Friday 30 October 2015

PEMELIHARAAN LARVA IKAN NEON TETRA



Di dalam melakukan usaha budidaya ikan hias umumnya dilakukan kegiatan pembenihan dan pembesaran dalam setiap siklusnya karena masa produksi ikan hias yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan ikan konsumsi. Ikan hias tetra memerlukan waktu sekitar 4.5 – 5 bulan yang terbagi ke dalam masa produksi benih ukuran S selama 1.5 bulan, masa produksi ukuran M selama 1.0 bulan, dan masa produksi ukuran L selama 2 – 2.5 bulan.
       Kegiatan pemeliharaan larva ikan tetra bertujuan untuk membesarkan larva yang baru menetas menjadi benih ikan yang siap untuk dipelihara lebih lanjut sampai mencapai ukuran pasar.
       Pemeliharaan larva ini biasanya dilakukan dalam akuarium yang diletakkan dalam ruangan tidak jauh letaknya dari tempat pemijahan induk ikan tetra untuk mempermudah pengelolaan.

PENYIAPAN AKUARIUM
       Akuarium pemeliharaan larva berukuran sama dengan akuarium pemijahan dan penetasan telur, yaitu berukuran 100 x 50 x 35 cm. Sebelum digunakan akuarium harus dibersihkan dari segala kotoran dan dikeringkan agar terbebas dari bibit-bibit penyakit. Kemudian akuarium diisi dengan air setinggi 15 cm. Air yang dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan hias tetra adalah air sumur, air mata air, atau air kolam yang disaring dengan saringan kain halus. Sebaiknya sebelum digunakan air diendapkan terlebih dulu selama 3 – 5 hari. Pengendapan air dapat dilakukan di dalam tandon air. Air yang digunakan sebaiknya air tandon yang telah diendapkan selama 3 –5 hari sebelumnya. Penggunaan air yang telah diendapkan ini dapat mencegah timbulnya penyakit. Ke dalam akuarium dipasang 1 titik aerasi dengan gelembung udara yang keluar halus. Masukkan juga 5 lembar daun ketapang kering untuk menjaga kualitas air dan methylene blue 0.2 ppm sebanyak 3.75 ml untuk mencegah timbulnya penyakit.

PENEBARAN LARVA
       Setelah akuarium pemeliharaan larva selesai dipersiapkan, larva dipanen dari akuarium penetasan. Caranya dengan menuangkan seluruh air berikut larva dari wadah pemijahan ke serok yang ditempatkan dalam baskom. Selanjutnya larva dari serok dipindahkan ke baskom yang berisi air tandon. Baskom berisi larva kemudian diaklimatisasi dan larva ditebarkan ke media pemeliharaan larva yang telah disiapkan.
       Ukuran larva masih kecil yaitu sekitar 5 mm, oleh karena itu penanganannya harus hati-hati dan ikan tidak kelamaan berada dalam serok tanpa air. Larva yang sehat akan bergerak normal setelah berada dalam lingkungan barunya, sedangkan yang tidak sehat cenderung mengapung dipermukaan air.

PEMBERIAN PAKAN
       Larva yang baru menetas masih mempunyai cadangan makanan berupa kantung kuning telur. Cadangan makanan itu baru habis diserap oleh larva pada hari ke-4, sehingga sampai hari ke-4 larva tidak perlu diberi makan.
       Pada hari ke-5 larva sudah memerlukan pakan dari luar. Karena ukuran ikan masih kecil maka pakan yang baik adalah pakan yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Pada umumnya larva ikan hias diberi pakan nauplii Artemia, karena pakan ini selain berukuran kecil juga mengandung zat nutrisi yang baik bagi ikan.
       Larva diberi pakan berupa nauplii artemia selama 10 hari setiap pagi dan sore hari dengan jumlah secukupnya. Penetasan kista Artemia (Lihat Modul Penetasan Artemia) harus dilakukan sehari sebelum waktunya larva diberi makan, yaitu hari ke-4. Pada hari ke 16, larva diberi pakan kutu air rayakan hingga berumur 30 hari dengan frekuensi 2 kali sehari.

PENGELOLAAN AIR
       Selama pemeliharaan ikan, air dalam akuarium akan dikotori oleh sisa pakan dan kotoran yang dikeluarkan oleh ikan (feses ikan). Kotoran yang terlalu banyak dalam media pemeliharaan akan menurunkan kualitas air dan dapat mengganggu kehidupan ikan sehingga perlu dibersihkan.
       Membersihkan kotoran dalam akuarium pemeliharaan ikan dilakukan dengan cara penyiponan kotoran menggunakan selang. Caranya selang diisi dengan air lalu dengan kedua ujung ditutup dengan jari lalu tempatkan satu ujung selang dalam akuarium dan satu lagi di lantai.
       Lepaskan jari dari ujung selang sehingga air akan mengalir ke bawah. Sentuhkan ujung selang dalam akuarium ke kotoran sehingga kotoran masuk ke dalam selang bersama aliran air dan terbuang. Selama penyiponan hindarkan ujung selang terlalu dekat dengan ikan agar ikan tidak terbawa. Air yang keluar sebaiknya ditampung dengan ember untuk memudahkan pengambilan ikan yang terlanjur tersedot selama
penyiponan.
       Pada pemeliharaan larva ikan tetra, penyiponan media pemeliharaan baru dapat dilakukan apabila larva telah berumur 10 hari dengan frekuensi setiap 2 hari sekali. Pada hari-hari sebelumnya tidak perlu dilakukan penyiponan karena kualitas air masih cukup baik dan ikan masih terlalu kecil sehingga dikhawatirkan dapat terganggu. Air yang terbuang akibat penyiponan harus diganti. Biasanya air akan berkurang sekitar 30%.
       Pada minggu ke 3 ikan sudah mulai membesar sehingga perlu ditambah air untuk menambah ruang gerak bagi ikan. Penambahan air dilakukan secara bertahap masing-masing setinggi 5 cm pada minggu ke 3 sehingga ketinggian air mencapai 20 cm dan pada minggu ke 5 sehingga mencapai ketinggian air maksimum 25 cm.
       Pemeliharaan larva ini berlangsung selama 1.5 bulan dan menghasilkan benih berukuran S dengan panjang tubuh ikan 1 – 1.5 cm. Derajat kelangsungan benih berukuran S berkisar antara 30% – 40% dari telur yang terbuahi.

PEMANENAN BENIH
       Setelah larva mencapai ukuran benih dilakukan pemanenan untuk dipindahkan ke tempat pemeliharaan selanjutnya. Panen dilakukan dengan cara mengurangi volume air dalam akuarium pemeliharaan sebanyak 50%. Pengurangan air ini dilakukan dengan cara penyiponan.
       Kemudian ikan diambil dengan serok dan ditampung dalam baskom yang berisi air tandon. Benih ikan sudah cukup besar dan seringkali ukurannya tidak seragam. Untuk mendapatkan ukuran ikan yang seragam dilakukan seleksi ukuran atau grading. Ikan yang akan diseleksi ditampung pada baskom yang dilapisi kain kasa halus, lalu ikan dipilih berdasarkan ukuran dengan sendok. Ikan dipisahkan berdasarkan ukuran dan ditampung pada baskom yang berbeda. Setelah selesai grading ikan dapat dihitung jumlahnya. Mengetahui jumlah ikan berdasarkan ukuran penting untuk menentukan jumlah akuarium pembesaran ikan yang harus dipersiapkan.

SUMBER:
Hadiroseyani Y., 2003.  Modul Pemeliharaan Larva sampai Ukuran Pasar Ikan Neon Tetra. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:
Ahmad Fadly, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Pi) di Tejar Akuarium Sawangan Depok.
Aloa Yudha Satia, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Hi) di Sawangan Depok.
Indri Sri Anggraeni, 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Paracheisodon innesi) di CV. Citra Mina FF Sawangan Bogor.
Jumriati, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra di Sawangan Depok.
Lesmana, D. S, dan I. Dermawan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya.
Lukman Nur Hakim. 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra Merah (Paracheisodon innesi) di CV Citra Mina FF. Sawangan Depok.
Sabtunah, 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra di CV Citra Mina FF Sawangan Depok.
Wahyuni, S., dan A. Fauzi. 2000. Ikan Hias Air tawar : Red Phantom Tetra. Penebar Swadaya.



Thursday 29 October 2015

PEMELIHARAAN BENIH IKAN NEON TETRA



Benih yang dihasilkan dari pemeliharaan larva perlu dipelihara lebih lanjut karena ikan berukuran besar lebih mahal harganya. Ukuran benih hasil pemeliharaan larva biasanya bervariasi mulai dari larva sampai ukuran S, yaitu panjang ikan 1 – 1.5 cm. Ukuran pasar untuk ikan Neon Tetra adalah M (panjang ikan 1.5 – 2 cm) dan L (panjang ikan 2 – 3 cm). Untuk memperoleh benih ukuran ikan S diperlukan waktu 1.5 bulan, ukuran M diperlukan waktu pembesaran benih selama ± 1 bulan, dan untuk ukuran L diperlukan waktu 2 – 3 bulan.

PENYIAPAN AKUARIUM
       Akuarium yang digunakan berukuran sama dengan akuarium untuk pemeliharaan larva. Persiapan wadah dimulai dengan mencuci akuarium sampai bersih lalu dikeringkan dengan melap seluruh dinding dan dasar bagian dalam akuarium dengan busa kering. Selanjutnya akuarium diisi dengan air. Air yang dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan Neon Tetra adalah air sumur, air mata air, atau air kolam yang disaring dengan saringan kain halus. Sebaiknya sebelum digunakan air diendapkan terlebih dulu selama 3 – 5 hari. Pengendapan air dapat dilakukan di dalam tandon air.
       Akuarium diisi air sampai mencapai ketinggian 25 cm atau volume air dalam akuarium mencapai 125 liter. Apabila menggunakan air yang telah diendapkan, tambahkan larutan methylene blue 0.2 ppm sebanyak 3.75 ml dan garam sebanyak 98.5 gram. Apabila menggunakan air yang tidak diendapkan terlebih dulu, tambahkan 7.5 ml larutan methylene blue dan 98.5 gram garam. Aduk agar bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam air melarut dan tercampur merata. Kemudian dipasang 2 titik aerasi.

PENEBARAN BENIH
       Penebaran benih dapat dilakukan setelah wadah pemeliharaan ikan selesai dipersiapkan. Penebaran benih ikan hias tetra biasanya dimulai dari benih berukuran S dengan panjang ikan 1 – 1.5 cm. Jumlah benih yang ditebarkan adalah 500 ekor per akuarium. Untuk mendapatkan ukuran benih yang seragam dilakukan penyortiran benih dengan menggunakan serok untuk memisahkan ukuran benih yang berbeda.

       Penebaran benih ikan Neon Tetra dapat dilakukan setiap saat. Cara menebarkan benih adalah sebagai berikut : benih ikan ditempatkan dalam wadah atau kantung plastik, lalu wadah yang berisi ikan tersebut diapungkan dipermukaan air dalam wadah pemeliharaan beberapa waktu sampai suhu air di kedua wadah tersebut sama. Lalu dengan perlahan wadah benih dimiringkan agar terjadi pencampuran air dan ikan dengan sendirinya masuk ke air dalam wadah pemeliharaan.
       Selama pemeliharaan ikan berlangsung dilakukan kegiatan pemberian pakan, pengelolaan air dan pengendalian penyakit ikan setiap hari secara rutin. Setelah dicapai ukuran yang diinginkan maka masa pemeliharaan berakhir dan dilakukan kegiatan pemanenan ikan.

PEMBERIAN PAKAN
       Selama pemeliharaan, benih ikan hias tetra harus diberi pakan. Pakan yang diberikan adalah pakan alami, yaitu kutu air dan oligochaeta. Pakan alami tersebut disediakan dengan cara mengkultur sendiri atau membeli. Keduanya umumnya diberikan dalam keadaan hidup.
       Frekuensi pemberian pakan adalah 3 (tiga) kali sehari, yaitu pagi pukul 8.00, siang pukul 13.00, dan sore hari pukul 18.00. Kutu air diberikan pada pagi dan sore hari, masing-masing pemberian sebanyak 170 ml dengan kepadatan 220 ekor kutu air per ml atau setara dengan ± 38.000 ekor kutu air untuk 500 ekor ikan hias dalam akuarium pemeliharaan. Oligochaeta diberikan pada siang hari secukupnya, biasanya berkisar antara 3 – 5 sendok makan.
       Pakan alami diberikan dengan cara menebarkan pakan secara merata ke seluruh media pemeliharaan ikan. Pakan alami yang diberikan adalah pakan yang telah dicuci terlebih dulu dengan air, agar bersih dari kotoran maupun lumpur. Kutu air dan oligochaeta dibersihkan dengan cara menempatkan masing-masing pakan tersebut pada wadah terpisah yang berisi air bersih, kemudian disaring dan dibilas dengan air bersih.
       Kutu air yang telah dibersihkan disimpan sebagian untuk pemberian sore hari. Oligochaeta yang telah dibersihkan dapat digunakan untuk 3 (tiga) hari kemudian.

PENGELOLAAN AIR
       Selama pemeliharaan ikan hias tetra di dalam akuarium, air media pemeliharaan harus dikelola agar kualitasnya tetap baik untuk kehidupan ikan. Air media pemeliharaan akan kotor dengan adanya aktivitas ikan dan pemberian pakan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin keruhnya air dan terdapat kotoran yang mengendap di dasar akuarium.
       Air yang kotor dapat menimbulkan masalah seperti peningkatan kandungan racun yang berbahaya bagi ikan. Kotoran berupa feses ikan dan sisa pakan yang mati akan mengurai dalam air dan menghasilkan racun.
       Kotoran dalam air media pemeliharaan dapat dikurangi jumlahnya dengan cara penyiponan dan pergantian sebagian air. Penyiponan feses ikan dan sisa pakan dapat dilakukan dengan menggunakan selang. Ujung selang yang satu di tempatkan dalam akuarium dan yang satunya lagi ditaruh di lantai. Dengan bantuan gaya tarik bumi, air akan tersedot ke bawah. Ujung selang dalam akuarium dapat diarahkan ke kotoran yang akan dibuang.
       Kegiatan penyiponan dapat mengurangi jumlah air dalam akuarium, sehingga perlu ditambahkan air baru dari tandon sejumlah air yang berkurang. Biasanya pergantian air dilakukan sebanyak 30% dan 50 % dari volume air dalam akuarium dan dilakukan secara bergantian setiap hari. Penambahan air baru ini akan mengencerkan konsentrasi kotoran yang tidak terbuang saat penyiponan, sehingga kualitas air layak untuk kehidupan ikan.
       Setiap dilakukan pergantian air sebanyak 50% harus diikuti dengan penambahan garam ke dalam akuarium sebanyak 98.5 gram. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit pada ikan.
Penambahan air baru ke dalam akuarium dapat menimbulkan stres pada ikan. Oleh karena itu cara menambahkan air harus sedikit demi sedikit dan tidak menimbulkan gejolak air. Pemasangan aerasi juga merupakan satu cara untuk menjaga kualitas air. Aerasi yang cukup dapat mengurangi kandungan racun yang berbentuk gas.

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT
       Di dalam pemeliharaannya, ikan hias tetra sering diserang oleh penyakit bintik putih (white spot) dan penyakit buluk (velvet disease). Penyakit bintik putih menyerang kulit, sisik dan sirip ikan dengan tandatanda adanya bintik-bintik putih pada organ yang diserang. Penyakit buluk juga menyerang organ yang sama dengan mengakibatkan warna ikan menjadi kurang cerah. Ikan yang terserang penyakit memperlihatkan gerakan yang berbeda dari biasanya dan kurang berminat terhadap pakan yang diberikan.
       Selama pemeliharaan ikan perlu dilakukan pengecekan kesehatan ikan setiap pagi hari. Hal ini bertujuan agar penyakit dapat segera diketahui dan dicegah penyebarannya. Langkah-langkah yang dilakukan adalah mengamati bagian ekor ikan apakah terdapat bintik-bintik putih, lalu mengamati warna tubuh ikan apakah berubah menjadi suram, mengamati gerakan renang ikan dan melihat respons ikan terhadap
pakan.
       Untuk mengobati ikan hias tetra yang sakit akibat serangan penyakit bintik putih digunakan blitz ich sebanyak 6 (enam) tetes ke dalam air pemeliharaan, sedangkan untuk pencegahannya digunakan obat yang sama sebanyak 4 (empat) tetes. Untuk mengobati ikan yang terserang penyakit buluk digunakan garam sebanyak 98.5 gram dan 1.25 gram pura.
       Sebelum pengobatan dilakukan, air media pemeliharaan ikan dikurangi 50% baru ditambahkan obat-obatan tersebut di atas. Selama pengobatan, yaitu 3 (tiga) hari lamanya, ikan dipuasakan. Apabila diperlukan pengobatan yang lebih lama waktunya, ikan diberi pakan sedikit saja.
      
SUMBER:
Hadiroseyani Y., 2003.  Modul Pemeliharaan Larva sampai Ukuran Pasar Ikan Neon Tetra. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.


Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...