Friday 19 July 2013

PEMBENIHAN IKAN MAANVIS


Ikan hias air tawar merupakan komoditas yang dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor sehingga mempunyai prospek yang cukup potensial untuk dikembangkan. Peluang yang sangat baik tersebut harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Oleh karena itu perlu kesiapan dalam mengembangkan komoditas ini baik dari teknologi pembenihan maupun teknologi pembesarannya.
            Beberapa jenis ikan hias air tawar yang banyak disukai oleh para kolektor di luar negeri antara lain ; Tetra, Maanvis, Diskus, Cupang, Severum, Balck Ghost, dan banyak lagi. Peluang ini sekaligus merupakan tantangan bagi para pembudidaya dan pengusaha Indonesia untuk lebih meningkatkan ekspor ikan hiasnya.
            Saat ini, ekspor ikan hias dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan yang signifikan. Apabila dilihat dari volume ekspor tahun 1998 berjumlah hanya 192 ton dan pada tahun 2002 berjumlah 3.513 ton yang berarti kenaikan per tahun rata-rata sekitar 343,6 % ( Dirjen Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003 ).
            Dengan data dan fakta yang ada, bisa diartikan bahwa komoditas ikan hias ini masih bisa dipacu lagi pengembangannya. Untuk itu, guna mencapai cita-cita yang kita inginkan yakni menyumbangkan devisa dari sector perikanan budidaya, maka cara yang perlu kita lakukan adalah dengan meningkatkan kesehatan ikan yang kita budidayakan sehingga produksinya meningkat.
            Kata maanvis berasal dari bahasa Belanda yang berarti “Ikan Bulan” karena bentuknya yang seperti bulan purnama. Didunia internasional, ikan ini dikenal dengan nama “Angel fish” atau “Ikan Bidadari” karena gerakannya yang lemah gemulai dengan sirip yang panjang, tipis, dan halus serta dapat bergetar seperti selendang bidadari. Ikan ini juga sering dijuluki “The Queen of Aquarium” karena bentuknya yang sangat indah seperti anak panah dan sifatnya yang tenang sehingga sangat digemari sebagai ikan hias akuarium.

Klasifikasi
Sistematika Ikan Maanvis adalah sebagai berikut :
·   Ordo          : Perchomorphidei
·   Subordo     : Percoidea
·   Famili        : Cichlidae
·   Genus        : Pterophyllum
·   Spesies      : Pterophyllum scalare

Morfologi Ikan Maanvis
Maanvis memiliki bentuk tubuh pipih ( gepeng ) seperti bentuk anak panah. Sirip perut dan punggung membentang lebar kearah ekor sehingga nampak membentuk busur berwarna gelap transparan. Di bagian dadanya ada dua buah sirip yang panjangnya menjuntai sampai ke ekor. Dikalangan pembudidaya ikan hias, sirip dada yang berwarna keputihan ini diberi nama selempang alias dasi karena bentuknya yang tidak menyerupai sirip.
Tubuhnya yang indah itu dibalut oleh dasar keperakan mengkilat sampai hijau keabuan. Pada kepala bagian atas tersapu warna cokelat kehitaman menyusur sampai ke punggung. Sementara warna kombinasinya adalah hitam kecokelatan yang memotong di tiga bagian yaitu bagian ekor, tengah, dan mata. Panjang tubuh maksimal antara 12 – 15 cm.

Habitat dan Kebiasaan Hidup
Ikan Maanvis merupakan bukan ikan hias asli Indonesia tetapi berasal dari Amerika Selatan yakni dari dataran Orinocu dan Sungai Amazon. Di habitat aslinya, ikan ini dijumpai pada perairan tenang dan banyak ditumbuhi tanaman air dengan suhu 23 – 28 oC dan pH berkisar antara 6,5 – 7,0. Maanvis termasuk kedalam golongan ikan pemakan segala (omnivore) serta bersifat pendamai sehingga dapat dipelihara bersama ikan-ikan yang  memiliki gerakanlamban. Seperti umumnya ikan  dari famili Cichlidae, Maanvis pun memiliki sifat sayang terhadap keturunannya. Begitu sayangnya, terkadang ia tega menyantap anak-anaknya bila ia merasa ada yang mengganggu keselamatannya.

Persiapan Sarana Pemijahan
Ada beberapa tempat yang dapat digunakan sebagai tempat pemijahan Ikan Maanvis, diantaranya kolam atau bak semen, dan akuarium. Jika menggunkan bak semen, ukurannya 100 x 100 x 80 cm. namun bila menggynkan akuarium bisa dipakai ukuran 100 x 75 x 50 cm atau 60 x 40 x 40 cm. Tempat pemijahan sebaiknya diletakkan pada lokasi yang terhindar dari kebisingan serta diusahakan suasananya agak gelap sesuai dengan sifat ikan ini yang menyukai suasana sepi dan damai.
Karena Maanvis mempunyai sifat menempelkan telurnya, maka di dalam tempat pemijahan harus disediakan benda atau alat sebagai media untuk menempelkan telur. Benda ini bisa berupa pecahan botol, pipa paralon, atau benda lain yang permukaannya licin. Bisa pula dari jenis tanaman air yang berdaun panjang dan kuat ( bisa pula diganti dengan potongan daun pisang yang agak lebar ). Sebelum digunakan, semua alat ini dicuci ersih terlebih dahulu.
Setelah dibersihkan, kemudian wadah pemijahan diisi air setinggi  30 cm  dengan  suhu  air 23  –  26 oC  dan  pH 6,8  – 7.  Air sebagai media pemijahan maupun pemeliharaan harus selalu bersih dan kualitasnya terjaga.

Pemilihan Induk
Pada pemilihan induk Ikan Maanvis, perbedaan antara jantan dan betina kurang terlihat jelas. Oleh karena itu, hal termudah yang dapat dilakukan adalah dengan cara memilih induk Maanvis yang sudah berpasangan dari sekumpulan induk yang dipelihara yang kemudian dipisahkan dan ditempatkan pada wadah pemijahan.
Pada umur yang sama, ukuran ikan jantan lebih besar dengan perutnya yang pipih serta bagian kepala yang juga besar mempunyai benjolan kecil (kadang tidak tampak jelas) yang terletak antara ujung mulut dan sirip punggung. Sedangkan Maanvis betian, sekalipun ukurannya lebih kecil tetapi perutnya agak menonjol dengan bentuk kepala yang relative kecil dan umumnya menbentuk garis lurus antara mulut dan sirip punggung.
Ikan Maanvis mulai dewasa dan siap kawin bila umurnya telah mencapai 7 – 12 bulan dengan ukuran tubuh anatar 6 – 8 cm. ikan yang mijah biasanya selalu bersama-sama kemanapun pergi (berkejar-kejaran).  

Proses Pemijahan
Untuk menciptakan suasana tentram pada saat pemijahan, sebaiknya pada dinding akuarium ditempel kertas berwarna gelap. Jika menggunakan bak semen, maka pada permukaan air bak tersebut bisa diberi tanaman air yang mengapung seperti eceng gondok (Echornia crassipes).  Hal ini dilakukan sesuai dengan sifat Ikan Maanvis yang gemar hidup ditempat gelap. Baru setelah itu induk yang telah berpasangan dapat dilepaskan ke dalam wadah pemijahan.
Proses pemijahan biasanya terjadi pada malam hari ketika suasana tenang dan sepi. Induk betina segera akan meletakkan telur pada media yang telah disediakan sehingga keesokan harinya tampak telur yang menempel pada media tersebut.

Penetasan Telur
Setelah menetas, biasanya induk Ikan Mannvis akan menjaga dan merawat telurnya dengan cermat secara bergantian. Kelompok telur yang melekat pada daun atau benda lain dibersihkan dengan mulut sambil mengkipas-kipaskan siripnya agar telur-telur tersebut memperoleh aliran air yang segar. Pada kondisi ini sebaiknya induk jangan dikagetkan, karena jika itu terjadi bisa jadi induk Maanvis akan memakan telurnya karena sayangnya induk kepada keturunannya.
Untuk menghindari terjadinya hal tersebut diatas, alangkah lebih baiknya telur-telur tersebut diangkat dan ditetaskan pada tempat tersendiri. Telur akan menetas dalam waktu 2 – 3 hari pada suhu 25 – 28 oC. Larvanya akan menggantung pada permukaan daun dengan perantaraan seutas benang halus yang dihasilkannya. Dua atau tuga hari kemudian anak Maanvis terlihat sudah mulai berenang sendiri.

Pendederan
Persediaan kuning telur pada umur 3 – 4 hari sudah habis dan anakan Maanvis sudah aktif berenang. Keadaan seperti ini merupakan saat-saat yang rawan dalam usaha budidaya Maanvis. Oleh karena itu harus segera mendapat perlakuan sebaik-baiknya yang biasanya dipindah ke wadah pendederan seperti bak semen yang berukuran 2 x 2 m dengan kepadatan 300 ekor.
Semenjak hari pertama hingga hari ke tujuh, benih diberi pakan berupa infusorea atau rotifera. Awal minggu kedua diberi naupli artemia atau kutu air halus hasil saringan, kemudian cacing sutera atau pakan buatan berbentuk tepung halus. Pemberian pakan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terdapat sisa pakan di dasar wadah yang dapat menyebabkan perubahan kualitas air pada wadah budidaya. Pemeliharaan tahap pertama ini biasanya diakhiri dengan kegiatan seleksi.

Pembesaran
Pembesaran Maanvis dapat dilakukan di kolam atau bak semen ukuran 2 x 2 m dengan kepadatan tergantung pada ukuran ikan. Biasanya kepadatan setelah pendederan dikurangi menjadi 100 – 150 ekor. Benih untuk pembesaran ini biasanya sudah berumur 3 – 4 minggu. Tandanya ialah sirip-siripnya sudah lengkap. Pakan yang diberikan berupa kutu air besar, cacing sutera, ataupun cacing darah.
Biasanya pada usia 2 bulan dan dewasa, ikan ini sudah tahan  terhadap perubahan kualitas air. Namun demikian, pergantian air sebaiknya dilakukan secara rutin. Ini disebabkan sirip dadanya yang panjang seperti dasi sangat mudah rusak bila terserang penyakit. Jika sudah rusak maka nilai jualnya pun hilang (menurun). Pada ukuran 3,5 cm atau berumur sekitar 3 bulan, Maanvis sudah dapat dijual.

DAFTAR PUSTAKA
Daelami Deden A.S. Agar Ikan Sehat. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001.
Daelami Deden A.S. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001.
Ganis L.R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Maanvis Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Lesmana Darti S dan Iwan Darmawan.  Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001.
Lesmana Darti S. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias. Jakarta : Penebar Swadaya, 2003.
Sukadi Fatuchri.  Ikan Hias Air Tawar dan Prospeknya. Dirjen Perikanan Budidaya, 2003.

Wijayakusuma, Setiawan Dalimartha dkk Tanaman Berkhasiat       Obat Indonesia IV, Jakarta, Pustaka Kartini, 1999.

Thursday 18 July 2013

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN BOTIA



Penyakit Yang Disebabkan Oleh Parasit
Jenis Penyakit
Penyebab dan Gejala
Pengobatan
Kimia
Alami
White spot
Disebabkan oleh  protozoa Ichthyopthyrius multifillis. ikan yang telah terserang penyakit ini biasanya menjadi malas berenang dan cenderung mengapung dipermukaan air. Terlihat adanya bintik putih, terutama bagian sirip, tutp insang dan ekor. Ikan sering terlihat menggosok-gosokan tubuhnya kedasar kolam atau di aquarium pada benda keras.

Methylene blue 1%
Stock solusen 10 gr perliter air dosis pemakaiannya 10 ml per 100 air aquarium. Direndam selama 24 jam. 

Botia yang terserang penyakit yang disebabkan oleh parasit dapat diberikan ekstrak sambang darah. Dosis yang digunakan yaitu 0,5 ml ekstrak sambang darah untuk  5 liter air. Botia yang terserang penyakit didipping setiap hari selama 30-60 menit, sampai botia benar-benar sembuh.




Penyakit Yang Sebabkan Oleh Bakteri
Jenis Penyakit
Penyebab dan Gejala
Pengobatan
Kimia
Alami
Bakteri Aeromonas
Penyebab penyakit ini adalah bakteri aeromonas yang biasa menyerang bagian tubuh ikan mulai dari sisik, sirip, insang sehingga mengakibatkan terjadinya infeksi dan pendarahan pada tubuh ikan. Ikan yang sakit biasanya  berenang ke permukaan dan menggosok-gosokan badannya kedinding aquarium karena gatal. Gerakan tutup insang akan terlihat lebih cepat karena pertukaran gas oksigen, karbodioksida dan amoniak terganggu fungsinya serta ikan cenderung bergerombol.

Rendamlah ikan botia yang sakit selama 5-10 menit dalam larutan garam yang berkadar 0,1-0,3 ppm setelah itu ikan yang telah direndam cuci kembali dalam air tawar yang bersih.

Botia yang terserang penyakit yang disebabkan oleh parasit dapat diberikan ekstrak kunyit. Dosis yang digunakan yaitu 0,5 ml ekstrak kunyit untuk  5 liter air. Botia yang terserang penyakit didipping setiap hari selama 30-60 menit, sampai botia benar-benar sembuh.

DAFTAR PUSTAKA

http://palangkaraya.bkipm.kkp.go.id/llmp.html

Lingga, Pinus dan Heru Susanto, 2001. ”Ikan Hias Air Tawar”. Penebar Swadaya, Jakarta.

Dalimartha, S. , 2004. ”Atlas Tumbuhan Obat Indonesia”. Puspa Swara, anggota IKAPI, Jakarta.

Yusuf D.M. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Botia Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

PEMBENIHAN IKAN CORYDORAS






Usaha budidaya ikan hias ada banyak jenis ikan yang dapat di usahakan, dari yang berharga murah sampai mahal dan bernilai ekomomis tinggi. Salah satu jenis ikan hias air tawar yang berprospek adalah corydoras.
Corydoras termasuk cat fish. Asalnya dari Amerika Selatan yang kemudian menyebar kedaerah lain secara alami maupun karena campur tangan manusia melalui transportasi. Penyebarannya mulai dari Brasil, Uruguay, Argentina, Venezuela, Kolombia, dan Trinidad. Hingga saat ini banyak dibudidayakan di dunia, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, kegiatan budidaya ikan ini banyak dilakukan di Jakarta dan di Jawa Barat (terutama Bekasi, Parung Bogor, dan Sukabumi). Selain itu, daerah yang lain seperti Kalimantan, Sulawesi sudah mulai mengembangkannya.
Corydoras sebagai ikan hias mempunyai daya tarik untuk dinikmati. Dengan bentuk yang cukup menawan dan warna yang variatif, sudah cukup menunjukan daya tariknya sebagai ikan hias dilihat dari gerakannya, Corydoras menarik karena lincah. Tingkah lakunya yang suka bergerombol di dasar wadah menyebabkan ikan ini dapat dipelihara bersama-sama dengan ikan hias lain yang hidupnya di bagian tengah dan permukaan air sehingga ke kontrasan penampilan menjadi lebih menarik. Namun, tidak terutup kemungkinan Corydoras hanya dipelihara sendirian tanpa jenis ikan lainnya. Untuk hal ini, sebaiknya ikan dipelihara dalam jumlah yang relatif banyak dengan ukuran relatif seragam.

Sistematika dan Morfologi
Corydoras tergolong dalam ordo siluriformes dan keluarga Callicthidae. Nama corydoras sendiri dari nama genusnya, ini terdapat sekitar seratus spesiesnya memiliki cirri khas masing-masing. Adapun sistematika jenis ikan ini menurut Hoedeman (1975) sebagai berikut.
        Filum            : Chordata
        Kelas            : Osteichthyes
        Sub kelas      : Actinopterygii
        Ordo            : Siluriformes
        Sub ordo      : Siluroidei
        Famili           : Callichthyidae
        Genus           : Corydoras
Sementara cirri-ciri morfologi dari genus corydoras antara lain tubuhnya pendek dan gemuk, punggung melengkung di banding perut, kedua sisi ikan di lengkapi dengan lempengan seperti tulang yang tersusun dalam dua baris, serta pada rahang atas dan bawah terdapat dua pasang kumis. Ukuran tubuh ikan ini berkisar 2,5-12 cm dengan ukuran mayoritas 5-7.

Kebiasaan Hidup dan Berkembang Biak
Di habitat aslinya, corydoras termasuk ikan omnifora atau ikan pemakan segala, termasuk ikan pemakan bangkai (scavenger), dan dapat pula disebut pemakan dasar (bottom feeder). Sementara dilingkungan pemeliharaan, ikan ini umumnya dapat memakan segala jenis makanan yang diberikan. Akan tetapi, corydoras cenderung lebih menyukai pakan alami berupa cacing-cacingan berukuran kecil.
Kisaran suhu air tegantung ketinggian tempat dan daerah ditemukannya, yaitu sekitar 10-120 C di daerah subtropis dan hingga 320 C di daerah tropis. Ada juga corydoras yang dapat hidup di daerah yang sedikit asam, yaitu pH 5,3-6,7 dan kesdahan 5-10 dH. Walaupun demikian, corydoras masih dapat hidup dan berpijah pada kondisi yang bervariasi.
Semua jenisnya hidup di perairan, tetapi terkadang naik dengan cepat dipermukaan air untuk mengambil oksigen dari udara. Bila berada di tengah perairan tanahnya ikan sudah dewasa dan siap memijah. Namun, terkadang tingkah laku ini bukan menunjukan tanda-tanda siap memijah, melainkan tanda-tanda sakit.beberapa jenis ikan ini ditemukan hidup membentuk coloni atau bergerombol. Mereka mengambil makanan dari dasar peraiaran yang berlumpur atau berpasir serta dari tanaman air atau dedaunan di dalam air.
Corydoras hidup di daerah rawa atau tempat yang kurang suplai airnya. Pada saat miskin oksigen, mereka dapat memepergunakan ususnya untuk alat pernapasan.Bahkan pada saat musim kemarau, corydoras ditemukan dalam keadaan tertutup lumpur dan akan kembali segar saat musim hujan. Biasanya saat awal musim penghujan tersebut corydoras siap memijah kembali.
Di habitat aslinya, umumnya corydoras dapat memijah segera        setelah musim kemarau, sementara dilingkungan pemeliharaan, kegiatan memijah ikan ini bisa berlangsung sepanjang musim. Pemijahan basanya memerlukan beberapa hari karena telurnya keluar secara persial. Artinya, Kematangan telur dan ovulasi tidak bersamaan, tetapi telur dikeluarkan secara bertahap. Jumlah telur yang keluar biasanya tebanyak pada hari kedua dan ketiga bertelur.
Tingkah laku berpijah pada corydoras dikenal ada dua posisi induk, yaitu posisi T dan posisi S. Posisi T adalah posisi dari induk betina dan posisi S adalah posisi dari induk jantan. Artinya, saat berpijah mulut betina mendekati bagian genital jantan sehingga membentuk huruf T, sedangkan jantan melngkung membentuk huruf S. Dengan posisi tersebut maka betan dapat mengumpulkan spermajantan di mulutnya tersebut sperma jantan akan dikeluarkan bersamaan  dengan di keluarkannya telur-telur dari tubuhnya dan di tempelkan pada subtrat (penempel telur). Dengan demikian, telur-telur tersebut akan terbuahi.

          Pembenihan merupakan kegiatan budidaya untuk mendapat benih. Pembenihan ini mencakup kegiatan pemijahan, penentasan telur,dan perawatan benih serta pendederan. Pemijahan sendiri merupakan proses perkawinan induk jantan dan betina hingga menghasilkan telur yang telah di buahi. Perkawinan dapat terjadi kalau kedua induk sudah cukup umur, atau matang kelamin dan kondisi lingkungan mendukang. Sampai hari ke -3, telur akan menetas menjadi larva. Larva-larva ikan harus di rawat dan di dederkan hingga menjadi benih yang siap dibesarkan. Rangkaian proses tersebut harus dilakukan karena larva sangat peka terhadap penyakit. Adapun tahapan pemijahan dan pembanihan corydoras sebagai berikut.

Wadah pemijahan
Ada beberapa wadah yang dapat di gunakan untuk pemijahan corydoras, yaitu bak semen, bak faibergalas, bak kayu yang dibungkus plastik, dan akuarium.

Sarana pelengkap pemijahan
Selain sarana utama berupa wadah pemijahan, juga di perlukan sarana pelengkap lain agara proses pemijahan corydoras dapat berlangsung dengan baik. Adapun saran pelengkap yang harus di sediakan antara lain subtrat penempel telur dan penyuplai oksigen.
Diperlukan subtrat penempel telir karena corydoras memilki sifat betelur yang adesif atau menempelkan telurnya padabenda-benda di sekitarnya. Ada beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai subtrat penempel telur yaitu potongan pipa, keramik, potongan kaca, atau bahan lain yang tidak mudah busuk.
Sarana pelengkap lain yang diperlukan pemijahan ialah penyuplai oksigen. Untuk itu, air medianya perlu selalu di suplai dengan oksigen. Adapun kelengkapan untuk menyuplai oksigen antara lain blower atau aerator, selang, dan batu aerasi.

Pemilihan dan pengelolaan induk.
Corydoras mulai dapat di pijahkan minimal umur 8 bulan atau berukuran sekitar 6-7 cm. Ikan jantan memiliki bentuk tubuh seperti torpedo bagian dari belakang insang meruncing hingga ke ekor. Utbuh iakn jantan ini lebih langsing dan ukurannya lebih kecil dari betina. Sirip dorsalnya tampak lebih runcing. Sedangkan ikan berina bertubuh lebih besar dibanding jantan dan perutnya tampak membundar karena berisi telur.
Calon induk hasil seleksi di pelihara secara terpisah hingga siap dijadikan induk. Pemisahn induk betina dan jantan dapt dilakukan dalam wadah tertentu, tetapi juga dapat dilakukan dalam wadah pemijahan. Namun secara umum pemijahn dapat dilakukan secara masal dalam bak semen.
Selama pemeliharaan tersebut, calon induk di beri pakan brprotein tinggi untuk mendukung kuantitas dan kualitas air. Akan tetapi, jenis pakannya perlu di sesuaikan dengan kebiasaa makan.dari corydoras. Oleh karena corydoras bersifat bottom feeder maka kan lebih baik kalu di beri pakan alami seperti tubifex maupun bentuk pakan berupa butiran atau pelet yan gtenggelam dosisi pakan buatan cukup 3-5% dari berat total induk.
Selain diberi pakan, induk ikan harus diberi perllakuan obat-obatan secara periodik. Tujuan nya agar ikan selalu dalam keadaan sehat selam proses pemijahan Obat yang dapat digunakan berupa anti parasit seperti formalin atau anti bakteri seperti oksitetrasiklin. Perlakuan ini dilakukan setiap dua minggu atau sebulan sekali. Walaupun sudah diberi perlakuan,

Penetasan telur dan perawatan benih.
Subtrat yang berisi telur dimasukan dalam wdah penetasan. Umumnya wadah penetasan berupa akuarium berukuran 40 cm x 60 cm x 40 cm. Tinggi airnya sekitar 20-25 cm.air medianya perlu di beri obat methyline blue 5% dengan dosis 15 tetes larutan per 20 liter air untuk mencegah serangan jamur.
      Telur akan menetas menjadi benih mulai hari ke-3. Semntara subtrat yang telur–telurnya dudah menetas haurs segera diambil dan dicuci. Pencucian ini di maksudkan untuk menghilangkan sisa telur yang tidak menetas dan membersihkan jamur yang ada.
Benih yang sudah menetas tidak langsung diberi pakan karena memebawa kuning telur sebagai makanannya. Mulai hari ke-3, pakan sudah harus diberikan dan kualitas air di perhatikan karena saat ini benih sangat peka terhadap penyakit. Bila terserang penyakit , seluruh benih akan mengalami kematian.
Pakan pertama yang disarankan untuk benih corydoras berupa nauplius artemia. Sayangnya pakan jenis ini cukup mahal sehingga sebagai alternatif dapat di berikan pakan Brachionius sp. Dengan catatan bahwa kultur pakan alami tesebut haurs dilakukan secara rutin dan continu. Lama
Pergantian air dilakukan setiap hari untuk menjaga kualitasnya. Kualitas air yang kurang baik akan berakibat proses pamijahan terganggu. Pergantian air dapat dilakukan dengan cara menyipon 1-3 hari sekali.
Setelah memijah selama dua bulan, induk perlu dipelihara secara terpisah selama dua minggu sebelum dicampur kembali untuk dipijahkan. Tujuannya agar kodisi tubuhnya tetap baik saat berpijah.
Corydoras biasanya mengeluarkan telurnya secara persial Oleh karenanya, setiap hari dapat ditemukan telur menempel pad subtrat. Setiap induk mampu menghasilkan 200-500 butir telur.
Pemijahan bisanya terjadi menjelang pagi atau pada pagi hari. Saat berpijah ikan perlu ketenangan. Keberhasilan ikan memijah dapat diamat pada subtrat telur yang sudah ditempeli telur berwarna bening. Jika telurnya putih, berarti pemijahan gagal.
Subtrat yang di tempeli telur diambil dan dipindahkan kedalam wadah penetasan telur. Caranya ialah subtrat diangkat dan langsung di pindahkan ke bak penetasan telur.

Pendederan
Pendederan merupakan tahapan meliharaan benih corydoras setelah di rawat di akuarium selama 7-10 hari. Pendederan ini dilakukan hingga benih berukuran sekitar 1,75 cm atau selama 1-1,5 bulan
Selama pemeliharaan, corydoras akan lebih banyak meamanfaatkan dasar perairan. Padat penebaran jangan terlalu tinggi cukup sekitar 1.000-2.000 ekor/ m2. Jika kepadatannya terlalu tinggi, ikan akan bersaing memperoleh pakan.
Tinggi air mediapun jangan terlalu tinggi, yaitu sekitar 10 cm. Hal ini disebabkan ikan sering naik kepermukaan air untuk mengambil oksigen dari udara. Pakan yang digunakan selam masa pendederan ini adalah cacing sutra. Dosisnya 10% dari bobot total ikan.
Untuk menunjang penambahan jumlah oksigen terlarut di perlukan alat-alat berupa blower atau aerator serta instalasinya seperti paralon, batu aerasi, selang aerasi, pemenas, dan filter. Parealon digunakan untuk mengalirkan udara dari blower atau aerator ke air. Sematara filter dapat dipakai jika kondisi air agak keruh.

DAFTAR PUSTAKA
Kembuan B.S. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Corydoras Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Liviawaty dan Eddy Afrianto, Pengendalian Hama dan     Penyakit Ikan, Yogyakarta, Kanisius, 1992.
Mudjiutami Endang, Ikan Hias Air Tawar Corydoras,      Jakarta,     Penebar Swadaya,2000.
Wijayakusuma, Setiawan Dalimartha dkk Tanaman Berkhasiat     Obat Indonesia IV, Jakarta, Pustaka Kartini, 1999.

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...