) di selatan Samudera Hindia (Daly et al., 1987). Pada Kala Miosen (23-5 juta tahun lalu), Kawasan Timur Indonesia mulai menunjukkan bentuk sebagai hasil interaksi tiga lempeng utama dengan peristiwa geologi yang terjadi berupa terbentuknya zona bukaan dan pembentukan ofiolit Neogen di utara Timor dalam lingkungan punggungan tengah samudera; serta ofiolit Neogen di bagian barat Seram terbentuk dalam konteks busur belakang. Pada Miosen Awal, terjadi tabrakan miring antara Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik, Filipina, dan Carolina membentuk sesar-sesar mendatar sinistral dan menyebabkan terfragmentasinya bagian Kepala Burung Papua, menghasilkan beberapa lempeng mikrokontinen Australia (Lee & Lawver, 1995; Hall, 2002; Permana, 2002). Pada akhir Miosen ditandai dengan rotasi berlawanan arah jarum jam dari Pulau Seram menempati posisinya sekarang diikuti oleh obduksi Ofiolit dan pemalihan pada lempeng mikro Seram. Pada Kala Pliosen (5-2 juta tahun yang lalu), terjadi penunjaman ke utara dari kerak benua Australia dan ditandai oleh aktivitas gunungapi di sekitar busur Banda Selatan, Buru, dan Seram. Pada Kala Resen atau kondisi saat sekarang, Lempeng Pasifik bergeser ke arah barat-barat daya dengan kecepatan 95-100 mm pertahun, sementara Lempeng Australia bergerak ke arah utara-timur laut dengan kecepatan 72 mm pertahun (Benes & Scot, 1994; Hall, 2002; Wilson, 2002; Permana, 2002).
Potensi Sumber Daya Laut Dalam
Sumber daya laut dalam yang terkait dengan kondisi geodinamika aktif Kawasan Timur Indonesia adalah keterdapatan gunungapi bawah laut dan aktivitas hidrotermal. Tatanan tektonik yang memicu pembentukan gunungapi bawah laut dan aktivitas hidrotermal di Kawasan Timur Indonesia adalah adanya pola subduksi di bagian selatan dan akibat dari tumbukan ganda busur kepulauan (double-arc collision) di bagian utara, sekitar Lengan Timur Sulawesi dan Halmahera, yaitu tumbukan antara Lempeng Laut Sulawesi dan Lempeng Laut Maluku.
Potensi gunungapi bawah laut dan aktivitas hidrotermal di perairan Kawasan Timur Indonesia adalah sangat besar yang telah dibuktikan dengan ditemukannya Kompleks Gunungapi Bawah Laut Komba di sekitar Laut Flores-Wetar dalam Ekspedisi Bandamin kerjasama riset kelautan Indonesia-Jerman (Sarmili et al., 2003) dan aktivitas hidrotermal di sekitar Gunung Banua Wuhu dan Gunung Kawio di perairan Sangihe-Talaud melalui Ekspedisi IASSHA (Indonesia Australia Survey for Submarine Hydrothermal Activity kerjasama riset kelautan Indonesia-Australia pada tahun 2003 (Permana et al., 2003). Pada tahun 2010, Ekspedisi kelautan di perairan Sangihe-Talaud dipetakan kembali menggunakan teknologi Multibeam Echosounder beresolusi tinggi dan observasi bawah laut menggunakan Remotely Operated Vehicles (ROV) bertajuk Ekspedisi Index-Satal kerjasama lintas institusi riset kelautan Indonesia yang dipimpin oleh KKP dengan NOAA Amerika Serikat. Dalam Ekspedisi Index-Satal 2010 ini, telah dilakukan pemetaan dasar laut menggunakan kapal Okeanos Explorer milik NOAA yang dilengkapi dengan peralatan Multibeam Echosounder Kongsberg Simrad EM302 untuk pemetaan dasar laut dalam. Peralatan ini dapat merekam data kedalaman laut hingga mencapai 7000 meter, menampilkan fitur dasar laut beresolusi tinggi (30 arcsecond), dan berhasil 2 memetakan + 38.549 km perairan laut dalam di sekitar kawasan Perairan Sangihe – Talaud, serta berhasil menemukan dan merekam gambar berdefinisi tinggi (high definition camera) dari gunungapi bawah laut Kawio Barat (Triarso et al., 2010) menggunakan ROV.
Berdasarkan hasil dredging sampel batuan Ekspedisi IASSHA 2003 (Permana et al., 2012), batuan Perairan Sangihe-Talaud berpotensi mengandung mineral dasar laut yang bernilai ekonomis tinggi, seperti mineral oksida logam.
(Rainer Arief Troa - Peneliti Puslitbang Sumber Daya Laut dan Pesisir)/Hdh
Sumber: http://balitbangkp.kkp.go.id/med_in_si44.php?url=PENELITIAN%20GEODINAMIKA%20DAN%20LAUT%20DALAM%20UNTUK%20PEMBANGUNAN%20KELAUTAN%20NASIONAL
Friday, 11 November 2016
Monday, 7 November 2016
PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR
1. Membedakan jantan dan betina
Sebelum melakukan pembenihan pembudidaya lobster harus dapat
mengetahui terlebih dulu perbedaan antara lobster jantan dan betina. Cara
membedakan kelamin yang paling muda adalah menggunakan teknis visual dari
atas.Lobster jantan dapat di lihat jika pada capik sebelah luarnya terdapat
bercak berwarna merah. Namun, tanda merah itu baru muncul ketika lobster
berumur 3-4 bulan atau setelah lobster berukuran 3 inc (7 cm). Tanda merah ini
juga merupakan tanda lobster jantan telah siap kawin (matang gonad). Sedangkan
pada lobster betina di bagian yang sama tidak tampak tonjolan (penis). Ciri
lobster betina adalah terdapat lubang pada pangkal kaki ketiga dari bawah
(ekor). Lubang tersebut adalah kelamin lobster betina dan tempat mengeluarkan
telurnya.
2. Pemilihan induk
Pilih indukan yang berukuran di atas 4
inci (10 cm) atau berumur di atas 5-6 bulan karena lobster seperti ini akan
memiliki jumlah anakan cukup banyak.
Tips memilih calon indukan yang
berkualitas;
a. Pilih indukan yang
pertumbuhannya paling cepat di antara lobster-lobster yang lain
b. Beli indukan di tempat penjual
indukan yang telah bersertifikat
c. Perhatikan kelaminnya, jangan
pilih lobster yang ”banci”. Pasalnya ada indukan yang mempunyai indukan betina,
tetapi juga memiliki kelamin jantan (sering di sebut dengan lobster banci).
Lobster tersebut kemungkinan besar tidak bisa bertelur
d. Pilih lobster yang badannya
gemuk. Hindari memilih indukan yang kepalanya besar tetapi tubuh dan ekornya
kecil. Ciri tersebut menandakan lobster kurang makan.
e. Kawinkan lobster minimum ketika
berumur 4 inci atau kira-kira berumur 5-6 bulan. Semakin kecil (muda) lobster
di kawinkan, pertumbuhan anakannya akan selalu lambat. Misalnya, jika
mengawinkan lobster ukuran 3 inci (7,5 cm) dan 4 inci (10 cm) akan jauh lebih
cepat daripada yang 3 inci. Namun, bukan berarti ukuran tubuh anakan lobster 3
inci tidak bisa melebihi tubuh induknya. Lobster tersebut tetap bisa tumbuh
melebihi induknya tetapi prosesnya lebih lambat. Lobster ukuran 3 inci memiliki
jumlah telur maksimum 50 butir, sedangkan lobster berukuran 4 inci bisa
menghasilkan telur 200 butir.
f.
Calon indukan lobster berkualitas bisa didapat dengan cara memisahkan
lobster jantan dan betina ketika mereka berukuran 2 inci (5 cm). Paling bagus
baru di kawinkan setelah masing-masing
mencapai ukuran minimum 4 inci (10 cm).
g. Perlu juga diketahui asal usul
lobster atau keluarganya pilih jenis lobster yang murni dari spesies tertentu
agar pertumbuhan anakan lobster lebih baik.
3. Mengawinkan Lobster
Gabungkan indukan jantan dan betina
lobster menjadi satu dalam suatu media akuarium yang berukuran 1x 0,5 meter
tinggi 25 cm bisa di masukan sekitar 5 lobster betina dan 3 lobster jantan.
Satu jantan prinsipnya mampu membuahi 30 betina tetapi dalam perkawinan di
akuarium digunakan 3 lobster jantan
karena dalam perkawinan tersebut lobster betina lebih dominan dalam memilih
pasangan yang cocok sehingga jika hanya ada 1 ekor lobster jantan di dalam
akuarium, kemungkinan ke 5 lobster betina untuk kawin dan bertelur semua
menjadi lebih kecil.
Kebiasaan lobster dalam melakukan
perkawinan saling mencari kecocokan. Ketika mengawinkan lobster, ukuran tubuh
lobster jantan dan betina tidak harus sama karena di habitat aslinya, lobster
jantan memang memiliki tubuh lebih besar daripada lobster betina.
Jika media perkawinan menggunakan akuarium
ukuran 1x 0,5 x 0,5 meter, letakan minimum 8 buah pipa paralon berdiameter 2
inci dan panjang 15-20 cm, tergantung pada ukuran indukan. Indukan berukuran 4 inci,
panjang paralon yang di gunakan 15 cm dan indukan dengan ukuran 5-6 inci
panjang paralonnya 20 cm. Dua minggu setelah lobster jantan dan betina di
gabungkan biasanya sudah ada indukan bertelur.
Lobster dalam masa perkawinan akan saling
berhadap-hadapan membentuk formasi huruf Y. Lobster jantan akan mengeluarkan
sperma dan meletakannya di dekat pangkal ke dua kaki lobster betina. Sperma
tersebut berwarna putih, menggumpal, agak keras, dan larut ke air. Setelah di
buahi, lobster betina akan menyingkir dari lobster jantan sampai perlahan-lahan
mengeluarkan telurnya dari lubang pangkal kaki ketiga melewati sperma lalu
turun ke ekor atau abdomennya. Telur di kumpulkan didalam abdomennya sambil
ekornya menutup rapat selama seminggu pertama.
4. Pemindahan Induk Pengeraman dan
Penetasan Telur
Setelah minggu ke-2 atu ke-3 telur baru
dapat menempel dengan baik di kaki renangnya, dan si betina akan berjalan
keliling dengan ekor terbuka sehingga telurnya dapat terlihat. Dalam keadaan
seperti ini induk dapat dipindahkan dari akuarium perkawinan, ke kolam
penetasan yang berukuran 1x 2 meter, atau ke kolam penetasan masal menggunakan
kurungan keranjang. Resiko meletakan induk ke dalam akuarium adalah harus
memindah-mindahkan lagi, karena setelah satu bulan harus di pisah-pisahkan lagi
ke dalam akuarium
Ciri Ciri Proses Pematangan Telur :
a. Minggu kedua bentuk telur masih
bulat
b. Minggu ketiga mulai terlihat
dua bintik hitam pada telur. Binitk hitam tersebut merupakan embrio
c. Minggu keempat, capit, sungut,
dan kakinya mulai tumbuh. Pada fase ini, lobster masih belum bisa mandiri. Jika
fase ini telur rontok dari induknya kemungkinan besar embrio tersebut akan
mati. Ketika menempel di kaki renang induknya, ibunya akan dengan telaten
merawat embrio tersebut dengan cara menggoyang-goyangkan kaki renangnya untuk
memberikan oksigen pada anak-anaknya,
sering kali si induk akan merapikan telurnya menggunakan kaki jalannya.
d. Minggu kelima hampir seluruh
kuning telur sudah habis. Ketika, embrio mulai lepas satu persatu dari induknya
untuk mencari makanan sendiri. Meskipun sudah lepas, embrio bisa saja menempel
ke kaki renang induknya sehingga ketika anakan sudah lepas sekitar 70%, sisanya
sebanyak 30% yang masih menempel sebaiknya dirontokan saja karena di
khawatirkan naluri keibuannya sudah hilang akibat terlalu lama menggendong
telur.
Setelah bersih, si induk betina
dipindahkan ke akuarium lain untuk istirahat selama dua minggu sampai berganti
kulit. Tujuannya, jika berganti kulit, ukuran lobster menjadi semakin besar,
sehingga semakin banyak juga jumlah anakan yang dihasilkan pada penetasan
berikutnya karena semakin besar tubuh lobster betina, kapasitas penyimpanan
telurnya akan bertambah besar.
Semakin bertambah usia dan ukuran lobster,
jumlah telurnya terus bertambah, tetapi frekuensi bertelurnya menjadi lebih
jarang. Ketika sedang dalam masa istirahat panjang (1 bulan), ada kemungkinan
induk sudah matang gonad. Induk seperti ini dapat mengeluarkan telur sendiri
tanpa dibuahi. Namun, telur yang dihasilkan adalah telur kosong sehingga ketika
induk menggendong telur selama 1-2 minggu dan merasakan bahwa telur yang
digendongnya tidak ada pertumbuhan maka telur tersebut akan dimakannya.
Apabila air ditempat perkawinan dan air
ditempat penetasan memiliki perbedaan suhu dan pH, letakan terlebih dulu
lobster yang sedang bertelur tersebut kedalam baskom yang diisi dari akuarium
perkawinan baru kemudian dipindahkan kekolam penetasan dengan dipercik-percikan
air kolam supaya suhu dan pH air di baskom stabil.
5. Pemeliharaan Benih
Setelah menetas, anakan lobster tidak cocok diberi makanan dari jenis
sayuran dan umbi-umbian sebaiknya merekan diberi cacing sutera atau cacing beku
sehingga bisa memacu pertumbuhan denga baik. Jumlah pakan yang diberikan
sebaiknya 3% dari berat badannya. Pada pagi hari pakan yang diberikan sebanyak
2% dan sore hari 75%.
6. Kematian Benih Lobster
Kematian benih biasa dipicu oleh kegagalan dalam pergantian kulit yang
pertama kali. Meskipun demikian, perlu diperhatikan adanya bahaya pencemaran
racun yang bisa muncul, misalnya racun bekas semprotan (fogging) Demam Berdarah Dengue (DBD). Maka dari itu sebelum
penyemprotan sebaiknya semua media ditutup dengan plastik, apabila perlu
matikan aeratornya.
7. Panen Benih
Dalam pemanenan benih berukuran 1-2 cm alat yang digunakan adalah
ember plastik scoopnet berukuran 20 x
10 cm. Sementara itu saat yang baik untuk pemanenan adalah sebelum jam 9 pagi
berada dilingkungan terbuka, kualitas dan parameter air yang digunakan harus
sama dengan air dalam akuarium agar benih tidak menjadi stres. Sebaiknya air
yang digunakan berupa air baru, bukan dari akuarium karena biasanya telah
kotor. Perlu diketahui, tingkat sensitifitas benih berukuran 20 hari terhadap
perubahan lingkungan drastis lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran lebih
besar.
8. Simulasi Usaha Pembenihan
Simulasi usaha yang dilakukan dilahan
pekarangan rumah dengan menggunakan bak tembok adalah sebagai berikut :
a) Luas keseluruhan 100 m2
- Lahan perawatan induk seluas 30
m2.
- Lahan pemijahan 20 m2.
- Lahan pembenihan 40 m2
- Lahan untuk tendon air dan
lain-lain 10 m2.
b) Wadah pembenihan berupa bak
tembok dengan ukuran 1 m x 1 m x 1 m sebanyak 35 bak
c) Sarana dan prasarana
1) Prasarana
- Pengadaan induk 30 pasang.
Perbandingan induk jantan dan betina 1 : 3.
- Perbaikan/pembuatan kolam.
- Pengadaan peralatan :
o
Thermometer.
o
pH meter
o
Water heater.
o
Pompa air dan aerator
2) Sarana
- Pakan
- Pakan induk berupa pellet
dengan kandungan protein 30% sebanyak 2-3% berat ikan. Frekuensi pemberian
pakan sebanyak 3 kali. Selama induk di kolam perawatan diberi pakan pelet
dengan penambahan pakan alami, seperti tauge dan cincangan wortel.
- Pakan larva berupa plankton
dari jenis daphnia, klorela, tubefix, rotifer sebanyak 1% dari berat biomas.
- Pakan benih berupa pakan alami,
seperti cacing.
d) Tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk operasional 1 orang
e) Jumlah induk jantan 30 ekor dan
induk betina 90 ekor.
f) Frekuensi pemijahan 3 kali
setahun.
g) Jumlah benih yang dihasilkan
dari 90 ekor induk betina yang bertelur 1.000 butir dengan SR 80% dan frekuensi
pemijahan 3 kali adalah 90 x 1.000 x 3 x 80% = 216.000 ekor per tahun.
h) Siklus periode pembenihan
lobster 2-3 bulan.
Sumber:
Kristiany M.G.E., dan Mulyanto. 2011. Materi Penyuluhan
Perikanan: Budidaya Lobster Air Tawar. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan
Perikanan BPSDMKP.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi
Permakluman: Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...
-
Ikan merupakan sumber protein hewani yang rendah kolesterol dan sangat baik untuk kecerdasan otak. Salah satu teknologi pengolahan ikan yan...
-
Pendinginan ikan merupakan salah satu proses yang umum digunakan untuk mengatasi masalah pembusukan ikan, baik selama penangkapan, peng...