Wednesday 30 April 2014

PENGOLAHAN IKAN: BANDENG TANPA DURI


Ikan bandeng mempunyai rasa yang gurih namun mempunyai kelemahan yaitu adanya tulang dan duri yang cukup banyak di dalam tubuh ikan Bandeng sehingga berisiko tinggi bila dikonsumsi oleh manusia terutama anak-anak. Hal ini mengurangi minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan Bandeng. Jumlah duri yang terdapat pada ikan Bandeng adalah sebagai berikut; pada bagian punggung ada 42 pasang duri bercabang yang menempel di dalam daging dekat permukaan kulit luar, bagian tengah ada 12 pasang duri pendek, pada rongga perut ada 16 duri, bagian perut dekat ekor ada 12 pasang duri kecil.


Gambar 2. Struktur Duri Pada Bandeng
Bandeng Tanpa Duri merupakan produk perikanan setengah jadi berupa bandeng mentah segar yang telah dibuang tulang dan durinya. Kelebihan dari Bandeng Tanpa Duri yaitu tidak mengurangi atau menghilangkan kandungan gizi yang terdapat pada Bandeng mentah, karena pengolahannya hanya menghilangkan duri yang ada pada Bandeng, daging ikan masih dalam kondisi segar. Bandeng Tanpa Duri selanjutnya dapat dimanfaatkan menjadi berbagai variasi makanan sesuai dengan selera. Beberapa produk olahan dari Bandeng Tanpa Duri ini antara lain Bandeng Pepes, Bandeng Asap, Bandeng Nugget, Bandeng crispy dan sebagainya. Hasil produksi Bandeng Tanpa Duri kemudian dijual kepada konsumen, dimana konsumen ini setengahnya adalah konsumen pengguna (end user) dan sisanya adalah pedagang yang menjual kembali produk ini dalam keadaan mentah (fresh frozen) atau menjualnya setelah diolah menjadi produk makanan olahan.
Bandeng Tanpa Duri ini memang belum dikenal banyak oleh masyarakat, banyak yang mengira Bandeng Tanpa Duri ini sama dengan Bandeng Presto yang memang lebih dulu telah dikenal oleh masyarakat, sehingga produksi Bandeng Tanpa Duri ini masih sangat kecil bila dibandingkan dengan Bandeng Presto. Alasan sedikitnya produksi Bandeng Tanpa Duri ini yaitu proses produksi yang relatif sulit bagi pemula (meskipun setelah mahir, proses ini menjadi sederhana) serta membutuhkan ketekunan serta ketelitian tinggi, khususnya pada saat mencabut duri ikan bandeng tersebut. Seseorang yang telah mahir membutuhkan waktu 2-3 menit untuk melakukan pencabutan tulang dan duri Bandeng. Tetapi bila belum mahir maka mengerjakannya bisa mencapai waktu 15-20 menit untuk setiap ekor bandeng. Tahap pengolahan ikan bandeng tanpa duri adalah sebagai berikut :
Penyiangan
Hal pertama yang harus dilakukan dalam proses penyiangan adalah mencuci semua bandeng yang akan diolah menggunakan air dan es. Tujuannya adalah untuk membersihkan ikan bandeng dari kotoran tanah dan lumpur. Selanjutnya, ikan bandeng disiangi dengan cara membersihkan kotoran dan isi perut ikan dengan cara membelah menjadi bentuk kupu-kupu. Diperlukan kehati-hatian dalam membersihkan isi perut bandeng untuk menghindari pecahnya empedu. Bila empedu pecah, akan membuat rasa ikan menjadi pahit. Ada beberapa pengolah bandeng yang membuang insang. Namun, sebagian lagi ada yang membiarkannya dengan anggapan bahwa insang bisa dijadikan sebagai penyangga bentuk agar penampakan produk terlihat lebih menarik.
Pada dasarnya, tahap-tahap penyiangan bandeng adalah sebagai berikut :
1)      Ikan bandeng dibelah pada bagian punggung ( bentuk kupu-kupu ) dari mulai kepala sampai pada pangkal ekor, usahakan pengirisan tidak memotong tulang punggung.

2)      Bersihkan bandeng dengan cara membuang isi perut, kotoran, insang

3)      Ikan bandeng dicuci agar bandeng juga bersih dari sisa-sisa darah. Pembersihan sisa darah penting dilakukan karena sisa darah yang masih melekat bisa mempercepat terjadinya proses pembusukan baik secara kimia maupun secara biologi. Agar lebih bersih, dilanjutkan dengan perendaman ikan dalam larutan garam 3% .
Pencabutan duri
Bagi pemula, pencabutan duri memang pekerjaan yang tergolong sulit untuk dilakukan. Namun, dengan terus berlatih, pekerjaan ini akhirnya akan terasa mudah. Pengetahuan mengenai jumlah duri tersebut dapat digunakan untuk memastikan apakah duri pada bagian itu sudah tercabut semua. Oleh karena itu, sebaiknya jumlah duri yang telah dicabut dihitung sehingga duri yang ketinggalan bisa segera diketahui. Alat yang biasa digunakan untuk mencabut duri adalah pinset yang rucing.
Pencabutan duri dapat dilakukan secara berurutan sesuai tahapan tersebut atau bisa dengan melakukan dari bagian yang dianggap paling mudah sampai ke bagian yang dirasa paling sulit. Perabaan sebaiknya dilakukan untuk memastikan duri telah tercabut semua. Apabila masih terasa ada duri, segera diambil. Sebaiknya hal ini dilakukan berulang-ulang hingga duri betul-betul tercabut semua.
1) Penggangkatan/ pencabutan tulang belakang
Tulang belakang dipatahkan pada bagian ekor selanjutnya ditarik ke atas kebagian kepala, daging ikan ditekan agar tidak ikut tertarik keatas sampai ke bagian kepala .

2) Cabut duri bagian perut sebanyak 16 pasang dengan menggunakan pinset

3) Mencabut duri di daerah dada dekat kepala (jumlah duri 12 buah)

4) Cabut duri punggung (jumlah duri 42 buah ) diawali pada bagian depan dekat tutup insang .

5) mencabut duri di daerah dekat pangkal ekor (jumlah duri 12 buah)

6) Potong sirip punggung yang diawali dari pangkal punggung sirip punggung hingga sirip terlepas.



7) Perabaan sebaiknya dilakukan untuk memastikan duri telah tercabut semua. Apabila masih terasa ada duri, segera diambil setelah duri betul-betul tercabut semua ikan bandeng tanpa duri siap dikemas.

Tabel 3. Kriteria Mutu Bandeng Cabut Duri Berdasarkan Penilaian Organoleptik
No
Parameter
Keterangan
1
Rupa
Ikan utuh dan tidak patah, muIus, tidak luka atau lecet, tetapi bersih dari sisik, bersih, tidak terdapat benda asing, serta tidak ada endapan lemak atau kotoran lain.
2
Warna
Warna spesifik, cemerlang, serta tidak berjamur dan berlendir
3
Bau
Spesifik seperti ikan, tanpa bau tengik, masam, basi, atau busuk
4
Tekstur
Kompak, padat, tidak berair dan kesat, serta tidak banyak daging yang rusak.

Pengemasan
Setelah duri bandeng tercabuti semua, ikan bandeng yang semula dibelah seperti kupu-kupu ditutup kembali seperti sediakala. Selanjutnya bandeng dimasukkan ke dalam kemasan plastik yang sudah diberi label. Kemasan dari plastik merupakan kemasan yang cukup baik untuk bahan pangan yang mudah rusak. Label dicantumkan untuk lebih memberikan nilai jual yang lebih tinggi dan sebagai salah satu media promosi produk tersebut.
Penyimpanan
Untuk mengawetkan bandeng cabut duri yang telah dikemas, diperlukan tempat pendingin untuk meletakkan bandeng sebelum dipasarkan. Tempat pendingin bias berupa kotak pendingin (cool box) atau freezer. Begitu pula sewaktu memasarkannya, produk bandeng cabut duri sebaiknya diletakkan di tempat pendingin.

SUMBER:
Asriani Ir, 2011. Modul Pengolahan Ikan Bandeng. Materi Penyuluhan Perikanan: Kelompok Modul Pengolahan Ikan. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Monday 28 April 2014

EVALUASI PROGRAMA PENYULUHAN


A.       Pengertian Evaluasi
Evaluasi penyuluhan adalah sebuah proses yang sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang tujuan program penyuluhan disuatu wilayah dapat dicapai dan menafsirkan informasi atau data yang didapat, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.
Evaluasi pada suatu kegiatan merupakan hal yang penting, namun sering dikesampingkan dan konotasinya negatif, karena dianggap mencari kesalahan, kegagalan dan kelemahan dari suatu kegiatan penyuluhan. Sebenarnya evaluasi harus dilihat dari segi manfaatnya sebagai upaya memperbaiki dan menyempurnakan program/kegiatan penyuluhan, sehingga lebih efektif, efisien dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi penyuluhan dapat digunakan untuk memperbaiki perencanaan kegiatan/program penyuluhan, dan kinerja penyuluhan, mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilaksanakan,  membandingkan antara kegiatan  yang dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi digunakan untuk menilai strategi program penyuluhan, dan alat yang efektif untuk mempertanggungjawabkan kegiatan penyuluhan.  Evaluasi dilaksanakan secara sistematis dan obyektif untuk mendapatkan kebenaran berdasarkan fakta bukan opini dari evaluator.
Derajat jenjang keilmiahan/kebenaran dari evaluasi dimulai dari evaluasi sehari-hari, mawas diri, mengevaluasi sendiri, kajian khusus dan penelitian ilmiah, sedangkan pendekatan yang dapat dilakukan  dalam evaluasi adalah pendekatan informasi kunci, pendekatan forum masyarakat, pendekatan indikator dan pendekatan survei/sensus. Manfaat dari hasil evaluasi penyuluhan antara lain : menentukan tingkat perubahan perilaku pelaku utama, untuk perbaikan program, sarana, prosedur, pengorganisasian, dan pelaksanaan penyuluhan perikanan, dan untuk penyempurnaan kebijakan penyuluhan perikanan.
Pada dasarnya evaluasi penyuluhan  dapat dilaksanakan setiap saat selama kegiatan berlangsung, pada awal kegiatan, ditengah dan akhir kegiatan. Jadi dengan evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana tujuan penyuluhan dapat dicapai,  untuk itu perlu dilakkukan proses untuk memperoleh informasi yang relevan dan menafsirkan/ menginterprestasikan data/informasi untuk mengambil keputusan. Untuk mendapatkan data ini dilakukan melalui pengamatan/observasi, mengunakan alat ukur/instrumnen evaluasi berdasarkan standart dan kriteria tertentu.

B.        Evaluasi Programa Penyuluhan
Setiap programa yang disusun  seharusnya diakhiri dengan evaluasi dan dimulai dengan hasil evaluasi kegiatan sebelumnya. Evaluasi yang dilakukan dimaksudkan untuk melihat kembali apakah suatu programa atau kegiatan telah dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang diharapkan. Dari kegiatan evaluasi tersebut akan diketahui hal-hal yang telah dicapai, apakah suatu programa dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil evaluasi itu kemudian diambil keputusan, apakah suatu programa akan diteruskan, atau direvisi, atau bahkan diganti sama sekali. Hal ini didasarkan pada pengertian evaluasi, yaitu suatu proses pengumpulan informasi melalui pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tertentu untuk mengambil suatu keputusan. Jadi, pada dasarnya evaluasi adalah suatu kegiatan yang menguji atau menilai pelaksanaan suatu programa.
Evaluasi programa biasanya dilakukan untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka menentukan kebijakan selanjutnya. Dengan melalui evaluasi suatu programa  dapat dilakukan secara sistematis, rinci dan menggunakan prosedur yang sudah diuji secara cermat. Dengan metode tertentu akan diperoleh data yang handal, dapat dipercaya  sehingga penentuan kebijakan akan tepat, dengan catatan apabila data yang digunakan  sebagai dasar pertimbangan tersebut benar, akurat dan lengkap.
Pada programa penyuluhan perikanan ada 3 (tiga) aspek yang dievaluasi yaitu: 1) Aspek penyusunannya; 2) Aspek pelaksanaannya dan 3) Aspek keberhasilannya.

1.    Evaluasi penyusunan
Evaluasi pada aspek ini dapat dirinci menjadi 2 (dua) hal yaitu cakupan materi yang tercantum dalam programa dan prosedur yang ditempuh dalam penyusunannya. Tujuan dari evaluasi ini untuk mengukur suatu programa di dasarkan pada:
a.  Kelengkapan data dalam merumuskan keadaan dan analisanya
b.  Kejelasan dalam merumuskan masalah
c.   Kejelasana dalam merumuskan tujuan
d.  Kesesuaian kegiatan/metode untuk mencapai tujuan
e.  Kejelasan dalam merumuskan rencana kegiatan
Pada aspek ini perlu dilakukan evaluasi pada prosesdur penyusunan yaitu langkah-langkah yang telah ditetapkan pada acuan programa yang meliputi:
a.  Pengumpulan, pengolahan dan analisa data
b.  Penyusunan konsep programa
c.   Pembahasan konsep programa
d.  Perbaikan konsep programa
e.    Pengesahan programa
Umumnya indikator penilaian dapat menggunakan katagori; baik, sedang, kurang, relevan, tidak relevan.

2.    Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi ini bertujuan mengukur dan membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang tercantum dalam programa,  aspek yang dievaluasi meliputi:
a.    Revisis/perbaikan
b.    Pelaksanaan kegiatan
c.    Peranserta sasaran penyuluhan
d.    Peranserta instansi terkait
e.    Peranserta penyuluh
f.     Penerapan metode-metode penyuluhan
g.    Perlengkapan, bahan dan biaya
h.    Monitoring dan pelaporan
3.    Evaluasi aspek keberhasilan
Evaluasi keberhasilan suatu programa  antara lain:
a.    Keberhasilan pada tingkat perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) sasaran penyuluhan
b.    Perbaikan program, sarana, prosedur, pengorganisasi pelaku utama dan pelaksanaan penyuluhan
c.    Penyempurnaan kebijakan penyuluhan.
  Adapun programa itu sendiri diartikan segala sesuatu yang dilakukan dengan harapan akan mendapatkan hasil atau pengaruh. Jadi evaluasi programa merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan. Untuk melihat tercapai atau tidaknya suatu programa yang sudah berjalan diperlukan kegiatan evaluasi.

Sumber:
Razi F dan Purnama R., 2010. Modul Penyusunan Programa Penyuluhan Perikanan.. Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Friday 25 April 2014

TAHAPAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN

Penyusunan programa penyuluhan kelautan dan perikanan dilakukan bertahap oleh penyuluh perikanan bersama-sama para kontak pelaku utama dan pelaku usaha secara partisipatif melalui tahapan sebagai berikut:

A.       Perumusan Keadaan
Untuk merumuskan keadaan hal yang dilakukan yakni: pengumpulan, pengolahan dan analisis data tentang potensi, produktifitas dan lingkungan usaha pelaku utama; serta perilaku dan kebutuhan pelaku utama dalam usaha yang berorientasi bisnis kelautan dan perikanan, melalui berbagai metode partisipatif, diantaranya dengan kajian pedesaan sercara partisipatif atau PRA (Participatory Rural Apprasial), dan/atau rencana kegiatan penyuluhan yang telah disusun setiap tingkatan administrasi pemerintahan. Dari hasil analisis ini akan diperoleh gambaran mengenai potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan usaha pelaku utama.
PRA merupakan metode pendekatan belajar mengenai kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan, oleh masyarakat pedesaan sendiri, meliputi kegiatan menganalisis , merencanakan dan bertindak. PRA dapat diartikan sebagai : Sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan.

Tekni-teknik PRA ini berupa visual (gambar atau bentuk yang dapat dilihat) yang digunakan sebagai media diskusi masyarakat tentang keadaan diri mereka sendiri dan lingkungannya. Alat-alat visual ini sebagai media belajar bersama yang dipergunakan baik untuk masyarakat (pelaku utama perikanan) yang buta aksara atau yang melek aksara.
Berikut ini adalah teknik-teknik PRA yang bukan merupakan teknik baku, sebab penggunaan teknik-teknik ini masih perlu disesuaikan dengan tujuan atau kebutuhan. Instrumen PRA dimaksud adalah :
1.      Teknik Penelusuran Alur Sejarah 
2.      Bagan Kecenderungan dan Perubahan
3.      Penyusunan Kalender Musim
4.      Teknik Pembuatan Peta Desa
5.      Teknik Penelusuran Lokasi /Transek
6.      Pembuatan Sketsa Kolam
7.      Pembuatan Bagan Hubungan Kelembagaan/Diagram Venn
8.      Kajian Mata Pencaharian
9.      Wawancara Semi Terstruktur
10.  Teknik Pembuatan Bagan Arus Masukan dan Keluaran
11.  Teknik Pembuatan Bagan Peringkat
Kesebelas teknik PRA tersebut lebih mendalam dipelajari dan dipraktekan pada saat mempelajari Modul Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data.
Jenis data yang dikumpulkan dalam kajian potensi wilayah :
  1. Bio fisik : deskripsi umum wilayah, karakteristik tanah dan iklim, curah hujan rata-rata, luas lahan menurut ekosistem, luas lahan menurut penggunaan, luas tanam/tebar komoditas utama, luas lahan, rencana pengembangan wilayah.
  2. Sumberdaya Manusia : jumlah penduduk menurut golongan umur, pendidikan, jenis pekerjaan, status sosial ekonomi,
  3. Kelompok: kelas kelompok, jumlah anggota, jenis usaha, tabungan/tunggakan.
  4. Penunjang : kelembagaan, sarana prasarana, prospek pasar, kebijakan program.


Setelah data potensi terkumpul, selanjutnya data dianalisis. Analisis potensi wilayah adalah proses menterjemahkan berbagai keterkaitan satu kelompok data dengan kelompok data lain, untuk merumuskan alternatif rekomendasi pola penegembangan usaha perikanan, berupa rancangan pemanfaatan sumberdaya, alternatif jenis komoditas prioritas serta sistem usaha perikanan yang sesuai di wilayah tersebut.
Kegiatan yang mencakup analisis keadaan yakni:
1.      Analisis tentang deskripsi data keadaan;
2.      Penilaian atas keadaan sumberdaya, teknologi, dan peraturan yang ada, dan
3.      Pengelompokan data keadaan ke dalam:
a.    Data aktual dan data potensial;
b.    Keadaan yang ingin dicapai dan yang sudah dapat dicapai;
c.    Teknologi yang dapat digunakan/dikembangkan dan yang sudah digunakan;
d.    Peraturan-peraturan yang sudah berlaku yang dapat diberlakukan.

B.        Perumusan Masalah
Perumusan masalah dilakukan asecara partisipatif dengan merujuk pada hasil identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan, dengan menggunakan teknik analisis pohon masalah/PRA/SWOT dan teknik analisis lainnya.
Proses penetapan masalah dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1.      mengidentifikasi permasalahan pokok baik teknis maupun non teknis;
2.      menetapkan kriteria untuk menentukan prioritas dengan memperhatikan;
a.    mayoritas pelaku utama
b.    peningkatan kesejahteraan
c.    kelestarian lingkungan
d.    keadaan mendesak atau tidak mendesak
e.    efisiensi penggunaan biaya
3.      menetapkan permasalahan pokok secara partisipatif
a.    Menetapkan kriteria untuk menetapkan prioritas (melibatkan banyak pelaku utama dan pelaku usaha, sebaran lokasi luas,kerugian yang diakibatkan tinggi, kemudahan untuk mengatasi masalah, mendesak/penting);
b.    Menetapkan skoring/pembobotan untuk setiap kriteria sesuai dengan kesepakatan;
c.    Melakukan penilaian terhadap setiap masalah berdasarkan skoring;
d.    Menetapkan prioritas masalah.
Keseluruhan masalah yang terkumpul, baik teknis, sosial dan ekonomis perlu dilakukan perangkuman menurut urutan prioritas.  Metode yang paling sering digunakan adalah analisa GMP (Gawat, Mendesak, Penyebarannya):
a.    Gawat : maksudnya merupakan besar/kecilnya akibat atau kerugian bagi pelaku utama
b.    Mendesak: adalah ketersediaan waktu bagi pemecahan masalah tertentu. Bila masalah tersebut tidak dapat ditunda lagi berarti semakin mendesak
c.    Penyebaran: merata atau hanya parsial saja masalah tersebut muncul, semakin merata berarti penyebarannya semakin tinggi.

 Dalam analisis GMP para pelaku utama perlu terlibat secara penuh dalam mengidentifikasi  masalah maupun memberikan skor.  Tahap pertama adalah membuat keranjang masalah yang dikumpulkan dari para pelaku utama dengan memperhatikan faktor-faktor yang menjadi penghambat alam usaha perikanan menyangkut aspek teknis, sosial dan ekonomi, seperti Tabel di bawah ini

Tabel 1. Perumusan Masalah
Jenis Usaha
Penerapan Teknologi saat ini
Masalah
Teknis
Sosial
Ekonomi
1.................
2.................
3.............
...........................
.............................
.........................
.................
................
..................
................
...............
.............
..................
.................
.................

Selanjutnya masalah yang ada diuji prioritas dengan menggunakan Tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Analisis GMP
NO.
Jenis Masalah
Skor
Jml Skor
Gawat
Mendesak
Penyebaran
1.
2.
3.
4.
…………………
…………………
…………………
…………………





Catatan:
-    Skor ditentukan berdasarkan kesepakatan masyarakat pelaku utama perikanan dengan tim
-    Jumlah skor tertinggi menjadi prioritas masalah.
Keterangan:    
 Gawat : 3    Mendesak : 3    Penyebaran Tinggi  :
 Agak gawat : 2    Agak Mendesak  : 2    Penyebaran Cukup : 2
 Tidak gawat : 1    Tidak Mendesak  : 1   Penyebaran rendah : 1

Setelah jenis masalah diurutkan berdasarkan prioritas, selanjutnya dilakukan analisis aspek Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap (PKS) secara partisipatif dengan menggunakan tabel sebagai berikut:




Tabel 3. Analisis PKS
Urutan Prioritas Masalah
Tinjauan Aspek
Pengetahuan
Keterampilan
Sikap
1. ...................................... 2. ...................................... 3. ...................................... 4. ......................................
...................... ...................... ...................... ......................
...................... ...................... ...................... ......................
...................... ...................... ...................... ......................

C.        Perumusan Tujuan
Perumusan tujuan pada Programa Penyuluhan adalah merumuskan kegiatan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha perikanan sebagai sasaran penyuluhan. Rumusan Tujuan, ditetapkan melalui kesepakatan berdasarkan potensi yang dapat dimiliki oleh pelaku utama dan keluarganya.
Dalam perumusan tujuan haruslah realistis, baik ditinjau  dari kemampuan sumberdaya (biaya, jumlah dan kualitas tenaga) maupun dapat memecahkan semua permasalahan sampai tuntas, tetapi dapat dirumuskan secara bertahap dengan target-target yang realistis.
Seperti halnya dalam perumusan keadaan, perumusan tujuan sebaiknya dinyatakan secara kuantitatif. Hal ini sangat penting, agar memudahkan perumusan rencana evaluasi yang akan dilakukan.

D.       Perumusan Cara Mencapai Tujuan
Perumusan cara mencapai tujuan menggambarkan rencana kegiatan penyuluhan kelautan dan perikanan yang hendak dicapai dalam periode                 1 (satu) tahun. Cara mencapai tujuan tersebut bisa dicapai, dengan menggunakan metode dan teknik  yang sesuai dengan masalah dan penyebab masalahnya, perubahan perilaku yang diinginkan, potensi yang ada yang dapat mendukung tercapainya tujuan penyuluhan, dan lain-lain.

1.     Data Keadaan
2.    Rumusan Masalah
3.    Tujuan dan penerima manfaat yang hendak dicapai
4.    Cara mencapai tujuan yang berisi:
a.  Metoda yang dipilih
b.    Bahan dan peralatan yang diperlukan
c.    Jumlah unit kegiatan
d.    Frekuensi kegiatan
e.    Pihak-pihak yang dilibatkan (pelaku dan penerima manfaat)
f.     Lokasi kegiatan
g.    Waktu yang direncanakan
h.    Jumlah dan sumber dana yang diperlukan.
Berkaitan dengan perumusan cara mencapai tujuan ini, sejauh mungkin diupayakan agar:
a.  Metoda yang dipilih, haruslah benar-benar efektif dengan jumlah korbanan (modal, tenaga, dan waktu) yang paling kecil;
b.  Menggunakan bahan dan peralatan yang sudah tersedia atau mudah disediakan, serta mudah di operasionalkan;
c.   Jumlah unit dan frekuensi kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan, dengan memperhatikan tingkat efektifitas kegiatan dan sumberdaya yang tersedia;
d.  Pihak-pihak yang dilibatkan (terutama fasilitator) dipilih dari sumber yang terpercaya, terlatih, dan komunikatif;
e.  Lokasi kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, dengan selalu mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia;
f.    Waktu kegiatan tidak terlalu mengganggu kegiatan penerima manfaat, dan disesuaikan dengan kebutuhan/pemanfaatannya oleh penerima manfaat;
g.  Jumlah dana sekecil mungkin, dan sumber dana sejauh mungkin memanfaatkan swadaya masyarakat.


Sumber:
Razi F dan Purnama R., 2010. Modul Penyusunan Programa Penyuluhan Perikanan.. Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...