Tuesday 12 February 2013

MENGENAL IKAN BETUTU

A.  Daerah Asal dan Penyebaran Ikan Betutu
Ikan betutu diduga ikan asli Indonesia yang berasal dari pulau Kalimantan. Namun, sementara orang ada juga yang berpendapat bahwa ikan betutu berasal dari Sumatra karena sejak dulu sudah ada di sana, bahkan menjadi maskot Kabupaten Talang Betutu. Mengingat nama betutu menjadi nama tunggal di pulau tersebut, maka ikan betutu diduga berasal dari Sumatra. Sedangkan di Kalimantan ikan ini dinamai ikan bakut atau ikan bakukut yang berarti diam. Di kota Pontianak, ikan ini bemama ikan bodoh atau ikan goblog karena sifatnya yang selalu diam. Ikan ini hanya bergerak bila lapar dan bila ada mangsa yang kebetulan lewat di depannya. Bila sudah kenyang, ikan ini akan diam saja meskipun melihat mangsa yang sudah dikuasai direbut oleh ikan lain.
Ikan betutu saat ini sudah banyak dijumpai di pulau Jawa, antara lain di di sungai Ciliwung, Citarum, waduk Cirata, waduk Gajah Mungkur, dan di tempat-tempat lainnya. Penyebaran ikan betutu di pulau Jawa diduga karena adanya usaha budi daya di daerah tersebut yang kemudian terlepas ke suatu perairan dan masuk ke sungai-sungai kemudian berkembang biak secara alami. Menurut Axelrod, daerah penyebaran ikan betutu meliputi daerah Malaysia, Thailand, Vietnam, Campuchea, Burma, Australia Utara, Filipina, dan Cina Selatan.

B.  Taksonomi dan Morfologi
Ikan betutu mempunyai kemiripan dengan ikan gabus (Jw : kutuk), baik bentuk maupun sifatnya. Oleh karena itu, sementara ahli menduga bahwa ikan betutu masuk dalam golongan Goboidae (satu famili dengan ikan gabus). Namun, Axelrod memasukkan ikan betutu ke dalam golongan Percormorphoidei. Adapun sistematika selengkapnya menurut Axelrod (1951) adalah sebagai berikut :
q  Phylum                          : Chordata
q  Sub-Phylum                    : Craniata
q  Super-Classis                  : Gnatostomata
q  Classis                           : Osteichthyes
q  Super-Ordo                    : Telestei
q  Ordo                             : Percomorphodei
q  Sub-Ordo                       : Gobiformes
q  Familia                          : eleotridae
q  Genus                           : Oxyeleotris
q  Species                         : Oxyeleotris marmorata. Blkr.



Tanda-tanda atau ciri-ciri morfologi spesifik yang dimiliki oleh ikan betutu (Oxyeleotris marmorata. Bikr) adalah sebagai berikut :
1.     bentuk badan bulat panjang seperti torpedo
2.     badan bagian depan bundar dan di bagian belakang agak pipih
3.     kepala rendah, mata besar yang dapat bergerak, dan mulut lebar
4.     perut luas dan sirip punggung terdiri atas dua bagian
5.     sisik sangat kecil-kecil, halus, dan lembut sehingga tampak hampir tidak bersisik
6.     warna badan kekuning-kuningan dengan bercak-bercak hitam keabu-abuan seperti di batik;
7.     bagian ventral berwarna putih
8.     panjang maksimum 50 cm dan dapat mencapai berat 7 kg/ekor.

C.  Jenis-Jenis Ikan Betutu
Sampai saat ini ditemukan 7 (tujuh) jenis ikan betutu dan 2 (dua) jenis lagi yang bukan dari spesies Oxyeleotris marmorata. Bikr., tetapi di pasaran sering disebut ikan betutu. Adapun jenis-jenis ikan betutu selengkapnya adalah Oxyeleotris marmorata. Bikr. (yang banyak dicari dan harganya mahal), Oxyeleotris urophthalmus. Bikr, Oxyeleotris urophthalmoides. Bikr, Oxyeleotris sineolatus. Bikr., Oxyeleotris heterodon. Seen, Oxyeleotris fimbriatus. Weber, dan Oxyeleotris ereuntris.E.
Sedangkan ikan betutu yang bukan dari genus Oxyeleotris tetapi sering disebut ikan betutu adalah Belobranchus. Sp. (jenis ini banyak terdapat di Thailand dan Cina) dan Neogobus melanostomus. Pall. (jenis ini banyak dijumpai di Papua hingga Australia Utara).

D.  Daur Hidup dan Pembiakan
Ikan betutu yang hidup di alam bebas memiliki periode pemijahan yang relatif pendek dengan frekuensi lebih dari satu kali dalam setahun, yaitu pada awal dan pada akhir musim hujan. Ikan betutu melakukan pemijahan tidak sendiri-sendiri, tetapi secara berkelompok. Ikan betutu jantan dan ikan betutu betina yang sudah matang kelamin (matang gonad) bersama-sama bermigrasi ke daerah-daerah yang banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan air yang berdaun atau yang berbatang halus sebagai persiapan untuk meletakkan telur-telurnya. Di tempat-tempat tersebut, ikan betutu melakukan pemijahan dan bertelur.
Telur ikan betutu umumnya menempelkan telur-telumya pada substrat berupa tumbuhan air. Namun, ikan betutu kadang-kadang juga menempelkan telur-telurnya pada benda-benda lain yang berada di perairan, misalnya kayu, bebatuan, dan lain-lain. Pada suhu air 24°C, telur-telur ikan betutu akan menetas dalam waktu 7 hari, pada suhu air 26,5°C akan menetas dalam waktu 5 hari, dan pada suhu air 28°C telur tadi akan menetas dalam waktu 2 - 3 hari.
Tan dan Lam pada tahun 1973 mengadakan uji pemijahan ikan betutu dengan sistem hipofysasi dan didapatkan hasil telur yang dibuahi (dalam akuarium) dapat menetas 90 % pada suhu 26°C - 28°C. Ikan betutu melakukan pemijahan secara monogami, yakni satu jantan dengan satu betina.
Menurut Tavarutmaneegul dan Lin (1988), ikan betutu akan produktif pada saat ia mencapai ukuran 250 - 500 g/ekor dengan fekunditas 24.000 butir telur. Widiyati dan kawan-kawannya (1992) melakukan uji lapang pemijahan ikan betutu. Uji coba tersebut memperoleh hasil bahwa ikan betutu betina ukuran 400 g yang diberi pakan buatan dengan kandungan protein 47 % selama 3 bulan akan memiliki fekunditas 40.000 butir telur.
Ikan betutu muda akan dibiarkan induknya untuk mencari makan sendiri. Anak-anak ikan betutu ini akan dewasa pada umur ± 20 - 24 bulan. Setelah dewasa, ikan-ikan betutu ini akan mencari pasangannya untuk mengadakan pemijahan.



E.  Habitat dan Tingkah Laku Ikan Betutu
Ikan betutu di alam aslinya hidup di air tawar, seperti di sungai-sungai, di rawa-rawa, di telaga-telaga, di danau-danau, dan di waduk-waduk. Ikan-ikan betutu yang masih kecil sampai ukuran ± 100 g lebih senang tinggal di perairan yang dangkal, sedangkan yang sudah besar lebih suka tinggal di daerah yang arusnya tidak terlalu deras. Ikan betutu senang tinggal di perairan yang banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan air seperti enceng gondok (Eichornia crassipes), kayu apu (Pistia.Sp), ganggeng (Hydrilla Sp.), kangkung (Ipomoea. Sp.), dan lain-lain.
Di alam bebas, ikan betutu juga banyak dijumpai di perairan yang memiliki derajat kesamaan (pH) air yang agak rendah (5,5 – 6,5). meskipun ia tidak menolak tinggal di air netral dengan pH 7 – 7,5 Ikan betutu dapat hidup dengan baik pada temperatur air berkisarantara 19°C - 29°C, bahkan ia bisa beradaptasi dengan baik sampai pada suhu air 30°C. Berbeda dengan ikan-ikan lain, ikan betutu ini sangat tahan terhadap kadar. Amoniak dan kadar CO2 yang cukup tinggi. Hal ini sangat menguntungkan dalam usaha budidayanya, terutama dalam usaha pembesaran.
Ikan betutu termasuk ikan labirin sehingga ia dapat menyerap O2 langsung dari udara. Dengan demikian, ikan betutu sangat tahan terhadap kondisi air yang kurang baik (kurang oksigen) sehingga sangat menguntungkan dalam hal transportasi/pengiriman ke tempat yangjauh. Ditinjau dari aktivitasnya, ikan betutu golongan ikan nocturnal. Oleh karena itu, ikan betutu aktif mencari makan pada malam hari. Di waktu malam, ikan betutu sangat aktif dan sangat agresifdan banyak dijumpai di dasar-dasar perairan dan sangat jarang dijumpai berenang di permukaan air, kecuali pada saat menderita sakit. Ikan betutu sangat menyukai tempat-tempat yang ada lubang-lubangnya entah berupa timbunan batu atau lubang kayu atau lubang lain seperti potongan plpa pralon, tempayan, atau kaleng yang tenggelam.
Ikan betutu termasuk ikan yang sangat jinak dan jarang bergerak sehingga mudah di tangkap. Walaupun demikian, ikan betutu juga mampu bergerak cepat, terutama pada saat lapar dan melihat mangsa lewat didepannya. Ikan betutu yang lapar akan melesat dengan cepat dengan mulut terbuka dan menyergap mangsanya. Ikan betutujuga sering menjunjukkan kemampuan yang istimewa, yaitu bergerak dengan sangat cepat dan berhenti dengan tiba-tiba sehingga sulit diikuti dengan mata.

F.  Kebiasaan Makan
Ikan betutu sangat menyukai jenis pakan hidup (carnivora) dan dapat memburu mangsanya (predator) jika keadaan memaksanya. Dalam mencari pakan, ikan betutu tidak peduli terhadap buruannya. Jenisnya sendiri yang masih kecil, bahkan anaknya sendiri akan dilahap jika dalam keadaan lapar (kanibal).
Gambra 3.  Pakan alami ikan betutu

Makanan ikan betutu terdiri atas ikan-ikan kecil, udang liar tawar, remis, cacing dan organisme lain yang lebih kecil yang dapat dimangsa. Ikan betutu juga tidak menolakjika diberi pakan yang terdiri atas ikan mati atau bangkai hewan lain. Namunjika masih adajenis pakan hidup dalamjumlah banyak, ikan betutu akan memilih pakan yang hidup tersebut. Ikan betutu yang belum sangat lapar tidak akan keluar untuk memburu mangsanya. Jika mangsa tersebut sudah didahului oleh ikan lain, ikan betutu yang belum lapar tidak akan merebutnya atau meminta belas kasihan untuk mendapatkan sisa makanan. Sisa-sisa makanan dari ikan lain pun tidak pemah diambilnya.
Makanan utama larva ikan betutu adalah plankton seperti rotifera, sufosutoria, dan mikro-plankton lain. Setelah berumur beberapa hari dan sudah lebih besar, anak-anak ikan betutu akan berganti jenis pakan, yaitu berupa zooplankton yang lebih besar seperti Moina.sp., Dapnia. Sp., dan Bosmina Sp. Pada saat ia lebih besar lagi (3 - 7 cm), anak-anak ikan betutu akan Memangsa ArtemiaSp., larva Chironomit, cacing sutera (Tubifex), dan lain-lain. Rupanya, dalam hal pakan, ikan betutu menyesuaikan diri dengan lebar bukaan mulutnya. Pada waktu sudah mencapai ukuran fingerling (di atas 9 cm), ikan betutu sudah mulai memangsa anak-anak ikan yang lebih kecil ataupun cacahan isi perut ikan.


G.  Pertumbuhan Ikan Betutu
Seperti yang telah dikemukakan di depan bahwa ikan betutu memiliki pertumbuhan yang sangat lambat. Untuk mencapai ukuran konsumsi, ikan betutu membutuhkan waktu sekitar 24 - 30 bulan. Oleh karena itu, pembudidayaan ikan betutu disarankan dibagi 3 tahap, yaitu pembenihan sampai ukuran fingerling, kemudian dijual ke pengusaha pendederan sampai ukuran 80 - 120 g. Selanjutnya, benih ikan tersebut dijual ke pengusaha pembesaran. Pengusaha pembesaran akan memelihara dan membesarkan benih ikan ukuran 100 g sampai ukuran konsumsi (± 400 g ke atas). Lamanya pertumbuhan ikan betutu sebenamya sama dengan ikan gurami, yakni untuk mencapai ukuran konsumsi memakan waktu minimal 18 - 24 bulan.

Referensi:
Mulyono D., 1999.  Budi Daya Ikan Betutu. Penerbit Kanisius, Jakarta.

PROSES PEMBUATAN PAKAN


Proses pembuatan pakan merupakan kelanjutan dari proses pemilihan dan pengolahan bahan baku. Dalam proses pembuatan pakan ditempuh berbagai tahap, yaitu penggilingan/penepungan, pencampuran, pencetakan, pengeringan, dan pembentukan.

A.   Penggilingan/Penepungan
Penggilingan/penepungan adalah untuk memperkedl dan menghaluskan bahan baku yang semula masih berbentuk gumpalan atau bongkahan sehingga permukaannya menjadi lebih luas.  Dengan demikian, nilai kandungan nutrisi per satuan berat pakan yang dimangsa oleh ikan menjadi lebih besar. Penggilingan/penepungan juga akan mempermudah proses berikutnya, yaitu pencampuran dan pencetakan/pemeletan.

Perlu diperhatikan bahwa pada saat berlangsung proses penggilingan/penepungan, sering kali laju oksidasi bahan baku meningkat karena permukaan partikel semakin luas sehingga memudahkan kontak dengan oksigen di udara.  Oleh karena itu, zat antioksidan seringkali ditambahkan pada saat proses ini berlangsung.  Penambahan zat antioksidan pada proses ini dapat memberikan keuntungan ganda, yaitu 1) meningkatkan stabilitas bahan terhadap oksidasi udara dan mengurangi tingkat oksidasi selama proses berlangsung, dan 2) memperbesar tingkat pencampuran zat antioksidan yang jumlahnya
Hasil Penggilingan/penepungan perlu diayak lagi untuk mendapatkan Partikel yang sesuai dengan stadia pertumbuhan ikan/udang tidak terlalu besar secara lebih merata sehingga stabilitas produk akhir cerhadap proses oksidasi menjadi lebih terjamin.
Bahan baku yang telah digiling kemudian diayak untuk mendapatkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan ikan.  Semakin kecil stadia ikan maka partikel pakan semakin halus. Beberapa jenis bahan pengayak yang dapat digunakan antara lain ayakan kawat, ayakan nilon, ayakan kopi, dan lain-lain.  Peralatan lain yang digunakan dalam proses penggilingan/penepungan antara lain alat penumbuk padi, alat penggiling, mesin penepung (hammer mill) atau grinder yang digerakkan dengan tenaga listrik.  Selain cukup sederhana dan tidak perlu investasi besar, .peralatan ini dapat menghemat tenaga manusia, produk yang dihasilkan juga cukup lumayan, yaitu dapat mencapai tingkat produksi sekitar 240—400 kg/hari.

B.    Pencampuran
Bahan baku yang telah berbentuk tepung ditimbang sesuai dengan jumlah bahan baku yang akan digunakan.  Apabila bahan baku yang akan digunakan cukup banyak sebaiknya digunakan timbangan
 Serok berfungsi sebagai pengganti mixer untuk mencampur bahan dalam jumlah banyak duduk atau timbangan beras. Namun, bila sedikit sebaiknya menggunakan timbangan kue atau timbangan lainnya yang mempunyai tingkat ketelitian lebih tinggi.
Setelah ditimbang, bahan dicampur secara merata dan homogen agar seluruh bagian pakan yang dihasilkan mempunyai komposisi  zat  gizi  yang   merata   dan   sesuai  dengan   formulasi.     Pencampuran bahan-bahan dilakukan secara bertahap mulai dari bahan yang volumenya paling besar hingga bahan yang volumenya paling kecil. Pencampuran bahan baku dalam jumlah kecil dapat dilakukan pada wadah dan pengadukannya dapat dilakukan dengan tangan atau alat seperti centong nasi.   Pencampuran bahan baku  dalam jumlah besar biasanya menggunakan alat bantu, misalnya serok sebagai pengganti mesin pencampur (mixer).   Untuk memperoleh basil yang sempurna dan homogen dan apabila biaya tersedia maka dianjurkan menggunakan mesin pencampur (mixer).

C.   Pencetakan/Pemeletan
Setelah tercampur merata, campuran bahan baku tersebut kemudian diseduh dengan air panas dan diaduk lagi hingga menjadi adonan yang berbentuk pasta.  Pasta ini kemudian digiling dengan alat  pencetak.     Alat  pencetak  yang  paling  sederhana  menggunakan alat penggiling daging dan yang lebih canggih berupa mesin pencetak pelec (CPM pellet mill).   Jika menggunakan alat ini maka bahan baku harus dalam keadaan kering.

D.  Pengeringan           
Bahan baku yang telah tercetak menjadi pelet kemudian dikeringkan.  Pengeringan ini untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam pakan atau pelet sehingga menjadi minimal dan stabil (seldiar  10%).    Dengan  demikian,  pakan  tidak  mudah  ditumbuhi Jamur atau mikrobe yang telah dibuat.
Pengeringan dapat dilakukan secara alami dengan bantuan sinar matahari dan secara mekanik dengan bantuan alat (oven) pengering. Kedua cara tersebut tentu mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Pengeringan secara alami, misalnya, tidak memerlukan biaya investasi  dan operasional  alat,  tetapi sangat tergantung pada terik sinar matahari dan diperlukan lahan untuk penjemuran.  Sebaliknya, jika digunakan alat pengering maka diperlukan biaya investasi dan operasional alat, tetapi pengeringan dapat dikerjakan di setiap waktu tanpa terikat musim, luas lahan yang dibutuhkan untuk pengeringan dapat ditekan, suhu lebih mudah diacur sesuai keinginan.
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan tersebut dan bila lahan penjemuran tersedia maka pada saat terik matahari sebaiknya dilakukan pengeringan secara alami (penjemuran).  Sebaliknya, bila tiba musim hujan atau lahan penjemuran tidak cukup tersedia maka sebaiknya digunakan alat pengering walaupun diperlukan biaya tambahan.
Pengeringan secara alami dengan bantuan sinar matahari merupakan alternatii uncuk menghemat biaya operasional, terutama jika

Pada saat dijemur,  pellet sesekali dibalik-balik agar proses pengeringan lebih merata, lahan penjemuran cukup tersedia. Untuk  mengatasi biaya investasi yang besar bagi pengadaan alat pcngering maka dibuat alat pengering sederhana yang menggunakan tenaga kompor minyak tanah yang sangat cocok  dikembangkan  di  pcdcsaan,  tcrmasuk  untuk  mengeringkan pakan atau pelet yang telah dibuat.

E.   Pembentukan
Bentuk pakan berkaitan erat dengan tingkat stadia (umur) ikan. Ikan dengan stadia dini (larva) biasanya diberi pakan berbentuk tepung (powder), suspensi, atau lembaran; ikan stadia juvenil diberi pakan berbentuk remah (crumble); ikan stadia lanjut (dewasa) diberi pakan bentuk pelet.
Sesuai dengan kebutuhan jenis dan stadia ikan maka pakan yang semula  berbentuk  pelet  dapat  dijadikan  bentuk  lain  misalnya bentuk rumah, tepung, atau bentuk-bentuk lainnya dengan menggunakan alat yang paling sederhana (misalnya penggiling kopi).
Mesin untuk mengubah .pakan berbentuk pelet menjadi bentuk tepung disebut mesin mikro pulverizer, sedangkan alat untuk mengubah menjadi bentuk remah disebut mesin crumble.   Setelah proses  pembuatan  pakan  selesai  maka  pelet  yang  dibuat  siap dikonsumsi ikan atau dipasarkan.

Referensi:
Sahwan M. F., 1999.  PAKAN IKAN DAN UDANG (Formulasi, Pembuatan, Analisis Ekonomi). Penebar Swadaya, Jakarta.

FORMULASI PAKAN IKAN KAKAP PUTIH DAN UDANG


FORMULASI PAKAN  KAKAP  PUTIH

1.  Bahan  baku
Tepung ikan                      : 42,0%           
Tepung cumi-cumi                         : 5,0 %
Tepung kedelai                  :  9,0%            
Minyak kedelai                   : 2,87 %
Tepung udang                   : 10,0%           
Minyak ikan                       : 2,88 %
Dedak/bekatui                   : 14,5%           
Vitamin-mix                       : 4,0 %
Tepung terigu                    :  7,75%          
Mineral-mix                       : 2,0 %


2.  Kandungan  nutrisi
Protein                 : 43,0%                
Lemak                  : 9,0%
Serat kasar           : 12,0%
NFE/BETN                         : 25,0 %
Abu                      : 11,0 %


FORMULASI   PAKAN   UDANG

1.  Stadia  larva
a.  Bahan  baku
Tepung cumi-cumi : 30,0%        
Minyak ikan           : 8,0 % 
Tepung kedelai      :  2,5%         
Vitamin-mix           : 6,0 %
Tepung udang       : 35,0%        
Mineral-mix           : 4,0 %
Tepung terigu        : 11,0%        
Lain-lain               : 2,5 %
Kolesterol             :   1,0%

b.  Kandungan  nutrisi
Protein                 : 50,3%                 
Lemak                  : 14,2%
Serat kasar           : 10,1%
NFE/BETN                         : 20,4 %
Abu                      : 14,4 %
Keterangan :  NFE (nitrogen free extract) dalam bahasa Indonesianya "bahan ekstrak canpa nitrogen" (BETN) adalah zat-zat nutrisi yang mengandung karbohidrat, gula, pati, dan lain-lain.




2.  Stadia juvenil
a.  Bahan baku
Tepung ikan                      : 25,0%            
Minyak ikan                       : 2,5 %
Tepung kedelai                 : 25,0%            
Minyak kedelai                   : 2,5 %
Tepung kepala udang         : 15,0%            
Vitamin-mix                       : 2,0 %
Tepung terigu                    : 13,0%
Mineral-mix                       : 4,0 %             
Dedak                              : 6,95 %
Rumput laut jenis
Gracilaria sp.                                 : 5,0%              
lain-lain                            : 2,05 %

b.  Kandungan nutrisi
Protein                             : 41,7%
Lemak  .                           : 8,8%
Serat kasar           : 5,9%
NFE/BETN                         : 29,2 %
Abu                      : 14,4 %


3.  Stadia dewasa
a.  Formula 1
1)  Bahan baku
Tepung cumi-cumi             ; 30,0%
minyak ikan                      : 6,0 %
Tepung ikan                      : 20,0%            
Minyak kedelai                   : 3,0 %
Tepung kepala udang'        : 20,0%            
Vitamin-mix                       : 2,7 %
Tepung terigu                                : 5,5%              
Mineral-mix                       : 6,0 %
Rumput laut jenis                                     
Dedak                  : 2,25 %
Gracilaria sp.                     : 4,0%              
lain-lain                : 0,05 %

2)  Kandungan nutrisi
Protein                 : 52,8%
Lemak                              : 12,1%
Serat kasar           : 3,8%
NFE/BETN                         : 13,40 %
Abu                      : 17,9 %

b.  Formula 2
1)  Bahan baku
Tepung ikan          : 40,0%
   Minyak ikan        : 2,0%
Tepung rebon        : 8,0%              
Tepung sagu         : 16,0%
Tepung kedelai      : 10,0%
Top-mix                : 2,0%
Tepung jagung      : 20,0%
De calphosphate    : 2,0%

2)  Kandungan nutrisi
Protein                 : 36,7%
Lemak                  : 5,21%
Serat kasar           : 0,43%
NFE/BETN                         : 39,43 %
Abu                      : 14,42 %

C.  Formula 3
1)  Bahan baku
Dedak                              : 22,0%
vitamin C                         : 50 mg
Tepung ikan                      : 31,0%            
Vitamin B1                        : 15 mg
Tepung tapioka                 : 21,0%            
Vitamin B6                        : 10 mg
Tepung kedelai                  : 25,0%            
Aquamix                           : 425 mg
2)  Kandungan nutrisi
Protein                             : 35,65%
Lemak                                          : 7,67%
Serat kasar                       : -
NFE/BETN                                     : 41,48 %
Abu                                  : 9,36 %

d.  Formula 4
1)  Bahan baku        
Tepung ikan          : 31,0%            
Dedak/bekatul       : 10,0 %
Tepung cumi-cumi : 5,0%              
Minyak ikan           : 2,0 %
Tepung kedelai      : 15,0%            
Topmix                 : 2,0 %
Tepung jagung      : 15,0%            
de calphoshate      : 2,0 %
Tepung ketan        : 18,0%
2)  Kandungan nutrisi
Protein                             : 34,21 %
Lemak                  : 5,43%
Serat kasar           : 6,42
NFE/BETN                         : 35,44%
Abu                      : 13,07%

e.  Formula  5
1)  Bahan baku
Tepung ikan                      : 26,0%
Tepung kepala udang         : 10,0%
Tepung kanji                     : 15,0%
Tepung jagung  .                           : 15,0%
Tepung kedelai                              : 15,0%
Dedak/bekatul                   : 13,0%
Minyak ikan                       : 2,0%
Topmix                             ; 2,0%
De calphosphate                : 2,0%
2)  Kandungan nutrisi
Protein                             : 33,42 %         
NFE/BETN                         : 32,95 %
Lemak                  : 6,35%            
Abu                      : 12,43 %
Serat kasar           : 8,64%

Referensi:
http://vegainfokita.blogspot.com/2012/07/rahasia-sederhana-memancing-udang-gala.html
http://seafoodprocessor.itrademarket.com/255192/kakap-putih-kakap-putih-kakap-putih-seabass-barramundi.htm
Sahwan M. F., 1999.  PAKAN IKAN DAN UDANG (Formulasi, Pembuatan, Analisis Ekonomi). Penebar Swadaya, Jakarta.

Pengembangan Produk Bekicot Ala Sushi

Permakluman:  Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk ...